Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL


(DISLOKASI SENDI)

OLEH:
1. KADEK MEGA ASRINI (P07120217027)
2. I GEDE JUMENEK ARTHA YASA (P07120217028)
3. PIA PERMATASARI (P07120217029)
4. PUTU PEBY DEWA YANTHI (P07120217030)
5. I G A N VIOLA UTAMI DEWI (P07120217031)

KELAS 4A PRODI ST.r KEPERAWATAN SEMESTER VII

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat II. Adapun makalah ini mengenai “Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Pada Sistem Muskuloskeletal (Dislokasi Sendi)”.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, terutama
kepada Bapak Dosen serta teman-teman yang telah banyak membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka kami
dengan senang hati menerima kritik serta saran–saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa/mahasiswi S.Tr Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Denpasar.

Akhir kata, melalui kesempatan ini kami penyusun makalah mengucapkan


terimakasih.

Denpasar, 17 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 . Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN PADA MUSKULOSKELETAL : DISLOKASI.............3

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


MUSKULOSKELETAL : DISLOKASI......................................................................11

2.3 KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


MUSKULOSKELETAL : DISLOKASI......................................................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................................29

3.1 Simpulan.................................................................................................................29

3.2 Saran.......................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislokasi panggul adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan


permukaan caput femoris terhadap acetabulum. Dislokasi terjadi ketika caput
femoris keluar dari acetabulum. Dislokasi Hip lebih sering terjadi pada laki-
laki muda dari pada orang yang karena cedera yang berhubungan dengan
perilaku berisiko. Hip dislokasi akibat cedera lebih umum pada mereka yang
lebih muda dari 35 tahun dibandingkan orang tua. Hip dislokasi akibat jatuh
lebih umum pada mereka dari 65 tahun lebih tua.

Seringkali cedera panggul disertai dengan cedera berat yang


membutuhkan tatalaksana segera. Cedera panggul harus segera direduksi
karena semakin lama caput femoris berada di luar acetabulum, maka semakin
tinggi angka kejadian nekrosis avaskular. Hanya sedikit caput femoris yang
dapat bertahan jika tetap mengalami dislokasi selama lebih dari 24 jam.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi


bahu dan sendi pinggul (paha).Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet.Selain macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang
pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.
Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi (Santosa, 2013). Skelet atau
kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.Kerangka juga
berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan
untuk kaitan otot-otot kerangka.Oleh karena fungsi tulang yang sangat
penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya
patah tulang atau dislokasi tulang.

1
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
(acquired) atau karena sejak lahir (kongenital) (Santosa, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana laporan pendahuluan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
muskuloskeletal : dislokasi ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
muskuloskeletal : dislokasi ?
3. Bagaimana kasus asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
muskuloskeletal : dislokasi ?

1.3 . Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana laporan pendahuluan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada muskuloskeletal : dislokasi
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada muskuloskeletal : dislokasi
3. Untuk mengetahui bagaimana kasus asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada muskuloskeletal : dislokasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN PADA MUSKULOSKELETAL : DISLOKASI

1. Definisi
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan
dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth, 2002). Dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera (Arif
Mansyur, dkk. 2000). Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain (Sjamsuhidajat, 2011).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi
(Carpenito, 2000). Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu
dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya (Price &
Wilson, 2006).
Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan
deformitas (Kowalak, 2011). Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya.
Sebuah sendi  yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali.
Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan
harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu
dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
2. Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat

3
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Hal-
hal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain sebagai berikut.
a. Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya: terperosok akibat bermain ski,
senam, volley, basket, dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi saat
kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga atau
terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
c. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang.
d. Terjatuh.
3. Klasifikasi Dislokasi
Dislokasi sendi dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
b. Dislokasi patologik
Terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
c. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami
pengerasan) terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan
sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi sebagai berikut.
a. Dislokasi Akut

4
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
b. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/ fraktur yang disebabkan
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
a. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena menguap atau terlalu lebar serta
terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
b. Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah
glenoid (dislokasi inferior).
c. Dislokasi Sendi Siku
Mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan
kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
d. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
e. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
f. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).

5
g. Dislokasi Patella
Dislokasi patella paling sering terjadi ke arah lateral. Reduksi dicapai dengan
memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil
mengekstensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi dilakukan berulang-
ulang diperlukan stabilisasi secara bedah. Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang
yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri akut.
b. Perubahan kontur sendi.
c. Perubahan panjang ekstremitas.
d. Kehilangan mobilitas normal.
e. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.
f. Deformitas pada persendiaan
g. Gangguan gerakan yaitu otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada
tulang tersebut.
h. Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas.
i. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi
j. Kekakuan.
5. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih
pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi
perubahan struktur sendi. Dari tiga hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi.
Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur.
Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.

6
6. Komplikasi
a. Komplikasi dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2. Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak.
3. Fraktur disloksi.
b. Komplikasi lanjut.
1. Kekakuan sendi bahu:I immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya
kehilangan rotasi lateral secara otomatis membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek.
3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.
4. Kelemahan otot.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
b. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3
dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih
detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

7
8. Penatalaksanaan
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau
siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang  barlawanan
dengan gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan
dengan kekuatan karena bisa mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi setempat atau umum.
Kekenduran otot memudahkan reposisi.
a. Reposisi
1. Lakukan  reposisi segera.
2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali.
Tindakan ini sering dilakukan anestesi umum untuk melemaskan otot-
ototnya.
3. Dislokasi sendi :
1) Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anestesi.
Misalnya dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku, dislokasi bahu.
2) Dislokasi sendi besar. Misalnya panggul memerlukan anestesi umum
3) Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan
latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan
sendi yang penuh, khususnya pada sendi bahu.
4) Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda
gangguan neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler
setelah reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut. Pembedahan
terbuka mungkin diperlukan, khususnya kalau jaringan lunak terjepit
diantara permukaan sendi.
5) Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, dengan pemasangan
gips, misalnya pada sendi panngkal paha, untuk memberikan
kesembuhan pada ligamentum yang teregang.
6) Dislokasi reduksi: dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
7) Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan
ke rongga sendi.

8
8) Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
9) Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus
3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
10) Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.
b. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakologis : pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.
2) Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan
pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-
kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan
bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan
Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation). Berikut
dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
b. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang
yang patah.
c. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.

9
d. Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
e. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
f. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
g. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
h. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
i. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.
c. Penatalaksanaan non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
RICE
1. R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
b. Pencegahan
1. Cedera akibat olahraga
a. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari.
b. Latihan atau exercise.
c. Conditioning.
2. Trauma kecelakaan
1. Kurangi kecepatan.
2. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman.
3. Patuhi peraturan lalu lintas

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


MUSKULOSKELETAL : DISLOKASI

10
1. Pengkajian
a. Biodata
 Identitas Klien meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat
 Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
 RSMRS
Kaji apakah kluen sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
 Keluhan utama : Nyeri
 Riwayat Keluhan Utama
P : nyeri
Q : seperti tertekan benda berat
R : pada sendi
S : 7 (0-10)
T : pada saat beraktivitas
 Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya
- Riwayat pemakaian obat-obatan
a. Pengkajian Primer
1) Airway
• Jalan napas bersih
• Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
• Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
• Peningkatan frekuensi napas
• Napas dangkal

11
• Distress pernapasan
• Kelemahan otot pernapasan
• Kesulitas bernapas : sianosis
3) Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardi
• Sakit kepala
• Pingsan
• Berkeringat banyak
• Reaksi emosi yang kuat
• Pusing, mata berkunang-kunang
b. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada
ekstremitas yang mengalami dislokasi
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah
yang mengalami dislokasi
- Adanya nyeri tekan pada dislokasi
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
b. Pengkajian psikososial
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap
orang-orang disekitarnya seperti hubungannya dengan
keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan
kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan
golongan darah dan uji silang, hitung trombosit,
urinalisasi, dan penentuan gula darah, BUN dan elektrolit.

2. Diagnosa Keperawatan :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma) dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah dan frekuensi nadi meningkat

12
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal dibuktikan dengan pasien mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun,
nyeri saat bergerak, sendi kaku, dan gerakan terbatas
3. Intervensi Keperawatan

Standar Luaran Standar Intervensi


Diagnosa
NO. Keperawatan Indonesia Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) Indonesia (SIKI)

1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 6 (I.08238)
agen pencedera fisik jam diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi,
(trauma) dibuktikan Nyeri Menurun karakteristik,
dengan pasien (L.08066) durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri, dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas
tampak meringis, 1. Keluhan nyeri
bersikap protektif, nyeri (5) 2. Identifikasi skala
gelisah dan frekuensi 2. Meringis nyeri
nadi meningkat (5) 3. Identifikasi nyeri
3. Sikap non verbal
protektif (5) 4. Identifikasi faktor
4. Gelisah yang memperberat
(5) dan memperingan
5. Frekuensi nyeri
nadi (5) 5. Berikan teknik
Kontrol Nyeri non farmakologis
Meningkat (L.08063) untuk mengurangi
dengan kriteria hasil : rasa nyeri
1. Melaporkan nyeri 6. Jelaskan
terkontrol (5) penyebab,
2. Kemampuan periode, dan
menggunakan teknik pemicu nyeri
non-farmakologis (5) 7. Kolaborasi

13
pemberian
analgetik jika
perlu
2. Gangguan mobilitas Setelah diberikan asuhan Pembidaian
fisik berhubungan keperawatan selama 1 x 6 (I.05180)
dengan gangguan jam diharapkan 1. Identifikasai
musculoskeletal Mobilitas Fisik kebutuhan
dibuktikan dengan Meningkat (L.05042) dilakukan
pasien mengeluh sulit dengan kriteria hasil : pembidaian (mis.
menggerakkan 1. Pergerakan Fraktur, dislokasi)
ekstremitas, kekuatan ekstremitas (5) 2. Minimalkan
otot menurun, rentang 2. Kekuatan otot (5) pergerakan,
gerak (ROM) 3. Rentang gerak terutama pada
menurun, nyeri saat (ROM) (5) bagian yang
bergerak, sendi kaku, Pergerakan Sendi cedera
dan gerakan terbatas Meningkat (L.05044) 3. Imobilisasi sendi
dengan kriteria hasil : di atas dan di
1. Rahang (5) bawah area cedera
2. Leher (5) 4. Pasang bidai pada
3. Punggung (5) posisi tubuh
4. Jari (kanan) (5) seperti saat
5. Jari (kiri) (5) ditemukan
6. Ibu jari (kanan) (5) 5. Gunakan kain
7. Ibu jari (kiri) (5) gendongan (sling)
8. Pergelangan tangan secara tepat
(kanan) (5) 6. Jelaskan tujuan
9. Pergelangan tangan dan langkah-
(kiri) (5) langkah prosedur
10. Siku (kanan) (5) sebelum
11. Siku (kiri) (5) pemasangan bidai
12. Bahu (kanan) (5) 7. Anjurkan
13. Bahu (kiri) (5) membatasi gerak
14. Pergelangan kaki pada area cedera

14
(kanan) (5) Dukungan Ambulasi
15. Pergelangan kaki (I.06171)
(kiri) (5) 1. Identifikasi
16. Lutut (kanan) (5) adanya nyeri atau
17. Lutut (kiri) (5) keluhan fisik
18. Panggul (kanan) (5) lainnya
19. Panggul (kiri) (5) 2. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu
3. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
4. Anjurkan
melakukan
ambulasi

2.3 KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


MUSKULOSKELETAL : DISLOKASI

15
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN Tn.C
DENGAN PENYAKIT DISLOKASI SENDI PANGGUL
DI IGD MEDIK RSUP SANGLAH
TANGGAL 16 MEI 2019

Tinjauan Kasus
Tn.C (42 tahun) datang ke IGD Medik RSUP Sanglah diantar oleh kakaknya pada
tanggal 16 Mei 2019 pukul 09.00 wita mengeluhkan kaki kanan sakit bila digerakan
sehingga tidak bisa berjalan. Saat dilakukan pengkajian di IGD, Tingkat kesadaran
pasien Compos Mentis (CM), pasien tampak kesakitan. Didapatkan hasil TTV : TD :
110/90 mmHg, Nadi : 60x/menit, Suhu : 36,6 0C, RR : 16 x/menit. Hasil pemeriksaan
rontgen : Gambaran diskontinuitas tertutup collum femoris dextra dengan dislokasi
coxofemoralis.

Identitas Pasien
Nama : Tn.C
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Buruh bangunan
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 16 Mei 2019
Alasan Masuk : Pasien mengeluh nyeri di area panggul.
Diagnosa Medis : Dislokasi Hip

Initial Survey
A (alertness) :+
V (verbal) :-
P (pain) :-
U (unrespons) :-
SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI
A. CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi

16
Tingkat Kesadaran : CM
Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak ada perdarahan
Kapilari Refill : <2 detik
Nadi Radial/carotis : Teraba, 60 x/menit
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Suhu : 36,60 Celcius
Akral Perifer : Hangat
Turgor kulit : elastis

B. AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL


1. Keadaan Jalan Nafas
Tingkat Kesadaran : CM
Pernafasan : Pernapasan cuping hidung (-)
Upaya nafas : Ada
Benda asing di jalan Nafas : Tidak ada
Bunyi Nafas : Tidak ada
Hembusan Nafas : Ada

C. BREATHING
1. Fungsi Pernafasan
Jenis Pernafasan : vesikuler
Frekwensi Pernafasan : 16 x/menit
Retraksi Otot Bantu Nafas : tidak ada
Kelainan Dinding Thoraks : Simetris, perlukaan (-), jejas (-), trauma (-)
Bunyi Nafas : Tidak ada
Hembusan Nafas : Ada
SPO2 : 92%

D. DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis
GCS : E4 V5 M6

17
Reflex Fisiologis : Positif
Reflex Patologis : Negatif

555 555
Kekuatan Otot : 555 555
PENGKAJIAN SEKUNDER / SURVEY SEKUNDER
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaki kanan sakit saat digerakan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUP SANGLAH dengan keluhan kaki kanan sakit
bila digerakan setelah jatuh terpeleset dari ketinggian saat Tn.C bekerja.
Sakit dirasakan terus menerus dan bertambah sakit. nyeri bertambah apabila
digerakan dan disentuh. Keluhan mual, muntah, sakit kepala disangkal, tidak
terjadi penurunan kesadaran.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat tertentu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan muskuloskeletal
2. Riwayat dan Mekanisme Trauma
-
3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Keadaan umum :
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanan darah:110/90 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 60x/menit
- Irama : teratur
3) Pernafasan
- Frekuensi :16x/menit
- Irama :teratur

18
4) Suhu : 36,6°C
5) Nyeri :
- P :Nyeri saat bergerak dan disentuh
- Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : kaki kanan
- S :6
- T : terus-menerus terasa nyeri
a. Kepala :
Bentuk kepala normachepalic dan simetris, tidak terdapat lesi atau kelainan
pada tulang kepala, ubun-ubun menutup, rambut berwarna hitam.
Kulit Kepala :
Kulit kepala bersih.
Mata :
Mata lengkap dan simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat edema pada
palpebra, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor dengan
diameter 2-3 mm dan miosis saat terkena cahaya. Kornea jernih dan refleks
kornea baik.
Telinga :
Bentuk telinga sama besar atau simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan
bentuk, ukuran sedang atau normal, pada lubang telinga tidak terdapat
perdarahan atau pengeluaran cairan. Pada ketajaman pendengaran baik.
Hidung :
Pada hidung tidak ditemukan adanya kelainan, tulang hidung simetris kanan
dan kiri, posisi septum nasi tegak di tengah, mukosa hidung lembab, tidak
ditemukan adanya sumbatan, tidak terdapat epistaksis, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Mulut dan Gigi :
Pada pemeriksaan bibir, mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, mulut
berbau. Keadaan gusi dan gigi kurang bersih, lidah kotor dan pada orofaring
tidak terdapat peradangan dan pembesaran tonsil.
Wajah :

19
Struktur wajah simetris dan lengkap, warna kulit putih, tidak ikterik dan
sianosis.
Leher :
Pada leher posisi trakhea berada di tengah, simetris dan tidak ada
penyimpangan. Tiroid tidak ada pembesaran. Pasien dapat berbicara, vena
jugularis tidak mengalami pembesaran dan denyut nadi karotis teraba 60
x/menit. Pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan.

b. Dada/thoraks
- Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan
bentuk, tidak terdapat jejas. Irama pernapasan
dengan frekuensi 16x/menit.
Palpasi : Getaran suara atau vocal fremitus sama kiri dan
kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan, terdapat bunyi
vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris, ictus cordis, tidak ada jaringan
parut
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi jantung S1/S2 tegak, murmur (-)
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak
tampak adanya trauma, tidak terlihat adanya
bendungan pembuluh darah vena pada abdomen
Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di kwadran atas
Perkusi : Terdengar suara hipertimpani di kwadran kiri
bawah
d. Pelvis

20
Inspeksi : Tidak terlihat benjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Perineum dan Rektum : Tidak terkaji
f. Genetalia : Tidak terpasang kateter
g. Ekstermitas
Status Sirkulasi : Nadi radialis teraba 60 x/menit, CRT <2 detik,
akral hangat
Keadaan Injury : Tidak terdapat injury pada eksremitas bawah
(kanan dan kiri)

h. Neurologis
Fungsi Sensorik : Baik
Fungsi Motorik : Baik
4. Hasil Laboratorium
-
5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran diskontinuitas tertutup collum femoris sinistra dengan luxatio
coxofemoralis.

6. Terapi Dokter
Infuse RL 20 tpm
Injeksi ketorolac 1 ampul

21
Injeksi rantin 1 ampul
Ceftriaxone 2 x 1gr
Rujuk ke spesialis bedah ortopaedi

NALISA DATA
No Data Fokus Analisis Masalah
1 Data Subyektif : Nyeri Akut Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri di area ↑
panggul Dislokasi

Data Obyektif : Perubahan letak sendi dan
a. Pasien tampak kesakitan tulang panggul
b. Pasien tampak meringis ↑
c. Pasien tampak gelisah Cedera, trauma, jatuh,
- P :Nyeri saat bergerak patologis
dan disentuh
- Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R : kaki kanan
- S:6
- T : terus-menerus terasa
nyeri
2 Data Subyektif : Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Mobilitas
Pasien mengatakan kesulitan ↑ Fisik
membolak-balikkan posisi tubuh Gangguan fungsi

Data Obyektif : Deformitas Tulang
a. Pasien tampak kesulitan ↑
bergerak Pergeseran Fragmen
b. Rentang gerak ROM Tulang
menurun ↑

22
Perubahan Jaringan

Diskontinuitas Tulang

Dislokasi

Perubahan letak sendi dan
tulang panggul

Cedera, Trauma, jatuh,
patologis

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma) ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri di area panggul, tampak meringis, tampak kesakitan,
P :Nyeri saat bergerak dan disentuh, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : kaki
kanan, S : 6, T : terus-menerus terasa nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
ditandai dengan pasien mengatakan kesulitan membolak-balikkan posisi tubuh,
tampak kesulitan bergerak, rentang gerak ROM menurun.

PERENCANAAN
No Tujuan Intervensi
Dx
1 Setelah diberikan asuhan keperawatan SIKI Label
selama 1 x 2 jam diharapkan Tingkat Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri Menurun (L.08066) 8. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
6. Keluhan nyeri (5) 9. Identifikasi skala nyeri
7. Meringis (5) 10. Identifikasi faktor yang memperberat
8. Sikap protektif (5) dan memperingan nyeri

23
9. Gelisah (5) 11. Berikan teknik non farmakologis untuk
10. Frekuensi nadi (5) mengurangi rasa nyeri
Kontrol Nyeri Meningkat (L.08063) 12. Kolaborasi pemberian analgetik jika
dengan kriteria hasil : perlu
3. Melaporkan nyeri terkontrol (5)
Kemampuan menggunakan teknik
non-farmakologis (5)
2. Setelah diberikan asuhan keperawatan SIKI Label :
selama 1 x 2 jam diharapkan Pembidaian (I.05180)
Mobilitas Fisik Meningkat 8. Minimalkan pergerakan, terutama pada
(L.05042) bagian yang cedera
dengan kriteria hasil : 9. Imobilisasi sendi di atas dan di bawah
4. Pergerakan ekstremitas (5) area cedera
5. Kekuatan otot (5) 10. Pasang bidai pada posisi tubuh seperti
6. Rentang gerak (ROM) (5) saat ditemukan
Pergerakan Sendi Meningkat 11. Anjurkan membatasi gerak pada area
(L.05044) cedera
dengan kriteria hasil : Dukungan Ambulasi (I.06171)
20. Rahang (5) 5. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
21. Leher (5) fisik lainnya
22. Punggung (5) 6. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
23. Jari (kanan) (5) bantu
24. Jari (kiri) (5) 7. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
25. Ibu jari (kanan) (5)
26. Ibu jari (kiri) (5)
27. Pergelangan tangan (kanan) (5)
28. Pergelangan tangan (kiri) (5)
29. Siku (kanan) (5)
30. Siku (kiri) (5)
31. Bahu (kanan) (5)
32. Bahu (kiri) (5)
33. Pergelangan kaki (kanan) (5)
34. Pergelangan kaki (kiri) (5)

24
35. Lutut (kanan) (5)
36. Lutut (kiri) (5)
37. Panggul (kanan) (5)
38. Panggul (kiri) (5)

25
PELAKSANAAN

HARI/TGL/ IMPLEMENTASI RESPON PARAF


JAM
Kamis, 16 Identifikasi lokasi, DS : pasien mengatakan nyeri
Mei 2019 karakteristik, durasi, panggul ketika bergerak dan
09.20 frekuensi, kualitas, intensitas disentuh, nyeri yang
nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk dan dirasakan terus-
menerus
DO : pasien tampak
meringis , pasien tampak
memegang area nyeri
09.30 Identifikasi skala nyeri DS : pasien mengatakan nyeri
tidak tertahankan
DO : skala nyeri 6 (0-10)

09.40 Identifikasi faktor yang DS : Pasien mengatakan nyeri


memperberat dan sangat dirasakan ketika
memperingan nyeri bergerak dan disentuh dan
nyeri berkurang ketika pasien
mengurangi pergerakan
DO : pasien tampak meringis
09.50 Berikan teknik non DS : Pasien mengatakan nyeri
farmakologis untuk didaerah panggul
mengurangi rasa nyeri DO : pasien tampak
(distraksi) dengan teknik mengikuti intruksi perawat
nafas dalam.
10.10 Minimalkan pergerakan, DS : Pasien mengatakan
terutama pada bagian yang kesulitan saat bergerak
cedera DO : Pasien tampak berhati-
hati ketika bergerak

26
10.30 Imobilisasi sendi di atas dan DS : -
di bawah area cedera DO : Pasien dianjurkan untuk
mengurangi pergerakan

10.50 Identifikasi adanya nyeri DS : Pasien mengatakan


atau keluhan fisik lainnya merasakan nyeri pada daerah
kaki kanannya
DO : Pasien tampak meringis
menahan sakit.
11.20 Fasilitasi aktivitas ambulasi DS : Pasien mengatakan tidak
dengan alat bantu bisa berdiri dan berjalan
sendiri
DO : Pasien tampak tidak
mampu untuk bangun dari
tempat tidurnya

EVALUASI
No Hari/tgl/jam No Catatan Perkembangan Paraf
Dx
1. Kamis, 16 Mei 1 S : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
2019 di daerah kaki kanannya
Pukul 11.20 O:
WITA - Pasien tampak meringis
- Pasien tampak kesakitan
- P :Nyeri saat bergerak dan disentuh
- Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : kaki kanan
- S:6
- T : terus-menerus terasa nyeri
A : Masalah nyeri akut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
2. Kamis, 16 Mei 2 S:
2019 - Pasien mengatakan kesulitan saat bergerak

27
Pukul 11.20 - Pasien mengatakan tidak bisa berdiri dan
WITA berjalan sendiri.
O:
- Pasien tampak kesulitan bergerak
- Pasien tampak tidak mampu untuk bangun
dari tempat tidurnya

A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum


teratasi
P : Lanjutkan intervensi

BAB III

28
PENUTUP
3.1 Simpulan

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis.Dislokasi sendi di maksud
juga dengan keluarnya kepala sendi dari mangkuknya atau tulang lepas dari sendi.
Dislokasi sendi jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan nekrosis avaskuler,
yaitu kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah, dan juga
mengakibatkan paralysis syaraf. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan
Dislokasi sendi adalah : 1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik 2. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan beraktifitas(gangguan sendi). 3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan bergerak 4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah atau menelan.

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali keritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapt berbuat lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

29
Krisanti P, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Gawatdarurat. Jakarta :
Trans Info Media
Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting
Patient Care, edisi ketiga, Alih Bahasa: I Made Kariasa, SKp.
Dan Ni Made Sumarwati, SKp. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2000.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurusan Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurusan Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia .Jakarta : Dewan Pengurusan Pusat PPNI

30

Anda mungkin juga menyukai