Anda di halaman 1dari 31

DISUSUN

O L E H

KELAS A

KELOMPOK 2

1. Felia Pandeirot 841417003


2. Dewi Nurindi Isa 841417012
3. Elta 841417017
4. Arlisa Wulandari Usman 841417020
5. Salim Dalanggo 841417021
6. Irmayani Hulopi 841417022
7. Nikma Pantulu 841417024
8. Cindi Pratiwi Ismail 841417042
9. Sri Yuspita Laginta 841417043
10. Ni Wayan Nadia Puspasari 841417077

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Medikal Bedah 2 mengenai Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Dislokasi ini dengan lancar dan tanpa hambatan sedikitpun. Allah
Maha Besar.
Namun, kami menyadari kalau kami adalah manusia biasa yang tak pernah
luput dari kekurangan demikianpun apa yang kami buat ini. Kami banyak
berharap kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat menyempurnakan
laporan-laporan yang akan kami buat kedepannya.
Adapun tujuan kami membuat makalah yaitu untuk menyelesaikan tugas
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 dan mengetahui segala hal yang
menyangkut tentang Dislokasi. Kami tidak bisa membalas semua itu dan kami
semoga semua itu akan di balas dengan Allah SWT. Amien
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, September 2019

KELOMPOK 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II KONSEP MEDIS
2.1 Definisi .................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .................................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi ............................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ............................................................................................ 6
2.5 Manifestasi klinis .................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan ...................................................................................... 12
2.7 Prognosis ................................................................................................. 11
2.8 Komplikasi .............................................................................................. 11
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 13
3.2 Diagnosa keperawatan ............................................................................ 14
3.3 Rencana intervensi keperawatan ............................................................. 15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
4.2 Saran ....................................................................................................... 25

Daftar Pustaka .................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dislokasi sendi merupakan keadaan di mana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis. Dislokasi ini dapat
terjadi pada komponen tulangnya saja yang bergeser atau seluruh komponen
tulang terlepas dari tempat yang seharusnya (Mansjoer dkk., 2010).
Sendi bahu menjadi kasus dislokasi yang paling sering terjadi dengan
angka 45 % dari seluruh kasus dislokasi, menyusul sendi panggul dan siku.
Sampai saat ini, epidemiologi kasus dislokasi sendi bahu masih kurang
dipahami (Zachilli dan Owens, 2010).
Dalam sebuah studi dilaporkan bahwa kasus dislokasi sendi bahu berupa
95% dislokasi anterior, 4% dislokasi posterior, 0,5% dislokasi inferior, serta
kurang dari 0,5% dislokasi superior (Koval dan Zuckerman, 2006). Dislokasi
sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada
anak-anak (Apley, 2010) dimana 71,8% laki-laki yang mengalami dislokasi,
46,8% penderita berusia antara 15-29 tahun, 48,3% terjadi akibat trauma
seperti pada kegiatan olahraga. Tingkat dislokasi yang lebih tinggi terlihat
pada perempuan yang berusia >60 tahun. Penyebab tersering didapatkan
58,8% akibat jatuh. Kasus fraktur penyerta komponen sendi 16% terjadi pada
kasus dislokasi sendi bahu (Zachilli dan Owens, 2010). Dislokasi sendi
merupakan salah satu dari cedera muskuloskeletal yang cenderung terus
meningkat dan akan mengancam kehidupan (Rasjad, 2013). Dislokasi sendi
umumnya jarang menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan
penderitaan fisik, stress mental, dan kehilangan banyak waktu. Oleh karena
itu, pada kasus dislokasi sendi akan meningkatkan angka morbiditas
dibanding angka mortalitas (Salter, 1999).
Pada keadaan akut, penatalaksanaan yang lama dan tidak cermat dapat
menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya nekrosis vaskular dan
dislokasi berulang yang disbut juga luksasio habitualis (Sjamsuhidajat, 2010).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu dislokasi sendi?
2. Apa saja klasifikasi dislokasi sendi?
3. Apa penyebab dari dislokasi sendi?
4. Bagaimana proses terjadinya dislokasi sendi?
5. Apa saja tanda gejala dari dislokasi sendi?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada dislokasi sendi?
7. Bagaimana jika dislokasi sendi tidak ditangani secepatnya, prognosisnya?
8. Apa komplikasi dari dislokasi sendi?
9. Pengkajian keperawatan apa saja yang dapat dilakukan pada dislokasi
sendi?
10. Diagnosa dan intervensi keperawatan apa saja yang dapat ditegakkan pada
dislokasi sendi?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari dislokasi sendi
2. Untuk mengetahui klasifikasi dislokasi sendi
3. Untuk mengetahui etiologi dari dislokasi sendi
4. Untuk mengetahui patofisiologi dislokasi sendi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dislokasi sendi
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada dislokasi sendi
7. Untuk mengetahui prognosis dislokasi sendi
8. Untuk mengetahui komplikasi dari dislokasi sendi
9. Untuk mengetahui Pengkajian keperawatan pada dislokasi sendi
10. Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat
ditegakkan pada dislokasi sendi

2
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 DEFINISI
Dislokasi merupakan masalah pada tulang berupa bergesernya tulang dari
sendi atau posisi yang semestinya. Dislokasi dapat terjadi pada sendi
manapun, tetapi yang sering mengalaminya adalah sendi bahu, jari, siku,
lutut, dan panggul. Sendi yang pernah mengalami dislokasi memiliki factor
risiko lebih besar untuk mengalami dislokasi berulang (Legiran, 2017).
Dislokasi adalah gangguan lengkap dalam hubungan normal dua tulang di
mana tidak ada lagi kontak dari permukaan artikular. Dislokasi biasanya
disebabkan oleh trauma, biasanya ada kerusakan pada ligamen, kapsul sendi
dan jaringan lunak. Arah dislokasi digambarkan oleh posisi tulang distal
(misalnya, pada dislokasi anterior bahu, humerus dislokasi anterior terhadap
skapula) (Nur Rachmat, 2015).
Dislokasi sendi merupakan keadaan di mana tulang- tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis. Dislokasi ini dapat
terjadi pada komponen tulangnya saja yang bergeser atau seluruh komponen
tulang terlepas dari tempat yang seharusnya. Sendi bahu menjadi kasus
dislokasi yang paling sering terjadi dengan angka 45 % dari seluruh kasus
dislokasi, menyusul sendi panggul dan siku (Mansjoer, 2015).
Dislokasi sendi umumnya jarang menyebabkan kematian, namun dapat
menimbulkan penderitaan fisik, stress mental, dan kehilangan banyak waktu.
Oleh karena itu, pada kasus dislokasi sendi akan meningkatkan angka
morbiditas dibanding angka mortalitas (Mansjoer, 2015).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

3
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang
pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.
Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi
sendi yang disebut fraktur dis lokasi. Berpindahnya ujung tulang patah,
karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi sering di temukan
pada orang dewasas dan jarang di temukan pada anak –anak, biasanya klien
jatuh dengan ekerasa dalam keadaan tangan out streched . bagian distal
humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior .misalkan oada radius
dan ulna mengalami dislokasi pada posterior oleh karna itu brakhialis yang
mengalmi robekan pada proseus karanoid (Nur Rachmat, 2015).
2.2 ETIOLOGI
a. Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga (Lasmi, HK. 2014).
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
c. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4
d. Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan
komponen vital penghubung tulang.
e. Kongenital (terjadi sejak lahir, akibat kesalahan pertumbuhan, paling
sering terlihat pada pinggul)
(Lasmi, HK. 2014).
2.3 KLASIFIKASI
a. Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Fridayani, 2015) adalah :
1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat
pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang
yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang
kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
b. Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi
(Fridayani, 2015) :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi
yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral

5
joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur
yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
c. Berdasarkan tempat terjadinya (Fridayani, 2015) :
1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
 Menguap atau terlalu lebar.
 Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya
penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior
dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi
posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang
dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku
jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan
tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan
segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat
mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi
persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan
atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi
anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
 Paling sering terjadi ke arah lateral.

6
 Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada
sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
 Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi
secara bedah.
2.4 PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai
(Diana, Restu. 2017).
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan
exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana
cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan
selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan
sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya
tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai
dislokasi (Diana, Restu. 2017).
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam
melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan
sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang
yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid
teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan
dislokasi (Diana, Restu. 2017).

7
2.5 MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri akut
b. Perubahan kontur sendi
c. Perubahan panjang ekstremitas
d. Kehilangan mobilitas abnormal
e. Perubahan sumbu tulang deformitas
f. Kekakuan
g. Pembengkakan
h. Deformitas pada persendian
(Pramudhito. 2014).
2.6 PENATALAKSANAAN
MEDIS
1) Farmakologi
a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1
kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri
otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis
awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam (Irena. 2016).
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan
pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki
kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama,
pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah
penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan
meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat

8
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis
pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
 Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
 Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
 Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk
menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
 Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
 Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan
logam atau sintetis.
 Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler
dalam sendidengan logam atau sintetis (Irena. 2016).
NON MEDIS
1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat (Irena. 2016).
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2.7 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada sendi tertentu dislokasi dan cedera jaringan
sekitarnya. Cedera saraf dan arteri disekitar sendi memiliki prognosis buruk.

9
Fraktur periarticular beresiko untuk arthritis posttraumatic dan kebutuhan
untuk penggantian nanti bersama (Alwin. 2014).
2.8 KOMPLIKASI
1) Komplikasi Dini
 Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati
rasa pada otot tesebut.
 Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
 Fraktur Dislokasi (Alwin. 2014).
2) Komplikasi Lanjut
 Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
 Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
 Kelemahan otot (Alwin. 2014).

10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
a. Identifikasi Kebutuhan Dasar yang Mengalami Gangguan
Kategori dan Subkategori Masalah Normal
Biasanya frekuensi nafas Frekuensi nafas normal :
normal bila tidak terdapat 20x/mnt
Respirasi komplikasi. Tapi biasanya
pada saat kejadian pasien bisa
mengalami sesak
Perfusi jaringan perifer Frekuensi HR : 60-100
menurun, lemah atau x/menit
berkurang, akibat adanya TD : 120/80 mmHg
Sirkulasi
vasodilatasi pada bagian yang
cedera sehingga membuat
jaringan di perifer menurun
Tidak terjadi gangguan pada Frekuensi makan normal :
nutrisi dan cairan. Namun 2-3x sehari
Nutrisi & jika dislokasi terjadi pada Frekuensi minum : 8-12
Fisiologis Cairan bagian mandibula, bisa gelas/hari
menyebabkan susah dalam Tidak mual muntah
menelan
Untuk kebutuhan eliminasi Berkemih tidak disertai
biasanya agak sedikit nyeri disertai darah.
terganggu, akibat hambatan Berkemih maksimal 8-
Eliminasi mobilitas fisik yang dapat 10x/hari, BAB 1x/hari atau
membuat pasien tidak bisa 2-3 hari sekali
mandiri dalam proses BAB
dan BAK
Pada pasien dislokasi pasti Aktivitas normal tanpa
akan muncul diagnose hambatan apapun. Tidur
gangguan imobilitas fisik, sering insomnia pada
Aktivitas dan gangguan pola tidur yang umumnya tapi tidak kronis
Istirahat merupakan akibat dari
bergesernya sendi dari
tempatnya membuat pasien
sulit beraktivitas.

11
Dapat terjadi gangguan pada Persarafan tidak ada
persarafan yang berada di gangguan, fungsi perasa,
tempat dislokasi jika pada peraba, sentuhan, kesadaran
Neurosensori saat trauma terjadi, seseorang masih dalam keadaan
berusaha untuk normal
mengembalikan posisi sendi
ke tempat semula
Tidak ada gangguan pada Pada pria tidak ada
reproduksi dan seksualitas gangguan pada reproduksi
Reproduksi dan mungkin ada jika ada
dan kelainan khusus pada
Seksualitas system reproduksi.
Demikian juga pada
perempuan
Terdapat nyeri pada bagian Umumnya tidak ada rasa
dislokasi yang bisa nyeri yang menyertai namun
mengganggu kenyamanan. tergantung dari factor
Nyeri dan lainnya seperti dismenorhea
Kenyamanan pada perempuan yang
membuat rasa nyeri dan
tidak nyaman

Psikologis
Pasien yang mengalami Tidak ada keluhan stress
dislokasi biasanya terjadi dan ansietas
Integritas Ego
ansietas dan gangguan pada
citra tubuh
Dislokasi congenital dapat Pertumbuhan dan
Pertumbuhan
membuat gangguan pada perkembangan psikis
dan
tumbuh dan kembang umumnya normal jika fisik
Perkembangan
tidak ada gangguan
Tidak terjadi gangguan pada Terperihala personal hygine
Kebersihan personal hygine yang baik dengan mandi 3-
diri 4x sehari, merawat kulit,
menyikat gigi dll.
Defisit pengetahuan tentang Memberikan penyuluhan
Perilaku
dislokasi dan hal-hal yang kesehatan pada penderita
Penyuluhan
dapat mencetuskan dislokasi Diabetes Mellitus. Dalam
dan
hal ini diperlukan
Pembelajaran
kerjasama yang baik antara
penderita DM dan

12
keluarganya dengan para
pengelola/penyuluh
yang dapat terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi
dan tenaga lain. Salah satu
penyuluhan yang dapat
diberikan yaitu mengubah
gaya hidup dengan
berolaharga
Interaksi Tidak terjadi gangguan pada Interaksi dengan keluarga,
Relasional
Sosial interaksi sosial tetangga, teman, dll baik
Pasien dengan dislokasi harus Aman terkendali
Keamanan dan di amankan karena dapat
Lingkungan
Proteksi beresiko jatuh atau cedera
lainnya

b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dapat menunjang diagnose sebagai berikut:
1. Sinar – X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostic
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnose medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi
dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT- scan yang pemeriksaan sinar –X yang lebih canggih dengan
bantuan computer, sehingga memperoleh gambar lebih detail dan dapat
dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan
gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang,
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan
radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama
jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan pada

13
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.
(Naryana. 2015).

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Gangguan Citra Tubuh
4. Defisiensi Pengetahuan
5. Risiko Defisit Nutrisi

14
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Kategori : Psikologis Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
Subkategori : Nyeri dan keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui daerah
kenyamanan tingkat nyeri menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, nyeri, kualitas nyeri, kapan
hasil: intensitas nyeri nyeri dirasakan.
Definisi 1. Keluhan nyeri cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
Pengalaman sensorik atau emosi 2. Kesulitan tidur cukup menurun nyeri yang dirasakan sehingga
yang berkaitan dengan kerusakan 3. Perasaan takut mengalami cedera dapat membantu menentukan
jaringan aktual atau fungsional, berulang cukup menurun intervensi yang tepat
dengan onset mendadak atau lambat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Untuk membantu
dan berintensitas ringan hingga mengevaluasi derajat nyeri
berat yang berlangsung kurang dari dan perubahannya
3 bulan. 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengurangi faktor
memperberat dan memperingan pemicu dan serta dapat
Penyebab: nyeri memperingan nyeri sehingga
1. Agen pencedera fisiologis (mis, memberikan rasa kenyamanan
inflamasi, iskemia, neoplasma) 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada 5. Untuk mengetahui pengaruh
kualitas hidup nyeri dalam kualitas hidup

15
Gejala dan Tanda Mayor serta membuat kualitas hidup
Subjektif : meningkat
1. Mengeluh nyeri 6. Monitor efek samping penggunaan 6. Untuk menghindari terjadinya
Objektif : analgetik kesalahan dalam pemberian
1. Tampak meringis obat analgetik
Teraupetik Teraupetik
Gejala dan Tanda Minor 1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Untuk membuat klien merasa
Subjektif : untuk mengurangi rasa nyeri (mis. sedikit nyaman dan dapat
(Tidak tersedia) Tens, hypnosis, akupresur, terapi mengalihkan perhatian klien
Objektif : music, biofeedback, terapi pijat, terhadap nyeri sehingga dapat
- aromaterapi, teknik imajinasi membantu mengurangi nyeri
terbimbing, kompres hangat/dingin, yang dirasakan
terapi bermain)
2. Fasilitasi istrahat dan tidur 2. untuk memenuhi kualitas
istrahat dan tidur menjadi
teratur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber 3. Untuk membantu pemilihan
nyeri dalam pemilihan strategi strategi dalam meredakan
meredakan nyeri nyeri dengan tepat
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. untuk memberikan

16
pemicu nyeri pemahaman pada klien
tentang proses terjadinya nyeri
agar dapat mengurangi jika
terjadi kecemasan karena
ketidaktahuan
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Untuk memberikan
pemahaman pada klien
bagaimana strategi dalam
meredakan nyeri dengan tepat
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Agar pasien tahu bagaimana
mandiri nyeri yang di rasakan serta
dapat membantu dalam proses
perawatan jika terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Untuk mengurangi nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri dengan anipulasi psikologi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, 1. Untuk menghambat mediator
jika perlu. nyeri oleh reseptor nyeri di
syaraf pusat sehingga transmisi
rangsangan nyeri terhambat.

17
2. GANGGUAN MOBILITAS Pergerakan Sendi Dukunngan mobilisasi
FISIK D. 0054 Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
Kategori : Fisiologis keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mencegah tidak
Subkategori : Aktivitas /istirahat Pergerakan sendi meningkat dengan keluhan fisik lainya bertambahnya nyeri saat
kriteria hasil: dilakukan mobilisasi
Definisi : keterbatasn dalam gerak 1. Jari (kanan) sedang 2. Identifikasi toleransi fisik melalui 2. Untuk mengetahui respon
fisik dari satu atau lebih ekstermitas 2. Jari (kiri) cukup meningkat pergerakan pasien terhadap adanya
secara mandiri. 3. Pergelangan tangan (kanan) pergerakan
meningkat 3. Monitor kondisi umum selama 3. Untuk mengetahui keadaan
Penyebab : 4. Pergelangan tangan (kiri) cukup melakukan mobilisasi umum pasien saat melakukan
1. Kerusakan integritas struktur meningkat pergerakan
tulang 5. Siku (kanan) meningkat Terapeutik : Terapeutik :
2. Kekakuan sendi 6. Siku (kiri) cukup meningkat 1. Fasilitasi melakukan pergerakan, 1. Untuk melatih sendi dan
3. Gangguan musculoskeletal 7. Bahu (kanan) meningkat jika perlu tulang dalam melakukan
4. Nyeri 8. Bahu (kanan) meningkat pergerakan
5. Keengganan melakukan 9. Pergelangan kaki (kanan) meningkat 2. Libatkan keluarga untuk membantu 2. Dengan adanya bantuan
pergerakan 10. Pergelangan kanan (kiri) meningkat pasien dalam menigkatkan keluarga dapat memandirikan
Gejala dan Tanda minor: pergerakan keluarga dan pasien
Subjektif Edukasi : Edukasi
1. Mengeluhsulit menggerakan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Agar pasien bisa mengetahui
ekstermitas mobilisasi tindakan yang akan dilakukan

18
Objektif 2. Anjurkan melakukan mobilisasi 2. Untuk mencegah terjadinya
1. Rentang gerak (ROM) dini kekakuan sendi
menurun
Gejala dan tanda minor : Pembidaian Pembidaian
Subjektif Observasi : Observasi :
1. Nyeri saat bergerak 1. Identifikasi kebutuhan dilakukan 1. Untuk memenuhi kebutuhan
2. Enggan melakukan pergerakan pembidayan (mis.fraktur, dislokasi) pasien berdasarkan masalah
3. Merasa cemassaat bergerak 2. Identifikasi material bidai yang 2. Pemilihan bidai yang tepat
4. Sendi kaku sesuai (mis, lurus dan keras, dapat mempercepat proses
5. Gerakan tidak terkoordinasi panjang biday melewati dua sendi) penyembuhan
6. Grakan terbatas Terapeutik : Terapeutik
7. Fisik lemah 1. Meminimalkan pergerakan 1. Agar cedera pada pasien tidak
terutama pada bagian yang cedera bertambah parah
2. Gunakan kedua tangan untuk 2. Untuk mencegah secara dini
menopang area cedera bertambahnya geseran antar
sendi dan tulang
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan langkah-lagkah 1. Agar pasien mengetahui secara
prosedur sebelum pemasangan jelas tindakan yang akan
bidai diberikan padanya

19
3. GANGGUAN CITRA TUBUH Citra Tubuh Promosi citra tubuh
D.0083 Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
Kategori : Psikologi keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Monitor frekuensi pernyataan kritik 1. Agar perawat dapat
Subkategori : Integritas Ego Citra tubuh meningkat dengan kriteria terhadap diri sendiri mengetahui persepsi pasien
hasil: tentang masalah yang terjadi
Definisi : Perubahan persepsi 1. Melihat bagian tubuh cukup pada dirinya
tentang penampilan, struktur, dan meningkat Terapeutik : Terapeutik :
fungsi fisik individu 2. Verbalisasi kecacatan bagian 1. Diskusiakn perubahan tubuh dan 1. Agar pasien bisa menerima
tubuh cukup sedang fungsinya adanya gangguan pada dirinya
Penyebab : 3. Verbalisasi perubahan gaya 2. Diskusikan perbedaan penampilan 2. Agar pasien tidak merasa
1. Perubahan struktur/bentuk tubuh hidup meningkat fisik terhadap harga diri kurang percaya diri terhadap
(mis. Amputasi, trauma, luka 4. Focus pada kekuatan masa lalu perubahan fisik
bakar, obesritas, jerawat) sedang 3. Diskusikan cara mengembangkan 3. Agar pasien tidak merasa
2. Perubahan fungsi tubuh (mis, harapan citra tubuh secara realistis putus asa terhadap adanya
proses penyakit, kehamilan, perubahan fisik
kelumpuhan) Edukasi : Edukasi :
3. Perubahan fungsi kognitif 1. Jelaskan kepada keluarga tentang 1. Untuk membantu proses
4. Ketidaksesuaian budaya, perawatan perubahan citra tubuh penyembuhan pasien
keyakinan dan sistem nilai 2. Anjurkan mengungkapkan 2. Agar perawat dapat
5. Transisi perkembangan gambaran diri terhadap citra tubuh mengetahui persepsi pasien
6. Gangguan psikososial terhadap dirinya

20
7. Efek tindakan/pengobatan (mis. 3. Anjurkan mengikuti kelompok 3. Agar pasien tida merasa
Pembedahan, kemoterapi, terapi pendukung (mis, kelompok sebaya) terisolasi
radiasi) 4. Latih fungsi tubuh yang dimiliki 4. Untuk mencegah terjadinya
kekakuan pada anggota gerak
Gejala da Tanda mayor : lainya
Subjektif : -
Objektif :
1. fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
Gejala dan Tanda minor :
Subjektif :
1. Mengungkapkan perasaan
negative tentang perubahan tubuh
Objektiv :
1. Menghindari atau mleihat
dan/atau menyentuh bagian tubuh
2. Hubungan sosial berubah
3. Respon Non verbal pada
perubahan dan persepsi tubuh
4. Fokus berlebihan pada perubahan
tubuh

21
4. DEFISIT PENGETAHUAN Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
D.0111 Setelah dilakukan intervensi
Kategori : Perilaku keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi Observasi
Sub Kategori : Penyuluhan dan Tingkat Pendidikan Meningkat dengan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Agar pasien dapat menerima
pembelajaran kriteria hasil: kemampuan menerima informasi informasi dengan baik
1. Pertanyaan tentang masalah yang 2. Identifikasi faktor-faktor yang 2. Agar bisa terjaganya hidup
Definisi : Ketiadaan atau kurangnya dihadapi cukup menurun dapat meningkatkan dan bersih dan sehat sehingganya
informasi kognitif yang berkaitan 2. Persepsi yang keliru terhadap menurunkan motivasi perilaku dapat membantu proses
dengan topic masalah cukup menurun hidup bersih dan sehat penyembuhan.
Terapeutik Terapeutik
Penyebab : 1. Berikan kesempatan untuk bertanya 1. Agar pasien tidak kekurangan
1. Kurang terpapar informasi informasi
2. Ketidaktahuan menemukan Edukasi Edukasi
sumber informasi 1. Ajarkan strategi yang dapat 1. Dapat membantu proses
digunakan untuk meningkatkan penyembuhan dan mencegah
Gejala dan Tanda Mayor : perilaku hidup bersih dan sehat terjadinya infeksi
Subjektif
1. Menanyakan masalah yang
dihadapi
Objektif :
-

22
Gejala dan Tanda minor :
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
-
5. RESIKO DEFISIT NUTRISI Status Nutrisi Pemberian makanan enteral
D.0032 Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi
Kategori : Fisiologi keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Periksa posisi nasogastrictube 1. Untuk memastikan NGT
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan Status Nutrisi membaik dengan kriteria (NGT) dengan memeriksa resido terpasang dengan benar
hasil: lambung atau mengauskultasi
Definisi : Beresiko mengalami 1. Sikap terhadap makanan/minuman hembusan udara
asupan nutrisi tidak cukup untuk sesuai dengan tujuan kesehatan Terapeutik : Terapeutik :
memenuhi kebutuhan metabolism cukup meningkat 1. Gunakan tehnik bersih dalam 1. Untuk mencegah terjadinya
2. Pengetahuan tentang standar asuhan pemberian makanan via selang infeksi
Factor risiko nutrisi yang tepat cukup meningkat 2. Berikan tanda pada selang untuk 2. Agar selang NGT masuk
2. Ketidakmampuan menelan mempertahankan lokasi yang tepat dengan ukuran yang sesuai
makanan Edukasi Edukasi :
3. Ketidakmampuan mencerna 1. Jelaskan tujuan dan langkah- 1. Agar pasien dapat mengetahui
makanan langkah prosedur tindakan apa yang akan
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi diberikan
makanan Kolaborasi : Kolaborasi :

23
5. Peningkatan kebutuhan 1. Pemilihan jenis dan jumlah 1. Untuk memenuhi kebutuhan
metabolism makanan enteral nutrisi pasien
6. Factor ekonomi (mis, financial
tidak mencukupi)
7. Factor psikologis (mis, stress,
keengganan untuk makan)

24
LAMPIRAN PATHWAY

25
BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami
dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang
mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang,
pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin
awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik
penyembuhannya
4.2 SARAN
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Dan Kami juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari
para pembaca yang dapat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
selanjutnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alwin. 2014. Komplikasi Gangguan Dislokasi. Dapat diakses melalui


http://eprints.unsri.ac.id/5722/1/LK_2015_Dislokasi_Sendi.pdf (Diakses pada
23 September 2019 pukul 14:05 WITA)

Diana, Restu. 2017. Askep Dislokasi Sendi. Dapat diakses melalui


https://www.academia.edu › ASKEP. (Diakses pada 23 September 2019
pukul 14:29 WITA)

Fridayani. 2015. Klasifikasi Dari Dislokasi. Dapat diakses melalui


http://jurnal.undip.ac.id/5722/1/LK_2015_Dislokasi_Sendi.pdf (Diakses pada
23 September 2019 pukul 14:48 WITA)

Irena. 2016. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi. Dapat diakses melalui


http://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/dowload/32009-19339.pdf (Diakses pada
23 September 2019 pukul 15:21 WITA)

Lasmi, HK. 2014. Factor Risiko Yang Berhubungan Dengan Dislokasi. Dapat
diakses melalui http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/download/1744-
dislokasi.pdf (Diakses pada 23 September 2019 pukul 15:50 WITA)

Legiran. 2017. Dislokasi. Dapat diakses melalui


http://journal.undip.ac.id/index.php/download/1744-dislokasi.pdf (Diakses
pada 23 September 2019 pukul 16:00 WITA)

Mansjoer. 2015. Dislokasi Sendi. Dapat diakses melalui


http://eprints.uny.ac.id/bitstream/download/dislokasi-sendi.pdf (Diakses pada
23 September 2019 pukul 16:15 WITA)

Naryana. 2015. Pemeriksaan Penunjang Dari Dislokasi. Dapat diakses melalui


http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/download/1359.pdf (Diakses pada 23
September 2019 pukul 16:44 WITA)

27
Nur Rachmat. 2015. Dislokasi Gangguan Tulang Dan Sendi. Dapat diakses
melalui http://jurnal.ui.ac.id/index.php/download/dislokasi.pdf (Diakses pada
23 September 2019 pukul 17:38 WITA)

Pramudhito. 2014. Tanda Dan Gejala Dari Dislokasi. Dapat diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id/bitstream/download/gejala-dislokasi.pdf (Diakses
pada 23 September 2019 pukul 17:53 WITA)

28

Anda mungkin juga menyukai