Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

B DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN GANGGUAN VENTILASI SPONTAN
DALAM TINJAUAN TEORI IDA JEAN ORLANDO
DI RUANGAN ICVCU UPT RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan


Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Disusun Oleh :

Agnes Sawita Dewa


NIM. PO7120421081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
T.A 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim pembimbing

Poltekkes Kemenkes Palu.

Nama : Agnes Sawita Dewa


NIM : PO7120421081

Palu, September 2022


Pembimbing I,

I Wayan Supetran, S.Kep., Ners., M.Kes


Nip. 196906051990021002

Palu, September 2022


Pembimbing II,

Lindanur Sipatu, S.Kep., Ners., MM


Nip. 198006162002122002

Menyetujui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Dr. Jurana, S.Kep., Ns., M.Kes


Nip. 197112151991012001

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Poltekkes

Kemenkes Palu.

Nama : Agnes Sawita Dewa


NIM : PO7120421081

Tim Penguji
Penguji 1

Amyadin, SKM., S.Kep., Ns., M.Si


Nip. 19671002 1987031002

Penguji 2

Ismunandar, S.Kep, Ns., M.Kes


NIP. 197111141998031002

Penguji 3

Aminuddin, S.Kep., Ners., M.Kes


Nip. 197112221992031002

Mengetahui Menyetujui
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

Nasrul, SKM.,M.Kes Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp., M.Si


Nip.19680405 198802 1001 N Nip. 196604241989032002

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN NERS KEPERAWATAN

Agnes Sawita Dewa, 2022. Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan diagnose
Keperawatan gagguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida
Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah, Karya Ilmiah Akhir Ners Prodi Profesi Ners
Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Palu. Pembimbing (1) I
Wayan Supetran, (2) Lindanur Sipatu.

ABSTRAK

(ix + 68 halaman + 9 tabel+ 4 lampiran)


Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tujuan penelitian ini diketahuinya Asuhan
Keperawatan pada Tn. B dengan diagnose Keperawatan gagguan ventilasi
Spontan dalam Tinjauan Teori Ida Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini
menggunakan laporan studi kasus. Pada penulisan metode ilmiah sesuai dengan
kaidah dari proses keperawatan yang meliputi :pengkajian, analisa data, intervensi
keperawatan, implementasi serta evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.Pasien terpasang O2 15 liter, Klien tampak sesak, Bunyi
nafas ronchi, Frekuensi nafas: 25×/m, SpO2 96%. Masalah Pola nafas belum
teratasi, dan pada evaluasi tanggal 14 Juli 2022 pasien meninggal dan masalah
belum teratasi.
Kesimpulan tidak ada kesenjangan dalam asuhan keperawatan tersebut
dengan teori. Saran untuk Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
diharapkan dapat memberikan tindakan terapi komplementer dalam intervensi
keperawatan sehinggan dapat membantu memaksimalkan pengobatan pasien
Hipertensi heart deases.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Kritis.


Daftar Pustaka: 14 referensi (2017-2022).

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratAllah SWT, karena atas Kuasa-Nyalah sehingga

peneliti dapat menyelesaikan Karya ilmiah akhir tepat pada waktunya dengan

judul Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan diagnose Keperawatan gagguan

ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT

RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

Penyelesaian Karya ilmiah akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak keluarga tercinta dan saudara. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Nasrul,SKM, M.Kes, Direktur Politeknik Kemenkes Palu.

2. Dr. Jurana, S.Kep., Ners., M.Kes Ketua Program Studi Ners Politeknik

Kemenkes Palu

3. I Wayan Supetran, S.Kep., Ners., M.Kes sebagai Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan

Karya Ilmiah Akhir ini.

4. Lindanur Sipatu, S.Kep., Ners., MM sebagai Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan

Karya Ilmiah Akhir ini.

5. Amyadin, SKM.,S.Kep., Ns., M.Si Penguji I, Ismunandar, S.Kep, Ns., M.Kes

Penguji II, Aminuddin, S.Kep., Ners., M.Kes yang telah meluangkan waktu

v
dalam membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan karya ilmiah akhir

ini.

6. Responden yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi bahan penelitian

7. Dosen-dosen dan staf pendidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu yang

telah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan sampai saat ini.

8. Teman-teman mahasiswa Keperawat an Angkatan 2021 yang membantu dan

memberikan dorongan dalam penyusunan karya ilmiah akhirini

9. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

pembuatan Karya ilmiah akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan karya ilmiah akhir ini.

Palu, September 2022

Agnes Sawita Dewa

vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................. iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Ida jean Orlando.......................................................................... 6
B. Hipertensi.............................................................................................. 14
C. Diabetes Melitus......................................................................................... 24
D. Asuhan Keperawaratan.................................................................................. 29

BAB III LAPORAN KASUS KELOLA UTAMA.......................................... 37

BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah Keperawatan Utama dengan Konsep Kasus
Terkait................................................................................................... 47
B. Analisis Intervensi Utama dihubungkan dengan Konsep Kasus
Terkait dan Penelitian / JurnalTerkait................................................... 53
C. Alernatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan.......................... 55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 57
B. Saran..................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 59
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Klasifikasi data..........................................................................................36

3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................37

3.3 Rencana Keperawatan..............................................................................39

3.4 Implementasi dan Evaluasi.......................................................................41

3.5 Catatan perkembangan..............................................................................44

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan.......................................................64

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Karya Ilmiah Akhir......................................65

Lampiran 3 Kasus Kelolahan Asuhan keperawatan........................................66

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup..................................................................68

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua dengan nilai tekanan darah menunjukan sistolik > 140

mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai

silent killer karena termasuk penyakit yang timbul hampir tanpa adanya

gejala awal namun penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan membunuh

secara diam-diam. Bahkan hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh

penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang

tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko

serangan jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti 2013). Hipertensi juga

merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah

bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto,

2014).

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama

yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung,

gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016

penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama

di dunia (WHO, 2018)

1
2

Data World Health Organization (WHO) lanjut usia dibagi menjadi

empat kriteria meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia

(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)

di atas 90 tahun jumlah penduduk lansia di indonesia terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI jumlah lansia di

Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 23,66 juta jiwa. Diprediksi

jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya dimana diprediksi pada

tahun 2020 sebanyak 27,08 juta jiwa, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta jiwa

dan tahun 2030 sebanyak 40,95 juta jiwa serta tahun 2035 sebanyak 48,19

juta jiwa (Kemenkes RI, 2017).

Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk

usia >18 tahun sebesar (34,1%) tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%),

sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus

hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian

di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).

Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk

menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle

hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit

jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik

secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).


3

Diabetes mellitus, adalah kondisi serius jangka panjang yang terjadi

ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah seseorang karena tubuh

mereka tidak dapat menghasilkan hormon insulin apapun atau cukup, atau

tidak dapat efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah

hormon penting yang diproduksi dipankreas. Ini memungkinkan glukosa dari

aliran darah untuk memasukisel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi

energi. Insulin juga penting untuk metabolis meprotein dan lemak.

Kurangnya insulin, atau ketidakmampuan sel untuk meresponnya,

menyebabkan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia), yang

merupakan indikator klinisdiabetes (IDF,2019).

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang

“Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan diagnose Keperawatan gagguan

ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida Jean Orlando di ruangan ICVCU

UPT RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana “Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa

Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida Jean

Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata Provinsi Sulawesi

Tengah” ?
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa

Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida Jean

Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Dilakukannya hasil pengkajian keperawatan pada Tn. B dengan

diagnosa Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan

Teori Ida Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata

Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Ditetapkannya diagnosis keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa

Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida

Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata Provinsi

Sulawesi Tengah.

c. Tersusunnya Intervensi keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa

Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida

Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata Provinsi

Sulawesi Tengah

d. Dilaksanakannya Implementasi keperawatan pada Tn. B dengan

diagnosa Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan


5

Teori Ida Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata

Provinsi Sulawesi Tengah.

e. Dilakukannya hasil evaluasi keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa

Keperawatan gangguan ventilasi Spontan dalam Tinjauan Teori Ida

Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD Undata Provinsi

Sulawesi Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Untuk pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan bacaan siapa saja yang membutuhkan dan dapat menjadi salah satu

referensi dalam meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan

pada Tn. B dengan diagnosa Keperawatan gangguan ventilasi Spontan

dalam Tinjauan Teori Ida Jean Orlando di ruangan ICVCU UPT RSUD

Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Dengan adanya penulisan karya ilmiah akhir ners ini, di harapkan

dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Prodi Ners,

sebagai salah satu kriteria untuk menilai keberhasilan peserta selama

mengikuti pendidikan dan merupakan salah satu syarat untuk untuk

menyelesaikan studi Ners.

3. Bagi peneliti

Hasil penilitian akan menambah wawasan bagi peneliti terutama

pada Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Kritis.


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Ida Jean Orlando

Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu

fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau

kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan

1. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien

butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan

fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam

pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk

membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran

profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang

dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai

tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin

yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh

perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada

aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.

2. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan

pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.


7

3. Reaksi segera

Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan

pasien.Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari

perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.

4. Disiplin proses keperawatan

Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses

keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan

tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam

hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku

tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan

pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.

5. Kemajuan / peningkatan

Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan

produktif. Tanggungjawab dari seorang perawat meliputi “bagaimana

menolong seorang pasien dengan memenuhi kebutuhannya (misal;

kenyamanan fisik dan mental yang harus diupayakan sedapat mungkin

selama proses keperawatan berlangsung). Hal ini merupakan

tanggungjawab seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan psien baik

melalui usahanya sendiri maupun menggunakan bantuan tenaga lain.

Kebutuhan Kebutuhan merupakan “keadaan dimana seorang pasien

membutuhkan, nutrisi, menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit, dan

menumbuhkan perasaan yang adekuat untuk sembuh. Tingkah Laku yang


8

Timbul dari Pasien Tingkah laku yang timbul ini berupa tingkah laku

verbal maupun nonverbal yang dapat dilihat oleh seorang perawat. Reaksi

Langsung Reaksi spontan termasuk didalamnya persepsi dari keduanya

yaitu perawat dan pasien, pemikiran dan perasaan dari keduanya.

Disiplin Proses Keperawatan Disiplin Proses Keperawatan termasuk di

dalamnya komunikasi antara perawat dan pasien. Disiplin Proses

Keperawatan atau disebut juga Delebrasi Proses Keperawatan inilah yang

digambarkan pada buku pertama Orlando. Improvisasi Improvisasi di sini

berarti bagaimana berkembang lebih baik, untuk memberikan hasil, atau

untuk menggunakan beberapa manfaat dari suatu hal. Manfaat dari

Perawat Kegunaan dari seorang perawt adalah untuk memberikan bantuan

apa saja dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien untuk sembuh.

Tindakan Spontan Perawat Tindakan spontan dari seorang perawat adalah

“segala tindakan perawat yang dilakukan berdasarkan suatu alasan untuk

memenuhi kebutuhan segera dari seorang pasien. Tindakan Deleberatif

Perawat Tindakan dleberatif adalah segala sesuatu yang diputuskan setelah

mengetahui kebutuhan yang diperlukan dan kemudian berupaya untuk

memenuhinya.

Hampir keseluruhan dari teori Orlando digambarkan secara implicit.

Schmieding (1993) memberikan beberapa asumsi dari hasil tulisan Orlando

mengenai empat bidang dan elebotasi mengenai pandangan Orlando mengenai:

1. Asusmsi mengenai Keperawatan

a. Keperawatan merupakan profesi yang berbeda dengan disiplin ilmu lain.


9

b. Keperawatan professional mempunyai fungsi dan dan menghasilkan

produk yang berbeda (hasil).

c. Terdapat perbedaan antara sekadar membaringkan dengan tindakan

keperawatan yang professional.

2. Asumsi mengenai Pasien

a. Kebutuhan pasien akan pertolongan merupakan suatu hal yang unik.

b. Pasien memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhannya

akan pertolongan

c. Ketika pasien tidak memperoleh kebutuhannya maka ia akan mengalami

kemunduran.

d. Tingkah laku dari seorang pasien merupakan suatu hal yang memberikan

makna.

e. Pasien mampu dan bersedia berkomunikasi secara verbal (atau tidak

verbal)

3. Asumsi mengenai Perawat

a. Reaksi seorang perawat terhadap pasiennya merupakan suatu hal yang

unik.

b. Perawat seharusnya tidak menambah tekanan pada seorang pasien

c. Pemikiran dari seorang perawat merupakan alat utama dalam menolong

seorang pasien.

d. Perawat menggunakan respon yang spontan dalam menjalankan

tanggungjawab keperawatannya
10

e. Praktek keperawatan seorang perawat dikembangkan berdasarkan

gambaran dari diri mereka masing-masing.

4. Asumsi mengenai situasi yang terjadi antara Pasien dan Perawat

a. Situasi hubungan antar perawat dan pasien merupakan suatu hal yang

dinamis

b. Hal-hal yang terjadi dalam interaksi antara asien dan perawat merupakan

bahan utama dalam mengembangkan pengetahuan seorang perawat.

Teori Orlando menggambarkan mengenai fungsi dari keperawatan secara

professional sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan pasien akan

pertolongan. Fungsi ini akan terpenuhi ketika seorang perawat dapat mencari tahu

dan menemukan apa saja kebutuhan yang diperlukan dari seorang pasien. Teori

Orlando difokuskan pada bagaimana menciptakan kemajuan pada tindakan dari

seorang pasien. Kemajuan dari seorang pasien dapat dilihat dari tingkah laku dan

tindakan yang dapat diamati oleh seorang perawat. Persepsi seorang perawat

terhadap tingkah laku dari pasiennya dapat menghasilkan suatu pemikiran yang

dapat mempengaruhi perawat untuk mengembangkan kjemampuannya.

Orlando mengidentifikasi dan mendefiniskan beberapa elemen dari reaksi

langsung seorang perawat sebagai berikut:

a. Persepsi, simulasi fisik dari tiap orang berdasarkan hasil dari panca inderanya.

b. Pemikiran spontan mengenai persepsi yang berasal dari pemikiran seorang

individu

c. Stimulasi perasaan dari hasil pemikiran dimana dapat mengerakkan seseorang

dari hasil persepsi, pemikiran dan perasaanya.


11

Penerapan Dalam Dunia Keperawatan

Praktek Kesehatan Teori Orlando telah berhasil digunakan di rumah sakit

umum dan rumah sakit jiwa. Seperti pengakuan yang gambarkan pada Pusat

Kesehatan Mental dan bagian klinik psikiatrik di Rumah Sakit umum di beberapa

negara. Teori Orlando juga diterapkan di praktek keperawatan milik pribadi Dunia

Pendidikan Teori proses keperawatan Orlando merupakan kerangka konseptual

yang dapat dikembangkan dan dipraktekkan secara langsung. Pelatihan dari

penerapan teori Orlando sangat berguna bagi perawat untuk mengontrol proses

keperawatanya dan meningkatkan perkembangan dari reaksi seorang pasien.

Penelitian Teori Orlando secara terus menerus menjadi dasar dari beberapa

penelitian dibidang keperawatan dan diaplikasikan pada beberapa pengaturan

prtoses penelitian. Beberapa peneliti yang mengembang teori Orlando diantaranya

: Dracup dan Breu (1978), Pienschke (1973), Thibau dabn Reidy (1977)

Schmiedhing (1988), Sheafor (1991), Ronte Reid (1992) dan banyak lagi peneliti

lain.

Pengembang Teori Orlando Disiplin Ilmu Proses keperawatan

membutuhkan bagian yang integral pada murid dari sekolah keperawatan

sehingga dapat diimplementasikan pada beberapa keadaan kondisi pada saat

praktek keperawatan. Banyak dari pengguna Teori Keperawatan Orlando

mengembangkannya dengan beberapa riset diantaranya Beuer dan McBride’s

(2002) yang mengembangkanya pada proses perawatan dalam aspek penyakit

bipolar.
12

Proses keperawatan orlando

Proses keperawatan Orlando didasarkan pada "proses di mana setiap

tindakan individu". Tujuan dari proses ketika digunakan antara perawat dan

pasien adalah memenuhi kebutuhan pasien untuk membantu. Perbaikan dalam

perilaku pasien yang idencates resulotion kebutuhan adalah hasil tujuannya adalah

juga digunakan dengan orang lain yang bekerja dalam pengaturan ajob.. Ini

Tujuannya di sini adalah untuk memahami bagaimana resposibilities profesional

dan pekerjaan masing-masing mempengaruhi yang lain. ini memungkinkan

perawat untuk secara efektif memenuhi setiap fuction profesionalnya untuk pasien

dalam pengaturan origanizational.

Proses keperawatan diatur dalam gerakan oleh perilaku pasien semua

perilaku pasien, tidak peduli betapa tidak berartinya, harus dianggap sebagai

ungkapan kebutuhan bantuan sampai maknanya kepada pasien tertentu dalam

situasi yang mendesak dipahami.. Orlando menekankan hal ini pada prinsipnya

pertama: "Perilaku menyajikan pasien, terlepas dari dari dalam yang muncul,

mungkin merupakan suatu permohonan untuk membantu". Ketika pasien

mengalami suatu kebutuhan bahwa ia tidak bisa menyelesaikan, rasa tidak

berdaya terjadi. Perilaku pasien mencerminkan tekanan ini. Dalam Hubungan

Perawat-Pasien Dinamis, Orlando menjelaskan beberapa kategori distres pasien.

Ini adalah "keterbatasan fisik, merugikan reaksi terhadap pengaturan

dan.pengalaman yang mencegah pasien dari berkomunikasi kebutuhannya.

Perasaan tidak berdaya karena keterbatasan fisik dapat mengakibatkan dari

pembangunan tidak lengkap, cacat sementara atau permanen, atau pembatasan


13

lingkungan, nyata atau dibayangkan. . Reaksi yang merugikan pada pengaturan, di

sisi lain, biasanya hasil dari pemahaman yang salah atau tidak memadai tentang

pengalaman di sana. Pasien mungkin menjadi tertekan dari reaksi negatif untuk

setiap aspek pengaturan meskipun niat membantu atau terapi Sering kebutuhan

untuk membantu juga mungkin timbul dari berkomunikasi ketidakmampuan

pasien secara efektif.

Hal ini mungkin disebabkan faktor-faktor seperti ambivalensi

ketergantungan tentang yang dibawa oleh penyakit, malu berhubungan dengan

kebutuhan, kurangnya kepercayaan pada perawat, dan ketidakmampuan untuk

menyatakan kebutuhan tepat. Perilaku pasien dapat verbal atau nonverbal

inkonsistensi antara kedua jenis perilaku ini mungkin menjadi faktor yang

memberitahu perawat bahwa kebutuhan pasien bantuan. Perilaku verbal meliputi

menggunakan semua pasien bahasa.. Mungkin mengambil dari dari "keluhan ...

permintaan. pertanyaan penolakan Komentar atau pernyataan.

Perilaku nonverbal meliputi manifestasi fisiologis seperti denyut jantung,

keringat, edema, dan buang air kecil: dan aktivitas motorik seperti tersenyum,

berjalan, dan menghindari aye kontak. Perilaku pasien nonverbal juga mungkin

vokal. Ini termasuk tindakan seperti menangis, tertawa, berteriak, dan mendesah

Meskipun semua perilaku pasien mungkin menunjukkan kebutuhan untuk

membantu, perilaku tidak mungkin efektif mengkomunikasikan kebutuhan itu.

Ketika perilaku tidak berkomunikasi kebutuhan, masalah adalah hubungan

perawat-pasien dapat timbul perilaku pasien yang tidak efektif "mencegah

perawat dari melaksanakan. Nya kekhawatiran untuk perawatan pasien atau


14

bentuk mempertahankan hubungan yang memuaskan kepada pasien. perilaku

pasien yang tidak efektif juga dapat menunjukkan kesulitan dalam pembentukan

awal dari hubungan perawat-pasien, identifikasi akurat dari reaksi pasien untuk

tindakan keperawatan otomatis. Resolusi perilaku pasien yang tidak efektif yang

tinggi prioritas sebagai perilaku biasanya menjadi lebih buruk dari waktu ke

waktu jika perlu bantuan itu mengungkapkan masih belum terselesaikan.

B. Hipertensi Heart Disease

1. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

mmHg. (Ningrum, 2020)

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –

104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114

mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau

lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena

dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik. (Ningrum,

2020).Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran

menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan

pada mekanisme pengaturan tekanan darah. (Morton, 2018)

Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk

menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle

hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan


15

penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan

darah, baik secara langsung maupun tidak langsung (Morton, 2012).

2. Etiologi

Menurut Adnil (2019), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat

dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui

dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan

beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :

a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.

b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).

c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah:

a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).


16

b) Kegemukan atau makan berlebihan.

c) Stress.

d) Merokok.

e) Minum alcohol.

f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

1) Ginjal :Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,

Tumor.

2) Vascular :Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,

Emboli kolestrol,  Vaskulitis.

3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.

4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.

5) Obat – obatan :Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

Menurut Morton (2018), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut

usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun.

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi

karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi.
17

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Menurut Morton (2018), secara klinis derajat hipertensi dapat

dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The

Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High

Blood Pressure “ sebagai berikut :

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Manifestasi Klinik

Menurut Adnil (2019), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi

dua, yaitu :

a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan

pasien yang mencari pertolongan medis.


18

4. Patofisiologi

Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi

ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan

bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel

kiri.Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan

lamanya peningkatan diastole.Pengaruh beberapa faktor humoral seperti

rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi

system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin

sebagai penunjang saja.Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi

berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis

primer.

Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah

difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri

meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif

ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus,

hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya

aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik

menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena

meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai

penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),

peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi

oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel

kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit  jantung  koroner.


19

Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh

koroner juga meningkat.Jadi cadangan aliran darah koroner

berkurang.Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada

hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2

faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :

a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot

polos pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels)

seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang

mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan

mengakibatkan tahanan perifer;

b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan

kepiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik.

Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik

menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik

ini.

Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat

penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari

gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri.(Chang, 2014).

5. Komplikasi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya

gejala pada hipertensi essensial.kadang-kadang hipertensi essensial berjalan

tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran

seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit


20

kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis

hipertensi essensial.

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai

berikut : pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan),

sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata

berkunang-kunang.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:

gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi

ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan

pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,

gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi

komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan

pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan

pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup

tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,

merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai.

pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan

karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. (Morton, 2018)

Menurut Adnil (2019), dalam perjalannya penyakit ini termasuk

penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi

antara lain:

a. Stroke.

b. Gagal jantung.
21

c. Gagal Ginjal.

d. Gangguan pada Mata.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Adnil (2019), pemeriksaan penunjang untuk pasien

Hipertensi Heart Disease (HHD), yaitu :

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

b. Pemeriksaan retina.

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung.

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.

f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi.

g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

h. Foto dada dan CT scan.

7. Penatalaksanaan

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi

dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang

tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi.Tekanan darah ideal

adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan

penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan

penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung

hipertensi menurut Morton (2018), yaitu :


22

a. Pengaturan Diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan

atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan

bisa memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan,

yaitu :

1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah

garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat

berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang

dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per

hari.

2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi

mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena

dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh

nitric oxide pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner.

5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.

b. Olahraga Teratur

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan


23

jantung.Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel,

vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.Olahraga

teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat

dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

c. Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan

kejadian hipertensi dan LVH.Jadi penurunan berat badan adalah hal yang

sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.Penurunan berat badan

(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan

menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena

umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi

aritmia.Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan

MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya

dengan obat antihipertensi.

d. Farmakoterapi

Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat

menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,

beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel

blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator

seperti hydralazine.Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau

lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.


24

C. Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan eterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dibentuk di hati

dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi

pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi

dan penyimpanannya.

Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat

menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.

Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi

metabolik akut seperti ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler non

ketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan

komplikasimikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi

neuropati (penyakit pada syaraf). Diabetes juga disertai juga disertai dengan

peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang mencakup infarkmiokard,

stroke, dan penyakitvaskuler perifer (Brunner dan Suddarth, 2014).

Diabetes mellitus, adalah kondisi serius jangka panjang yang terjadi

ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah seseorang karena tubuh

mereka tidak dapat menghasilkan hormon insulin apapun atau cukup, atau tidak

dapat efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon

penting yang diproduksi dipankreas. Ini memungkinkan glukosa dari aliran

darah untuk memasukisel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi.

Insulin juga penting untuk metabolisme protein dan lemak. Kurangnya insulin, atau
25

ketidak mampuan sel untuk meresponnya,menyebabkantingginyakadar glukosa darah

(hiperglikemia), yang merupakan indikator klinisdiabetes (IDF,2019). mempertahankan

keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh

(Lynda Juall, 2012).

1. Etiologi Diabetes Melitus

a. Diabetes tipe I

Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel–sel beta pancreas.

Kombinasi factor genetic, immunologi dan mungkin pula lingkungan

(misalnya, infeksivirus) diperkirakanturutmenimbulkandestruksiselbeta.

1) Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;tetapi,

mewarisi suatu presdiposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

anti gen transplantasi dan prosesi munlainnya.

2) Faktor immunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya seolah –olah sebagai jaringan asing. Auto antibodi

terhadap sel–sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal)

terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun

sebelum timbulnya tanda–tanda klinis diabetes tipeI.


26

b. Diabetes tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

mengganggu sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadi nya

resistensi insulin. Selain itu terdapat pula factor-factor risiko tertentu

yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipeII.

Factor–factor lain:

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

2. Manifestasi Klinis

Tanda gejala pada penderita diabetes mellitus:

a. Ketoasidosis atau serangan diam–diam pada diabetes tipe I.

b. Keletihan akibat defisiensi energy dan keadaan katabolis.

c. Kadang–kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipeII).

d. Diureticosmotic yang disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput

lender kering dan kekencangan kulit buruk.

e. Pada ketoasi dosis dan keadaan non-ketotik hiperosmolar hiperglikemik,

dehidrasi berpotensi menyebebkan hipovolemia dan syok. Jika diabetes

tipe I tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan selalu

lapar, padahaliasudah makan sangat banyak (Nursing,2011).

3. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan medik pada ulkus diabetikum menurut (Kartika,

2017) adalah:
27

a. Pencegahan Primer
Penyuluhan cara terjadinya kaki diabetes sangat penting, harus selalu

dilakukan setiap saat. Berbagai usaha pencegahan sesuai dengan tingkat

risiko dengan melakukan pemeriksaan dini setiap ada luka pada kaki

secara mandiri ataupun kedokter terdekat. Deformitas (stadium 2 dan 5)

perlu sepatu/ alas kaki khusus agar meratakan penyebaran tekanan pada

kaki.

b. Pencegahan Sekunder

Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik Kerjasama multi

disipliner sangat diperlukan. Berbagai hal harus ditangani dengan baik

dan dikelola bersama, meliputi:

 Wound Control

Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik danteliti.

Evaluasi luka harus secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis

dilakukan setelah debridement adekuat. Jaringan nekrotik dapat

menghalangi proses penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk

bakteri,sehingga dibutuhkan tindakan debridement. Debridement yang baik

dan adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik,

dengandemikian akan sangat mengurangi produksi pus/cairan dariulkus/

gangren. Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti

mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis, dan biokemis .Cara paling efektif

adalah dengan metode autolysis debridement.


28

4. Komplikasi

Menurut (Russel,2011), komplikasi jangka panjang pada diabetes

melitus yaitu:

a. Serangan jantung (kardiopatidiabetik)

Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes.Glukosa

darah yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang akan menaikan

kadar kolestrol dantrigliserida. Lama kelamaan akan terjadi

aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.

b. Penyakit ginjal (nefropatik diabetik)

Nefropatik diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran

selaput penyaring darah yang mengakibatkan penghalang protein rusak

dan terjadi kebocoran protein keurine (albumin uria).

c. Kebutaan akibat glukoma (retinopati diabetik)

Keadaan ini disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi

makan pada retina.

d. Stroke

Tubuh penderita diabetes mengalami gangguan metabolisme

karbohidrat dan lemak sehingga rentan mengalami tekanan darah tinggi

aterosklerosis.

e. Lukayangtidakdapatsembuh

Penderita diabetes sulit menyembuhkan luka terbuka yang dialaminya

karena kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah (vasokontriksi). Akibatnya sirkusasi darah menjadi


29

terganggu dan mengakibatkan transportasi nutrisiserta oksigen pada

luka menjadi terhambat sehingga penyembuhan luka berjalan sangat

lambat.

Tiga proses yang berbeda berperan pada masalah kaki diabetik:

1) Iskemia yang disebabkan oleh makroangi opati dan

mikroangi opati

2) Neuropati:sensorik,motorik,danotonom

3) Sepsis : jaringan yang mengandung glukosa tersaturasi menunjang

pertumbuhan bakteri.

f. Kematian

Jika kondisi diabetes pada penderita sudah parah dan

menyebabkankomplikasi berbagai penyakit berat,maka akibat paling

fatal daridiabetesmellitus adalahkematian.

D. Konsep Asuhan Kepeawatan

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas klien

1) Identitas klien Meliputi :Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,

tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa

medik.

2) Identitas Penanggung JawabMeliputi : Nama, umur, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, sertastatus hubungan dengan pasien


30

b. Keluhan utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,pusing,

leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, danimpotensi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama denganmemberikan pertanyaan

tentang kronologi keluhan utama. Keluhanlain yang menyerta biasanya : sakit

kepala , pusing, penglihatan buram, mual detak jantung tak teratur, nyeri

dada.

d. Riwayat kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,penyakit ginjal,

stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayatpemakaian obat-obatan

masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit

metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksisaluran kemih, dan

penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.

f. Aktivitas / istirahat

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,takipnea

g. Sirkulasi

1) Gejala :
31

a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup

dan penyakitserebrovaskuler

b) Episode palpitasi

2) Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah

b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis,takikardia

c) Murmur stenosis vulvular

d) Distensi vena jugularis

e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksiperifer)

f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenairespons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yangdialaminya

baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017).

a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload

b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia

c. Kelebihan volume cairan

d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

e. Ketidakefektifan koping

f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak


32

g. Resiko cedera

h. Defisiensi pengetahuan

i. Ansietas

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan oleh

perawat di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran (outcome) yang diharapkan.Sedangkan tindakan keperawatan adalah

perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakanoleh perawat untuk

mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik,edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)Menurut Nurarif & Kusuma

(2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkatnyeri

menurun

Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)

1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2

2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang

3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)

1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,intensitas

nyeri

2) Identifikasi skala nyeri


33

3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingannyeri

4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasanyeri (mis:

akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback,teknik imajinasi

terbimbing,kompres hangat/dingin)

5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhuruangan,

pencahayaan,kebisingan)

6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi

perifer meningkat

Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)

1) Nadi perifer teraba kuat

2) Akral teraba hangat

3) Warna kulit tidak pucat

Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )

1) Memonitor tekanan darah

2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

4) Memonitor suhu tubuh

5) Memonitor oksimetri nadi

6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital


34

7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Hipervolemia brhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

keseimbangan cairan meningkat

Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)

1) Terbebas dari edema

2) Haluaran urin meningkat

3) Mampu mengontrol asupan cairan

Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)

1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea,

edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)

2) Monitor intake dan output cairan

3) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,

hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)

4) Batasi asupan cairan dan garam

5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6jam

6) Ajarkan cara membatasi cairan

7) Kolaborasi pemberian diuretic

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi

aktivitas meningkat

Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)


35

1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari

2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan

3) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang

Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)

1) Monitor kelelahan fisik dan emosional

2) Monitor pola dan jam tidur

3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis:

cahaya, suara, kunjungan)

4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

5) Anjurkan tirah baring

6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

8) meningkatkan asupan makanan

e. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

ansietas menurun

Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)

1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya

2) Pasien tampak tenang

3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )

1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.Kondisi, waktu,

stressor)

2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman


36

3) informasikan secara factual mengenai diagnosis,pengobatan , dan

prognosis

f. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah

jantung meningkat

Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)

1) Tanda vital dalam rentang normal

2) Nadi teraba kuat

3) Pasien tidak mengeluh lelah

Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung(mis:

dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymalnocturnal dyspnea,

peningkatan CVP)

2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curahjantung( mis:

peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi venajugularis,

palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulitpucat)

3) Monitor tekanan darah

4) Monitor intake dan output cairan

5) Monitor keluhan nyeri dada

6) Berikan diet jantung yang sesuai

7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees,jika perlu

8) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap

9) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu


37

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn.B

Tempat/ Tanggal Lahir : 02 Agustus 1952

Agama : Kristen

Suku : Toraja

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Mamuju Utara

Tanggal Masuk ruangan : 10 Juli 2022

No. Reg : 01049769

Tanggal Pengkajian : 11 Juli 2022

Diagnosa Medik : HHD + DM tipe2

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Nn.R

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Suku : Toraja

Hubungan dgn Pasien : Anak Klien

Pendidikan Terakhir : SMA

37
38

1. Alasan di rawat di ICVCU

Pasien masuk ICVCU pada tanggal 10 Juli 2022 Pasien masuk dengan

keluhan sesak, nyeri dada, keadaan umum lemah, riwayat hipertensi.

2. keluhan Utama

Pasien mengeluh sesak nafas

3. Riwayat Keluhan Utama

Istri Tn.B mengatakan sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 hari

sebelum masuk rumah sakit.Sesak nafas bertambah saat melakukan

aktivitas.Pasien mengatakan keluhan tidak hilang dengan istirahat.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Berat badan : 90 Kg

Tinggi badan :165 cm

Kesadaran : GCS 8 (E=2,V=3,M=3) (Somnolen)

KU : lemah

Tanda-tanda vital

TD : 160/100mmHg

N : 60x/menit

RR : 30x/menit

SB : 36,6oC

SPO2 : 96%

1. Kepala dan rambut

Inspeksi : bentuk kepala bulat, rambut beruban, rambut lurus,

tidak tampak adanya kemerahan atau


39

pembengkakan pada kepala.

Palpasi : tidak teraba adanya pembengkakan pada kepala.

2. Mata

Inspeksi : Sklera nampak putih, konjungtiva normal (merah

muda), tidak ada mata cekung, tidak ada oedem

palpebra.

Palpasi : tidak ada cedera di kantong mata.

3. Hidung

Inspeksi : Tidak tampak adanya cairan/lendir, tidak tedapat

deviasi septum, tidak ada pernafasan cuping hidung,

tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan

yang keluar dari lubang kiri dan kanan, pasien

terpasang oksigen NRM 15 liter dan selang NGT.

Palpasi : saat dipalpasi tidak teraba adanya benjolan pada

hidung.

4. Telinga

Inspeksi : Bentuk telinga kiri dan kanan normal, tidak ada

tanda-tanda peradangan, tidak tampak adanya

sekret.

Palpasi : Saat dipalpasi tidak teraba adanya benjolan pada

hidung

5. Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir lembab, dan tidak ada sianosis..


40

Palpasi : Tidak ada pembengkakan dibibir, tidak ada

benjolan.

6. Leher

Inspeksi: tidak tampakpembengkakan kelenjartyroid

Palpasi : tidak teraba adanya benjolan

7. Dada

- Paru

Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak tampak adanya

kemerahan atau perubahan warna pada kulit sekitar

dada, dan klien tampak sesak.

Palpasi : pada dada tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa,

dan vokal premitus teraba sama

Perkusi : bunyi kedua paru kiri dan kanan terdengar redup

Auskultasi : Terdengar bunyi nafas tambahan Ronchi

- Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak dari luar

Palpasi : ictus cordis teraba di ics IV dan V, crt<2dtk

Perkusi : suara jantung pekak

Auskultasi : Bunyi jantung normal (lub-dup)

8. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas luka,tidak ada benjolan

Auskultasi : Bising usus 35x/menit

Perkusi : terdengar suara timpani


41

Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar dan limfa

9. Genetalia

Terpasang kateter urin.

10. Ekstremitas atas

Inspeksi :Tangan kanan dapat digerakkan dengan skala

kekuatan otot 3 tangan kiri dapat diangkat dengan

skala kekuatan otot 3, edema.

Palpasi : Tidak tampak adanya kemerahan atau benjolan

terpasang venflon pada tangan kanan.

11. Ekstremitas bawah

Inspeksi :kaki kanan dapat digerakkan dengan skala kekuatan

otot 2 kaki kiri dapat diangkat dengan skala

kekuatan otot 2

Palpasi :tidak tampak adanya kemerahan atau benjolan pada

kedua kaki.

12. Kulit

Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada luka,tidak ada

bintik-bintik kemerahan, tidak ada tanda-tanda

alergi obat kulit klien tanpak bersih.

Palpasi : Turgor kulit lembab dan akral hangat.


42

C. DATA PENUNJANG
a. Hasil Laboratorium
Hari /Tanggal : 12 April 2022
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai Rujukan

RBC 4.07 juta/uL* 4.1-5.1

HGB 11.9 g/dl 14.0-18.0

HCT 31.4 %* 36-47

PLT 130 ribu/uL 150-450

WBC 20.3 ribu/uL* 4.0-11.0

D. PENATALAKSANAAN TERAPI

- Ondancentron 1 amp,4 mg/12 jam/iv

- Nevorapid pum 5 unit/jam

- Paracetamol drips 3x1/100 ml (oral)

- Clopidogrel 75 mg (1-0-0)

- Atorvastatin 20 mg (0-0-1)

- Canderstam 16 mg (1-0-0)

- Omeprazole 1 amp,40 mg/12 jam/iv

- Neropinephrine 0,1 meg

- Dopamin 200 mg (melalui syringe pump)


43

Data Subjektif Data Objektif

- Ku : Lemah

- TTV

TD : 90/70 mmHg

Nadi :60x/menit

RR : 30x/menit

Suhu :36,6 °C

- Tingkat kesadaran : Somnolen

- Pasien tampak sesak nafas

- Bunyi nafas ronchi

- GDS hasil 1112 mg/dl.

- GCS : 8 (E=2,V=3,M=3)

- SPO2 : 96 %

- Pasien nampak terpasang


ventilator
KLASIFIKASI DATA
44

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : - Gangguan Gangguan
metabolisme ventilasi spontan
DO : (hiperglikemia)

- Pasien tampak gelisah

- Pasien nampak sesak


nafas

- Terdengar bunyi nafas


ronchi

- GDS : 1112 mg/dl

- Pasien nampak
terpasang ventilator

- GCS : 8
(E=2,V=3,M=3)

- SPO2 : 96 %

- TTV

TD : 90/70 mmHg

Nadi :60x/menit

RR : 30x/menit

Suhu :36,6 °C

- Tingkat kesadaran :
Somnolen
45

2 DS : Hiperglikemia Ketidakstabilan
(Resistensi Kadar Glukosa
- Istri Tn.B mengatakan insulin) Darah

pasien menderita DM
tipe 2 sejak 10 tahun
yang lalu

- Istri Tn.B mengatakan


pasien tidak rutin
kontrol ke rumah sakit
atau puskesmas

DO :

- Hasil GDS : 1112


mg/dl.

- Pasien nampak
mengalami penurunan
kesadaran

- GCS : 5

- Pasien nampak lemah

II. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan


metabolism (hiperglikimia)
46

2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


hiperglikemia (resistensi insulin)
47

B. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
N
SDKI SIKI
o
1 Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Ventilasi Mekanik
berhubungan dengan gangguan selama 3 x 24 jam, maka respon Observasi
metabolisme (hiperglikimia) Di tandai ventilasi mekanik meningkat, - Periksa indikasi ventilator mekanik
dengan: dengan kriteria hasil: (mis,kelelahan otot nafas,disfungsi
DS :- 1. Tingkat kesadaran meningkat neorologis,asidosis respiratorik)
2. Saturasi oksigen meningkat - Monitor efek ventilator terhadap
DO : 3. Kesimetrisan gerakan dinding status oksigenasi (mis,bunyi
- Pasien tampak gelisah dada membaik paru,X-ray
- Pasien nampak sesak nafas 4. Suara nafas tambahan menurun paru,AGD,SaO2,sVo2,ETCO2,resp
- Terdengar bunyi nafas ronchi 5. Kesulitan bernafas dengan on subjek pasien
- GDS : 1112 mg/dl ventilator menurun - Monitor kriteia perlunya
- Pasien nampak terpasang 6. Kegelisahan menurun penyapihan ventilator
ventilator - Monitor efek negative ventilator
- GCS : 8 (E=2,V=3,M=3) (mis,deviasi
- SPO2 : 96 % trakea,barotrauma,volutrauma,penu
- TTV runan curah jantung,distensi
gaster,emfisema subkutan)
TD : 90/70 mmHg - Monitor gejala peningkatan
pernafasan (mis,peingkatan denyut
Nadi :60x/menit jantungatau
pernapasan,peningkatan tekanan
RR : 30x/menit
darah,diaphoresis,perubahan status
mental)
48

- Monitor kondisi yang


Suhu :36,6 °C meningkatkan komsumsi oksigen
(mis,demam,menggigil,kejang dan
- Tingkat kesadaran : Somnolen nyeri)
- - Monitor gangguan mukosa
oral,nasal,trakea dan laing.
Terapeutik
- Atur posisi kepala 45-60º untuk
mencegah aspirasi
- Reposisi pasien setiap 2 jam,jika
perlu
- Lakukan perawatan mulut secara
rutin,termasuk sikat gigi setiap 12
jam
- Lakukan fisioterapi dada,jika perlu
- Lakukakn pengisapan lendir sesua
kebutuhan
- Ganti sirkuit ventilator setiap 24
jam atau sesua protocol
- Siapkan bag-valve mask di
sampingbtempat tidur untuk
aspirasi malfungsi mesin berikan
media untuk berkomunikasi
(mis,kertas,pulpen)
- Dokumentasikan respon terhadap
ventilator
Kolaborasi
- Kolaborasi pemilihan mode
ventilator (mis,kontrol
volume,kontrol tekanan atau
49

gabungan)
- Kolaborasi pemberian agen
pelumpuh
otot,sedative,analgesic,sesuai
kebutuhan)
- Kolaborasi penggunaan PS atau
PEEP untuk meminimalkan
hipoventilasi alveolus.

Pencegahan Aspirasi
Observasi
- Monitor tingkat kesadaran,batuk
muntah dan kemampuan menelan
- Periksa residu gaster sebelum
memberi asupan oral
- Periksa kepatenan selang
nesogastrik sebelum memberikan
asupan oral
Terapeutik
- Lakukan pengisapan pada jalan
napas jika produksi secret
meningkat
- Sediakan suction di ruangan
- Hindari memberi makan melalui
selang gastrointestinal,jika residu
banyak
- Berikan makanan dengan ukuran
kecil atau lunak.
- Berikan obat oral dalam bentuk cair
50

Mencegah Infeksi
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi
local dan sistematik
Teaupetik
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tanga sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan tehnik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan kepada keluaga pasien
tanda dan gejala infeksi
- Ajakan keluarga pasien cara
mencuci tangan dengan benar

2 Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan Menejemen Hiperglikemia


berhubungan dengan hiperglikemia Keperawatan 3x 24 jam, Observasi
(resistensi insulin) ditandai dengan : ketidakstabilan glukosa darah - Identifikasi kemungkinan penyebab
membaik, dengan hasil: hiperglikemia
DS : 1. Kadar glukosa dalam darah - Monitor tanda dan gejalah
- Istri Tn.B mengatakan pasien membaik hiperglikemia
menderita DM tipe 2 sejak 10 2. Jumlah urine membaik - Monitor kadar glukosa darah, jika
tahun yang lalu 3. Lemah/lelah menurun perlu
- Istri Tn.B mengatakan pasien Terapeutik
tidak rutin kontrol ke rumah - Berikan asupan cairan oral
sakit atau puskesmas Edukasi
51

- Anjurka kepatuhan terhadap diet


DO : Kolaborasi
- Hasil GDS : 1112 mg/dl. - Kolaborasi pemberian insulin
- Pasien nampak mengalami - Kolaborasi pemberian cairan IV
penurunan kesadaran
- Pasien nampak lemah
- GCS : 5
52

C. Implementasi dan Evaluasi


Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
N Hari/
Keperawata Jam Implementasi Evaluasi
o Tanggal
n
1 Selasa12 Gangguan 10.0 1. Memeriksa indikasi ventilator mekanik Jam 13.00 tanggal : 12/7/2022
juli 2022 ventilasi 0 S:
spontan Dengan hasil: pasien nampak sesak -
nafas O:
- Pasien tampak gelisah
10.0 2. Memonitor efek ventilator terhadap
- Pasien nampak sesak nafas
5 status oksigenasi.
- Terdengar bunyi nafas ronchi
Dengan hasil: Terdapat bunyi nafas - GDS : 1112 mg/dl
ronchi,SPO2 :96% - Pasien nampak terpasang
ventilator
3. Mengatur posisi kepala pasien 45- - GCS : 8 (E=2,V=3,M=3)
60ºuntuk mencegah aspirasi - SPO2 : 96 %
10.0
8 - TTV
Dengan hasil: Sudah di atur posisi
kepala pasien 45-60º TD : 90/70 mmHg
4. Meresposisi pasien setiap 2 jam Nadi :60x/menit
10.1 Dengan hasil: Sudah dilakukan
0 RR : 30x/menit
meresposisi pasien setiap 2 jam
5. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh Suhu :36,6 °C
otot,sedative,analgesic,sesuai kebutuhan
- Tingkat kesadaran : Somnolen
10.1 - Dengan hasil:
53

5
Ondancentron 1
A:
amp,4 mg/12 jam/iv Masalah ventilasi spontan masih terjadi

- Nevorapid pum P:
pertahankan Intervensi
5unit/jam 1. Periksa indikasi ventilator
mekanik (mis,kelelahan otot
- Paracetamol drips nafas,disfungsi
neorologis,asidosis respiratorik)
3x1/100 ml (oral) 2. Monitor efek ventilator terhadap
status oksigenasi (mis,bunyi
- Clopidogrel 75 mg paru,X-ray
paru,AGD,SaO2,sVo2,ETCO2,re
(1-0-0) spon subjek pasien
3. Atur posisi kepala 45-60º untuk
- Atorvastatin 20 mg mencegah aspirasi
4. Reposisi pasien setiap 2 jam,jika
(0-0-1) perlu
5. Kolaborasi pemberian agen
- Canderstam 16 mg pelumpuh
otot,sedative,analgesic,sesuai
(1-0-0) kebutuhan)
6. Periksa residu gaster sebelum
- Omeprazole 1 amp,40 memberikan asupan oral
7. Periksa kepatenan
mg/12 jam/iv selangnesogastrik sebelum
memberikan asupan oral
- Neropinephrine 0,1 8. Berikan makana dengan ukuan
54

kecil dan lunak


meg 9. Berikan obat oral dalam bentuk
cair
- Dopamin 200 mg 10. Monitor tanda dan gejala infeksi
local dan sistematik
(melalui syringe 11. Membatasi jumlah pengunjung
12. Mencuci tangan sebelum dan
pump) sesudah kontak dengan pasiean
dan lingkungan pasien
10.3 6. Memeriksa residu gaster sebelum 13. Mengajarkan keluarga pasien
0 memberi asupan oral cara mencuci tangan yang benar

Dengan hasil: Selalu memeriksa


residu sebelum memberi asupan oral
7. Memeriksa kepatenan selang
11.0 nesogastrik sebelum memberikan
5 asupan oral
Dengan hasil: Selalu memeriksa
kepatenan selang sebelym memberikan
asupan oral

11.2 8. Memberikan makanan dengan ukuran


0 kecil dan lunak
Dengan hasil: Diberikan makanan
dalam bentuk lunak (bubur saring)
9. Memberikan obat oral dalam bentuk
55

11.3 cair
5
Dengan hasil: Clooidogrel 75
mg,Atorvastatin 20 mg,Canderstam 16
mg
10. Memonitor tanda dan gejala infeksi
11.4 local dan sistematik
5
Dengan hasil: Tidak ada tanda dan
gejala ibfeksi
11. Membatasi jumlah pengunjung
11.5 Dengan hasil: Sudah dibatasi jumlah
5 pengunjung minimal 2 orang
12. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
12.1 pasien
5
Dengan hasil: Selalu mencuci tangan
sebeluam dan sesudahkontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
13. Menjelaskan kepada keluarga pasien
tentang tanda dan gejala infeksi
12.3 Dengan hasil: Sudah dijelaskan
0 kepada keluarga pasien tentang tanda
dan gejala infeksi
14. Mengajarkan kepada keluarga pasien
56

cara mencuci tangan yang benar

12.5 Dengan hasil: Diajarkan 6 cara


5 mencuci tangan yang bain dak benar
57

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari : Rabu, 13 juli 2022


No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. Gangguan 08.30 1. Memeriksa indikasi ventilator Evaluasi jam 13.30


ventilasi spontan mekanik
S:
Dengan hasil: pasien nampak sesak
-
nafas
O:
09.15 2. Memonitor efek ventilator terhadap
status oksigenasi. - Pasien tampak gelisah

Dengan hasil: Terdapat bunyi nafas - Pasien nampak sesak nafas


ronchi,SPO2 :96% - Terdengar bunyi nafas ronchi
09.40
3. Mengatur posisi kepala pasien 45- - GDS : 1112 mg/dl
60ºuntuk mencegah aspirasi
- Pasien nampak terpasang ventilator
Dengan hasil: Sudah di atur posisi - GCS : 6 (E=2,V=2,M=2)
kepala pasien 45-60º
- SPO2 : 80 %
10.20 4. Meresposisi pasien setiap 2 jam
- TTV
Dengan hasil: Sudah dilakukan
58

meresposisi pasien setiap 2 jam


TD : 90/70 mmHg
10.45 5. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh
Nadi :60x/menit
otot,sedative,analgesic,sesuai
kebutuhan RR : 30x/menit

Suhu :36,6 °C
Dengan hasil: --
- Tingkat kesadaran : Sopor
Ondancentron 1 amp,4

mg/12 jam/iv
A:
- Nevorapid pum 5unit/jam
Masalah ventilasi spontan masih terjadi
- Paracetamol drips

3x1/100 ml (oral)
P: pertahankan Intervensi
- Clopidogrel 75 mg (1-0-0)
1. Periksa indikasi ventilator mekanik
- Atorvastatin 20 mg (0-0- (mis,kelelahan otot nafas,disfungsi
neorologis,asidosis respiratorik)
1) 2. Monitor efek ventilator terhadap status
oksigenasi (mis,bunyi paru,X-ray
- Canderstam 16 mg (1-0-0) paru,AGD,SaO2,sVo2,ETCO2,respon
subjek pasien
- Omeprazole 1 amp,40 3. Atur posisi kepala 45-60º untuk
59

mencegah aspirasi
mg/12 jam/iv 4. Reposisi pasien setiap 2 jam,jika perlu
5. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh
- Neropinephrine 0,1 meg otot,sedative,analgesic,sesuai
kebutuhan)
- Dopamin 200 mg (melalui 6. Periksa residu gaster sebelum
memberikan asupan oral
syringe pump) 7. Periksa kepatenan selangnesogastrik
10.55
sebelum memberikan asupan oral
8. Berikan makana dengan ukuan kecil
6. Memeriksa residu gaster sebelum dan lunak
memberi asupan oral 9. Berikan obat oral dalam bentuk cair
10. Monitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistematik
Dengan hasil: Selalu memeriksa 11. Membatasi jumlah pengunjung
11.15 residu sebelum memberi asupan oral 12. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasiean dan lingkungan
pasien
7. Memeriksa kepatenan selang Mengajarkan keluarga pasien cara
nesogastrik sebelum memberikan mencuci tangan yang benar
asupan oral

Dengan hasil: Selalu memeriksa


kepatenan selang sebelym
11.35 memberikan asupan oral

8. Memberikan makanan dengan ukuran


60

kecil dan lunak

11.50 Dengan hasil: Diberikan makanan


dalam bentuk lunak (bubur saring)

9. Memberikan obat oral dalam bentuk


cair

Dengan hasil: Clooidogrel 75


mg,Atorvastatin 20 mg,Canderstam
12.05 16 mg

10. Memonitor tanda dan gejala infeksi


local dan sistematik

12.45 Dengan hasil: Tidak ada tanda dan


gejala ibfeksi

11. Membatasi jumlah pengunjung

12.50 Dengan hasil: Sudah dibatasi


jumlah pengunjung minimal 2 orang

12. Mencuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien dan lingkungan
61

pasien

Dengan hasil: Selalu mencuci tangan


13.10 sebeluam dan sesudahkontak dengan
pasien dan lingkungan pasien

13. Menjelaskan kepada keluarga pasien


tentang tanda dan gejala infeksi

Dengan hasil: Sudah dijelaskan


kepada keluarga pasien tentang tanda
dan gejala infeksi
13.25

14. Mengajarkan kepada keluarga pasien


cara mencuci tangan yang benar

Dengan hasil: Diajarkan 6 cara


mencuci tangan yang bain dak benar
62
Hari : Kamis, 14 Juli 2022a

No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan

1 Gangguan 08.30 1. Memeriksa indikasi ventilator Evaluasi jam 10:35


ventilasi spontan mekanik
S:

Dengan hasil: pasien nampak sesak -


nafas
O:
09.15
2. Memonitor efek ventilator terhadap - Pasien masih terpasang ventilator
status oksigenasi. - Tekanan daah tidak tebaca
- Nadi tidak terbaca
Dengan hasil: Terdapat bunyi nafas - SPO2 : 0 %
ronchi,SPO2 :96%
- GCS 3 : (E=1,V=1,M=1)

3. Mengatur posisi kepala pasien 45- A:


09.40
60ºuntuk mencegah aspirasi
-Tujuan tidak tercapai (pasien meninggal)
Dengan hasil: Sudah di atur posisi
45

kepala pasien 45-60º P:

10.20 4. Meresposisi pasien setiap 2 jam -Hentikan intervensi

Dengan hasil: Sudah dilakukan


meresposisi pasien setiap 2 jam

10.25
5. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh
otot,sedative,analgesic,sesuai
kebutuhan

Dengan hasil: --

Ondancentron 1 amp,4

mg/12 jam/iv

- Nevorapid pum 5unit/jam

- Paracetamol drips

3x1/100 ml (oral)
46

- Clopidogrel 75 mg (1-0-0)

- Atorvastatin 20 mg (0-0-

1)

- Canderstam 16 mg (1-0-0)

- Omeprazole 1 amp,40

mg/12 jam/iv

- Neropinephrine 0,1 meg

- Dopamin 200 mg (melalui

syringe pump)
BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Masalah Keperawatan Utama dengan Konsep Kasus Terkait

Pembahasan ini akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan asuhan

keperawatan dengan 5 langkah yakni : pengkajian, menentukan diagnosis,

rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi, maka dari itu kami akan

membahas pelaksanaan Asuhan keperawatan kegawat daruratan kritis pada

Tn. B dengan kasus hipertensi heart deases di ruangan ICVCU UPT RSUD

Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Pembahasan ini dimaksud agar dapat

diambil suatu pemecahan masalah yang terjadi, sehingga dapat digunakan

sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan.

Pengkajian dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan

data klien baik data subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Selain tahap ini, penulis tidak

mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien cukup kooperatif

dan dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Pada klien Tn.B saat pengkajian primer di temukan kondisi klien

lemah, tingkat kesadaran Composmentis dan jumlah GCS 8

(E=2,V=3,M=3), Pasien nampak sesak, pasien diberikan oksigen 15 liter,

47
48

pasien nampak mengalami penurunan kesadaran, aktivitas pasien dibantu

perawat dan keluarga, pasien riwayat DM tipe2 saat di cek GDS hasil

1112 mg/dl. saat pengkajian rr: 30 x/ menit N: 60 x/ menit , S: 36,6℃,

TD :160/100 mmHg.

Terdapat kesenjangan antara teori dan hasil yang di dapatkan pada

pasien yaitu menurut teori dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Sedangkan data

yang didapatkan pada pasien saat dilakukan pengkajian yaitu Tn. B

mengeluh kepala sering pusing dan sakit daerah tengkuk leher. Tn. B

mengatakan sulit dalam beraktivitas terutama aktivitas yang berat, lemas

dan cepat lelah.

Adanya kesenjangan ini disebabkan karena setiap manusia dalam

memberikan respon baik bio, psiko, social dan spiritual terhadap stimulus

berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik yang didapatkan berbeda

pula serta kemungkinan data-data yang ada dalam kasus masih

merupakan gejala awal dari penyakit sehingga data-data yang ada pada

pengkajian tidak semua terdapat dalam teori.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan

memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai

hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Berdasarkan pengkajian dan


49

analisa data pada kasus yang dilakukan pada Tn. B diagnosa yang

diangkat penulis yaitu hipertensi heart deases.

Dalam kasus, diagnosa ditegakkan oleh penulis karena pada saat

pengkajian ditemukan data bahwa istri Tn. B mengatakan.

a. Istri Tn.B mengatakan pasien sesak nafas

b. Istri Tn.B mengatakan pasien mengeluh nyeri dada

c. Istri Tn.B mengatakan pasien sesak saat beraktivitas

d. Istri Tn.B mengatakan pasien tidak rutin mengkomsumsi obat


hipertensi

e. Istri Tn.B mengatakan pasien menderita DM tipe 2 sejak 10 tahun


yang lalu

f. Istri Tn.B mengatakan pasien tidak rutin kontrol ke rumah sakit atau
puskesmas

DO :

b. KU Lemah

c. Pasien terpasang O2 15 liter

d. Pasien tampak sesak

e. Bunyi nafas ronchi

f. Pasien Nampak mengalami penurunan kesadaran

g. Aktivitas pasien di bantu perawat dan keluarga

h. GDS hasil 1112 mg/gl

Diagnosa keperawatan diangkat disesuaikan dengan kondisi klien pada

saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil analisa data serta tidak

adanya data-data pendukung untuk mengangkat diagnosa tersebut.


50

Manusia adalah makhluk unik, dalam hal ini respon individu terhadap

stress atau penyakit berbeda-beda dan karakteristik masalah yang

ditemukan berbeda pula.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan

yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari intervensi

keperawatan yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &Perry,

2016).Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana

asuhan keperawatan sebagai tindakan pemecah masalah keperawatan

dimana penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya

menetapkan tindakan yang tepat.

Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan

untuk diterapkan secara aktual pada pasien Tn. B dengan hipertensi heart

deases berdasarkan diagnosis keperawatan pada pasien hipertensi

disesuaikan dengan kondisi aktual yang ditemukan adapun tindakan Pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas

(kelemahan otot bernafas) yang direncanakan yaitu :

a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing,

ronkhi kering

c. Posisikan semi flower

d. Berikan minum hangat

e. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Berikan oksigen, jika perlu


51

f. Kolaborasi pemberian oksigen

Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia

(resistensi insulin) ditandai dengan diberikan intervensi sebagai berikut :

a. identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia

b. monitor tanda dan gejala hiperglikemia

c. monitor kadar glukosa darah jika perlu

d. kolaborasi pemberian insulin

e. kolaborasi pemberian cairan IV

Di lakukan pengkajian pada Tn. B di temukan pada beberapa

keluhan yaitu Pasien masuk ICVCU pada tanggal 10 Juli 2022 Pasien

masuk dengan keluhan sesak, nyeri dada, keadaan umum lemah, riwayat

hipertensi. Dan istri Tn B mengatakan sesak nafas semakin memberat

sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.Sesak nafas bertambah saat

melakukan aktivitas. Pasien nampak sesak, pasien diberikan oksigen

sebanyak 15 liter, pasien nampak mengalami penurunan kesadaran,

aktivitas pasien dibantu perawat dan keluarga, pasien riwayat diabetes

mellitus tipe 2 saat di cek gds hasil 1112 mg / dl.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang penulis lakukan kepada

pasien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan pasien dapat

terpenuhi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Tim Pokja SIKI DPP

PPNI, (2018 Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Pelaksanaan tindakan
52

asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan

berdasarkan teori 3S (SDKI, SIKI dan SLKI) yaitu :

a. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalam, usaha napas)

b. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,

ronkhi kering)

c. Memposisikan semi fowler atau fowler

d. Memberikan oksigen

Implementasi yang direncanakan telah dilaksanakan yaitu melakukan

kompres hangat dan pijatan pada paerah kepala sehingga nyeri kepala

yang dirasakan pasien berangsur-angsur menurun dan menghambat

terjadinya peningkatan tekanan vaskuler selebral sehingga pasien merasa

lebih nyaman.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap

pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan

(Nursalam, 2015).

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan

yaitu Jam 13.00 tanggal : 12/7/2022 Istri Tn.B mengatakan pasien tidak

bisa mengontrol pola makan dan Istri Tn.B mengatakan pasien sering

merasa kehausan. BAK 1300cc/hari, GDS 126 mg/dl, Insulin 5-8 unit,
53

Pasien nampak lemah. Masalah belum teratasi dan Pertahankan

intervensi, Monitor kadar glukosa darah, jika perlu, Berikan asupan

cairan oral, Anjurkan kepatuhan terhadap diet, Kolaborasi pemberian

insulin dan Kolaborasi pemberian cairan IV. Evaluasi yang dilakukan

merupakan langkah akhir dari proses keperawatan untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang diberikan

kepada pasien.Pasien terpasang O2 15 liter, Klien tampak sesak, Bunyi

nafas ronchi, Frekuensi nafas: 25×/m, SpO2 96%. Masalah Pola nafas

belum teratasi.

Pada evaluasi keperawatan akhir pada tanggal 14 Juli 2022 Tn. B

dengan kasus di ruangan ICVCU di RSUD UNDATA PALU tujuan

belum tercapai klien meninggal dunia.

B. Analisis Intervensi Utama dihubungkan dengan Konsep Kasus Terkait

dan Penelitian / Jurnal Terkait

Setelah dilakukan implementasi pada Tn. B selama 5 hari mulai dari

tanggal 10 Juli 2022 sampai pada tanggal 14 Juli 2022 dengan keluhan

hypertensi heart dieases pada Tn. M naik dilakukan intervensi yaitu di lakukan

pengkajian pada Tn. B di temukan pada beberapa keluhan yaitu Pasien masuk

ICVCU pada tanggal 10 Juli 2022 Pasien masuk dengan keluhan sesak, nyeri

dada, keadaan umum lemah, riwayat hipertensi. Dan istri Tn B mengatakan

sesak nafas semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.Sesak

nafas bertambah saat melakukan aktivitas. Pasien nampak sesak, pasien

diberikan oksigen sebanyak 15 liter, pasien nampak mengalami penurunan


54

kesadaran, aktivitas pasien dibantu perawat dan keluarga, pasien riwayat

diabetes mellitus tipe 2 saat di cek gds hasil 1112 mg / dl.

Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk

menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle

hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit

jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik

secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012). Diabetes mellitus,

adalah kondisi serius jangka panjang yang terjadi ketika ada peningkatan

kadar glukosa dalam darah seseorang karena tubuh mereka tidak dapat

menghasilkan hormon insulin apapun atau cukup, atau tidak dapat efektif

menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon penting

yang diproduksi dipankreas. Ini memungkinkan glukosa dari aliran darah

untuk memasukisel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi. Insulin

juga penting untuk metabolis meprotein dan lemak. Kurangnya insulin, atau

ketidakmampuan sel untuk meresponnya, menyebabkan tingginya kadar

glukosa darah (hiperglikemia), yang merupakan indikator klinisdiabetes

(IDF,2019).

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:

gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,

gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan

pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran


55

hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti

gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian

hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus

hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah

raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat.

kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium

(komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk

kesehatan penderita hipertensi. (Morton, 2018)

C. Alernatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan

Alternatif pemecahan masalah pada kasus ini dapat dilihat dan dinilai

dari implementasi keperawatan yang dilakukan. Implementasi keperawatan

merupakan tahap keempat proses keperawatan yang dimulai setelah perawat

menyusun rencana keperawatan. Pada tahap ini perawat akan

mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan hasil

pengkajian dan penegakan diagnosa yang diharapkan dapat mencapai tujuan

dan kriteria hasil yang telah direncanakan untuk mendukung dan

meningkatkan status kesehatan pasien (Potter & Perry, 2013).

Pada Tn.B melalui beberapa tehnik yaitu observasi, wawancara,

pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi

atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana

terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah.Tekanan

darahTn.B didapatkan 160/100 mmHg.


56

Adapun masalah belum dipecahkan pasien meninggal pada tanggal 14

Juli 2022.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksaan kesehatan yang telah dilakukan pada Tn. B

dengan kasus Hipertensi Heart Disease (HHD) di ruangan ICVCU di

UNDATA PALU dapat disimpulkan :

1. Pada pengkajian keperawatan pada Tn.B Yaitu di dapatkan bahwa pasien

mengalami penurunan kesadaran.

2. Pada diagnosa keperawatan yang di dapatkan pada Tn. B yaitu Pola nafas

tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot

bernafas) dan Katidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

hiperglikemia (resistensi insulin).Terjadinya ada hubungan pasien Tn. B

dengan selama perawatan pasien menggunakan ventilator.

3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. B yaitu semua

perencanaan dapat di terapkan pada tinjauan kasus.

4. Pada impementasi asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Hipertensi

Heart Disease (HHD) di ruangan ICVCU di RSUD UNDATA PALU

hampir semua dapat dilakukan.

5. Pada evaluasi keperawatan pada Tn. B dengan kasus di ruangan ICVCU di

RSUD UNDATA PALU tujuan belum tercapai klien meninggal dunia.

57
58

B. Saran

Bagi Tempat Penelitian Diharapkan untuk memfasilitasi terapi komplementer

untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi rasa nyeri terutama

pada klien Hipertensi.

1. Bagi Perawat

a. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan

harus menggunakan pendekatan proses keperawatan secara

komprehensif dengan melibatkan peran serta aktif pasien sebagai

asuhan keperawatan guna mencapai tujuan.

b. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan dapat

memberikan tindakan terapi komplementer dalam intervensi

keperawatan sehinggan dapat membantu memaksimalkan pengobatan

pasien Hipertensi heart deases.

2. Bagi Penulis Selanjutnya Hasil studi kasus ini dapat dijadikan landasan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan bahan

pembanding dalam melakukan studi kasus selanjutnya mengenai asuhan

keperawatan pada klien Hipertensi.


59

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.Edisi 10.Jakarta : EGC Definisi dan


Klasifikasi.Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Herlman,T. Heather.2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan

Friedman, M.M, Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing: Research,
Theory &Practice. (5th ed.), New Jersey: Prentice Hall.

Friedman, M.M. (2015). Family nursing: Research, Theory & Practice. (4th ed.),
California:Appleton and Lange.

Mubarak, I. Indrawati L, Susanto J. (2015). Buku 1 Ajar Ilmu Keperawatan


Dasar. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2016). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma. 2014.Handbook for Health Student.

Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Potter, & Perry, A. G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses,. Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Poltekkes Kemenkes Palu. (2020). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir


Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu. Palu.

Risnah & Irwan, (2021). Falsafah Dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi
Keilmuan. Penerbit: Alauddin University Press. UPT Perpustakaan UIN
Alauddin.

Sulistyo (2015). Keperawatan. Sampai Modern. Yogyakarta:

Sugiyono.(2017). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Alfabetha


Bandung
60

S.A. Thomas., (1999). Community health nursing: caring in action. Delmas


Publisher. Albani.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Triyanto E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Widyanto, S & Triwibowo, C (2013), Trend Disease Trend Penyakit Saat ini,
Trans Info Media, Jakarta

World Health Organization. (2018). WHO Global Report on Falls Prevention in


Older Age. Perancis: WHO
61

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(Lampiran 1)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Agnes Sawita Dewa
Nim : PO7120421081
Jurusan Prodi : Keperawatan / Ners

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah akhir ners yang saya
tulis ini benar-benar karya saya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah
akhir ners ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Palu, September 2022


Yang membuat pernyataan

Agnes Sawita Dewa

Anda mungkin juga menyukai