Kelompok : V ( Lima)
Nama :
1. Abdullah
2. Nurhilda
3. Siti Nuraisyah
1
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN 4
A. Latar belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II : PEMBAHASAN 6
A. Definisi Dislokasi Sendi 6
B. Klasifikasi Dislokasi Sendi 6
C. Etiologi Deslokasi Sendi 11
D. Manifestasi Klinis Dislokasi Sendi 12
E. Patofisiologi Dislokasi Sendi 12
F. Pathway Dislokasi Sendi 13
G. Pemeriksaan Penunjang 13
H. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi 14
I. Komplikasi Dislokasi Sendi 15
J. Pencegahan Dislokasi Sendi 15
K. Asuhan Keperawatan Dislokasi Sendi 16
BAB III PENUTUP 21
A. Kesimpuan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ lunak,terutama dalam tengkorak dan panggul.
Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena
fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita,maka telah semestinya
tulang harus dijaga agar terhindar daritrauma ataubenturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku
(rigid) dan kokoh antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh
berbagai jenis sendi.Adanya penghubung tersebut memungkinkan satu
pergerakan antar tulang yang demikian fleksibeldan nyaris tanpa gesekan.
Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital
dibawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan
makhluk hidup. Sendimerupakan satu organ yang kompleksdan tersusun
atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya.Pada
umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen,proteoglikan,
glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di
atas memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor),
frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka
panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasiini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya(dari mangkuk sendi).Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnyaterlepas dari tempatnya.Dengan kata lain:sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka
sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi,ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya,sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
4
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa
sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired)atau karena sejaklahir (kongenital)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi dislokasi sendi?
2. Apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi?
3. Apa saja etiologi dislokasi sendi?
4. Bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi?
5. Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
6. Bagaimana pathway dislokasi sendi?
7. Apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi?
9. Bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi?
10. Apa saja komplikasi dari dislokasi sendi?
11. Bagaimana askep dari dislokasi sendi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui definisi dari dislokasi sendi.
2. Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi.
3. Dapat mengetahui apa saja etiologi dislokasi sendi.
4. Dapat mengetahui bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi.
5. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi sendi.
6. Dapat mengetahui bagaimana pathway dislokasi sendi.
7. Dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dislokasisendi.
8. Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi
sendi.
9. Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dari dislokasi
sendi.
10. Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari dislokasi sendi.
11. Dapat mengetahui bagaimana askep dari dislokasi sendi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner &
Suddart,2002,KMB,edisi8,vol3, Halaman2356) adalah:
1.) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering
terlihat pada pinggul.
2.) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. Misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
3.) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat,kematian jaringan akibat anoksia) akibat
7
Umumnya terjadi pada shoulder,elbow,dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan disekitar sendi.
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal,maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello
femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang /
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah
oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya:
1.) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena:
Menguap atau terlalu lebar.
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,akibatnya
penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
8
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di
9
5.) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi
persendian.
10
7.) Dislokasi Patella
Paling sering terjadi kearah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada
sisi lateralpatella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi
secara bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur
yang disebabkanoleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
11
1. Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga.
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin.
4. Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan
komponen vital penghubung tulang.
12
Dari dislokasi sendi,perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara
dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak
melakukan exercisesebelum olahraga memungkinkan terjadinya
dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan
tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah
dariposisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
F.PATHWAY
13
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI
1. Sinar-X(Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik non
invasif untuk diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendidarimangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
2. CTScan
14
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer,sehingga memperoleh gambar yang lebih detail
dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.Pada pasien dislokasi
ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan
radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama
jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.
15
Yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi Interna:stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup,
Plat, paku dan pinlogam.
Graft Tulang:penggantian jaringan tulang (graftautolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi
atau mengganti tulang yang berpenyakit.
Amputasi:penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti:memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang
Besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi:eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi:penggantian permukaan sendi dengan bahan
logam atau sintetis.
Penggantian sendi total:penggantian kedua permukaan artikuler
dalam sendi dengan logam atau sintetis.
NON MEDIS :
1.) Dislokasireduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunaka anastesi jika dislokasi berat.
2.) RICE
R: Rest(istirahat)
I: Ice(kompresdengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E :Elevasi(meninggikan bagian dislokasi).
16
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot.
17
c) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
d) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi.
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah:
a) Rasa nyaman (nyeri): pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat
mengganggu kenyamanan klien.
b) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi
tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien
dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak
dan aktivitas klien.
c) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama
pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah
dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
d) Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya
mengalami gangguan rasa aman ataucemas (ansietas)
dengan kondisinya.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
b) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan
lokasi tumor dengangambar 3 dimensi.
c) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan
menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi
radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
18
Intervensi keperawatan
19
2. Gangguguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama: 1. Untuk dapat
mobilitas fisik asuhan keperawatan 1x24 dukungan ambulasi mengetahui sajauh
berhubungan jam, diharapkan masalah (SIKI.I.06171 hal.22) mana keluhan klien
dengan nyeri dapat hilang atau 1. Identifikasi 2. Untuk dapat
kekakuan teratasi dengan kriteria adanya nyeri atau mengetahui perubahan
sendi hasil: keluhan fisik lainnya pada klien secara dini
(SDKI.D.0054. Luaran utama: Mobilitas fisik 2. Monitor frekuensi dan untuk
Hal 124). sendi.(SLKI.I.05042 hal.87). jantung dan tekanan mendapatkan tidakan
1. Pergerakan ekstremitas, darah sebelum yang tepat
meningkat. memulai ambulasi 3. Untuk membantu
2. Rentang gerak (ROM) 3. Fasilitas aktivitas dalam peningkatan
meningkat. ambulasi dengan aktivitas dengan
Luaran tambahan: alat bantu (tongkat) menggunakan alat
pergerakan sendi 4. Jelaskan tujuan bantu
(SLKI.I.05044 hal.87). dan prosedur 4. Untuk memberikan
1. Lutut (kanan meningkat) ambulasi pemahaman mengenai
5. Ajarkan ambulasi manfaat tindakan yang
sederhana yang didahulukan.
harus dilakukan 5. Untuk membantu
(berjalan dari tempat kembali otot saraf,
tidur ke kursi roda, meningkatkan respon
berjalan dari tempat propioseptif dan
tidur ke kamar motorik.
mandi, berjalan
sesuai toleransi)
20
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi S: pasien mengatakan
berhubungan karakteristik,durasi, frekuensi, nyeri.
dengan agen kualitas, intensitas nyeri. O: Pasien tampak
pencedera fisik 2. Mengidentifikasi skala nyeri meringis.
(SDKI.D.0077 3. Memberikan tehnik non A: Masalah belum
Hal. 172). farmakologi untuk rasa nyeri teratasi.
(kompres dingin) P: Lanjutkan intervensi
4. Menjelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
5. Kolaborasi kan pemberian
analgetik.
2. Gangguguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri S: Pasien mengatakan
mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya. kekakuan pada sendi.
berhubungan 2. Memonitor frekuensi jantung O: Keterbatasan
dengan kekakuan dan tekanan darah sebelum mobilitas.
sendi memulai ambulasi. A: Masalah belum
(SDKI.D.0054. 3. Memfasilitas aktivitas teratasi.
Hal 124). ambulasi dengan alat bantu P: Lanjutkan intervensi.
(tongkat).
4. Menjelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi.
5. Mengarkan ambulasi
21
sederhana yang harus dilakukan
(berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleran.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Harismanti santoso,2019 mengumumkan dislokasi atau luksasio
adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan
sendi secara komplet/lengkap,terlepasnya jaringan tulang dari kesatuan
sendi, dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang dapat
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Manifestasi klinis Bunner dan Suddarth 2019, menyebutkan
manifestasi klinis antara lain: Nyeri, perubahan kortur sendi,perubahan
panjang ekstremitas,kehilangan mobilitas normal, kekakuan, deformitas
pada persendian, perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi,
gangguan gerakan dan pembengkakan.
Keluhan utama pada pasien dislokasi mengeluh nyeri pada lutut
akibat tertimpa alat berat saat duduk dibawah benda.
Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (SDKI.D.0077.Hal 172), Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan sendi (SDKI.D.0054.Hal 124).
B.Saran
dalam masalah dislokasi, kita harus mengetahui faktor-faktor
pencetus terjadinya dislokasi. Dalam kasus dislokasi:
22
1. Untuk penderita dislokasi, diharapkan untuk lebih banyak
beristirahat,dan hentikan kebiasaan yang dapat menyebabkan
kekapmuhan pada dislokasi.
2. Untuk keluarga, diharapkan memberikan dukungan atau motivasi
kepada klien untuk pemantauan pada kondisi klien serta membantu
dalam proses penyembuhan pasien.
3. Untuk perawat, diharapkan dapat meningkatkan program-program
asuhan keperawatan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
pasien berdasarkan kebutuhannya pasien, terutama dalam hal
pencegahan. Perawat juga diharapkan untuk meningkatkan caring
dalam member pelayanan kesehatan untuk memberikan rasa
nyaman kepada klien maupun keluarga klien.
Daftar pustaka
23