Anda di halaman 1dari 20

DISLOKASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


SISTEM MUSKULOSKELETAL II
Dosen Pengampu : Dini Nurbaeti Zen., S.Kep., Ners., M.Kep
MAKALAH

DisusunOleh :
Kelompok 3
Arlinwulandari
Bella Surya Pratama
Budi Permana Umar
Nita Rosita
Rima Wahyuni
RisaArsela
Rostiyah
Syahrul Alfarizi
TikTikAtikah
Yadi Supriadi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Muskuloskeletal II yang berjudul Askep
Dislokasi tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih
banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Ciamis , 14 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN\...................................................................................

1.1

Latar Belakang ................................................................................

1.2

Rumusan Masalah ...........................................................................

1.3 Tujuan ..............................................................................................

BAB II KONSEP DASAR TEORI.....................................................................

2.1

Pengertian ......................................................................................

2.2

Etiologi ............................................................................................

2.3

Patofisiologi.....................................................................................

2.4 Manifestasi Klinis .......................................................................

2.5

Penatalaksanaan ..............................................................................

2.6

Komplikasi.......................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ..........................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan


sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya
(dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya
telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi
lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan
panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena
fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya
tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehingga mulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis dapat membuat
rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari dislokasi?
2. Apa Etiologi dari dislokasi?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?

4. Apa saja manifestasi dari dislokasi?


5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimanakah
Dislokasi ?
1.3

Asuhan

Keperawatan

pada

pasien

dengan

Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan


tugas Sistem muskuloskeletal yang berjudul Askep Dislokasi . Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis atau pun pembaca
tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian dari dislokasi
2. Untuk mengetahui Etiologi dari dislokasi
3. Untuk mengetahui patofisiologis pada dislokasi
4. Untuk mengetahui saja manifestasi dari dislokasi
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan nya
6. Untuk mengetahui komplikasi nya
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Dislokasi

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1

Pengertian

Dislokasi adalah
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi
lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth). Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000) Patah tulang di dekat sendi atau
mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi
yang disebut fraktur dis lokasi. (Buku Ajar Ilmu Bedah, hal
1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi
cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi.

1.

Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

2.

Dislokasi patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya


tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan
tulang yang berkurang
3.

Dislokasi traumatic.
4

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan


mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema
(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat
sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan
mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi 2 yaitu :


1.

Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi
2.

Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi


dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello
femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang

sedang

terbuka,

akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.


2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di
anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior
(dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh

pada

tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah


posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan
sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong
dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari

dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung


tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi
persendian.

6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior
acetabulum

(dislokasi anterior), dan caput femur

menembus

acetabulum (dislokasi sentra).


7) Dislokasi Patella
a Paling sering terjadi ke arah lateral.
b Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial
pada

sisi

lateral

perlahan-lahan.
c Apabila dislokasi

patella

sambil

dilakukan

mengekstensikan

berulang-ulang

lutut

diperlukan

stabilisasi secara bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur


yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

2.2

Etiologi

Dislokasi disebabkan oleh :


1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola
dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi

3.Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin
Tidak diketahui
Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
Trauma akibat kecelakaan.
Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin
tentang tulang
Terjadi infeksi disekitar sendi.

2.3

Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus


terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang
prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan

luksasio erekta (dengan tangan mengarah ; lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

2.4

Manifestasi Klinis

Nyeri terasa hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan


sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar
lateral bahu dapat rata dan, kalau pasien tak terlalu berotot suatu
tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
Nyeri
perubahan kontur sendi
perubahan panjang ekstremitas
kehilangan mobilitas normal
perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
deformitas
kekakuan
2.5

Penatalaksanaan
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
Kaput tulang yang mengalami
dikembalikan ke rongga sendi.

dislokasi

semula

dengan

dimanipulasi

dan

Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau


traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan
mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan
kisaran sendi
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.

2.6

Komplikasi
Dini

Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat


mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut.

1
Kekakuan
sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi
2

Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau

kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid


3

Kelemahan otot

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien
dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri.Kaji penyebab,
kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas,
pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
4) Pemeriksaan Fisik
1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi
2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
4. Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
5) Kaji 4 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar
manusia yang terganggu adalah:
a
b
c
d

Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat
mengganggu gerak dan aktivitas klien.
Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman
atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

10

6) Pemeriksaan diagnostik
a Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
b Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
c Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang
magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih
detail.
B. Diagnosa Keperawatan
1)

Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)

2)

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal

3)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
mengunyah atau menelan.
C. Intervensi Keperawatan
Dx.1 Nyeri Akut
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
1 Nyeri akut
Setelah diberikan asuhan
berhubungan
keperawatan selama
dengan agen
x24 jam, diharapkan
penyebab
dengan kriteria hasil :
cederaFisik(trauma
1. Memperlihatkan
kecelakaan dan
pengendalian
cedera
nyeri.
olahraga)DS: klien
2. Melaporkan tidak
melaporkan
adanya nyeri
adanya
nyeri.DO:
3. Tidak
klien tampak
menunjukan
berperilaku
adanya nyeri
distraksi (mondar
meningkat.(tidak
mandir, aktivitas
ada ekspresi nyeri
berulang,
pada wajah,tidak
memegang
gelisah atau
daerah nyeri),
ketegangan
perilaku
otot,tidak
ekspresif(gelisah,
merintih atau
meringis,
menangis.)
menangis,
No

Rencana Tindakan

Rasional

1. Observasi keadaan - Mengetahui keadaan


umum pasien(tingkat umum pasien dan
nyeri dan TTV)
tingkat nyeri pasien
2. Beri posisi
-Posisi semi fowler
nyaman(semi fowler) dapat meminimalkan
nyeri pada dislokasi
3. Berikan kompres
hangat pada lokasi -Kompres hangat
dislokasi
berperan dalam
vasodilatasi
pembuluh darah.
4. Ajarkan teknik
distraksi dan
relaksasi
- Teknik distraksi dan
relaksasi berfungsi
dalam mengalihkan
5. Beri HE tentang
penyebab nyeri, dan fokus nyeri pasien
antisipasi
ketidaknyamanan
- Penanaman HE
pada pasien berfungsi
untuk mengurangi
6. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik kecemasan pasien

11

menghela napas
panjang)

terhadap kondisinya
- Analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pada dislokasi.

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik


No
2

Diagnosa Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
gangguan
muskuloskletalDS:
pasien mengeluh sulit
dalam bergerakDO:
tidak dapat melakukan
aktivitas secara mandiri,
gerakan tidak teratur atau
tidak terkoordinasi

Tujuan dan Kriteria


Rencana
Rasional
Hasil
Tindakan
Setelah diberikan 1)
Observasi 1)
Menunjukkan
asuhan
keadaan
tingkat mobilisasi
keperawatan
umum(tingkat
pasien dan
selama x24 jam, mobilitas dan
menentukan intervensi
diharapkan klien kekuatan otot)
selanjutnya
dapat melakukan 2) Ajarkan
2) Mempertahankan
mobilisasi dengan ROM
atau meningkatkan
teratur dengan
3)
Pengaturan kekuatan dan
kriteria hasil :
posisi
ketahanan otot
4)
Berikan
3)
Meningkatkan
bantuan
kesejahteraan
1. Klien
mengatakan perawatan diri: fisiologis dan
berpindah
psikologis
dapat
4)
Membantu
melakukan
pergerakan 5)
Berikan HE individu mengubah
dengan
tentang latihan posisi tubuhnya
bebas
fisik
5)
Mengubah
2. Gerakan
6)
Kolaborasi persepsi pasien
terhadap latihan fisik
pasien
dengan ahli
terkoordinir fisioterapi dalam
memberikan
6)
Mengembalikan
terapi
yang
tepat
posisi
tubuh autonom
3. Pasien
dan volunter selama
dapat
pengobatan dan
melakukan
pemulihan dari posisi
aktivitas
sakit atau cedera
secara
mandiri

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


N
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
o Keperawatan
Hasil
3 Ketidakseimbang Setelah diberikan asuhan
an nutrisi kurang keperawatan selama

Rencana
Tindakan

Rasional

1. Kaji

1) Mengetahui

12

dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan kesulitan
mengunyah atau
menelan.DS: pasien
mengeluh susah
mengunyah,
pasien
mengatakan
nafsu makan
menurunDO: pasien
tampak lemas,
mukosa bibir
kering, tampak
kurang berminat
terhadap
makanan

x24 jam, diharapkan


kebutuhan nutrisi klien
dapat terpenuhi secara
adekuat dengan kriteria
hasil:
1) Pasien tidak
melaporkan kesulitan
mengunyah
2)
Nafsu makan
pasien kembali baik
3)
Keadaan umum
pasien kembali normal

faktor
penyabab
kesulitan
menguny
ah
2. Letakkan
makanan
pada
bagian
mulut
yang
tidak
mengala
mi
masalah
3. Atur
posisi
pasien(se
mi
fowler)

faktor
penyebab
kesulitan
mengunyah
dan
menentukan
intervensi
selanjutnya
2) Mengurangi
aktivitas pada
rahang yang
sakit
3) Posisi semi
fowler dapat
mencegah
aspirasi
4) Mempertahank
an asupan
nutrisi pasien

4. Kolaboras
i dalam
pemasang
an alat
invasif(N
GT)

D. Implementasi Keperawatan
Dx.1 Nyeri Akut
Diagnosa
Keperawatan
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
penyebab
cederaFisik(trauma
kecelakaan dan
cedera
olahraga)DS: klien
melaporkan
No

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama
x24 jam, diharapkan
dengan kriteria hasil :
4. Memperlihatkan
pengendalian
nyeri.
5. Melaporkan tidak

Rencana Tindakan

Implementasi

7. Observasi keadaan - Mengetahui keadaan


umum pasien(tingkat umum pasien dan
nyeri dan TTV)
tingkat nyeri pasien
8. Beri posisi
- Memposisikan semi
nyaman(semi fowler) fowler dapat
meminimalkan nyeri
pada dislokasi
9. Berikan kompres
hangat pada lokasi
dislokasi
-Mengkompres
13

adanya
nyeri.DO:
klien tampak
berperilaku
distraksi (mondar
mandir, aktivitas
berulang,
memegang
daerah nyeri),
perilaku
ekspresif(gelisah,
meringis,
menangis,
menghela napas
panjang)

adanya nyeri
6. Tidak
menunjukan
adanya nyeri
meningkat.(tidak
ada ekspresi nyeri
pada wajah,tidak
gelisah atau
ketegangan
otot,tidak
merintih atau
menangis.)

10. Ajarkan teknik


distraksi dan
relaksasi

hangat berperan
dalam vasodilatasi
pembuluh darah.

11. Beri HE tentang


penyebab nyeri, dan
antisipasi
ketidaknyamanan

- Memberikan teknik
distraksi dan relaksasi
berfungsi dalam
mengalihkan fokus
nyeri pasien

12. Kolaborasi dalam


pemberian analgetik - Penanaman HE
pada pasien berfungsi
untuk mengurangi
kecemasan pasien
terhadap kondisinya
- Analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pada dislokasi.

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik


No
2

Tujuan dan Kriteria


Rencana
Implementasi
Hasil
Tindakan
Hambatan mobilitas fisik Setelah diberikan 1)
Observasi 1)
Menunjukkan
berhubungan dengan
asuhan
keadaan
tingkat mobilisasi
gangguan
keperawatan
umum(tingkat
pasien dan
muskuloskletalDS: selama x24 jam, mobilitas dan
menentukan intervensi
pasien mengeluh sulit
diharapkan klien kekuatan otot)
selanjutnya
dalam bergerakDO: dapat melakukan 2) Ajarkan
2) Mempertahankan
tidak dapat melakukan
mobilisasi dengan ROM
atau meningkatkan
aktivitas secara mandiri, teratur dengan
3)
Pengaturan kekuatan dan
gerakan tidak teratur atau kriteria hasil :
posisi
ketahanan otot
tidak terkoordinasi
4)
Berikan
3)
Meningkatkan
bantuan
kesejahteraan
1. Klien
mengatakan perawatan diri: fisiologis dan
berpindah
psikologis
dapat
4)
Membantu
melakukan
pergerakan 5)
Berikan HE individu mengubah
dengan
tentang latihan posisi tubuhnya
bebas
fisik
5)
Mengubah
2. Gerakan
6)
Kolaborasi persepsi pasien
terhadap latihan fisik
pasien
dengan ahli
terkoordinir fisioterapi dalam
memberikan
Diagnosa Keperawatan

14

3. Pasien
terapi yang tepat
dapat
melakukan
aktivitas
secara
mandiri

6)
Mengembalikan
posisi tubuh autonom
dan volunter selama
pengobatan dan
pemulihan dari posisi
sakit atau cedera

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


N
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
o Keperawatan
Hasil
3 Ketidakseimbang Setelah diberikan asuhan
an nutrisi kurang keperawatan selama
dari kebutuhan x24 jam, diharapkan
tubuh
kebutuhan nutrisi klien
berhubungan
dapat terpenuhi secara
dengan kesulitan adekuat dengan kriteria
mengunyah atau hasil:
menelan.1) Pasien tidak
DS: pasien
melaporkan kesulitan
mengeluh susah mengunyah
mengunyah,
2)
Nafsu makan
pasien
pasien kembali baik
mengatakan
3)
Keadaan umum
nafsu makan
pasien kembali normal
menurunDO: pasien
tampak lemas,
mukosa bibir
kering, tampak
kurang berminat
terhadap
makanan

Rencana
Tindakan
1. Kaji
faktor
penyabab
kesulitan
menguny
ah
2. Letakkan
makanan
pada
bagian
mulut
yang
tidak
mengala
mi
masalah
3. Atur
posisi
pasien(se
mi
fowler)

Implementasi
1) Mengetahui
faktor
penyebab
kesulitan
mengunyah
dan
menentukan
intervensi
selanjutnya
2) Mengurangi
aktivitas pada
rahang yang
sakit
3) Posisi semi
fowler dapat
mencegah
aspirasi
4) Mempertahank
an asupan
nutrisi pasien

4. Kolaboras
i dalam
pemasang
an alat
invasif(N
GT)

15

E. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi
2. Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mutaqin. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Musculosceletal. Jakarta EGC 2008.
Brunner,

Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal


Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC : Jakarta

Bruner K. Sudarth. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8. Jakarta.


EGC 2002
Doengoes,
Mariliynn
E.
1999. Rencana
Keperawatan, Jakarta : EGC
Doenges,

Marilynn E, dkk, (2000),


Keperawatan dan Diagnosa

Penerapan

Asuhan
Proses

Keperawatan, EGC : Jakarta.

16

Kowalak, 2011. Buku Ajar Fatofisiologi


Nanda Nic Noc International Diagnosis Keperawatan. Jakarta, EGC
2013
Rice, Silvia, A 2006. Fatifisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6 Vol. 2 Jakarta : EGC
Sjamsyu Hidayat, 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3

17

Anda mungkin juga menyukai