Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER HATI”

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pembimbing: Ns. Nur Widyawati,. MN

Oleh

Oktalia Rahmawati Rahayu 152310101003


Dwi Siska Hardiyanti 152310101012
Avisha Nur Ifaddah 152310101024
„Ami Allaili Wahidah 152310101025
Ranny Dwi Harwati 152310101034

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016
MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER HATI”

Oleh

Oktalia Rahmawati Rahayu 152310101003


Dwi Siska Hardiyanti 152310101012
Avisha Nur Ifaddah 152310101024
„Ami Allaili Wahidah 152310101025
Ranny Dwi Harwati 152310101034

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Matakuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Hati”

yang disusun oleh

Nama Ketua Kelompok : Okalia Rahmawai Rahayu


NIM : 152310101003

telah disetujui dan dikumpulkan pada:


hari/tanggal: Senin, 14 November 2016

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau reproduksi
ulang makalah asuhan keperawatan yang telah ada.

Penyusun

Oktalia Rahmawati R
NIM 152310101003

Mengetahui,

Penanggung Jawab Dosen Pembimbing


Mata kuliah

(Ns.WantiyahS.kep,M.kep) (Ns. Nur Widyawati, MN)


NIP 19810712 200604 2001 NIP 19810610 200604 2 001

iii
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Kanker Hati” dengan baik dan lancar. Atas suport dan dukungan yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada,

1. Ns. Wantiyah, S.Kep.,M.Kep selaku Penanggung Jawab Mata kuliah Dasar


Keperawatan Medikal Bedah,
2. Ns. Nur Widayati, MN selaku Dosen Pembimbing penulisan makaalah ini, yang
senantiasa memberikan informasi, masukan maupun dorongan kepada penulis
terkait isi makalah tersebut, dan
3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, khusunya kelas
A yang juga memberikan informasi terkait makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien
kanker hati ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jember,14 November 2016

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii

PRAKATA ............................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii

BAB 2. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umun............................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 2

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT ................................................................ 3


2.1 Definisi Kanker Hati .......................................................................... 3
2.2 Etiologi Kanker Hati .......................................................................... 5
2.3 Patofisiologi Kanker Hati ................................................................... 8
2.4 Manifestasi Klinis Kanker Hati ......................................................... 9
2.5 Prosedur Diagnostik Kanker Hati ..................................................... 11
2.6 Penatalaksanaan Medis Kanker Hati ................................................ 13

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 14


3.1 Pengakjian Dalam Keperawatan ...................................................... 14
3.1.1 Riwayat Kesehatan Sekarang ...................................................... 14
3.1.2 Pengkajian ................................................................................... 15
3.1.3 Pemeriksaan Fisisk ...................................................................... 18
3.1.4 Analisa Data dan Masalah ........................................................... 20

v
3.1.5 Pathway ....................................................................................... 24
3.2 Diagnosa Dalam Keperawatan .......................................................... 25
3.3 Intervensi Dalam Keperawatan ......................................................... 27
3.4 Implementasi Dalam Keperawatan ................................................... 32
3.5 Evaluasi Dalam Keperawatan ............................................................ 36

BAB 4. PENUTUP .................................................................................................. 40


4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 40
4.2 Saran ..................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1.a Anatomi Hepar ................................................................................................ 3

2.1.b Letak hati pada organ ....................................................................................... 4

2.2 Hepatoma normal dan tidak normal ................................................................. 5

2.3 Tahapan kerusakan organ Hati ......................................................................... 9

2.4 Tanda dan gejala Kanker Hati .......................................................................... 11

2.5 Teknik palpasi Hati ........................................................................................... 12


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Warga Indonesia menjadikan pertaniaan sebagai pekerjaannya, banyak pula
masalah kesehatan yang timbul akibat pengaruh pekerjaan yang mereka tekuni.
Sebenarnya pekerja petani sudah mengetahui bahaya atau resiko tentang pekerjaan
mereka, akan tetapi mereka mengabaikan dan merasa meraka sudah kebal dengan resiko
yang akan terjadi dengan kesehatan mereka. Padahal menurut penelitian pekerja
pertanian sering tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja atau (APD), sepeti
contoh saat menggunakan bahan pestisida atau pupukan organik ketanaman yang akan
mereka pupuk. Petani tidak menggunakan masker atau sarung tangan saat mengambil,
menaburkan, atau menyemprotkan bahan pestisida ketanamannya.
Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada system saraf atau gangguan system
pernapasan jika setiap hari terpapar . Salah satu efek dari seringnya terpapar bahan
kimia seperti pestisida yaitu kanker hati. Gangguan maupun kerusakan padahal tidak
dapat mengganggu fungsi penting hati dalam metabolisme dan detoksifikasi
.Aspartateaminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oxsaloasetictransaminase
(SGOT), Alanine aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamic Pyruvic transaminase
(SGPT),dan alkali fosfatase (alkaline phosphatase/ ALP) merupakan beberapa enzim
yang keberadaan dan kadarnya dalam darah dijadikan penanda terjadinya gangguan
fungsi hati . Enzim-enzim tersebut normalnya berada pada sel-sel hati. Kerusakan pada
hati akan menyebabkan enzim-enzim hati tersebut lepas kedalam aliran darah sehingga
kadar dalam darah meningkat dan menandakan adanya gangguan fungsi hati. Para
petani yang bekerja banyak yang terkena penyakit infeksius seperti kanker hati, kinerja
mereka akan menurun dan hasil pangan pun akan menurun ( Siwiendrawati A., 2012).
Menurut data dari penelitian sendiri angka kejadian keracunan di Indonesia, setiap
tahun lebih dari 12.000 kematian diakibatkan oleh keracunan baik akut maupun kronis
dan salah satunya adalah keracunan pestisida. Jumlah keracunan yang terjadi
diperkirakan lebih tinggi, mengingat angka tersebut diperoleh dari kasus yang
dilaporkan sendiri oleh korban maupun dari angka statistik. Banyak kasus keracunan
2

yang terjadi di lapangan tidak dilaporkan oleh korban sehingga tidak tercatat oleh
instalasi terkait (Ngatidjan, 2006). Sebagai tenaga medis kesehatan kita harus
memberikan penyuluhan, asuhan keperawatan atau memperhatikan masalah yang terjadi
pada pekerja pertanian akibat dari penggunaan pestisida yang tidak memakai APD.
APD sangat dibutuhkan bagi pekerja pertanian untuk melindungi mereka dari bahaya
penggunaan pestisida. Tenaga medis khususnya kita perawat harus mengetahui atau
memberikan pengarahan kepada pekerja petani agar mereka mau memakai APD saat
bekerja.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan asuhan keperawatan
tentang masalah penggunaan pestisida oleh pekerja petani. Kami membuat judul
makalah ini yaitu “Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Hati”.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belaknag diatas dapat diketahui tujuan penulisan makalah
Asuhan Keperawatan Pasien Kanker hati adalah sebagai berikut,

1.2.1 Tujuan Khusus

a. Mengetahui dampak penggunaaan pestisida tanpa penggunaan APD, dan


b. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan bagi tenaga medis khususnya perawat
pada klien kanker hati akibat penggunaan pestisida.

1.2.2 Tujuan Umum

a. Mengetahui resiko pekerjaan petani dengan penggunaan pestisida, dan


b. Mengetahui aushan keperawatan untuk klien kanker hati bagi pekerja petani.
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT

Penyakit merupakan suatu kondisi yang merubah pola hidup individu dalam
menjalankan aktivitasnya sehati-hari. Penyakit itu sendiri dapat menyerang setiap
individu terjadi akibat adanya faktor-faktor pencetus timbulnya penyakit baik dari faktor
internal dan faktor eksternal.

2.1 Definisi Kanker Hati

Gambar 2.1.a Anatomi Hepar (Andria K, 2012)

Hati merupakan organ terbesar tubuh dapat dianggap sebuah pabrik kimia yang
membuat, menyimpan, mengubah, dan mengekskresikan sejumlah subtansi yang terlihat
dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi karena hati
menerima darah kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal. Hati terletah di
belakang tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki
berat sekitar 1500 gram, dan dibagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus
oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan
4

membagi masa hati menjadi unit0unit yang lebih kecil yang disebut lobulus (Brunner &
Suddarth, 2010).
Beberapa fungsi hati antara lain sebagai pusat metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat, memproduksi cairan empedu, memproduksi heparin (antikoagulan darah),
memproduksi protein plasma, membersihkan bilirubin dari darah, pusat detoksifikasi zat
beracun dalam tubuh; membentuk sel darah merah (eritrosit) pada masa hidup janin, dan
lain-lain (Ganong, William F, 2008).
Penyakit hati sangat banyak dan bervariasi. Akibatnya adalah ketidakberdayaan
pasien dan ancaman kematian. Berikut ini konsekuensi yang paling penting dan yang
paling sering ditemukan pada penyakit hati (Brunner & Suddarth, 2010),
a. Ikterus yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi bilirubin dalam darah,
b. Hipertensi portal dan asites yang terjadi akibat perubahan sirkulasi dalam hati dan
mengakibatkan hemoragi gastrointespinal yang hebat serta retensi cairan dan natrium
yang nyata,
c. Defisiensi nutrisi yang ketidakmampuan sel hati yang rusak untuk memetabolisasi
vitamin tertentu, dan
d. Ensefalopati atau koma hepatik yang mencerminkan penumpukan anomia dalam
serum akibat terganggunya metabolisme protein oleh hati.

Gambar 2.1.b Letak Hati pada Organ (Medkes, 2013)


5

2.2 Etiologi Kanker Hati (Revisi keterkaitan dalam jurnal)

Gambar 2.2 Hepatoma Normal dan Rusak


Sumber (http://www.qncjellygamat.net/cara-mengobati-penyakit-kanker-hati/)

a. Virus Hepatitis B (HBV)


Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
antigen HbcAg-antigen inti (core) hepatitis , HbsAg-antigen permukaan (surface)
hepatitis B, HbeAg-protein independen yang beredar dalam darah, dan lain-lain.
Hepatitis B ditularkan melalui darah (jalur perkutan dan permukosa). Hepatitis B
memiliki inkubasi yang panjang dan mengadakan replikasi didalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama, sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut (Brunner & Suddarth, 2010).
b. Virus Hepatitis C (HCV)
Risiko khusus pasien yang terkena hepatitis C mencakup anak-anak, yang
sering mendapatkan transfusi atau individu yang memerlukan darah dalam jumlah
besar. Masa inkubasi hepatitis C bervariasi. Perjalanan klinis hepatitis C yang akut
serupa dengan hepatitis B. Status karier yang kronis sering terjadi dan terdapat
peningkatan risiko untuk menderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C,
termasuk sirosis atau kanker hati (Brunner & Suddarth, 2010).
6

c. Sirosis Hati
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1) Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara
khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh
alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di
negara barat.
2) Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat-lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3) Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar
saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis
dan infeksi (kolangitis); insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis
Laennec dan poscanekrotik.
Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal dan
periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk
membentuk saluran empedu dalam hati. Daerah ini menjadi tempat inflamasi dan
saluran empedu akan tersumbat oleh empedu serta pus yang mengental. Hati akan
berupaya untuk membentuk saluran empedu yang baru; dengan demikian terjadi
pertumbuhan jaringan yang berlebihan yang terdiri atas saluran empedu yang baru dan
tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut (Brunner & Suddarth, 2010).
Penelitian (Siwiendrayanti A., 2012) diketahui faktor risiko riwayat pajanan
pestisida sebagai efek kejadian gangguan fungsi hati. WUS (Wanita Usia Subur) di
kategorikan memiliki riwayat pajanan pestisida jika WUS ikut terlibat dalam aktivitas
pertanian dan kadar enzim kolinesterase “rendah”, serta lama terlibat dalam aktivitas
pertanian, pemakaian APD, konsumsi obat, konsumsi jamu, riwayat pajanan bahan
kimia, kadar Pb darah, kebiasaan menggunakan obat nyamuk, dan status gizi. Aktivitas
pertanian, konsumsi jamu, kebiasaan menggunakan obat nyamuk, kada Pb darah
ternyata terbukti tidak berhubungan antara riwayat pajanan pestisida dengan kejadian
gangguan fungsi hati WUS di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Namun, terdapat
kecenderungan bahwa WUS yang memiliki riwayat pajanan pestisida berisiko lebih
besar 1,314 kali untuk mengalami kejadian gangguan fungsi hati dari para WUS yang
tidak memiliki riwayat pajanan pestisida di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.
7

Analisis bivariat menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara riwayat pajanan pestisida dengan dengan kejadian gangguan fungsi hati pada
WUS. Analisis multivariat juga menunjukkan hasil yang sama yaitu riwayat pajanan
pestisida tidak berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi hati pada WUS di
Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes tahun 2009. Asumsi yang dapat dibuat adalah
pajanan pestisida yang dialami WUS belum mencapai dosis yang dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan fungsi hati. Hasil tabulasi silang hubungan riwayat pajanan
pestisida dengan kejadian gangguan fungsi hati menunjukkan dari 20 WUS yang
mengalami kejadian gangguan fungsi hati, justru 16 orang (80%) diantaranya adalah
WUS yang tidak memiliki riwayat pajanan pestisida. Semua WUS yang tidak
menggunakan APD seperti menggunakan masker saat melakukan aktivitas pertanian,
menunjukkan prevalensi kejadian gangguan fungsi hati (Arum Siwiendrayanti, dkk,
2012).
Berdasarkan penelitian ( Delia Gracel, dkk, 2015) diketahui pada negara-negara
berkembang memproduksi 7-8% lebih sedikit makanan dan anak-anak 15 juta lebih
akan kekurangan gizi. Penelitian aflatoksin didominasi tapi ada perluasan penilaian
risiko dan prioritas kegiatan dan program besar pada keselamatan tahan lama (makanan
dan sayuran sumber hewani), penyakit zoonosis, bahaya kerja dan penyakit akibat air
yang terkait (A4NH 2011). Masalah-masalah dengan dampak paling besar bagi
kesehatan dan kehidupan manusia adalah penyakit yang muncul dari agro-ekosistem
dan penyakit dari bawaan makanan akibat bahay mikroba. Diasosianikan hampir 10%
penyakit pertanian ini bertanggung jawab pada infeksi dan non-infeksi pada manusia.
Aflatoksin di identifikasi sebagai masalah kesehatan manusia yang paling penting yang
terkait dengan tanaman pokok. Aflatoksin adalah metabolit sekunder beracun yang
dihasilkan oleh beberapa spesies jamur Aspergillus. Aflatoksin tersebar luas pada
tanaman di daerah tropis dan sub tropis, yang mempengaruhi lebih dari 40 tanaman
rentan, terutama jagung dan kacang tanah, dan juga ditemukan dalam produk susu dan
makanan tradisional fermentasi.
Peringkat risiko adalah proses mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah
yang mungkin ada. Mengkonsumsi dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan
kematian, paparan kronis alfatoksin yang akan mengarah pada kanker hati atau
disfungsi hati dan dapat menyebabkan enteropati, maladsorption nutrisi, penekanan
8

kekebalan. Alfatoksin akut dapat menyebabkan ratusan kematian per tahun dan
alfatoksin kronis menyebabkan 90.000 kematian per tahun dari disfungsi hati.
Alfatoksin memaksakan beban pada kesehatan manusia, kesehatan dan produktivitas
ternak, sektor pertanian dan memperluas kebutuhan ekonomi. Kontaminasi tanaman
dengan aflatoksin merupakan proses yang kompleks yang dihasilkan dari faktor
lingkungan dan biologis seperti tuan tanaman, serangga dan populasi mikroba. Kontrol
biologis adalah metode yang terbukti mengendalikan beberapa penyakit tanaman.
Beberapa agen kontrol biologis seperti bakteri dan spesies trichoderma telah dievaluasi
untuk pengurangan aflatoksin pada kacang tanah pada tahap pra-panen. Pertanian
memiliki efek penting bagi kesehatan manusia ( Delia Gracel, dkk, 2015).

2.3 Patofisiologi Kanker Hati (Revisi sumber)


Disfungsi hati terjadi akibat kerusakan pada sel-sel parenkim hati yang bisa secara
langsung disebabkan oleh penyakit primer hati atau secara tidak langsung oleh obstruksi
aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik. Disfungsi hati bisa bersifat akut atau
kronis namun demikian, disfungsi yang kronis jauh lebih sering daripada yang akut.
Penyakit hati yang kronis, termasuk sirosis hepatitis, berada dalam urutan kesembilan
sebagai penyakit yang mengakibatkan kematian di Amerika Serikat. Kurang lebih 60%
kematian tersebut berkaitan dengan konsumsi alkohol. Angka penyaki hati kronis untuk
laki-laki adalah dua kali lipat lebih tinggi daripada wanita.
Penyebab perjalanan penyakit yang berkembang menjadi disfungsi hepatoseluler
dapat disebabkan oleh bakteri serta virus keadaan anoksia, kelainan metabolik, toksin
serta obat-obatan, defisiensi nutrisi dan keadaan hipersensitivitas. Sel-sel parenkim mati
akan bereaksi terhadap unsur-unsur yang paling toksis melalui pergantian glikogen
dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nikrosis. Keadaan ini
sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis.
Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi
sel-sel hati (Brunner & Suddarth, 2010).
Dalam penelitian jurnal (Khan Ayaz A, 2013) menyatakan bahwa informasi rinci
dari efek kesehatan yang merugikan dari pestisida yang menyebabkan efek hepatotoksis
dari efek pestisida dimetoat dan diazinon menunjukkan bahwa faktor hematologi
9

mengakibatkan hemoglobin berkurang. Pada pekerja penyemprot pestisida dari


perkebunan atau pertanian mengalami penurunan signifikan hemoglobin, hematokrit,
dan jumlah sel darah merah. Hasil penelitian (Khan et al, 2008) frekuensi residu
sitoplasma pada petani tembakau lebih beresiko mengalami paparan pestisida yang
berlebihan yang menyebabkan sitotoksik pada petani tembakau.
Manifestasi disfungsi hepatoseluler berubah fungsi metabolik dan ekskretorik
hati. Konsentrasi bilirubin akan meninggi sehingga menimbulkan ikterus (perubahan
warna kulit, membran mukosa, sklera, dan jaringan lainnya menjadi kuning).
Metabolisme protein yang abnormal menyebabkan penurunan konsentrasi albumin,
serum dan edema. Kerusakan hati yang akut dapat menyebabkan kegagalan akut hati.
Kegagalan hati terjadi apabila hati tidak mampu melakukan fungsi ekskretoriknya,
sementara fungsi metabolik hati tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(Brunner & Suddarth, 2010)

Gambar 2.3 tahapan kerusakan organ hati


Sumber : http://penyakithati.org/

2.4 Manifestasi Klinis Kanker Hati (Revisi sumber)


Menurut Yellia Mangan (2009) tidak mudah mengenali tanda-tanda atau gejala
pada kanker hati. Umumnya kanker hati stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala
akan muncul apabila sudah berkembang ke tahap lebih lanjut. Gejala awal dari kanker
hati bersifat variatif. Gejala disfungsi hati antara lain :

a. Nyeri perut (ringan sampai berat),


b. Mudah lelah dan lesu,
c. Mengalami depresi,
10

d. Nafsu makan hilang,


e. Mual, muntah, diare,
f. Warna kulit dan bola mata berwarna kekuningan atau bahkan kuning,
g. Kadang persendian terasa nyeri,
h. Air seni berwarna gelap, seperti air teh,
i. Kebinggungan, sulit tidur dan lekas marah, dan
j. Akumulasi cairan dalam rongga peritoneal dikenal sebagai ascites.

Kanker hati sering menjadi penyebab kematian. Hal ini terjadi karena gejala awal
kanker hati tidak nampak. Gejala yang mencolok akan timbul ketika kanker tersebut
sudah cukup meluas. Kanker hati sering ditemukan pada orang-orang yang mengidap
virus hepatitis B dan hepatitis C kronis. Di dalam darah penderita kanker hati sering
ditemukan tanda-tanda virus hepatitis B yang telah berlangsung lama dan menetap.
Sekitar 65% penderita kanker hati terinfeksi hepatitis B. Sebagian besar orang yang
terkena hepatitis B dapat sembuh, sedangkan sebagian kecil berkembang menjadi
penyakit radang hati (Hepatitis B) menahun. Sekitar 10% hepatitis B menahun
berkembang menjadi kanker hati. Di Indonesia terdapat 6-8% orang yang mengidap
virus hepatitis B (Yellia Mangan, 2009).

Menurut (Azmi et Al, 2006) prafelensi hepatitis B dan C dihitung sebagai


presentase sampel yang banyak terinfeksi dan dapat menyebabkan sirosis hati. Dalam
penelitiannya bahwa prafelensi hepatitis B adalah 6,66% di pedagang, 10% di tukang
kebun hasil ini berada di korelasi presentasi yang tinggi dari hepatitis yang di temukan
karena pertukaran peralatan makanan tidak higenis, dan lain-lain.
11

Gambar 2.4 Tanda dan Gejala Kanker Hati


Sumber : http://penyakithati.org/

2.5 Prosedur Diagnostik Disfungsi Hati


a. Pemeriksaaan Hati
Palpasi hati mungkin dapat dilakukan pada kuadran kanan atas. Hati teraba
akan memperlihatkan tepi yang tajam, pada dengan permukaan yang rata. Besar hati
diperkirakan dengan perkusi batas atas dan bawah hati. Apabila hati tidak teraba
tetapi terdapat kecurigaan nyeri tekan, maka perfusi toraks yang dilakukan dengan
cepat di daerah kanan bawah dapat dilakukan dengan cepat di daerah kanan bawah
dapat membangkitkan nyeri tekan tersebut. Nyeri tekan pada hati menunjukkan
pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai dengan peregangan kapsula hepar
(Brunner & Suddarth, 2010)
12

Gambar 2.5 Teknik Palpasi Hati


Sumber : http://timbangrasaclinic.co.id/2011/09/pemeriksaan-fisik-abdomen.html
b. Tes Fungsi Hati
Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami kerusakan sebelum
konsumsi hati memperlihatkan hasil yang abnormal. Fungsi hati umumnya diukur
dengan memeriksa aktifitas enzim serum (alkali fosfatase, laktik dehidrogenase, dan
serum amino transperase) dan konsentrasi serum protein, bilirubin, amonia, faktor
pembekuan serta lipid. Serum aminotransferase merupakan indikator yang sensitif
untuk menunjukan cedera sel hati dan sanga membantu dalam pendektisian penyakit
hati dan sangat membantu dalam kanker hati. Seperti ALT, SGP, SGOT merupakan
tes yang paling dilakukan untuk menunjukkan kerusakan kanker hati (Brunner &
Suddarth, 2010)
c. Pemeriksaan Diagnostik Lainnya
1) Ultrasonografi, pemindai CT (computed tomography) dan MRI digunakan untuk
mengidentifikasi struktur normal dan abnormalitas dari hati serta percabangan
bilier.
2) Laparoskopi (dengan memasukkan alat endoskopi fiberoptik lewat luka insisi
kecil pada abdomen) digunakan untuk memeriksa hati dan struktur pelfis
lainnya.
3) Biopsi hati yaitu pengambilan sediki jaringan hati yang biasanya lewat aspirasi
jarum, memungkinkan pemeriksaan terhadap sel-sel hati. (Brunner & Suddarth,
2010)
13

2.6 Penatalaksanaan Medis Disfungsi Hati


a. Modifikasi Diet
Tujuan penanganan bagi penderitas asites adalah keseimbangan nitrogen yang
negatif untuk mengurangi retensi cairan. Garam meja, makanan yang asin, mentega
serta margarin yang bergaram, dan semua makanan yang tersedia dalam bentuk
makanan beku. Pengendalian asites dengan diet pembatasan diet garam yang ketat
sangat suli dilakukan dirumah (Brunner & Suddarth, 2010)
b. Diuretik
Penggunaan preparat diuretic bersama pembatasan natrium memperlihatkan
keberhasilan pada 90% penderita asites. Spironolakton suatu preparat penyekat
aldosteron, sering dipertimbangkan sebagai terapi basis pertama bagi penderita
asites akibat sirosis (Brunner & Suddarth, 2010).
c. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada terapi diuretic mencakup gangguan
cairan serta elektrolit dan ensefalopati. Permasalahan cairan dan elektrolit yang
dapat dijumpai adalah hipofelemia, hipokalemia, hiponatremia, dan alkalosis
hipokloremik. Jika seseorang penderita asites akibat dari penyakit hati, tindakan
perawatan mencakup pengukuran serta pencatatan asupan dan haluaran cairan,
lingkaran perut dan berat badan setiap hari untuk mengkaji status cairan (Brunner &
Suddarth, 2010).
d. Perawatan Kulit
Keutuhan kulit akan dipengaruhi jika perawatan kulit kurang memadai.
Tekanan pada tonjolan tulang dan jaringan edematus harus dikurangi dengan cara
mengganti posisi tubuh, meninggikan ekstremitas bawah dan penggunaan stoking
elastik perlu dianjurkan (Brunner & Suddarth, 2010).
e. Parasentesis
Tindakan untuk mengeluarkan cairan (asites) dari dalam kavum peritoneal
melalui luka insisi yang kecil atau pungsi lewat dinding abdomen. Sampel cairan
asites dapat dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan analisis. Dalam
laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan hitung sel, kadar albumin serta total
protein, kultur dan kadang-kadang tes lainnya (Brunner & Suddarth, 2010).
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam buku konsep dasar keperawatan di jelaskan bahwa asuhan keperawatan


merupakan serangkaian tindakan atau proses keperawatan yang di berikan kepada
pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan, dengan cara mengikuti peraturan dan
kaidah-kaidah keperawatan berdasarakan masalah yang dihadapi pasien dan kebutuhan
yang wajib di penuhi dalam proses perawatan pasien itu sendiri dalam asuhan
keperawatan pasien itu sendiri. (Ali, 1997 dalam Suprajitno, 2004). Proses keperawatan
merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah yang membuat perawat dapat
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tahapan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil
yang di perkirakan), implementasi dan evaluasi. (Potter dan Perry, 1997 dalam buku
Suprajitno, 2004).

3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa medik
Karker hati, Anemia, sepsis
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh makan tidak enak merasa mual muntah, sakit perut, lemas, perut
semakin hari semakin membesar, susah tidur, sering capek dan nafas tidak
15
beraturan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan informasi yang timbul dari riwayat atau perilaku yang
ditimbulkan sebelum awal keluhan. Berkaitan dengan informasi atau hal yang
dilakukan di masa dulu yang dapat menimbulkan keluhan. Menurut ilmu
kedokteran sebelum seseorang terserang sirosis, umumnya penyakit yang
mendahului adalah penyakit hepatitis. Tetapi ketika penyakit hepatitis tersebut tidak
di obati dengan baik dapat menyebabkan kerusakan hati, yang dikenal sebagai
sirosis hati.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan dari awal sampai dirawat di
rumah sakit. Berkaitan dengan keluhan utama, dijabarkan dengan PQRST yang
meliputi hal-hal yang meringankan dan memperberat kualitas dan kuantitas dan
keluhan dari penyebarannya serta tingkat kegawatan skala dan waku timbulnya atau
lamanya keluhan.
Menurut Haryanto, 2008 PQRST adalah sebagai berikut,
P (Provoaktif) : Apakah yang menyebabkan gejala, apa saja yang
mengurangi atau memperberatnya.
Q (Quality) : Bagaimana gejala yang dirasakan, sejauh mana yang
dirasakan.
R (Region) : Dimana gejala terasa, apakah mengalami penyebaran.

S (Scale) : Seberapa sekala yang dirasakan dengan sekala (0-5).

T (Time) : Kapan gejala mulai muncul, seberapa sering gejala terasa,


apakah tiba-tiba atau bertahap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga mengalami penyakit hepatitis. Dimana
keluarga yang mengalami penyakit hepatitis adalah kakak dan adiknya, dan juga
paman dan omnya meninggal karena penyakit liver serta kakaknya meninggal
karena kanker hati yang bermula dari penyakit hepatitis yang kronik.

3.1.2 Pengkajian
Dalam tindakan asuhan keperawatan dikenal pengkajian yang merupakan hal
dasar dalam melakukan asuhan kepearawatan kepada pasien. Pengkajian merupakan
tahap awal yang dilakukan oleh seorang perawat untuk menggali informasi dari pasien
dan keluarga pasien saat pasien baru masuk ke dalam rumah sakit. Proses pengkajian
pada asuhan keperawatan pasien dengan penyakit kanker hati menurut Gordon, 1982
dalam pola Gordon mengenai pola fungsi kesehatan. Adapun pola Gordon meliputi 11
tahapan yaitu sebagai berikut,
16

a. Pola Persepsi dan manajemen hidup sehat


Pada pasien kanker hati terjadi perubahan persepsi dan majemen hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang faktor-faktor yang memperberat penyakit
dan dampak dari penyakit itu sendiri. Timbulnya penyakit negatif terhadap dirinya
dan pasien cenderung kurang mematuhi program pengobatan dan perawatan yang
diberikan. Pendidikan kesehatan diperlukan dalam memberikan penjelasan dan
pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dialami.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Aliran darah dari vena porta tidak dapat melewati hepar karena perubahan
sel-sel hepatosit. Darah kembali kesaluran gastroinstestinal. Proses ini akan
membuat pasien dengan penyakit kanker hati mengalami dispepsia dan diare. Berat
badan klien akan terus menerus menurun secara signifikan. Ditambah lagi dengan
asites yang medesak lambung dan menimbulkan rasa tidak enak dan mual sehingga
menurunkan nafsu makan. Hal ini memperburuk status nutrisi dan menimbulkan
anemia serta kelelahan dan letargi. Terkait fungsi hati dalam metabolisme lemak,
karbohidrat, dan protein. Diet yang diberikan akan rendah lemak, dan glukosa
sederhana.
c. Pola eliminasi
Akibat adanya bilirubin terkonjugasi, urin pasien menjadi gelap dan pekat.
Kegagalan inaktivasi aldosteron dan ADH oleh hepar juga menyebabkan retensi Na
dan air. Terjadi konstipasi, flatus, distensi abdomen (hematomegali, splenomegali,
dan asites). Penurunan atau tak adanya bising usus, feses, warna tanah liat atau
melena, pekat.
d. Pola tidur dan istirahat
Nyeri di area hepar dan asites yang mendesak difragma membuat klien sulit
tidur dengan posisi supinasi. Perlu diposisikan klien untuk posisi semi fowler atau
jika memungkinkan posisi ini menggunakan bantal sebagai peyangga tubuh.
e. Pola aktifitas dan latihan
Diafragma yang terdesak oleh asites mengakibatkan pola nafas menjadi tidak
efektif. Pasien mudah lelah, selain karena edema di ekstremitas dan asitesnya.
Pasien dengan sirosis hepatis juga mendapatkan bed rest untuk meringankan fungsi
hati. Terdapat kelemahan karena anemia dan nutrisi yang buruk. Sehingga semua
17

aktivitas dilakukan di tempat tidur. Untuk latihan, mungkin dapat digunakan latihan
rentang gerak tanpa harus menyuruh klien duduk atau berdiri.
f. Pola hubungan peran
Pasien malu dengan kondisi tubuhnya, dimana perutnya terus membesar
akibat cairan. Peran pasien dikeluarga dan masyarakat terganggu karena pasien
harus bed rest total.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada kasus yang lanjut, pasien dapat mengalami ensefalopati hepatik. Dimana
otak terintoksikasi oleh toksin-toksin yang tidak tersaring oleh hepar. Pasien dapat
mengalami gangguan sensori dan kognitif seperti perubahan tingkah laku, tremor,
tidak dapat menulis atau menggambar, tidur lebih lama dari biasanya, fokus pada
diri sendiri, dan pada stadium akhir akan mencapai koma (tidak dapat dibagunkan).
h. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Perut yang terus membesar, pendarahan,
kemunduran sensori dan kognitif, lamanya perawtan, banyaknya biaya perawatan,
banyaknya biaya perawtan dan pengobatan penyebab pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi
Atrofi testis, ginekomastia, dan perubahan mestruasi yang terjadi karena
kegagalan metabolisme steroid dapat menurunkan kualitas dan fungsi seksual
sekaligus reproduksi.
j. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa
marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, serta dapat menyebabkan
pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang terkonstruktif atau
adaptif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta asites
tidak menghambat pasien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola
ibadah penderita.
18

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, kesadaran composmentis, atau terjadi penurunan
kesadaran yang diakibatkan sirosi hepatis.
b. Sistem Kardiovaskuler
Riwayat gagal jantung kanan kronis, perikarditis, penyakit jantung rematik,
kanker (mal fungsi hati yang menyebabkan gagal hati).
c. Sistem Pernafasan
Pada pasien dengan sirosis hepatis terjadi dispnea takipnea, pernafasan
dangkal, dan bunyi nafas tambahan. Ekspansi paru-paru terbatas karena asites.
d. Sistem Pencernaan
Pada pasien dengan sirosi hepatis terjadi anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan atau tidak dapat mencerna, mual atau muntah. Penurunan berat badan atau
peningkatan cairan.
e. Sistem Reproduksi
Biasanya pada klien sirosis hepatis terjadi gangguan menstruasi, hipoten,
atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, dan pubis).
f. Sistem integumen
Biasanya terjadi demam (lebih umum pada sirosis alkoholik) ikterik,
ekimosis, petekie, angioma spider atau teleangiektasis, eritema palmar.
g. Urinaria
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, dan asites) penurunan atau
adanya bising usus. Feses warna tanah liat, melena urin gelap, dan pekat. (Doenges,
2000).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien sirosi hepatis menurut


Isselbacher (2009) adalah:
a. Pemeriksaan laboratorium.
1) Terjadi peningkatan kadar bilirubin alkali fosfatase, asparat aminotransfarerase
(AST), glutamic oxaloacetik transaminase (SGOT) dan lactic dehidrogenase
(LDH) dapat terjadi.
19

2) Leukositosis (peningkatan jumlah sel darah putih), eritrosis (peningkatan jumlah


sel darah merah).
3) Hiperkalsemia, hipoglikemia dan hiperkolesterolemia juga terlibat dalam
pemeriksaan laboratorium.
b. USG abdomen : mendeteksi adanya tumor hati.
c. Biopsi Hati : terdapat resiko sel-sel tumor akan bermigrasi disepanjang bekas biopsi
d. Laparoskopi : untuk melakukam biopsi sel hari di bawah pandangan langsung
20

3.1.4 Analisa data dan Masalah

No Data Etiologi Masalah Paraf


1 DS : Resiko pola nafas tidak efektif Resiko pola nafas tidak
a. Pasien mengeluh nafas efektif
tidak beraturan,
b. Pasien mengatakan
mudah lelah.
Penurunan ekspansi paru

DO:
a. Nyeri di area hepar dan
asites yang mendesak
diafragma, Pengumpulan cairan intra
abdomen
b. Dispnea Takipnea,
c. Pernafasan dangkal,
d. Bunyi nafas tambahan,
e. Ekspansi paru terbatas
karena asites.
2. DS :- Nyeri Nyeri Kronis
21

DO : Pembengkakan hepar dan limpa

a. Splenomegali
b. Hepatomegali
c. Nilai dari
- AST: 124 iu/L, Hepatomegali

- ALT : 52 iu/L,
- ALP : 173 iu/L
Tidak normal
d. Nodular diffuse.
3. DS: Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan
Pasien mengatakan bahwa
perutnya semakin membesar

Kelebihan natrium/masukan cairan

DO:

a. Asites +
b. Edema pada kaki Penurunan protein plasma, mal
c. USG : Renin : Membesar nutrisi
d. Nyeri saat perkusi ginjal
22

e. Penurunan berat badan


atau peningkatan cairan
4. DS : Ketidak seimbangan nutrisi: Ketidak seimbangan nutrisi:
a. Pasien mengatakan kurang dari kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan
bahwa, pasien mengalami tubuh
mual dan muntah,
b. Pasien mengatakan
bahwa kondisi tubuhnya Diet yang tidak adekuat
lemas,

DO
Ketidak mampuan untuk
a. Nafsu makan menurun
memproses atau mencerna
b. Dispepsia
makanan, anoreksia, mual dan
c. Diare
muntah
d. Berat badan menurun

5. Ds :- Resiko terjadinya integritas kulit Resiko terjadinya integritas


kulit
DO:
23

a. Kulit pasien nampak Perubahan turgor


kering
b. Pasien terlihat ada
pruritus (gatal) Pruritus, edema dan asites

ditubuhnya terutama di
bagian tangan
24

3.1.5 Pathway

Hepatitis virus Alkoholism


e
Nekrosis
Parenkim Hati

Kanker Hati

Anoreksia hepatomegali Pruritus Penekanan Diafragma Protein plasma


yang menurun

Mual-mual nafsu makan Ruang paru menyempit


turun kelemahan otot
cepat lelah Pembengkakan Perubahan Turgor Kelebihan Natrium
hepar dan limpa
Sesak nafas

Ketidak seimbangan
nutrisi
Nyeri
Pola nafas tidak efektif

Resiko terjadinya integritas


kulit
Kelebihan
volume cairan
25

3.2 Diagnosa Keperawatan


Dalam proses asuhan keperawatan kepada pasien kanker hati berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, maka ditarik sebuah
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan sendiri merupakan pernyataan yang menjelaskan respon pasien untuk mengungkapkan status
kesehatan atau resiko perubahan pola hidup yang dialami baik secara individu maupun kelompok. Diagnosa keperawatan diambail oleh
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi yang pasti dalam mendiagnosa masalah pasien. Adapun
diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan pasien kanker hati adalah sebagai berikut,

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Paraf

1. Senin, 14 November 2016 Resiko pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan dispnea takipnea,
pernafasan dangkal, bunyai nafas tambahan yang diakibatkan oleh
penumpukan cairan intra abdomen.

2. Senin, 14 November 2016 Nyeri kronis yang berhubungan dengan adanya anoreksia pada hati yang
ditandai dengan pembengkakan hati penurunan berat badan.

3. Senin, 14 November 2016 Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan mekanisme
Regulasi tubuh ditandai dengan kelebihan garam dan air yang diakumulasikan
dalam jaringan di bawah kulit terjadi penurunan protein albumin.

4. Senin, 14 November 2016 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diet yang tidak adekuat yang ditandai dengan nafsu makan menurun,
berat badan menurun, diare, mual dan muntah.
26

5. Senin, 14 November 2016 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit yang
ditandai dengan kulit pasien nampak kering, pruritus, edema dan asites.
27

3.3 Intervensi Keperawatan


Dalam proses asuhan keperawatan kepada pasien kanker hati berdasarkan hasil diagnosis yang diperoleh, maka ditarik sebuah
intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan sendiri merupakan tindakan yang akan diambil oleh perawat yang melakukan tindakan
asuhan keperawatan kepada pasien. Intervensi keperawatan dibuat oleh perawat untuk memudahkan proses asuhan keperawatan dan
meningkatkan derajat kesehatan yang diinginkan. Adapun intervensi keperawatan pada asuhan keperawatan pasien kanker hati adalah
sebagai berikut,

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf

1. Resiko pola nafas tidak efektif Setelah pasien di beri perawatan 3x24 a. Identifikasi pemasangan alat jalan
yang berhubungan dengan dispnea jam masalah resiko pola nafas tidak napas buatan
takipnea, pernafasan dangkal, efektif dapat diatasi. b. Auskultasi suara napas, mencatat
bunyai nafas tambahan yang adanya suara tambahan
Kriteria Hasil
diakibatkan oleh penumpukan c. Posisikan pasien untuk
cairan intra abdomen. a. Menunjukkan jalan hafas yang memaksimalkan ventilasi
paten atau pasien tidak merasa d. Monitoring status O dan respirasi
2
terckik irama nafas frekuensi e. Monitoring TD, Nadi, RR
pernapasan dalam dalam rentang f. Monitoring suara paru-paru
normal tidak ada suara abnormal. g. Monitoring pola pernapasan abnormal
b. TTV dalam rentang normal (TD, h. Monitoring sianosis perifer
Nadi, RR)
2. Nyeri kronis yang berhubungan Setelah pasien di beri perawatan 3x24 a. Monitoring pengkajian nyeri secara
28

dengan adanya Anoreksia pada jam masalah nyeri kronis dapat komperhensif
hati yang ditandai dengan diatasi. b. Kaji kultur yang memepengaruhi
pembengkakan hati penurunan respon nyeri
Kriteria Hasil:
berat badan. c. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
a. Mengurangi tingkat nyeri pada d. Bantu pasien dan keluarga untuk
pasien akibat pembengkakan hati mencari dan menemukan dukungan
b. Mengenali rasa nyeri (skala e. Monitoring penerimaan pasien tentang
intesitas frekuensi tanda nyeri) manajemen nyeri
3. Kelebihan volume cairan yang Setelah pasien di beri perawatan 3x24 a. Monitoring gejala dan tanda edema
berhubungan dengan gangguan jam masalah kelebihan volume cairan b. Monitoring BP,HR,RR
mekanisme regulasi tubuh dapat teratasi. c. Monitoring tekanan vena sentral,
ditandai dengan kelebihan garam tekanan kapiler paru, output jantung
Kriteria Hasil:
dan air yang diakumulasikan dan vital sign dalam batas normal
dalam jaringan di bawah kulit a. Terbebas dari edema d. Monitoring albumin serum dan
terjadi penurunan protein b. Protein albumin dalam darah elektrolit khusus kalium dan natrium
albumin. kembali normal
c. Tidak mengalami pembengkakan
pada organ hati
d. Bunyi nafas bersih, tidak ada
dypsnue/ortopnue
4. Ketidakseimbangan nutrisi : Setelah perawatan 3x24 jam a. Kaji adanya alergi makanan
29

kurang dari kebutuhan tubuh ketidakseimbangan nutrisi: kurang b. Monitoring jumlah nutrisi dan
berhubungan dengan diet yang dari kebutuhan diri diet yang tidak kandungan kalori
tidak adekuat yang ditandai adekuat sehingga asupan nutrisi dapat c. Berikan informasi tentang kebutuhan
dengan nafsu makan menurun, terpenuhi. nutrisi
berat badan menurun, diare, mual d. Bantu pasien dalam membuat catatan
Kriteria Hasil :
dan muntah. makanan sehari-hari
a. Adanya peningkatan berat badan e. Monitoring adanya penurunan berat
sesuai dengan tujuan badan pasien saat dalam proses
b. Berat badan sesuai dengan tinggi perawatan
badan pasien f. Monitoring mual dan muntah yang
c. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dirasakan pasien
d. Tanda dari malnutrisi tidak nampak g. Monitoring pucat, kemerahan, dan
e. Menunjukkan peningkatan fungsi kekeringan dari konjungtiva
pengecapan dari proses menelan h. Monitoring kalori dan intake nutrisi
f. Tidak terjadi penurunan berat i. Monitoring kadar albumin, total
badan protein, Hb dan kadar Ht
j. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
k. Kolaborasi tindakan pemberian
nutrisi dengan ahli gizi
30

l. Berikan makanan yang terpilih


5. Gangguan integritas kulit Setelah perawatan 3x24 jam resiko a. Anjurkan pasien dalam menggunakan
berhubungan dengan perubahan kerusakan integritas kulit perubahan pakaian yang longgar
turgor kulit yang ditandai dengan turgor kulit yang ditandai dengan kulit b. Jaga kebersihan kulit pasien agar tetap
kulit pasien nampak kering, pasien nampak kering, pruritus, edema bersih dan kering
pruritus, edema dan asites. dan asites sehingga mampu diatasi. c. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
apabila pasien tersebut tidak bisa
Kriteria Hasil :
menggerakan badannya
a. Integritas kulit yang baik dapat d. Monitoring kulit akan adanya warna
dipertahankan (sensasi, elastisitas, kemerahan
temperatur, hidrasi, pigmentasi) e. Oleskan lotion atau baby oil pada
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit daerah yang tertekan
c. Perfusi jaringan baik f. Mandikan atau sekoh pasien
d. Menunjukkan pemahaman dalam menggunakan sabun, air hangat dan
proses perbaikan kulit dan air bersih jika pasien tidak bisa
mencegah terjadinya cidera g. Bersihkan, pantau dan tingkatkan
berulang proses penyembuhan pada luka yang
e. Mampu melindungi kulit dan tertutup dengan jahitan, klip atau
mempertahankan kelembapan kulit straples (biasanya luka sehabis operasi
dan perawatan alami atau dilakukan pembedahan)
31

h. Monitoring area insisi (luka)


i. Monitoring tanda dan gejala infeksi
diarea insisi (luka)
j. Bersihkan area sekitar luka jahitan
menggunakan lidi kapas steril
k. Ganti balutan pada interval waktu
yang sesuai atau biarkan luka tetap
terbuka (tidak dibalut) sesuai program
32

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Dalam proses asuhan keperawatan kepada pasien kanker hati berdasarkan hasil intervensi yang diperoleh, maka ditarik sebuah
implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan sendiri merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan kepada pasien. Implementasi keperawatan dilakukan perawat untuk mengkaji dan mengatasi masalah pasien
yang dilakukan pada asuhan keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang diinginkan. Adapun implementasi keperawatan pada
asuhan keperawatan pasien kanker hati adalah sebagai berikut,

No Hari/Jam/Tanggal Implementasi Paraf

1. Senin, 14 November 2016 Resiko Pola Napas

Jam 07.00 a. Mengidentifikasi pemasangan alat jalan napas buatan


b. Mengauskultasi suara napas, mencatat adanya suara tambahan
c. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
d. Memonitoring status O2 dan respirasi
e. Memonitoring TD, Nadi, RR
f. Memonitoring suara paru-paru
g. Memonitoring pola pernapasan abnormal
h. Memonitoring sianosis perifer
33

2. Senin, 14 November 2016 Nyeri Kronis

Jam 10.00 a. Memonitoring pengkajian nyeri secara komperhensif


b. Mengkaji kultur yang memepengaruhi respon nyeri
c. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lalu
d. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
e. Memonitoring penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

3. Senin, 14 November 2016 Kelebihan Volume Cairan

Jam 07.00 a. Memonitoring gejala dan tanda edema


b. Memonitoring BP,HR,RR
c. Memonitoring tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan
vital sign dalam batas normal
d. Memonitoring albumin serum dan elektrolit khusus kalium dan natrium
4. Senin, 14 November 2016 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan diri

Jam 08.00 a. Mengkaji adanya alergi makanan


b. Memonitoring jumlah nutrisi dan kandungan kalori
c. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
d. Membantu pasien dalam membuat catatan makanan sehari-hari
e. Memonitoring adanya penurunan berat badan pasien saat dalam proses
34

perawatan
f. Memonitoring mual dan muntah yang dirasakan pasien
g. Memonitoring pucat, kemerahan, dan kekeringan dari konjungtiva
h. Memonitoring kalori dan intake nutrisi
i. Memonitoring kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht
j. Mencatat jika lidah berwarna magenta, scarlet
k. Mengkolaborasikan tindakan pemberian nutrisi dengan ahli gizi
l. Memberikan makanan yang terpilih
5. Senin, 14 November 2016 Resiko Kerusakan Integritas Kulit

Jam 08.05 a. Menganjurkan pasien dalam menggunakan pakaian yang longgar


b. Menjaga kebersihan kulit pasien agar tetap bersih dan kering
c. Merubah posisi pasien setiap 2 jam sekali apabila pasien tersebut tidak bisa
menggerakan badannya jika pasien itu tidak sadar
d. Memonitoring kulit akan adanya warna kemerahan
e. Mengoleskan lotion atau baby oil pada daerah yang tertekan
f. Memandikan atau menyekoh pasien menggunakan sabun, air hangat dan air
bersih jika pasien tidak bisa
g. Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka
yang tertutup dengan jahitan, klip atau straples (biasanya luka sehabis operasi
atau dilakukan pembedahan)
35

h. Memonitoring area insisi (luka)


i. Memonitoring tanda dan gejala infeksi diarea insisi (luka)
j. Membersihkan area sekitar luka jahitan menggunakan lidi kapas steril
k. Mengganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap
terbuka (tidak dibalut) sesuai program
36

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Dalam proses asuhan keperawatan kepada pasien kanker hati berdasarkan hasil implementasi yang diperoleh, maka ditarik sebuah
evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan sendiri merupakan tindakan atau hasil akhir dalam suatu tindakan yang telah dilakukan oleh
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Evaluasi keperawatan dilakukan perawat untuk mengetahui hasil tindakan
yang telah dilakukan oleh perawat itu berhasil atau tidak. Tindakan yang berhasil akan tetap dipertahankan sedangkan tindakan yang gagal
akan dievaluasi atau dikaji ulang untuk mencari solusi terbaik dalam melakukan tindakan selanjutnya. Adapun evaluasi keperawatan pada
asuhan keperawatan pasien kanker hati adalah sebagai berikut,

No Diagnosis Keperawatan Evaluasi Paraf

1. Resiko pola nafas tidak efektif yang berhubungan S :


dengan dispnea takipnea, pernafasan dangkal,
a. Keluarga mengatakan tidak terjadi sesak nafas
bunyai nafas tambahan yang diakibatkan oleh
b. Pasien merasa normal
penumpukan cairan intra abdomen.
O:

a. RR normal
b. Tidak ada suara tambahan
c. Tidak ada rasa nyeri
d. TTV normal
A:

Masalah resiko pola nafas tidak efektif berhubungan


37

dengan dispnea takipnea, pernafasan dangkal, bunyai nafas


tambahan yang diakibatkan oleh penumpukan cairan intra
abdomen mampu teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi resiko pola nafas yang tidak efektif

2. Nyeri kronis yang berhubungan dengan adanya S : -


Anoreksia pada hati yang ditandai dengan
O:
pembengkakan hati penurunan berat badan.
a. Nilai AST, ALT, ALP normal
b. Pasien nampak normal atau tidak meringis
A:

Masalah nyeri kronis yang berhubungan dengan adanya


anoreksia pada hati mampu teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi nyeri kronis pada pasien

3. Kelebihan Volume Cairan yang berhubungan S :


dengan gangguan mekanisme Regulasi tubuh
a. Pasien mengatakan bahwa rasa nyaman dialami pasien
ditandai dengan kelebihan garam dan air yang
38

diakumulasikan dalam jaringan di bawah kulit akibat penurunan intensitas edema di bagian hati
terjadi penurunan protein albumin. O:

a. Hasil USG normal


b. BB normal
c. Intake cairan normal
A:

Masalah kelebihan volume cairan mampu teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi dalam mengatasi kelebihan volume


cairan

4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan S :


tubuh berhubungan dengan diet yang tidak adekuat
a. Pasien mengatakan bahwa nafsu makan meningkat
yang ditandai dengan nafsu makan menurun, berat
b. Keluarga mengatakan bahwa pasien nampak gemuk
badan menurun, diare, mual dan muntah.
O:

a. BB meningkat
b. Tidak terjadi diare
c. Tidak lemas
39

d. Mual dan muntah sudah tidak dialami oleh pasien


A:

Masalah ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan


tubuh dapat teratasi

P:-

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan S :


perubahan turgor kulit yang ditandai dengan kulit
a. Pasien menatakan kulitnya lembab
pasien nampak kering, pruritus, edema dan asites.
b. Keluarga mengatakan kulit pasien halus
O:

a. Kulit lembab
b. Berwarna merah (warna kulit normal)
c. Elastisitas kulit < 2 detik
A:

Masalah gangguan integritas kulit mampu teratasi

P:-
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hati memiliki peran untuk mendetokfikasi racun yang ada dalam tubuh
manusia,jika organ hati tersebut sudah tidak mampu mendetokfikasi racun dalam tubuh
dapat menyebabkan racun tersebut menyebar ke organ yang lain misal gangguan fungsi
ginja, pusat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, memproduksi cairan empedu,
memproduksi heparin (antikoagulan darah), memproduksi protein plasma,
membersihkan bilirubin dari darah. Racun pada pestisida dapat mengakibatkan
kerusakan organ manusia tidak terkecuali untuk organ hati. Banyak penyebab yang
mengakibatkan terkena gangguan fungsi hati seperti virus hepatitis dan minum
minuman alkhohol. Patofisiologi kanker hati sendiri menyerang gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hati.
Asuhan keperawatan bagi riwayat kanker hati atau serosis hati sangat komplek dan
butuh perawatan yang baik dan teratur agar pasien kanker hati tidak semakin meningkat.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Penulis

Perlunya diadakan penelitian lebih banyak lagi agar dapat menunjang makalah ini
tentang asuhan keperawatan kanker hati dan penyebab kanker hati selain pestisida dan
virus.

4.2.2 Bagi Pembaca

Membaca literatur lain agar dapaat memberikan informasi lebih jika dalam
makalah ini tidak ada informasi terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, M.A. 2006. Effect Of Pesticide Residues On Health and Different Enzyme Levels
in the Blood Of Farm Workers From Gadap (rural area) Karachi Pakistan.
Chemosphere. Volume 64, Issue 10. (Serial Online)
http://dx.doi.org/10.1016/j.chemosphere.2006.01.016. (Diakses pada tanggal 8
November 2016).
Brunner & Suddart. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Depkes. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. (Serial Online)
http://pio.binfar.depkes.go.id/PIOPdf/PC_HATI.pdf (Diakses pada tanggal 5
November 2016).
Doenges, Marulynn E, Mary Fances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. Alih Bahasa:
Brahm U Pendit, Jakarta : EGC
Grace Delia, George Mahuku, Vivian Hofmann, et al. 2015. International Agricultural
Reseacrh To Reduce Food Risk : Case Studies On Aflaktosin. Food Sec. (2015)
7:569-582. DOI 10.1007/s/12571-015-0469-2. (Serial Online)
http://download.springer.com/static/pdf/960/art%253A10.1007%252Fs12571-
015-0469-
2.pdf?originUrl=http%3A%2F%2Flink.springer.com%2Farticle%2F10.1007%2Fs
12571-015-0469-
2&token2=exp=1477738456~acl=%2Fstatic%2Fpdf%2F960%2Fart%25253A10.
1007%25252Fs12571-015-0469-
2.pdf%3ForiginUrl%3Dhttp%253A%252F%252Flink.springer.com%252Farticle
%252F10.1007%252Fs12571-015-0469-
2*~hmac=1bfca2f7cd7f15281ebd47cdb78135a7ab02a80f38a247b1a2e767a30154
624f (Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016)
Gordon, J. George. 1982. Public Administration in America. New York : St Martin
Press

Haryanto. 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan pemetaan konsep (konsep


mapping). Jakarta: Salemba Medika
Hembing Wijaya Kusuma. 2008. Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta : IKAPI
Hembing W. 2008. Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta : KDT

Hussodo. 2009. Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Penyakit Karsinoma Hepatoseluler.


(Serial Online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40610/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada tanggal 5 November 2016).
Isselbacher, Kurt, Harrison. 2009. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Harrison’s
Principles of Internal Medicine). Volume 1. Jakarta : Buku Kedokteran
Khan Ayaz A.2013.Occupational Exposure To Pesticides And Its Effects On Health
Status Of Workers In Swat, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Vol. 4, No. 2.Journal
of Biology and Life Science. (Serial Online) http://free-journal.umm.ac.id
(Diakses pada tanggal 2 November 2016).
Medkes. 2013. Fungsi Penting Hati dan Permasalahannya. (Serial Online)
http://www.medkes.com/2013/02/fungsi-penting-hati-dan-permasalahannya.html
(Diakses pada tanggal 11 November 2016)
Nurarif Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANA-NIC-NOC. Jogjakarta : Percetakan
Medication Publishing Jogjakarta.
Smeltzer Suzanne C., Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta : EGC
Sri Haryanto, S. Nugro. 2009. Terapi Pengobatan Tumor-Kanker. Yogjakarta :
Kanisius.

Sri Haryanto, Nugroho. 2013. Terapi Pengobatan Tumor-Kanker.Yogyakarta : IKAPI


Siwiendrayanti A. 2012. Hubungan Riwayat Pajanan Pestisida Dengan Kejadian
Gangguan Fungsi Hati (Studi pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes. Vol 11. No 1. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. (Serial
Online) http://Ejournal.Undip.Ac.Id (Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016).
Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta :
EGC
Tanpa Nama. 2016. Kanker Hati Sirosis, Tumor, Gejala, dan Obat (Artikel). (Serial
Online) http://www.penyakitkankertumor.com/kanker-hati-sirosis-tumor-gejala-
dan-obat.html (Diakses pada tanggal 10 November 2016)
Wim de Jong. 2004. Kanker, Apakah Itu? Pengobatan, Harapan, Dan Dukungan
Keluarga. Jakarta : Arcan
Yellia M. 2009. Solusi Sehat Mencegah Dan Mengatasi Kanker. Jakarta Selatan : PT
Agro Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai