Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA (SC) DENGAN INDIKASI PEB

OLEH :

FATWANI S

NIM : 111200090052

PEMBIMBING AKADEMI PEMBIMBING LAHAN

NS. Suryadi, S.Kep., M.Kep Irmawati, S.ST

NIDN : NIP :

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES)ANDINI PERSADA MAMUJU 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA (SC) PEB

A. Defenisi
1. Sectio Caesaria
sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu
histerektomia untuk janin dari dalam rahim. (Mochtar,1998)
sectio caesaria adalah cara melahirkan janin dengan menggunakan insisi pada
perut dan uterus. (Bobak, 2004)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Wiknjosastro, 2002)
2. Pre Eklamsi
Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa (Wiknjosastro, 2002).
Preeklamsia berat adalah suatu keadaan pada kehamilan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 160 MmHg atau diastolic lebih dari 110 MmHg pada dua kali
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.
(Bobak, 2004)
Jadi Post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia berat adalah masa setelah
proses pengeluaran janin yang yang dapat hidup diluar kandungan dari dalam
uterus ke dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan uterus karena
adnya hipertensi, edema dan proteinuria.
B. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum diketahui, tetapi dewasa ini banyak
ditemukan sebab preeklamsi adalah iskemia plasenta dan kelainan yang menyertai
penyakit ini adalah Spasmus,Arteriola, Retensi natrium dan air juga koagulasi
intravaskuler (Wiknjosastro, 2002).
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum diketahui, telah terdapat teori yang
mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang
dapat memberi jawaban yang memuaskan.
Teori yang dapat diterima antara lain :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan anda, hidromnion,
dan molahidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat teradinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan
uterus.
4. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Faktor predisposisi preeklamsi yang harus diwaspadai menurut (Hanifa, 2002)


antara lain Nuliparitas, riwayat keluarga dengan eklamsi dan preeklamsi, kehamilan
ganda, diabetes, hipertensi dan molahidatidosa.

C. Patofisiologi
Patofisiologi preeklamsi setidaknya berkaitan dengan fisiologis kehamilan. Adaptasi
fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah,
vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan
penurunan tekanan osmotic koloid pada preeklamsi. Volume plasma yang beredar
menurun, sehingga terjadi hemokonstrasi dan peningkatan hematocrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin utero plasenta. Vasospasme siklik lebih
lanut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah,
sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Ada beberapa indikasi dilakukan tindakan operasi sc antaranya karena preeklamsi,
sebelum dilakukan tindakan operasi sc perlu adanya persiapan, persiapan
diantaranyayaitu premedikasi, pemasangan kateter dan anastesi yang kemudian baru
dilakukan operasi.
Dilakukannya operasi caesaria akan beroengaruh pada dua kondisi yaitu : pertama,
kondisi yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat operasi dan masa
nifas,anastesi akan berpengaruh pada peristaltic usus, otot pernapasan dan kons
pengaturan muntah. Sedangkan pada luka akibat operasi akan menyebabkan
perdarahan, nyeri serta proteksi tubuh kurang. Pada nifas akan berpengaruh pada
kontraksi uterus, lochea,dan laktasi. Kontraksi uterus yang berlebihan akan
menyebabkan nyeri hebat. Sedangkan pada lochea yang berlebihan akan
menimbulkan perdarahan. Pada masa laktasi progesterone dan ekstrogen akan
merangsang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.
Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari tiga fase yaitu taking in,
taking hold, dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat satu sampai dua hari post
partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada orang lain. Fase yang kedua terjadi
pada 3 hari post partum, ibu mulai makan dan minum sendiri, merawat diri dan
bayinya. Untuk fase yang ketiga ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri
terhadap interaksi antar anggota keluarga (Bobak, 2004. Prawiroharjo, 2000).
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada penderita prek eklamsi berat menurut
Bobak(2004) adalah
1. Pre eklamsi ringan
a. Bila terkena sistolik > 140 MmHg kenaikan 30 MmHg diatas tekanan biasa,
tekanan diastolic 90 MmHg, kenaikan 40 MmHg diatas tekanan biasa, tekanan
darah yang meninggi ini sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam
b. Proteinuria sebesar 300 mg/dl dalam 25 jam atau >1 gr/dl secara random
dengan memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu
dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah bervariasi
c. Edema dependent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar. Edema timbul dengan didahului penambah berat badan ½ kg dalam
seminggu ataulebih. Tambahan berat badan yang banyak ini disebabkan oleh
retensi air dalam jaringan dan kemudian baru edema Nampak, edema ini tidak
hilang dengan istirahat.
2. Pre eklamsi berat
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 MmHg dan diastolic ≥ 110 MmHg pada dua kali
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan posisi ibu tirah baring
b. Proteinuria ≥ 5 g dalam urine 24 jam atau lebih dari +3 pada pemeriksaan
diagnostic setidaknya pada 2x pemeriksaan acak menggunakan contoh urin
yang diperoleh cara bersih dan jarak setidaknya 4 jam
c. Oliguria < 400 mml dalam 24 jam
d. Gangguan otak atau gangguan penglihatan
e. Nyeri ulu hati
f. Edema paru/sianosis
3. Eklamsi
a. Kejang-kejang/koma
b. Nyeri pada daerah frontal
c. Nyeri epigastrium
d. Penglihatan semakin kabur
e. Mual, muntah
E. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan sc menurut Wiknjosastro
(2002)
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan perut pada
dinding uterus sehingga bisa terjadi rupture uteri pada kehamilan berikutnya.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien post sc diantaranya :
1. Penatalaksaan secara medis
a. Analgesic diberikan 3-4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
keterolak, tramadol.
b. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat
c. Pemberian antibiotic seperti cefitaxin, ceftriaxone dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotic sesduah sc efektif dapat dipersoalkan, namun pada
umumnya pemberiannya di anjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti RL dan NaCL
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
d. Pemulangan
Menurut Bobak (2004), Winkjosastro (2002)
1. Tujuan pengobatan
a. Menurunkan tekanan darah dan menghasilakan vasospasme
b. Mencegah terjadinya eklamsi
c. Anak, bayi hidup, dengan kemungkinan hidup besar
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai
menyebabkan penyakit pada kehamilan danpersalinan berikutnya
e. Mencegah timbulnya kejang
f. Mencegah hipertensi yang menetap
2. Dasar pengobatan
a. Istirahat
b. Diet rendah garam
c. Obat-obat anti hipertensi d. Luminal 100 mg (1M)
d. Sedative (untuk mencegah timbulnya kejang)
e. Induksi persalinan
3. Pengobatan jalan (dirumah)
Indikasi untuk perawatan di rumah sakit adalah :
a. TD ≤ 140/90 mmHg
b. Proteinuria positif akut
c. Penambahan BB 1 kg/ lebih dalam 1 minggu harus dilakukan observasi
yang teliti
d. Sakit kepala, penglihatan dan edema jaringan dari kelopak mata
e. BB ditimbang 2x sehari
f. TD diukur 4 jam sekali
g. Cairan yang masuk dan keluar dicatat
h. Pemeriksaan urin tiap hari, proteinuria ditentukan kuantitaif
pemeriksaan darah
i. Makanan yang sedikit mengandung garam
j. Sebagai pengobatan diberikan luminal (4x30 MgSO4) kalau ada edema
dapat diberikan NH4cl + 4 g sehari tapi jangan lebih dari 3 hari
G. Pengkajian focus post sc
Data pengkajian yang ditemukan pada pasien post sc menurut Donges, 2001 yaitu :
1. Pengkajian dasar data klien
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan/cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri/ketidaknyamanan
8. Pernapasan
9. Keamanan
10. Seksualitas
11. Pemeriksaan diagnostic
H. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien post sc dengan indikasi pre
eklamsi adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan sekunder akibat pembedahan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan tubuh terhadap
bakteri sekunder pembedahan
4. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam
pembedahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dnegan adanya insisi pembedahan dan nyeri
6. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
7. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi.

K. Diagnosa dan Intervensi keperawatan

No Diagnose Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1 Nyeri akut Tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) (I.080660) Observasi :
Kriteria hasil: 1. Identifikasi, lokasi
1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Sikap protektif 2. Identfikasi skala nyeri
4. Gelisah menurun dan respon nyeri non
5. Kesulitan tidur verbal
6. Frekuensi nadi 3. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
7. TD, RR membaik memperingan nyeri
8. Pola tidur membaik 4. Monitor efek samping
penggunaan
Terapeutik :
1. Berikan terapi
nonfarmakologis
2. Konttrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik jika
perlu

2. Pola tidak efektif Pola napas membaik Manajemen jalan napas


(D.0005) (I.01004) (I.14509)
Kriteria hasil : Observasi :
1. Produksi sputum 1. Monitor pola napas dan
menurun bunyi napas tambahan
2. Ronchi menurun 2. Monitor adanya sputum
3. Wheezing menurun Terapeutik :
4. Batuk efektif 1. Pertahankan kepatenan
membaik jalan napas
5. Respirasi normal 2. Posisikan semi fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Berikan oksigen jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Kosasih, Cecep Eli, Solehati (2015), Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta :
EGC

Mansjoer, A. 2010, Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta : Salemba Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2017. Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia (SDKI) Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI) Jakarta Selatan : Dewan Pengurus PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indoneisa (PPNI), 2017. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI) Jakrta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan POST SC indikasi PEB di RSUD Hajja
Andi Depu Polewali Mandar

Telah disetujui oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing Pendidikan

Pada Tanggal Maret 2023

Polewali Mandar, Maret 2023

Praktikan

FATWANI S

Mengetahui/Menyetujui

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

(............................................................) (...........................................................)
I. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita preeklamsi berat menurut Bobak
(2004) adalah :
1. Prek Eklamsi Ringan
a. Bila tekanan sistolik >140 MmHg dikenaikan 30 MmHg diatas tekanan biasa,
tekanan diastolic 90 MmHg, kenaikan 40 MmHg diatas tekanan biasa, tekanan
darah yang meninggi ini sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam .

Anda mungkin juga menyukai