Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mobilisasi merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan aktivitas
karena aktivitas dilakukan secara bebas dari satu tempat ke tempat yang lain.
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan
hubungan sendi. Imobilitas merupakan faktor resiko utama ketidakmampuan
seseorang untuk menggerakkan hubungan sendi. Imobilitas merupakan faktor
resiko utama pada munculnya luka dekubitus (Prasetyo, 2012).
Pada pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi, penggunaan alat
bantu sangat bermanfaat untuk mminimalkan imobilitas pasien sehingga
kebutuhan mobilitas terpenuhi (Prasetyo, 2012).
Dalam Makalah ini kami melatarbelakangi bahwa pentingnya
mengetahui tentang bagaimana cara melatih pasien dengan alat bantu jalan.
Maka dari itu kami akan menguraikan tentang hal tersebut dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Melatih Pasien
dengan Alat Bantu Jalan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami tentang :

Konsep Teori

Membantu klien berjalan menggunakan alat bantu jalan tripod.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Alat bantu jalan yaitu alat yang di gunakan untuk membantu klien
supaya dapat berjalan dan bergerak (Suratun, 2008).
Tripod atau lebih dikenal dengan sebutan tongkat tiga kaki adalah alat
bantu jalan yang memiliki banyak fungsi sesuai kebutuhan pasien. Alat ini
berbahan besi stanless steel yang kokoh menyangga berat badan pasien.
Tongkat sering digunakan untuk membantu keseimbangan, memperlebar
langkah, dan menurunkan beban tubuh dikaki Penggunaan yang aman sangat
penting agar tongkat berfungsi sebagaimana mestinya didalam membantu
fungsi jalan (Indonesian rehab eqitment, 2012)
Tongkat piramid kaki tiga biasa disebut dengan tripod terbuat dari
bahan saitlesteel yang kuat, namun ringan. Karena digunakan untuk alat bantu
jalan, tongkat kaki tiga ini desain yang mempertimbangkan keamanan, kaki
tiga dibuat dengan pressisi yang sesuai dengan kaidah fisika sehingga
terjamin kestabilannya. Untuk mencegah slip / tergelincir di lantai setiap kaki
dilapisi dengan bantalan karet. Ketinggian tongkat ini juga dapat diatur
(adjustable), sehingga bisa menyesuaikan dengan tinggi badan pasien.
(Physio Store, 2014).
B. Anatomi
Sistem tubuh yang berkoordinasi adalah sistem musculoskeletal dan
sistem saraf. Sistem skeletal terdiri dari tulang, sendi, ligament, tendon, dan
kartilago. Otot atau muskul terutama berfungsi mempertahankan postur,
berbentuk pendek, dan menyerupai kulit karena membungkus tendon dengan
arah miring berkumpul secara tidak langsung pada tendon (Yudha, 2012).
Pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik
yang utama terdapat di korteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur
motorik. Serabut motorik turun dari girus prasentral dan bersilangan pada
tingkat medulla. Sehingga serabut motorik dari jalur motorik kanan
mengawali gerakan volunter dari bagian tubuh kiri, dan serabut dari jalur
motorik kiri mengawali gerakan volunteer dari bagian tubuh kanan (Yudha,
2012).
Transmisi impuls dari sistem saraf ke sistem musculoskeletal
merupakan peristiwa kimia listrik dan membutuhkan neurotransmiter. Pada

dasarnya, neurotransmitter merupakan substansi kimia seperti asetikolin yang


memindahkan impuls listrik dari saraf yang bersilangan pada simpul
mioneural di otot. Neurotransmitter mencapai otot dan menstimulasinya
sehingga menyebabkan gerakan (Yudha, 2012).
C. Pengaruh Fisiologi Gangguan Mobilisasi
Perubahan sistem respirasi yang menyebabkan komplikasi paru.
Komplikasi yang sering terjadi adalah atelestatik, pneumonia hipostatik,
penurunan kemampuan batuk produktif. Perubahan sistem kardiovaskuler
menyebabkan hipotensi ortostatik, peningkatan beban jantung, pembentukan
trombus. Perubahan metabolik menyebabkan terjadi nya gangguan fungsi
metabolik, laju metabolik, metabolism karbohidrat, lemak dan protein,
ketidakseimbangan cairan elektrolit, kalsium, gangguan pencernaan (Yudha,
2012).
Perubahan pada sistem musculoskeletal, klien dapat mengalami
keseimbangan nitrogen negatif dan kehilangan berat badan, penurunan masa
otot, dan kelemahan akibat katabolisme jaringan. Perubahan sistem
integument yaitu terjadinya dekubitus karena jaringan tertekan (Yudha, 2012).
D. Fungsi dan kegunaan tripod
Fungsi alat ini adalah sebagai alat bantu jalan untuk pasien dengan
gangguan jalan karena nyeri atau kelemahan di salah satu tungkai. Untuk itu
alat ini juga bisa disesuaikan-digunakan di tangan kiri atau kanan (Physio
Store, 2014).
Beberapa kondisi penyakit yang mengakibatkan gangguan jalan dapat
menggunakan tongkat piramid kaki tiga atau tripot sebagai alat bantu jalan,
antara lain; stroke, osteoarthritis sendi lutut dan gangguan keseimbangan pada
lansia. (Physio Store, 2014).
Alat bantu fisioterapi tripod dibutuhkan untuk membantu fungsi jalan.
Alat ini biasa digunakan bagi pasien yang menderita gangguan jalan akibat
kelemahan atau rasa nyeri di salah satu sisi tungkai yang sering dialami
penderita stroke, gangguan keseimbangan pada lansia, atau osteoarthritis
sendi lutut. Secara lebih rinci alat ini membantu dalam mencapai

keseimbangan, mengurangi beban tubuh pada ekstemitas di bagian bawah


atau area kaki, dan juga memperlebar langkah. (Gesunde Medicalindo, 2015).
Dengan demikian tripod memiliki fungsi penting dalam kaitannya
dengan perawatan pasien guna memudahkan proses jalan dan pencapaian
keseimbangan. Namun, manfaat tripod tersebut pastinya hanya akan didapat
bila digunakan secara tepat dan bila kualitas tripod benar-benar unggul. Hal
ini berarti ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh pasien terkait
penggunaan tripod yang benar dan selektif saat akan beli alat bantu fisioterapi
tripod. Misalnya, tripod sering digunakan untuk perawatan jalan penderita
atau pasien stroke. Sayangnya penggunaan tripod yang terlalu sering dan
hanya cenderung mengandalkan sisi kaki yang kuat lambat laun akan
membuat sisi kaki yang lemah cenderung pasif. Sisi kaki yang lemah menjadi
kurang terlatih untuk kembali kuat menopang tubuh saat berjalan. Oleh
karena itu, bagi pasien stroke yang tengah menjani fisioterapi dengan tripod
tidak boleh terlalu bergantung dengan alat ini (Gesunde Medicalindo, 2015).
Tripod juga bisa digunakan untuk pasien dengan nyeri lutut atau osteo
arthritis (OA), pada pasien OA biasanya yang sudah parah ada bunyi kretek
pada pada sendi lutut saat berjala. Nyeri pada saat ditekuk atau saat jalan.
Bisa di lutut bisa juga dipergelangan kaki, alat ini bekerja untuk mengurangi
penekanan pada sendi yang sudah rusak karena osteo arthritis. Diharapkan
dengan menggunakan alat ini penekanan antar sendi bisa dikurangi, nyeri
berkurang dan proses penyembuhan OA lebih cepat (Indonesian rehab
eqitment, 2012).
E. Hal yang Perlu Diperhatikan saat Menggunakan Tripod
Penggunaan tripod harus mempertimbangkan kondisi fisik pasien yang
mencakup nadi, pernapasan, rentang gerak sendi, tekanan darah, dan kekuatan
otot di area kaki. Selain itu, perlu pula memperhatikan tinggi tripod yang
akan digunakan. Tinggi tripod sebaiknya setinggi lipatan paha yang mana
dalam penggunaannya tangan sedikit ditekuk. Dalam hal ini Anda bisa beli
alat bantu fisioterapi tripod yang bisa diubah-ubah ketinggiannya. Dengan
demikian ketinggian tongkat bisa lebih mudah diatur menyesuaikan tinggi
badan pasien (Gesunde Medicalindo, 2015).

F. Teknik penggunaan tripod


Adapun berikut ini diberikan panduan lengkap mengenai cara
penggunaan tripod yang benar diantaranya :
1. Posisi yang Benar
Posisi yang benar memegang tripod yaitu dengan memegang
bagian puncaknya dengan posisi tubuh yang berdiri tegak. Tripod
digunakan pada sisi tubuh yang sehat, misal cidera didapati di lutut
bagian kanan maka tripot sebaiknya dipegang dengan tangan kiri.
Demikian pula sebaliknya (Gesunde Medicalindo, 2015).
2. Penggunaan Tripod yang Benar
Tripod sebaiknya diayunkan secara simultan berbarengan dengan
kaki Anda yang sakit. Maksudnya langkahkan kaki yang lemah secara
bersamaan dengan tripod. Lanjutkan dengan melangkahkan kaki yang
sehat. Supaya tidak terlalu membebani saat berjalan coba arahkan tubuh
ke arah tripod. Cara penggunaan tripod ini pun berlaku bagi Anda yang
ingin berjalan menaiki atau menuruni tangga. Namun, ingat untuk lebih
berhati-hati saat akan menaiki atau menuruni tangga karena beban
tumpuan biasanya akan terasa lebih berat (Gesunde Medicalindo, 2015).
3. Ketika Mau Duduk
Pasien yang menggunakan tripod seringkali memang mendapati
kesulitan saat akan mau duduk. Adapun saat mau duduk pertama-tama
letakkan tripod di samping kursi dan posisikan tubuh berdiri tepat di
depan kursi. Pegang erat tangan kursi jika ada sebagai pegangan saat mau
duduk. Awali dengan duduk di tepi kursi lalu secara perlahan angkat
badan ke arah sandaran. Setelahnya posisikan tubuh supaya duduk
bersandar secara nyaman (Gesunde Medicalindo, 2015).
4. Bangkit dari Kursi
Untuk bangkit dari kursi bisa Anda awali dengan mengangkat
tubuh ke sisi tepi kursi dengan berpegangan pada tangan kursi. Perlahan
duduk di tepi kursi lalu gunakan tangan kursi sebagai pegangan.
Posisikan tubuh berdiri tegak di depan kursi lalu ambil tripod dengan
salah satu tangan (Gesunde Medicalindo, 2015).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Mobilisasi merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan aktivitas
karena aktivitas dilakukan secara bebas dari satu tempat ke tempat yang lain.
Alat bantu merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memudahkan klien
berjalan agar menurunkan ketergantungan pada orang lain.
Pada klien yang mengalami imobilisasi dan membutuhkan alat bantu
untuk bermobilisasi atau berjalan maka perawat dapat memberikan latihan
berjalan dengan kruk. Penggunaan kruk harus tepat agar tidak terjadi cedera
pada klien.
B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami bagaimana prosedur melatih
rentang gerak dan mengajarkan berjalan dengan tripod, seorang perawat harus
mampu mengajarkan prosedur yang benar dan aman kepada klien. Sehingga
klien dapat melakukan secara mandiri.

LAMPIRAN

www.brucemedical.com
www.directmedicalofamerica.com

www.saglikshop.com

www.orsante.com

Anda mungkin juga menyukai