Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Asuhan keperawatan gawat darurat dan pencegahan pada sistem


Muskuloskeletal : Dislokasi
Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu : Adiratna Sekar Siwi., S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok 4

Oleh :

Galih Agung Pratafa (170103035)


Karmilah (180103046)
Maya Ade Kusniarti Pasaribu (180103056)
Nuraeni (180103071)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2020/2021

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
Latar Belakang...........................................................................................................2
Tujuan........................................................................................................................3
Rumusan Masalah......................................................................................................3
BAB II KONSEP DASAR MEDIS...............................................................................4
Defenisi......................................................................................................................4
Etiologi.......................................................................................................................5
Patofisiologi...............................................................................................................5
Manifestasi Klinis......................................................................................................5
Klasifikasi..................................................................................................................6
Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................8
Komplikasi.................................................................................................................8
Penatalaksanaan Medis..............................................................................................9
Prognosis....................................................................................................................9
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN...........................................................10
Pengkajian................................................................................................................10
Diagnosa Keperawatan............................................................................................12
Intervensi Keperawatan...........................................................................................13
Evaluasi....................................................................................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................................16
Kesimpulan..............................................................................................................16
Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal
antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et
al ,1999) terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis
membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.

Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.


Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada
sendi.dislokasi sendi biasanya terjadi setelah trauma berat yang mengangu
kemampuan ligamen menahan tulang di tempatnya.dislokasi sendi dapat juga
terjadi secara kongenital; misalnya, panggul kadang di jumpai pada bayi baru
lahir (displasia perekmbangan panggul ).
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang
sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga
agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya
patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
( acquired) atau karena sejak lahir (kongenital ).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran dan mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien “dislokasi”

3
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti konsep dasar medis penyakit dislokasi
b. Mahasiswa mampu mengerti konsep pemberian asuhan keperawatan
penyakit dislokasi

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dislokasi?
2. Apa etiologi dari dislokasi?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
4. Apa saja manifestasi dari dislokasi?
5. Bagaimanakah penatalaksanaannya ?
6. Apa saja komplikasinya ?
7. Bagaimana prognosis dari penyakit dislokasi?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dislokasi?

4
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Defenisi
Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada tubuh tidak
berada ditempat yang tepat. (Pearce EC, 2000)
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi
terjadi bila sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi
menyatu. Bahu, siku, jari, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan sendi
sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk, 2011)
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang
seharusnya.Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulut, adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya terlepas atau
mengalami dislokasi. (Mohamad kartono, 1975)
Dislokasi adalah pergeseran permukaan articular suatu sendi sehingga aposisi
hilang.Sendi harus diistirahatkan dan diimobilisasi hingga jaringan lunak sembuh,
dan pada beberapa kasus, sendi mungkin perlu pemulihan terbuka. (Brooker

Chris,EGC)
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu

Bedah, edisi 3,Halaman 1046)


Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002,

KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355)


Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan
deformitas.(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

B. Etiologi
1. Cedera olah raga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola danhoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibatbermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bolapaling

5
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada
sendi saat kecelakaan motor biasanyamenyebabkan dislokasi
3. Terjatuhdari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis: terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.

C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi, dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi.Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi.Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur.Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi
sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai

D. Manifestasi Klinis
1. perubahan kontur sendi
2. perubahan panjang ekstremitas misalnya dislokasi anterior sendi panggul.
3. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
4. Deformitas pada persendiaan : Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan
terdapat suatu celah.Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma
ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
5. Gangguan gerakan (kehilangan mobilitas normal) : Otot-otot tidak dapat bekerja
dengan baik pada tulang tersebut.
6. Pembengkakan : Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas.
7. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi : Sendi bahu, sendi siku, metakarpal
phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
8. Kekakuan

6
E. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi
8, vol 3,Halaman 2356) adalah:

1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling


sering terlihat pada pinggul.

2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan
sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan
oleh kekuatan tulang yang berkurang

3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak


dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema
( karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga
dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8 , vol
3 ,Halaman 2356)dapat dibagi menjadi :

1. Dislokasi Akut, Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi

2. Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral
joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya
trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Disloksi berdasarkan tempat terjadinya :


1. Dislokasi Sendi Rahang .Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :Menguap
atau terlalu lebar dan terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,
akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

7
2. Dislokasi Sendi Bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral,
berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi
posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3. Dislokasi Sendi Siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada
tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan
siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan
tulang siku.
4. Dislokasi Sendi Jari. Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak
ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat
mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal. Merupakan
dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6. Dislokasi Panggul. Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum

( dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra ).


7. Dislokasi Patella. Paling sering terjadi ke arah lateral, reduksi dicapai dengan
memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil
mengekstensikan lutut perlahan-lahan.Apabila dislokasi dilakukan
berulangulang diperlukan stabilisasi secara bedah.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan
diagnosa medis. Pada pasien dengan dislokasi sendi ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT Scan yaitu pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3
dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI

8
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail.
Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi.

G. Komplikasi
1. Komplikasi dini
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan
otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut
b. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
c. Fraktur disloksi 2. Komplikasi lanjut.
a. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi

b. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau


c. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
d. Kelemahan otot

H. Penatalaksanaan Medis
Penanganan medis secepatnya adalah solusi untuk dislokasi persendian. Obat
penghilang rasa sakit juga dapat diberikan selama penanganan medis. (Davies K,

2007)
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
RICE
a. R : Rest (istrirahat )
b.I : Ice (kompres dengan es )
c. C : Compression (kompresi/pemasangan balut tekan )
d.E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi )
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.

9
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4x
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

I. Prognosis
Prognosis tergantung pada sendi tertentu dislokasi dan cedera jaringan
sekitarnya.Cedera saraf dan arteri disekitar sendi memiliki prognosis
buruk.Fraktur periarticular beresiko untuk arthritis posttraumatic dan kebutuhan
untuk penggantian nanti bersama.Dislokasi sendi terjawab memiliki prognosis
buruk dislokasi bahu memiliki

10
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa
yang digunakan ,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi
golongan darah ,nomor registrasi , tanggal dan jam masuk rumah sakit,

( MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :


1) Umur
Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga
menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi
cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak , biasanya

klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out


2) Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang
mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun
kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri dan atlit olahraga,
seperti pemain basket , sepak bola dll
3) Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada
permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri , kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri
tekan otot , dan deformitas pada daerah trauma ,untuk mendapatkan
pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode

PQRS.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas,
kecelekaan industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau
bangunan, pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras
bawah, syok .
d. Riwayat penyakit dahulu

11
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit,
seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya
kelainan, penyakit alinnya seeperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes
milittus, penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di
guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .
e. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang–orang
disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter,
maupun dengan perawat.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemekrisaan
fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya
dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6

( bone )
a. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang
meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
b. B3 ( brain)
1) Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos
mentis
2) Pemeriksaan fungsi selebral
Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi
wajah aktivitas motorik klien
3) Pemeriksaan saraf kranial
4) Pemeriksaan refleks. Pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles
menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring
melemah.
c. B6 (Bone)
1) Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi
sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental
dan saraf yang terkena.
2) Look, pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan,
pembengkakan dan deformitas.

12
3) Fell, kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi
pada ramus dan simfisi fubis.
4) Move, disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan
kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi
3. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan ketidaktahuan teknik mobilisasi
dan imobilisasi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk
tubuh

13
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Rasa nyeri teratasi 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetah
nyaman nyeri dengan ui intensitas nyeri
2. Posisi
berhubungan KH : 2Berikan posisi relaks
relaksasi pada pasien
dengan 1. Klien tampak pada pasien
3Ajarkan teknik dapat mengalihkan
discontinuitas tidak meringis lagi.
distraksi dan focus pikiran pasien
jaringa 2. Klien tampak
relaksasi pada nyeri.
rileks
4Berikan lingkungan 3. Tehnik
yang nyaman, dan relaksasi dan distraksi
aktifitas hiburan dapat mengurangi
5Kolaborasi pemberian
rasa nyeri.
analgesic 4. Meningka
tkan relaksasi pasien
5. Analgesik
Mengurangi nyeri

14
2. Gangguan Memberikan 1. Kaji tingkat 1. menunjukkan tingkat
mobilitas fisik kenyamanan dan mobilisasi pasien mobilisasi pasien dan
berhubungan melindungi sendi menentukan
dengan selama masa 2. Berikan latihan intervensi selanjutnya
2. Memberikan latihan
deformitas dan penyembuhan. ROM
ROM kepada klien
nyeri saat KH :
3. Anjurkan
untuk mobilisasi
mobilisasi 1. melaporkan
penggunaan alat 3. Alat bantu
peningkatan
Bantu jika memperingan
toleransi
diperlukan mobilisasi pasien
aktivitas
4. Monitor tonus otot
(termasuk
4. agar mendapatkan
aktivitas sehari- 5. Membantu pasien
data yang akurat
hari) untuk imobilisasi 5. Dapat membnatu
2. menunjukkan
baik dari perawat pasien untuk
penurunan tanda
maupun keluarga imobilisasi
intolerasi
fisiologis,
misalnya nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah
masih dalam
rentang normal
3. Resiko tinggi Tujuan : dalam 1. Kaji tinggak 1. Menjadi data dasar
trauma yang waktu 1 x 24 jam, pengetahuan klien sesuai dengan
berhubungan informasi tentang cara tinggkat pengetahuan
dengan terpenuhi. mobilisasi yang klien miliki.
2. Berikan informasi 2. Membantu klien
ketidaktahuan Kriteria hasil :
yang adekuat dan memcapai
teknik klien
rasional tentang penerimaan terhadap
mobilisasi dan mengungkapkan

15
imobilisasi. keinginan untuk pentingnya kondinya yang
melakukan mobilisasi melalui teknik
mobilisasi yang rasionalisasi.
optimal.
3. Ajarkan latihan
3. Latihan rentang gerak
gerak sendi
aktif bertujuan
(ROM) pasca
mencegah terjadinya
reduksi sejak dini
kontraktur.
4. Ajarkan untuk
4. Aktivitas kombinasi
menggerakkan
abduksi dan rotasi
lokasi yang
lateral mulai di
mengalami
lakukan secara
dislokasi secara
perlahan – lahan
abduksi minimal
sesuai dengan tingkat
setelah 3 minggu
kemampuan klien
terhadap respon nyeri.
4. Ansietas kecemasan pasien 1. kaji tingakat 1. mengetahui tingakat
berhubungan teratasi dengan ansietas klien kecemasan pasien
dengan KH : dan menentukan
kurangnya 1. klien tampak intervensi
pengetahuan rileks selanjutnya.
2. Mengali
tentang 2. klien tidak 2. Bantu pasien
pengetahuan dari
penyakit tampak bertanya – mengungkapkan
pasien dan
tanya rasa cemas atau
mengurangi
takutnya
kecemasan pasien
3. Kaji pengetahuan 3. agar perawat tau
Pasien tentang seberapa tingkat
prosedur yang pengetahuan pasien
akan dijalaninya. dengan penyakitnya

16
4. Berikan
4. Agar pasien
informasi yang
mengerti tentang
benar tentang
penyakitnya dan
prosedur yang
tidak cemas lagi
akan dijalani
pasien
5 Gangguan Pasien bisa 1. Kaji konsep diri 1. Dapat mengetahui
bodi image mengatasi body pasien pasien
berhubungan image pasien
2. Kembangkan 2. Menjalin saling
dengan
BHSP dengan percaya pada pasien
deformitas dan
pasien
perubahan
3. Bantu pasien
bentuk tubuh. 3. Menjadi tempat
mengungkapkan
bertanya pasien untuk
masalahnya
mengungkapkan
4. Bantu pasien masalah nya
4. mengetahui masalah
mengatasi
pasien dan dapat
masalahnya.
memecahkannya

D. Evaluasi

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada tubuh
tidak berada ditempat yang tepat. (Pearce EC, 2000)
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi
terjadi bila sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi
menyatu. Bahu, siku, jari, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan sendi
sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk, 2011)
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang
seharusnya.Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulut, adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya terlepas atau
mengalami dislokasi. (Mohamad kartono, 1975)
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi
dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau
karena sejak lahir (kongenital).

B. Saran
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

18
DAFTAR P USTAKA
Ardiartana. 2013. Askep Dislokasi. http://ardiartana.wordpress.com/xmlrpc. php
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pukul 14:23 WITA

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC


Davies, K. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. East Sussex: The Ivy.
Dhanti. 2013. Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal Dislokasi. http://keperawatan
blog.wordpress.com/xmlrpc.php diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul

21.20 WITA
Mohamad, Kartono. 1975. Pertolongan pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Muttaqin, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Dislokasi. http://www.w3.org/1999/xhtml diakses
pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21:17 WITA

19

Anda mungkin juga menyukai