Anda di halaman 1dari 14

PENATALAKSANAAN DISKOLASI SENDI

Oleh Kelompok 3
1. Ahmad Kommarudin
2. Dwifa Maharani
3. Gustria Ayu Meldi
4. Lia Indriani Rambe
5. Novita Mainurhaliza
6. Riyatul Janah
7. Salika Aprianti
8. Siti Nurhaslinda

Dosen Pembimbing:

Ns. Vino Rika Nofia,M.Kep

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penatalaksanaan
Diskolasi Sendi”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, ide, dan saran dalam kesempatan ini dan bantuan dari semua pihak yang ikut
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah yang kami susun dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Wassalamu’allaikum Wr. Wb.

Padang, 10 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Defenisi...........................................................................................................................3

B. Etiologi............................................................................................................................3

C. Patofisiologi....................................................................................................................4

D. Manifestasi Klinis...........................................................................................................4

E. Klasifikasi.......................................................................................................................5

F. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................6

G. Komplikasi......................................................................................................................6

H. Penatalaksanaan Medis...................................................................................................7

I. Prognosis.........................................................................................................................7

J. Prosedur Penatalaksaan Pasien dengan Dislokasi...........................................................8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet / lengkap .terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi, Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi (Santosa, 2013).
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha).Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet.Selain macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi (Santosa, 2013). Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang
mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan
panggul.Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka.
Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya
tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan
terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan
jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam
sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
(acquired) atau karena sejak lahir (kongenital) (Santosa, 2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dislokasi?
2. Apa etiologi dari dislokasi?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
4. Apa saja manifestasi dari dislokasi?
5. Bagaimanakah penatalaksanaannya ?

1
6. Apa saja komplikasinya ?
7. Bagaimana prognosis dari penyakit dislokasi?
8. Bagaimana prosedur penatalaksaan pasien dengan dislokasi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien “dislokasi”
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti konsep dasar medis penyakit dislokasi
b. Mahasiswa mampu mengerti konsep pemberian asuhan keperawatan penyakit
dislokasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi terjadi bila
sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu. Bahu, siku, jari,
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan sendi sendi yang paling sering
mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk, 2011)
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis.Dislokasi sendi di maksud juga
dengan keluarnya kepala sendi dari mangkuknya atau tulang lepas dari sendi.
Dislokasi sendi jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan nekrosis avaskuler,
yaitu kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah, dan juga
mengakibatkan paralysis syaraf.
Dislokasi sendi dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Dislokasi Congonital :Dislokasi sendi yang terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan.
b. Dislokasi Patologik : Dislokasi sendi akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar
sendi.
c. Dislokasi Traumatic : Dislokasi sendi akibat kedaruratan ortopedi ( seperti
pasokan darah, susunan syaraf rusak, dan mengalami stress berat, kematian
jaringan akibat anoksia ) yang disebabkan oleh cedera dimana sendi mengalami
kerusakan akibat kekerasan (Brunner and Suddarth, 2012).
Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

B. Etiologi
Dislokasi sendi terjadi karena trauma akibat kecelakaan, seperti kecelakaan mobil,
kecelakaan sepeda motor, kecelakaan terjatuh dari tempat yang tinggi, dan lain-
lain.Dislokasi sendi dapat disebabkan juga oleh trauma akibat pembedahan
ortopedi.Dislokasi sendi juga dapat disebabkan oleh factor predisposisi, terjadi infeksi di
sekitar sendi dan juga akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir. (Brunner and Suddarth,
2012).

3
1. Cedera olah raga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola
danhoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibatbermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bolapaling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada sendi
saat kecelakaan motor biasanyamenyebabkan dislokasi
3. Terjatuhdari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis: terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen
vital penghubung tulang.

C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi, dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi.Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi.Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur.Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai

D. Manifestasi Klinis
1. perubahan kontur sendi
2. perubahan panjang ekstremitas misalnya dislokasi anterior sendi panggul.
3. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
4. Deformitas pada persendiaan : Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat
suatu celah.Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan
eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
5. Gangguan gerakan (kehilangan mobilitas normal) : Otot-otot tidak dapat bekerja
dengan baik pada tulang tersebut.
6. Pembengkakan : Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas.
7. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi : Sendi bahu, sendi siku, metakarpal
phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
8. Kekakuan

4
E. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3,Halaman 2356) adalah:
1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering
terlihat pada pinggul.
2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan
tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2356)dapat dibagi menjadi :
1. Dislokasi Akut, Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya
sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya
ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan.
Disloksi berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang .Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :Menguap atau
terlalu lebar dan terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya
penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2. Dislokasi Sendi Bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di
anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di
bawah glenoid (dislokasi inferior).
3. Dislokasi Sendi Siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan
yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas
berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.

5
4. Dislokasi Sendi Jari. Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong
dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami
dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal. Merupakan dislokasi yang
disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6. Dislokasi Panggul. Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior
dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior),
dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella. Paling sering terjadi ke arah lateral, reduksi dicapai dengan
memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan
lutut perlahan-lahan.Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi
secara bedah.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosa
medis. Pada pasien dengan dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT Scan yaitu pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

G. Komplikasi
1. Komplikasi dini
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
b. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
c. Fraktur disloksi
6
2. Komplikasi lanjut.
a. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi
b. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
c. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
d. Kelemahan otot

H. Penatalaksanaan Medis
Penanganan medis secepatnya adalah solusi untuk dislokasi persendian. Obat
penghilang rasa sakit juga dapat diberikan selama penanganan medis. (Davies K, 2007)
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.
RICE
a. R : Rest (istrirahat)
b. I : Ice (kompres dengan es)
c. C : Compression (kompresi/pemasangan balut tekan)
d. E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar
tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4x sehari
yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

I. Prognosis
Prognosis tergantung pada sendi tertentu dislokasi dan cedera jaringan
sekitarnya.Cedera saraf dan arteri disekitar sendi memiliki prognosis buruk.Fraktur
periarticular beresiko untuk arthritis posttraumatic dan kebutuhan untuk penggantian nanti
bersama. Dislokasi sendi biasanya tidak fatal.Gejala klinis dapat dihilangkan dengan terapi
adekuat.Dan bedrest total.Melakukan aktifitas yang berlebih dapat memperburuk gejala
(Brunner and Suddarth, 2012).

7
J. Prosedur Penatalaksaan Pasien dengan Dislokasi
Mitella adalah alat support lengan yang terdiri dari kain dengan tali yang diikatkan
dari siku menuju bahu, dan berakhir di pergelangan tangan.

INDIKASI :
Memberikan support lengan setelah cedera traumatik, cedera jaringan lunak ( soft
tissue injuries), dan kondisi neurologis atau kronis.

KEUNGGULAN :
1. Ringan dan adjustable.
2. Tali leher (neck strap) yang lembut memberikan kenyamanan bagi pasien.
3. Mudah diaplikasikan.
4. Bantalan ibu jari yang lembut dapat mencegah pergeseran sling.
5. Dapat digunakan untuk tangan kanan ataupun tangan kiri.

8
Pengertian
Balutan mitela adalah tindakan untuk menyangga atau menahan
bagian tubuh dengan menggunakan kain segi tiga sama kaki agar
tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

Persiapan alat
Kain berbentuk segi tiga sama kaki dengan berbagai ukuran, panjang kaki
antara 50 –  100 cm
Peniti Persiapan Klien
Klen diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
Kaji daerah yang akan dibalut
Atur posisi

Langkah-langkah
Perawat cuci tangan
Salah satu mitela dilipat 3-4 cm sebanyak 1 –   3 kali
Pertengahan sisi yang telah dilipat diletakkan diluar
 bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi
tersebut diikatkan
Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan diberi
 peniti atau dapat diikatkan pada ikatan atau diikatkn
 pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat
dan kepentingannya
Perawat cuci tangan

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi terjadi bila
sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu. Bahu, siku, jari,
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan sendi sendi yang paling sering
mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk, 2011)
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis.Dislokasi sendi di maksud juga
dengan keluarnya kepala sendi dari mangkuknya atau tulang lepas dari sendi.
Dislokasi sendi jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan nekrosis avaskuler,
yaitu kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah, dan juga
mengakibatkan paralysis syaraf.

B. Saran
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ardiartana. 2013. Askep Dislokasi. http://ardiartana.wordpress.com/xmlrpc. php diakses pada


tanggal 10 Oktober 2014 pukul 14:23 WITA
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Davies, K. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. East Sussex: The Ivy.
Dhanti. 2013. Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal Dislokasi. http://keperawatan
blog.wordpress.com/xmlrpc.php diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21.20
WITA
Mohamad, Kartono. 1975. Pertolongan pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Muttaqin, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Dislokasi. http://www.w3.org/1999/xhtml diakses pada
tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21:17 WITA

11

Anda mungkin juga menyukai