Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN KASUS POST SECTIO CAESARIA

RARA SINTA LOTU


NIM : PO7120421 071

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
A. Konsep Dasar Sectio Caesaria

1. Pengertian
Menurut Sarwono (2011) Sectio Caesarian adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

2. Indikasi Sectio Caesaria


Tindakan Sectio Caesaria dilakukan apabila tidak memungkinkan dilakukan
persalinan pervaginam disebabkan adanya resiko terhadap ibu atau janin dengan
pertimbangan proses persalinan normal yang lama atau keagagalan dalam proses
persalinan normal.
Menurut Hartati & Maryunani, (2015) indikasi persalinan Sectio Caesaria
dibagi menjadi :
1) Persalinan atas indikasi gawat ibu :
a. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan dalam proses persalinan.
b. Kondisi panggul sempit.
c. Plasenta menutupi jalan lahir.
d. Komplikasi preeklampsia.
e. Ketuban Pecah Dini.
f. Bayi besar.
g. Kelainan letak

2) Persalinan atas indikasi gawat janin :


a. Tali pusat menumbung.
b. Infeksi intra partum.
c. Kehamilan kembar.
d. Kehamilan dengan kelainan kongenital.
e. Anomaly janin mislanya hidrosefalus.

3. Manifestasi Klinik
Menurut Norma (2013) manifestasi klinik klien dengan sectio caesarea, antara
lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600–800ml
b. Terpasang Kateter : Urine jernih dan pucat
c. Abdomen lunak dan tidak ada disentri
d. Ketidak mampuan untuk menghadapi situasi baru
e. Balutan abdomen tampak sedikit noda
f. Aliran lochia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang dapat dilakukan untuk Sectio Caesaria
yaitu:
1) Laboratorium
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalisis/kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
2) Pemeriksaan ECG.
3) Pemeriksaan USG
4) Amniosentetis terhadap maturitas pari janin sesuai indikasi

5. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis Post Sectio Caesaria antara lain sebagai berikut:
a) Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama pasca operasi pasien masih puasa, maka pemberian
cairan melalui intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b) Diet
Pemberian cairan melalui infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam
pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi.
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
3. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler).
5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
6. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

d) Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Pemberian antibiotik dapat menurunkan resiko infeksipada luka post Secto
Caesaria, cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.
b. Analgetik
Untuk meredakan rasa nyeri post operasi, pemberian obat ini umumnya
dibarengi dengan pemberian obat umtuk memperlancar kerja saluran cerna.
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian dan vitamin C.

e) Perawatan luka
Pada luka post operasi dilakukan perawatan untuk melihat kondisi balutan luka
apakah ada rembesan darah atau cairan lainnya serta kondisi luka post operasi
itu sendiri.

f) Pemeriksaan tanda-tanda vital


Identifikasi perubahan kondisi ibu pasca operasi untuk melihat adanya tanda-
tanda infeksi, perdarahan serta kondisi lainnya.

g) Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari I post operasi jika memungkinkan dan
kondisi ibu sudah dapat mobilisasi penuh, maka dapat dilakukan management
laktasi.
B. Konsep Dasar Thalasemia
1. Pengertian
Thalassemia adalah sejenis penyakit darah keturunan yang bercirikan tidak
adanya atau berkurangnya produksi hemoglobin normal. (Steven A. Downhen, 2002)
Thalassemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara
autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, dimana satu atau lebih rantai polipeptida
hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengabitkan terjadinya anemia
hemolitik (Broyles, 1997). Dengan kata lain, thalassemia merupakan penyakit anemi
hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembulu darah sehingga
umur eritrosit menjadi pedek (kurang dari 120 hari) (nursalam, 2008).
2. Etiologi
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara
genetic dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut gen globin beta
yang terletak pada kromosom. Pada manusia kromosom selalu ditemukan
berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen
pembentuk hemoglobin. Bila hanya gen globin beta yang mengalami kelainan disebut
pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalasemia tampak
normal/sehat sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat
berfungsi dengan baik).
3. Patofisiologis
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dengan polipeptida rantai alfa dan dua
rantai beta. Pada beta thalassemia adalah tidak adanya atau kurangnya rantai beta
dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa
oksigen. Adanya suatu kompesator yang meningkat dalam rantai alfa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin
defective. Ketidak seimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolysis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala lain dari thalasemia yaitu:
a. Thalassemia Mayor
1) Pucat
2) Lemah
3) Anoreksia
4) Sesak nafas
5) Peka rangsang
6) Tebalnya tulang kranial
7) Pebesaran hati dan limpa/hepatoplenomegali
8) Menipisnya tulang kartilago, nyeri tulang
9) Disritmia
10) Epitaksis
11) Sel darah merah mikrositik dan hipokromik
12) Kadar Hb Kurang dari 5 gram/100 ml
13) Kadar besi serum tinggi
14) Ikterik
15) Peningkatan petumbuhan fasial mandibular: mata sipit, dasar hidung lebar dan
datar
b. Thalassemia minor
1) Pucat
2) Hitung sel darah merah normal
3) Kadar konsentrasi hemoglobin menurun 2 sampai 3 gram/100 ml dibawah kadar
normal sel darah meraash mikrositik dan hipokromik sedang.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Identitas Ibu
Sering terjadi usia<18 atau >35 tahun. Status perkawinan pasien, dan pekerjaan.
Terjadi pada primigravida atau multipra dengan usia lebih tua Bobak,2016.

2. Riwayat Kesehatan
Pada klien post sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat terdapat nyeri
pada bekas luka sectio caesaria. Pada umum nya pasien post sectio caesaria dengan
indikasi preeklamsi berat akan mengalami keterbatasan aktifitasnya karena ada nyeri
pada bagian abdomennya ada luka bekas sayatanya, nyeri seperti diiris-iris atau
ditusuk dengan skala nyeri 1 sampai 10.

3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Dalam riwayat kesehatan dahulu perlu dikaji apakah klien perna mengalami
riwayat sectio caseria sebelimnya. Riwayat alergi terhadap obat dan makanan.
Serta ada tidaknya penyakit yang dapat memperberat keadaan klien seperti:
penyakitginjal, anemia, vaskuler asensial, hipertensi kronik, dieabetes melitus.
b. Riwayat Kehamilan Yang Lalu
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu diketahui tentang umur
kehamilan, pemeriksaan kehamilan, informasi tentang umur kehamilan,
pemeriksaan kehamilan,imunisasi yang didapatkan, keluhan selama kehamilan,
pernah mengalami abortus atau tidak, melahirkan dimana, ditolong siapa dan
apakah ada penyulit selama kehamilan
c. Riwayat persalinan sekarang
Riwayat persalinan sekarang meliputi: hari, tanggal, jam persalinan operasi sectio
caesaria, penolong persalinan, penyulit persalinan(pada penderita preeklamsi ibu
akan mengalami kenaikan tekanan darah tinggi, oedema, dan proteinuria),
penanganan persalinan biasanya dilakukan sectio caesaria, keadaan bayi hidup
atau mati,dan biasanya pasa kasus preeklamsi bayi akan mengalami prematur atau
BBLR
d. Riwayat Keluarga Berencana
Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan, keluhan selama
penggunaa, jumlah anak yang direncanakan, pada klien post sectio caesaria
dengan indikasi preeklamsi tidak ada hubunganya denga keluarga berencana yang
digunakan oleh klien. Jamli, 2012.
e. Riwayat Perkawinan
Meliputi usia klien dan suami saat menikah, pernikahan yang ke berapa bagi klien
dan suami klien. Pada klien dengan preeklamsi usia sangat mempengaruhi karena
hamil ketika usia diatas 35 tahun rentan terhadap terjadinya preeklamsi
f. Pengkajian Nifas
Pada persalinan lalu apakah pernah mengalami demam, keadaan lochia,
kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan
perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan
pemberian ASI, respond an support keluarga.kontraksi kuat dan terletak di
umbilikus

4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi
bentuk dada simetris atau tidak, ada otot bantu nafas, pola nafas reguler atau
ireguler biasanya terjadi perubahan akibat anastesi, frekuensi nafas normal 20-
24x/menit.
Palpasi
kaji vocal vremitus klien, getarannya sama atau tidak.
Perkusi
suara normalnya didapat sonor.
Auskultasi
normal suara nafas vesikuler, adakan suara nafas tambahan seperti ronchi,
whezing, dan lain-lain

b. B2 (Blood)
Inspeksi
lihat ada atau tidaknya sianosis, anemis (jka terjadi syok akibat perdarahan post
partum).
Palpasi
kaji CRT normal kembali <2 detik, akral hangat, cek nadi normal 60-100x/menit
namun biasanya terdapat bradikardi pada post operasi dan takikardi (jika terjadi
syok).
Perkusi
perkusi pada jantung normal didapatkan pekak.
Auskultasi
normal bunyi jantung S1 S2 tunggal, irama jantung regular

c. B3 (Brain)
Inspeksi
pasien post GCS (normal karena terasa op terlihat cemas, cek kesadaran dan nilai
4-5-6), wajah tampak menyeringai tidak nyeri pada luka bekas operasi.
Biasanya terdapat gangguan pola istirahat/tidur karena nyeri luka akibat bekas operasi
yang dirasakan.
Palpasi
CRT <2 detik, nyeri pada luka bekas post operasi.

d. B4 (Bledder)
Inspeksi
lihat menggunakan cateter atau BAK spontan, biasanya terpasang cateter karena
hal itu merupakan salah satu prosedur operasi. Periksa pengeluaran lochea, warna,
bau, dan jumlahnya, cek warna urine dan baunya.
Palpasi
ada pembesaran bledder atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, biasanya ada
nyeri tekan.

e. B5 (Bowel)
Inspeksi
lihat mukosa bibir kering atau lembab, adakan pasca operasi.
Palpasi
terdapat nyeri pada abdomen.
Perkusi
normal terdapat bunyi tympani dan redup bila terdapat cairan pada abdomen.
Auskultasi
hitung bising usus normal 5-15x/menit. Biasanya terjadi penurunan bising usus
menurun sehingga terjadi konstipasi.

f. B6 (Bone)
Inspeksi
Biasanya terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
Palpasi
lihat turgor kulit elastis atau tidak, raba akralnya, biasanya klien post operasi
terjadi hipotermikemudian hipetermi.

g. B7 (Penginderaan)
Inspeksi
Pada klien preklampsia tidak ditemukan adanya kerusakan penginderaan.

h. B8 (Integumen)
Inspeksi
Pada klien preeclampsia tidak ditemukan adanya kerusakan endokrin

C. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


Tujuan dan Kriteria
NO Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Hasil
1 NYERI AKUT Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Definisi : pengalaman tindakan keperawatan Observasi
sensorik atau emosional selama 1 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
yanng berkaitan dengan diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan aktual berkurang, dengan frekuensi, kualitas,
atau fungsional, dengan kriteria hasil :
intensitas nyeri
onset mendadak atau lambat 1. Keluhan nyeri
dan berinteraksi ringan 2. Identifikasi skala nyeri
berkurang
hingga berat yang 3. Identifikasi respons
2. Pasien tidak
berlangsung kurang dari 3 nyeri non verbal
meringis
bulan. 4. Identifikasi faktor yang
Penyebab : 3. Sikap protektif
memperberat dan
1. Agen pencedara menurun
memperingan nyeri
fisiologis ( mis : 4. Gellisah
5. Identifikasikeyakinan
inflamasi, iskemia, menurun
dan pengetahuan tentang
beoplasma ) 5. Kesulitan tidur
nyeri
2. Agen pencedera menurun
6. Identifikasi pengaruh
kimiawi(mis : terbakar, 6. Tanda tanda vital
budaya terhadaprespon
bahan kimia iritan ) membaik
nyeri
3. Agen pencedera fisik 7. Identifikasi pengaruh
( mis : abses, amputasi, nyeri terhadap kualitas
terbakar, terpotong, hidup
mengangkat berat, 8. Monitor keberhasilan
prosedur operasi, terapi komplementer
trauma, latihan fisik yang sudah diberikan
berlebih ) 9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Gejala Tanda Mayor
Subjektif Terapeutik
Mengeluh nyeri 10. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
Objektif
1. Tampak meringis mengurangi rasa nyeri
2. Bersikap protektif 11. Kontrol lingkungan
3. Gelisah yang memperberat rasa
4. Frekuensi nadi nyeri
meningkat 12. Fasilitasi istirahat dan
5. Sulit tidur tidur
13. Pertimbangkan jenis dan
Gejala Tanda Mayor sumber nyeri dalam
Subjektif pemilihan straegi
( tidak tersedia ) meredakan nyeri

Objektif Edukasi
1. Tekanan darah 14. Jelaskan penyebab,
meningkat periode dan pemicu
2. Pola napas berubah nyeri
3. Nafsu makan berubah 15. Jelaskan strategi
4. Proses berpikir meredakan nyeri
terganggu 16. Anjurkan monitor nyeri
5. Menarik diri secara mandiri
6. Berfokus pada diri 17. Anjurkan menggunakan
sendiri analgetik yang tepat
7. diaforesis 18. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik

2 GANGGUAN Setelah dilakukan Dukungan ambulasi


MOBILITAS FISIK tindakan keperawatan Observasi
Definisi : keterbatasan selama 1 x 24 jam di 1. Identifikasi adanya nyeri
dalam gerakan fisik dari satu harapkan mobilitas atau keluhan fisik
atau lebih ekstremitas secara fisik meningkat, lainnya
mandiri dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi
Penyebab : 1. Pergerakan fisik melakukan
1. Kerusakan integritas ekstremitas ambulasi
struktur tulang meningkat 3. Monitor frekuensi
2. Perubahan metabolisme 2. Kekuatan otot jantung dan tekanan
3. Ketidakbugaran fisik meningkat darah sebelum memulai
4. Penurunan kendali otot 3. Rentang gerak ambulasi
5. Penurunan massa otot (ROM) 4. Monitor kondisi umum
6. Penurunan kekuatan otot meningkat selama melakukan
7. Keterlambatan ambulasi
perkembangan
8. Kekauan sendi Terapeutk
9. Kontraktur 5. Fasilitasi aktivitas
10. Malnutrisi ambulasi dengan alat
11. Gangguan bantu
muskuloskeletal 6. Fasilitasi melakukan
12. Gangguan neuromuskular mobilisasi aktivitas fisik
13. Indeks massa tubuh 7. Libatkan keluarga untuk
diatas persentil ke-75 membantu pasien dalam
sesuai usia menningkatkan mabulasi
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan Edukasi
gerak 8. Jelaskan tujuan dan
16. Nyeri prosedur ambulasi
17. Kurang terpapar 9. Anjurkan melakukan
infomarsi tentang ambulasi dini
aktivitas fisik 10. Ajarkan ambulasi
18. Kecemasan sederhana yang harus
19. Gangguan kognitif dilakukan
20. Keenggangan melakukan
pergerakan
21. Gangguan
sensoripersepsi

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengeluh sulit
melakukan pergerakan
ekstremitas

Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM)
menurun

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak

Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan Observasi
kulit/jaringan tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
Definisi : Kerusakan kulit selama 1x24 jam gangguan integritas kulit
atau jaringan (tulang) diharapkan ntegritas
Penyebab : kulit meningkat Terapeutik
1. Perubahan sirkulasi dengan kriteria hasil : 2. Ubah posisi tiap 2 jam
2. Perubahan status nutrisi 1. Elastisitas jika tirah baring
3. Kekurangan / kelebihan meningkat 3. Lakukan pemijitan pada
volume cairan 2. Hidrasi area penonjolan tulang
4. Penurunan mobilitas meningkat 4. Bersihkan perineal
5. Bahan kimia iritatif 3. Perfusi jaringan dengan air hangat,
6. Suhu lingkungan yang meningkat terutama selama periode
ekstreme 4. Kerusakan diare
7. Faktor mekanis jaringan menurun 5. Gunakan produk
8. Efek samping terapi 5. Kerusakan berbahan petrolium atau
radiasi lapisan kulit minyak pada kulit
9. Kelembaban menurun kering
10. Proses penuaan 6. Gunakan produk
11. Neuropati perifer berbahan ringan pada
12. Perubahan pigmentasi kulit
13. Perubahan hormonal 7. Hindari produk
14. Kurang terpapar berbahan dasar alkohol
informasi tentang upaya pada kulit kering
mepertahankan/melindun
gi integritas jaringan Edukasi
8. Anjurkan menggunakan
Gejala dan Tanda Mayor pelembab
Subjektif 9. Anjurkan minum air
(tidak tersedia) yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan
Objektif asupan nutrisi
1. Kerusakan jaringan 11. Anjurkan meningkatkan
dan/atau lapisan kulit asupan buah dan sayur
12. Anjurkan menghindari
Gejala dan Tanda Minor terpapar suhu ekstreme
Subjektif 13. Anjurkan menggunakan
(tidak tersedia) tabir surya SPF minimal
30 saat berada diluar
Objektif rumah
1. Nyeri 14. Anjurkan mandi dan
2. Perdarahan menggunakan sabun
3. Kemerahan secukupnya
4. Hematoma
4 Resiko Infeksi setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
Definisi : beresiko tindakan keperawatan Obsevasi
mengalami peningkatan selama 3x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala
terserang organisme diharapkan tingkat infeksi lokal Dan Iskemik
patogenik infeksi menurun,
Faktor Penyebab : dengan kriteria hasil ; Terapeutik
1. Penyakit kronis 1. Demam menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
2. Efek prosedur invasif 2. Kemerahan 3. Berikan perawatan kulit
3. Malnutrisi menurun pada area edema
4. Peningkatan paparan 3. Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan
organisme patogen 4. Bengkak sesudah kontak dengan
lingkungan menurun pasien dan lingkungan
5. Ketidak adekuatan pasien
pertahanan tubuh 5. Pertahankan teknik
primer : aseptik pada pasien
1) Gangguan peristaltik beresiko tinggi
2) Kerusakan integritas
kulit Edukasi
3) Perubahan sekresi pH 6. Jelaskan tanda dan gejala
4) Penurunan kerja infeksi
siliaris 7. Ajarkan cara mencuci
5) Ketuban pecah lama tangan dengan benar
6) Ketuban pecah 8. Ajarkan etika batuk
sebelum waktunya 9. Ajarkan cara memeriksa
7) Merokok kondisi luka atau luka
8) Statis cairan tubuh operasi
6. Ketidakadekuatan 10. Anjurkan meningkatkan
pertahanan tubuh asupan nutrisi
sekunder 11. Anjurkan meningkatkan
1) Penurunan asupan cairan
hemoglobin
2) Imunosupresi Kolaborasi
3) Leukopenia 12. Kolaborasi pmberian
4) Supresi respon imunisasi
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
adekuat

Kondisi klinis terkait


1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif
kronis
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum
waktunya
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan. DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PNI. 2017. Standar Daignosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta
Selatan. DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta
Selatan. DPP PPNI

Bobak. L. J. 2019. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Lisa Margareta. 2017. Konsep Dasar Post Partum.

Anda mungkin juga menyukai