Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Ny.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC

DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSIA BERAT DIRUANGAN CENDANA

NAMA : DIKA DAYANTI

NPM :1830702052

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERITAS BORNEO TARAKAN

2021
Sectio caesaria

A.Definisi
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding
perut atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dan
dalam rahim (Mochtar).

B.Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproposi capelo pelvik placenta
previa ,tumor jalan lahir ,hidromnion ,pre eklamsia kehamilan ,sedangkan pada janin
adalah janin besar,mal presentasi letak lintang ,hidrosepalus (oxom ,1996:634)

C.Komplikasi
Komplikasi sectio caesaria adalah
1. Infeksi puerpeural (nifas)
Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.Sedang, dengan kertaikan suhu
lebih tinggi, disertai dehidrasi , perut sedikit kembung . Berat, dengan peritonitis dan
sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus terlantar , dimana Sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang teah pecah terlalu lama, penanganannya
adalah pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang ada dan tepat.
2. Perdarahan, disebabkan karena
Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka. Antonia uteri,Perdarahan pada placenta
bed . luka kandung kemih,kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan
mendatang.

D. Pemeriksaan penunjang
Pemantauan janin terhadap kesehatan janin,pemantauan EKG,elektrolit,urinalis
hemoglobin / Hematokrit, golongan darah, urinalis, pemeriksaan sinar x sesuai
indikasi, ultrasound sesuai intruksi tenaga medis lainnya.
Pre eklamsia

I. Konsep medis
A. Definisi

PEB (Pre-eklampsia berat) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya


hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai
48 jam postpartum. pre-eklampsia yang berlabihan yang terjadi secara
mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal ini
merupakan kedaruratan obstertik dan penatalaksanaannya harus segera
dimulai

B. Penyebab
1) Abnormalitas invasi tropoblas Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau
kurang sempurna, maka akan terjadi kegagalan remodeling a. spiralis. Hal
ini mengakibatkan darah menuju lakuna hemokorioendotel mengalir
kurang optimal dan bila jangka waktu lama mengakibatkan hipooksigenasi
atau hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka lama menyebabkan
kerusakan endotel pada plasenta yang menambah berat hipoksia
2) Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi dari proses
kehamilan normal.
3) Faktor resiko preeklampsia (Cunningham, et al., 2014) antara lain :
Obesitas ,Kehamilan multifetal , Usia ibu , Hiperhomosisteinemia ,
Sindrom metabolik.

C. Klasifikasi
Menurut WHO (2013) pre eklampsia dibagi 2 yaitu :
1. Pre eklampsia ringan Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu. Tes celup urin menunjukkan hasil >300 mg/24 jam (WHO,
2013).
2. 2. Pre eklampsia berat Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia
kehamilan >20 minggu. Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥ 2+ atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil >5 g/24 jam. Atau
disertai keterlibatan organ lain seperti trombositopenia

D. Patofisiologi

preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan


hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami
spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan
adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan – perubahan ke organ
antara lain:

1. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema
yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta
kelainan visus pada mata.

2. Ginjal
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal
berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat
glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang
mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.

3. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta
maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam
kandungan.

4. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan
partus prematur.

5. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi
terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami
aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .

6. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan
subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus
( Wahdi, 2009).
E. Manifestasi klinis
- Tekanan darah sistolik ≤ 160 mmHg atau distolik ≥ 110 mmHg.
-Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
-Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
-Edema paru dan sianosis
-Trobositopenia.
-Pertumbuhan janin terlambat.
F. Pemeriksaan penunjang

-Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar

pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

-Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

-Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

-Urinalisis / kultur urine

-Pemeriksaan elektrolit

G. Penatalaksanaan

1.Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.

2.Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu


dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.

3.Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:

a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang

sedini mungkin setelah sadar

c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan

diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.


d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler)

e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

4.Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.

5.Pemberian obat-obatan sesuai anjuran dokter

6. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti

Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan


darah, nadi,dan pernafasan.

H.Prognosis

Hipertensi dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat


perhatian karena mengakibbatkan lebuh dari 25% kematiaan ibu di indonesia pada
tahun 2013.pada pre eklamsia yang merupakan salah satu hdk terjadi disfungsi edotel
berbagai organ mata .konsekuensi tersering adalah vasospasme umum disertai
kebocoran plasma yang menyebabkan iskemi retina .derajat kelainan retina ibu hamil
berdasarkan klasifikasi keith-wagener -barker berbanding lurus dengan angka
kematian serta angka kecatatan penglihatan .
I.Komplikasi

a. Komplikasi Maternal

1) Eklampsia

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma, eklampsia selalu didahului dengan preeklampsia.
Timbulnya kejang pada perempuan dengan preeklampsia yang tidak disebabkan oleh
penyakit lain disebut eklampsia.

2) Sindrom Hemolysis, Elevated Liver Enzimes, Low Platelet Count (HELLP) Pada
preeklampsia sindrom HEELP terjadi karena adanya peningkatan enzim hati dan
penurunan trombosit, peningkatan enzim kemungkinan disebabkan nekrosis
hemoragik periporta di bagian perifer lobules hepar.

3) Ablasi Retina merupakan keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina. Gangguan penglihatan pada wanita dengan preeklampsia juga dapat
disebabkan karena ablasia retina dengan kerusakan epitel pigmen retina

4) Gagal Ginjal Perubahan pada ginjal disebabkan oleh karena aliran darah ke dalam
ginjal menurun, sehingga filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan ginjal berhubungan
dengan terjadinya proteinuria dan retensi garam serta air

5) Edema Paru Penderita preeklampsia mempunyai risiko besar terjadinya edema paru
disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah
kapiler paru dan menurunnya dieresis. Kerusakan vaskuler dapat menyebabkan
perpindahan protein dan cairan ke dalam lobus-lobus paru.

6) Kerusakan Hati Vasokontriksi menyebabkan hipoksia sel hati. Sel hati mengalami
nekrosis yang diindikasikan oleh adanya enzim hati seperti transminase aspartat
dalam darah

7) Penyakit Kardiovaskuler Gangguan berat pada fungsi kardiofaskuler normal lazim


terjadi pada preeklampsia atau eklampsia.

8) Gangguan Saraf Tekanan darah meningkat pada preeklampsia menimbulkan


menimbulkan gangguan sirkulasi darah ke otak dan menyebabkan perdarahan atau
edema jaringan otak atatu terjadi kekurangan oksigen (hipoksia otak).

b. Komplikasi Neonatal

1) Pertumbuhan Janin terhambat

2) Prematuritas
II.Penyimpangan KDM

Pre eklamsia berat

Faktor predisposisi,primigravida ,riwayat keluarga ,


prekeklamsia ,riwayat preeklamsia
sebelumnya,usia kehamilan <20 Sectio
thn ,obesitas,gangguan fungsi organ dll caesar

Pre eklamsia

Vasopasme penurunan tekanan osmoticoloid postspinal


anastesi

Hipertensi oedema penurunan saraf

Luka post op
Peningkatan
Nyeri,kardiovaskuler,
bb
syok.
Nyeri

Gangguan mobilitas fisik

Secio caesar

Jaringan terturtutup dan terbuka

Nyeri
akut

Resiko
infeksi
III.Konsep medis

A.Pengkajian

a. Wawancara
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali
nikah, dan berapa lama.Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke
berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur. Riwayat
kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru. Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau
preeklampsi.Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita
penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.Pola pemenuhan nutrisi.Pola
istirahat.Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan.

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan
bagian tertentu dari tubuh.

Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress,


kelainan jantung, dan paru pada ibu.

Perkusi: untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.

c. Analisa Data
Setelah pengumpulan data langka berikutnyaadalah menganalisa data dengan
mengelompokan data subyektif dan obyektif, etiologi, dan kemudian masalah
keperawatannya.

B.Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pembedahan sc)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit(pembedahan sc)


C.Intervensi
1. nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pembedahan sc)
Tujuan : diharapkan nyeri klien berkurang / terkontrol

kriteria hasil :

1. Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol


2. Wajah tidak tampak meringis
3. Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi

1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah
meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan napas
dalam, imajinasi, sentuhan terapeutik.)
4. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat pengurang nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Tujuan : pasien dapat beraktivitas dengan baik

Kriteria Hasil :

1. Bergerak dengan mudah


2. Performa posisi tubuh
3. Dapat berjalan
Intervensi
1. Ajarkan dan batu pasien dalam proses berpindah
2. Berikan penguatan positif selama aktivitas
3. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang
benar saat melakukan aktivitas.
3.Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit(pembedahan sc)

Tujuan : diharapkan klien tidak mengalami infeksi

kriteria hasil :

1. Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
2. Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi =
60 - 100x/ menit)
3. WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi

1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu
pecah ketuban.
2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
DAFTAR PUSTAKA
Iga nurwan.2013.”laporan pendahuluan pada post sc peb”
https://id.scribd.com/doc/141117819/LAPORAN-PENDAHULUAN-
PADA-POST-SC-PEB-docx
diakses pada tanggal 18 maret 2021 pukul 22.00

Margarita faggidael.2017.”asuhan kebidanan post sc peb berat”


https://core.ac.uk/download/pdf/335034565.pdf
diakses pada tanggal 18 maret 2021 pukul 22.00

Atria indra .2017.”laporan pendahuluan post sc pre eklampsia berat”


https://www.academia.edu/35849541/Laporan_Pendahuluan_Sc_Peb
diakses padan tanggal 18 maret 2021 pukul 20.00

Anda mungkin juga menyukai