Anda di halaman 1dari 29

Tugas : Makalah

Dosen : Amriati Mutmainnah, S.Kep., Ns., MSN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

(DISLOKASI)

OLEH KELOMPOK II

Abd. Asis (NH0117002) Febryani Mahadjani (NH0117040)

Amran (NH0117008) Fenska M. Siahaya (NH0117042)

Andi Sri Indra Resky (NH0117010) Gamar H. Kadir (NH0117045)

Anugrah Saputri (NH0116012) Huriyah (NH0117050)

Ayu Ashari (NH0117016) Indah Mayasari (NH0117052)

Ceni Oktavina (NH0117020) Desya Larasati (NH0117024)

Eka R. Buton (NH0117028) Fransiska Reanita (NH0117043)

Elsi Andriani (NH0117029) Fitri S. Ningsih (NH0117044)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Dislokasi”, makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami ibu
Amriati Mutmainnah, S.Kep., Ns., MSN dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
kami harapkan.

Makassar, Oktober 2019

Kelompok II

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I LATAR BELAKANG ......................................................................................... 5

A. PENDAHULUAN ................................................................................................. 5
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 6
C. TUJUAN................................................................................................................ 6

BAB II TINJAUN TEORI .............................................................................................. 7

A. DEFINISI .............................................................................................................. 7

B. ETIOLOGI ..................................................................................................................... 7

C. PATOFISIOLOGI ................................................................................................. 7

D. KLASIFIKASI....................................................................................................... 8

E. MANIFESTASI KLINIS ....................................................................................... 9

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ......................................................................... 9

G. KOMPLIKASI..................................................................................................... 10

H. PENATALAKSANAAN ..................................................................................... 10

I. PENGKAJIAN TEORITIS .................................................................................. 11

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG KEMUNGKINAN MUNCUL ........... 13

K. INTERVENSI...................................................................................................... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................ 18

A. PENGKAJIAN .................................................................................................... 18

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ......................................................................... 24

C. INTERVENSI .............................................................................................................. 25

D. IMPLEMENTASI................................................................................................ 26

E. EVALUASI ......................................................................................................... 27

3
BAB VI PENUTUP........................................................................................................ 28

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 28

B. SARAN................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang
sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah
tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang
membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung
tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel
dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai
organ vital di bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor)/perpindahan
makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas
berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya. Pada umumnya sendi
terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikoprotein lain
serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan
suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak
mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang. (Damayanti et al., 2019)
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. (Brunner,
2015)

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Dislokasi
2. Etiologi Dislokasi
3. Patofisiologi Dislokasi
4. Klasifikasi Dislokasi
5. Manifestasi Klinis Dislokasi
6. Pemeriksaan Diagnostik Dislokasi
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan Dilokasi
9. Pengkajian Teoritis
10. Diagnosa Yang Dapat Muncul
11. Intervensi Teoritis
12. Asuhan Keperawatan Dislokasi

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Dislokasi
2. Untuk Mengetahui Etiologi Dislokasi
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Dislokasi
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi Dislokasi
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Dislokasi
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dislokasi
7. Untuk Mengetahui Komplikasi Dislokasi
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanan Dislokasi
9. Untuk Mengetahu Pengkajian Dislokasi
10. Untuk Mengetahui Diagnosa Yang Dapat Muncul
11. Untuk Mengetahui Intervensi Dislokasi
12. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Dislokasi

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang lepas dari
sendi). (Brunner, 2015)
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lain. (Dian, 2014)

B. ETIOLOGI
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1. Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4. Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen
vital penghubung tulang. (Brunner, 2015)

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi

7
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah
yang disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen
akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun
total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan
terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa
sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3
jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka
menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi. (Dian, 2014)

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya
1. Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada
pinggul.
2. Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3. Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan
terjadi pada orang dewasa. (Brunner, 2015)

8
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. Gangguan gerakan
7. Kekakuan
8. Pembengkakan
9. Deformitas pada persendian (Brunner, 2015)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3
dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih
detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi. (Damayanti et al., 2019)
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dini
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan
otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut.

9
b. Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak.
c. Fraktur disloksi.
2. Komplikasi lanjut.
a. Kekakuan sendi bahu:I immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral secara otomatis membatasi
abduksi.
b. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek.
c. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.
d. Kelemahan otot. (Brunner, 2015)

H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis : pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis.
Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2
kapsul.
b. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot,
nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual,
muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg
lalu 250mg tiap 6 jam. (Dian, 2014)
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan
pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-
kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut
dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi.
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka
dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan
indikasinya yang lazim dilakukan :

10
b. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah.
c. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
d. Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
e. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
f. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa
irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
g. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
h. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
i. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis. (Brunner, 2015)

I. PENGKAJIAN TEORITIS
1. Anamnesis
a. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi golongan darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, (MRS), dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :
1) Umur
Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga
menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan
dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-
anak, biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
2) Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien
yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh,

11
atupun kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan industri dan atlit
olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll
3) Jenis kelamin
4) Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada
permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda.
(Brunner, 2015)
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan, ekstermitas, nyeri
tekan otot, dan deformitas pada daerah trauma, untuk mendapatkan
pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan
metode PQRS.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas,
kecelekaan industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau
bangunan, pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras
bawah, syok.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit,
seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya
kelainan, penyakit alinnya seperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes
milittus, penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di
guanakan klien, perlu ditanyakan pada keluarga klien.
e. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang
disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter,
maupun dengan perawat. (Brunner, 2015)

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG KEMUNGKINAN MUNCUL


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.

12
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau
absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pegetahuan tentang penyakit.
5. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh. (Brunner, 2015)

K. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Gangguan Rasa nyeri teratasi. 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui
rasa nyaman Kriteria hasil: 2. Berikan posisi intensitas nyeri.
nyeri 1. Klien tampak relaks pada pasien 2. Posisi relaksasi
berhubungan tidak meringis 3. Ajarkan teknik pada pasien dapat
dengan lagi. distraksi dan mengalihkan focus
diskontinuita 2. Klien tampak relaksasi pikiran pasien pada
s jaringan. rileks. 4. Berikan lingkungan nyeri.
yang nyaman, dan 3. Tehnik relaksasi
aktifitas hiburan dan distraksi dapat
5. Kolaborasi mengurangi rasa
pemberian nyeri.
analgesik 4. Meningkatkan
relaksasi pasien
5. Analgesic
Mengurangi nyeri
Gangguan Memberikan 1. Kaji tingkat 1. menunjukkan
mobilitas kenyamanan dan mobilisasi pasien tingkat mobilisasi
fisik melindungi sendi 2. Berikan latihan pasien dan
berhubungan selama masa ROM menentukan
dengan penyembuhan. 3. Anjurkan intervensi
deformitas Kriteria hasil: penggunaan alat selanjutnya.
dan nyeri saat 1. melaporkan bantu jika 2. Memberikan

13
mobilisasi. peningkatan diperlukan latihan ROM
toleransi 4. Monitor tonus otot kepada klien untuk
aktivitas 5. Membantu pasien mobilisasi
(termasuk untuk imobilisasi 3. Alat bantu
aktivitas sehari- baik dari perawat memperingan
hari) maupun keluarga mobilisasi pasien
2. menunjukkan 4. Agar mendapatkan
penurunan tanda data yang akurat
intolerasi 5. Dapat membnatu
fisiologis, pasien untuk
misalnya nadi, imobilisasi
pernapasan, dan
tekanan darah
masih dalam
rentang normal

Perubahan Kebutuhan nutrisi 1. Kaji riwayat nutrisi, 1.Mengidentifikasi


nutrisi terpenuhi. termasuk makan defisiensi,
kurang dari Kriteria hasil: yang disukai memudahkan
kebutuhan 1. Menunujukkan 2. Observasi dan catat intervensi
tubuh peningkatan masukkan makanan 2.Mengawasi
berhubungan /mempertahank pasien masukkan kalori
dengan an berat badan 3. Timbang berat atau kualitas
kegagalan dengan nilai badan setiap hari. kekurangan
untuk laboratorium 4. Berikan makan konsumsi makanan
mencerna normal. sedikit dengan 3.Mengawasi
atau ketidak 2. Tidak frekuensi sering dan penurunan berat
mampuan mengalami atau makan diantara badan atau
mencerna tanda mal waktu makan efektivitas
makanan nutrisi. 5. Observasi dan catat intenvensi nutrisi
/absorpsi 3. Menununjukkan kejadian 4.Menurunkan
nutrient yang perilaku, mual/muntah, flatus kelemahan,

14
diperlukan perubahan pola dan dan gejala lain meningkatkan
untuk hidup untuk yang berhubungan pemasukkan dan
pembentukan meningkatkan 6. Berikan dan Bantu mencegah distensi
sel darah dan atau hygiene mulut yang gaster
merah. mempertahanka baik, sebelum dan 5.Gejala GI dapat
n berat badan sesudah makan, menunjukkan efek
yang sesuai. gunakan sikat gigi anemia (hipoksia)
halus untuk pada organ.
penyikatan yang 6.Meningkatkan
lembut. Berikan nafsu makan dan
pencuci mulut yang pemasukkan oral.
di encerkan bila Menurunkan
mukosa oral luka. pertumbuhan
7. Kolaborasi pada bakteri,
ahli gizi untuk meminimalkan
rencana diet. kemungkinan
8. Kolaborasi ; pantau infeksi. Teknik
hasil pemeriksaan perawatan mulut
laboraturium khusus mungkin
9. Kolaborasi; berikan diperlukan bila
obat sesuai indikasi jaringan
rapuh/luka/perdarah
an dan nyeri berat.
7.Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individual
8.Meningkatakan
efektivitas program
pengobatan,
termasuk sumber

15
diet nutrisi yang
dibutuhkan.
9.Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia dan
atau adanyan
masukkan oral yang
buruk dan defisiensi
yang diidentifikasi.
Ansietas kecemasan pasien 1. kaji tingkat ansietas 1. mengetahui tingakat
berhubungan teratasi. klien kecemasan pasien
dengan Kriteria hasil: 2. Bantu dan menentukan
kurangnya 1. klien tampak pasien mengungkap intervensi
pengetahuan rileks kan rasa cemas atau selanjutnya.
tentang 2. klien tidak takutnya 2. Mengali
penyakit tampak 3. Kaji pengetahuan pengetahuan dari
bertanya–tanya Pasien tentang pasien dan
prosedur yang akan mengurangi
dijalaninya. kecemasan pasien
4. Berikan informasi 3. agar perawat tau
yang benar tentang seberapa tingkat
prosedur yang akan pengetahuan pasien
dijalani pasien dengan penyakitnya
4. Agar pasien
mengerti tentang
penyakitnya dan
tidak cemas lagi

Gangguan Pasien bisa 1. Kaji konsep diri 1. Dapat mengetahui


bodi image mengatasi body pasien pasien
berhubungan image pasien 2. Kembangkan BHSP 2. Menjalin saling

16
dengan dengan pasien percaya pada pasien
deformitas 3. Bantu pasien 3. Menjadi tempat
dan mengungkapkan bertanya pasien
perubahan masalahnya untuk
bentuk tubuh. 4. Bantu pasien mengungkapkan
mengatasi masalah nya
masalahnya. 4. mengetahui
masalah pasien dan
dapat
memecahkannya

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.A DENGAN DISLOKASI YANG
DILAKUKAN PERAWATAN DI INTERNA B3 RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
A. PENGKAJIAN
Tanggal 12 Februari 2019, jam 11.00 WIB, di ruang Interna B3 – RSUP
Wahidin Makassar, diperoleh data sebagai berikut:
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S2 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kab. Bone
Tanggal masuk : 10 Desember 2018
Diagnosa Medis : Dislokasi

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S2 Pendidikan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kab. Bone
Hub. Dengan pasien : Suami

18
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat dikaji pasien mengeluh nyeri pada lutut akibat tertimpa benda berat
saat duduk di bawah benda.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mulai tanggal 11 Februari 2019, pasien dirawat di RSUP Wahidin
dengan diagnosis medis Dislokasi Interna B3. Pasien mengeluh nyeri
pada bagian lututnya. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas fisik seperti
biasanya. Pasien tidak dapat mandi secara mandiri. Pasien mengeluh
susuah tidur karena merasakan nyeri pada lututnya. Pasien di bawa ke
rumah sakit dan didiagnosa menderita Dislokasi sendi pada lutut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak menderita penyakit menular sebelumnya. Pasien belum
pernah mengalami pembedahan dan kecelakaan sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga belum pernah menderita penyakit yang
sama.

e. Genogram

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Tinggal serumah

19
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spritual)
a. Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit masuk angin, minum jamu tolak angin,
kadang periksa di Puskesmas.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 kali sehari, nasi, sayur, dan lauk,
1 porsi habis.
Selama sakit :Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
Pasien jarang makan, porsi dari RS hanya habis 2-
3 sendok, pasien biasanya ngemil. Berat badan
sebelum sakit : 55 kg, BB saat dikaji : 49,5 kg.

c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/ hari, konsistensi lembek,
warna tidak diperhatikan, BAK lancar, 4
5x/ hari.
Selama sakit :Pasien BAB 1-2x/ hari, berak sedikit-sedikit, warna
kuning, BAK 4-5x/ hari.
d. Pola Aktifitas & Latihan
Sebelum sakit :Pasien melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri.
Selama sakit :Saat pengkajian pasien melakukan aktivitas di bantu
oleh keluarganya
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit :Pasien mengatakan sulit tidur.
Selama sakit :Pasien sulit tidur karena merasakan nyeri pada
lututnya.
f. Pola Persepsi Kognitif
Sebelum sakit dan selama sakit pasien dapat berkomunikasi dengan
baik, pendengaran normal, penglihatan normal, persepsi sensori

20
baik.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit :Tidak ada gangguan konsep diri.
Selama sakit :Saat dikaji pasien mengatakan nyeri, tidak
ada gangguan konsep diri.

h. Pola Peran dan Hubungan


Sebelum sakit :Pasien berperan sebagai Guru SMP dengan
merawat keduaa anaknya
Selama sakit : Pasien dirawat di RS, pasien tidak dapat berperan
sebagai ibu dan istri Tn. S Dalam memenuhi
ekonomi keluarga Tn. S bekerja sebagai kepala
sekolah.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien menikah umur 23 tahun mempunyai 2 orang anak kembar
laki-laki Pasien menggunakan suntik KB 3 bulanan.
Sebelum sakit : Pasien melakukan hubungan suami istri 3x/ minggu.
Selama sakit : Pasien tidak pernah melakukan hubungan suami
istri.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Sebelum sakit : Jika ada masalah, pasien membicarakan dengan
suami pasien untuk mengambil keputusan bersama.
Selama sakit : Pasien mengatakan sakitnya diobati dengan
obat dan di sinar. Pasien takut jika
penyakitnya tumbuh lagi.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien melakukan ibadah sholat.
Selama sakit :Pasien melakukan sholat, walaupun dengan alasan
sakit.

21
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :Baik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tekanan darah : 110 / 90 mmHg
c. Nadi : 86 x / menit
d. Pernafasan : 21 x / menit
Suhu : 36,30 C
Berat badan :55 kg
Tinggi badan : 155 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Bentuk mesocepal
Rambut : Warna hitam, ikal, mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada sputum
Telinga : Simetris, ada serumen
Mulut :Bibir tidak kering, tidak ada sianosis,
mukosa bibir lembab Leher: Tidak ada pembesaran
tiroid dan tidak ada pembesaran getah bening
Dada : Simetris
Palpasi : Vokal fremtus simetri kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultas : Vesikuler

Cardiac
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada bising Abdomen
Inspeksi : Datar, ada gambar untuk radioterapi
Auskultasi : bising usus 5-15x / detik
Perkusi : Tympani

22
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Genitalia : Tidak adakeputihan, tidak ada perdarahan
Anus : Tidak ada
hemoroid eksternal
Ekstremitas : :Tidak terpasang infus, edema (+), Dislokasi Lutut
Kiri.
Kulit :Warna sawo matang, turgor kulit baik,
capillary refill time kurang 3 detik.

Hepar: :Ukuran normal, permukaan rata, tepi tajam,

parenkim ekogenesitas normal, tak tampak nodul,


porta dan V. hepatica tidak

melebar.
Vesika urinaria :Dinding tidak menebal, tampak rata, tak
tampak masa maupun batu.
Uterus : Ukuran normal, tak tampak masa.
Ginjal kanan :Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal
normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak
penipisan korteks, tak tampak baku dan ureter tak
melebar.
Ginjal kiri :Bentuk dan ukuran normal, parenkim ginjal
normal, batas kortikomeduler jelas, taktampak
penipisan korteks,tampak batu pada pole bawah
dengan ukuran 0,7 cm, pielokaliks tampak melebar,
ureter tak melebar.
Kesan :Hidronefrosis dan nefrolitiasis sinistra Tak
tampak kelainan metastase pada organ-organ intra
abdomen lainnya diatas secara sonografi

23
5. Analisa Data
Analisa Data Pasien Ny. C Dengan Kasus Dislokasi Lutut di Ruang Irina B3
RSUP Wahidin tanggal 12 Februari 2019

No Tgl / jam Symptom Etiologi Problem


1 12-2-19 DS : Pasien mengatakan Cedera Fisik Nyeri
11.00 merasakan nyeri pada daerah
lutut kirinya
DO : Pasien nyeri di lutut
pasien tampak menahan nyeri,
Skala Nyeri 6
2 13-2-19 DS : Pasien mengatakan ia Kerusakan Gangguan Mobilitas
17.00 susah beraktivitas Muskuloskeletal Fisik
DO :
- Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas
fisik.
- Sendi lutut pada kaki
kiri bergeser
- Tidak mampu mandi
mandiri

B. DIAGNOS KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.

24
C. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil (NIC)
(NOC)
Gangguan Tujuan: 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui intensitas
rasa nyaman Rasa nyeri 2. Berikan posisi nyeri.
nyeri teratasi. relaks pada 2. Posisi relaksasi pada
berhubungan Kriteria hasil: pasien pasien dapat mengalihkan
dengan 1. Klien 3. Ajarkan teknik focus pikiran pasien pada
diskontinuitas tampak tidak distraksi dan nyeri.
jaringan. meringis relaksasi 3. Tehnik relaksasi dan
lagi. 4. Berikan distraksi dapat
2. Klien lingkungan mengurangi rasa nyeri.
tampak yang nyaman, 4. Meningkatkan relaksasi
rileks. dan aktifitas pasien
hiburan 5. Analgesic Mengurangi
5. Kolaborasi nyeri
pemberian
analgesik

Gangguan Tujuan: 1. Kaji tingkat 1. menunjukkan tingkat


mobilitas Memberikan mobilisasi mobilisasi pasien dan
fisik kenyamanan dan pasien menentukan intervensi
berhubungan melindungi sendi 2. Berikan latihan selanjutnya.
dengan selama masa ROM 2. Memberikan latihan
deformitas penyembuhan. 3. Anjurkan ROM kepada klien untuk
dan nyeri saat Kriteria hasil: penggunaan alat mobilisasi
mobilisasi. 1. Melaporkan bantu jika 3. Alat bantu memperingan
peningkatan diperlukan mobilisasi pasien

25
toleransi 4. Monitor tonus 4. Agar mendapatkan data
aktivitas otot yang akurat
(termasuk 5. Membantu 5. Dapat membnatu pasien
aktivitas pasien untuk untuk imobilisasi
sehari-hari) imobilisasi baik
2. menunjukkan dari perawat
penurunan maupun
tanda keluarga
intolerasi
fisiologis,
misalnya nadi,
pernapasan,
dan tekanan
darah masih
dalam rentang
normal

D. IMPLEMENTASI

Diagnosa Implementasi
Gangguan rasa nyaman nyeri 1. Telah dilakukan pengkajian skala nyeri
berhubungan dengan diskontinuitas 2. Telah diberikan posisi relaksI pada
jaringan. pasien
3. Telah diajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
4. Telah diberikan lingkungan yang
nyaman, dan pemberian aktifitas hiburan
5. Telah dilakukan tindakan kolaborasi
dalam pemberian analgesic

26
Gangguan mobilitas fisik berhubungan 1. Telah dilakukan pengkajian tingkat
dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi pasien
mobilisasi 2. Telah diberikan latihan ROM
3. Telah dianjurkan penggunaan alat bantu
4. Telah dilakukan monitoring tonus otot
5. Telah dilakukan tindakan membantu
pasien untuk imobilisasi baik dari
perawat maupun keluarga

E. EVALUASI

Diagnosa Evaluasi
Gangguan rasa nyaman nyeri S: Pasien mengatakan “Sus, saat ini saya
berhubungan dengan discontinuitas merasa lebih rileks dan bisa tidur dengan
jaringan nyenyak”.
O: Pasien tidak terlihat meringis nyeri
A: Masalah dapat teratasi
P: Intervensi dihentikan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan S: Pasien berkata bahwa ia sudah bisa jalan-
dengan deformitas dan nyeri saat jalan dengan kruk.
mobilisasi. O: Tekanan darah 120/80 mmHg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

27
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karna itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, S. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 12th edn. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Damayanti, D. et al. (2019) ‘Open dislocation proxymal interphalanx digiti v manus
dextra’, 1(2), pp. 118–121.
Dian, B. (2014) Keperawatan Medikal Bedah. 3rd edn. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Pendidikan, P. et al. (no date) ‘STUDI KASUS Penatalaksanaan dislokasi sendi
temporomandibula anterior bilateral Novyan Abraham Ning*, Endang Syamsudin**,
Fathurachman***’, pp. 120–125.

29

Anda mungkin juga menyukai