Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjaun Medis.

1. Pengertian.

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kesehatan

seseorang dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Perawatn diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya (Kusumawati & Hartono,

2015)

Defisit perawatan diri merupakan suatu masalah yang timbul pada

pasien gangguan jiwa kronik yang sering mengalami ketidakpedulian

merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif yang

menyebabkan pasien dikucilkan oleh keluarga maupun masyarakat (Yusuf,

Rizky & Hanik, 2015).

Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (higine),

berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting). (Keliath, 2011 dalam

Firdaus 2016).

2. Psikodinamika.

Banyak faktor yang mendukung terjadinya gangguan jiwa yang

merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang

meliputi biologis, psikologis, sosial budaya. Tidak seperti pada penyakit

jasmaniah, sebab sebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang

DITA YUNIAR|P0 7120319091 1


dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri

sendiri. Melalui psikodinamika, akan dikaitkan beberapa faktor baik

eksternal maupun internal dengan menggunakan model stress adaptasi

Stuart dan Laraia, sedangkan psikopatologi pada defisit perawat diri

terdapat pada konteks penilaian tanda dan gejalanya (Stuart & Laraia, 2005

dan Linka, 2015).

a. Faktor Predisposisi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan

diri adalah perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu

melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan

inisiatif dan keterampilan. Predisposisi selanjutnya adalah biologis,

beberapa penyakit kronik menyebabkan klien tidak mampu untuk

melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya adalah

kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa

mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan

ketidakpedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.

Selanjutnya adalah faktor sosial, kurang dukungan serta kemampuan

latihan dari lingkungannya. (Linka, 2015).

b. Faktor Presipitasi.

Depkes (2000:) dalam Linka (2015) yang merupakan faktor

presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,

kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami

DITA YUNIAR|P0 7120319091 2


individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

perawatan diri.

Harga diri rendah

Gangguan pemeliharaan
Effect
kesehatan (BAB/ BAK,
Mandi, makan, minum

Core Problem
Defisit perawatn diri

Menurunnya motivasi dalam


Causa
perawatan diri

Isolasi sosial; menarik diri


Gambar 1 , Pohon Masalah

3. Tanda dan Gejala.

a. Mandi/higine

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran

air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,

serta msuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian serta memperoleh atau

menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk

mengenakkan pakaian dalam, memilih pakaian,menggunakan alat

tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,

DITA YUNIAR|P0 7120319091 3


menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat

yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan.

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mrngunyah makanan ,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka

kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan

dari wadah lalu emasukkannya ke mulut, melengkapi makanan,

mencerna makanan menurut cara ang diterima masyarakat, mengambil

cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,

memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah

BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena

stresor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa

mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus

atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,

makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh

perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko

tingggi isolasi sosial. (Keliath, 2011 dalam Firdaus 2016).

DITA YUNIAR|P0 7120319091 4


4. Rentang Respon.

Adaftif Maladaptif

Pola perawatan Kadang Tidak melakukan


diri seimbang perawatan diri perawatan diri
tidak seimbang

Gambar 2; Rentang respon defisit perawatan diri.

Keterangan ;

a. Pola perawatan diri seimbang; saat klien mendapatkan stressor dan

mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan

klien seimbang, klien masih melakukan perawatn diri.

b. Kadang perawatan diri tidak seimbang; saat klien mendapatkan stressor

kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatn dirinya.

c. Tidak melakukan perawatn diri; klien mengatakan dia tidak perduli dan

tidak bisa melakukan perawatn saat stress. (Linka, 2015)

5. Mekanisme Koping.

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2

(Stuart & Sundeen, 2000 dalan Firdaus 2016)., yaitu;

a. Mekanisme koping adaptif.

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,

pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah; klien

bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

DITA YUNIAR|P0 7120319091 5


b. Mekanisme koping maladaptif.

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai

lingkungan. Kategorinya adalah; tidak mau merawat diri.

6. Dampak yang Ditimbulkan.

a. Harga diri rendah.

b. Gangguan dermatology.

c. Penyakit infeksi.

d. Penyakit menular.

e. Gangguan interpersonal, gagal hubungan dengan orang lain. (Linka,

2015).

B. Tinjauan Keperawatan.

1. Pengkajian.

Subjektif :

a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS

tidak tersedia alat mandi.

b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.

c. Klien mengatakan ingin disuapi makan.

d. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK

maupun BAB.

Objektif :

a. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut

kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.

DITA YUNIAR|P0 7120319091 6


b. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-

acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak

bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).

c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan

ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan

makan tidak pada tempatnya.

d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak

pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah

BAB/BAK. (Kusumawati & Hartono, 2015).

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.

a. Defisit Perawatan Diri.

b. Harga diri rendah kronis.

c. Risiko tinggi isolasi sosial.

3. Intervensi keperawatan (Strategi Pelaksanaan).

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

a. Untuk Klien.

Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk

memperhatikan kebersihan diri.

Tujuan Khusus;

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda

percaya pada perawat:

1) Wajah cerah, tersenyum

DITA YUNIAR|P0 7120319091 7


2) Mau berkenalan

3) Ada kontak mata.

4) Menerima kehadiran perawat.

5) Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi

1) Berikan salam setiap berinteraksi.

2)   Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat

berkenalan.

3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

6)   Buat kontrak interaksi yang jelas.

7)   Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

8)   Penuhi kebutuhan dasar klien..

b. Untuk Keluarga

1) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi

klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga

2) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Defisit Perawatan Diri

a. Untuk Klien.

Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri

seperti mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK.

DITA YUNIAR|P0 7120319091 8


Intervensi:

1) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri

2)   Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias,

makan/minum, BAB/BAK secara mandiri

3)   Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah

kurang perawatan diri.

b. Untuk Keluarga

1) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang

dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri

2)   Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien

dalam merawat klien

3)   Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien

dalam merawat diri.

SP Pada Pasien SP Pada Keluarga


SP 1 SP I k
a. Menjelaskan pentingnya a. Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam merawat
b. Menjelaskan cara pasien
menjaga kebersihan diri b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
c. Melatih pasien cara gejala defisit perawatan diri, dan jenis
menjaga kebersihan diri defisit perawatan diri yang dialami
d. 4.      Membimbing pasien pasien beserta proses terjadinya
memasukkan dalam b. Menjelaskan cara-cara merawat
jadwal kegiatan harian. pasien defisit perawatan diri
SP 2 p SP 2 k
a. Memvalidasi masalah a. Melatih keluarga mempraktekkan cara
dan latihan sebelumnya. merawat pasien dengan defisit
b. Menjelaskan cara makan perawatan diri
yang baik b. Melatih keluarga melakukan cara
c. Melatih pasien cara merawat langsung kepada pasien

DITA YUNIAR|P0 7120319091 9


makan yang baik defisit perawatan diri
b.  Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
a. Memvalidasi masalah a. Membantu keluarga membuat jadual
dan latihan sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
b. Menjelaskan cara obat  (discharge planning)
eliminasi yang baik b. Menjelaskan  follow up pasien setelah
c. Melatih cara eliminasi pulang
yang baik.
b. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Sumber; Linka (2015).

DITA YUNIAR|P0 7120319091 10


Daftar Pustaka

Firdaus , 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Salemba Medika; Yogyakarta.

Kusumawati dan Hartono, 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.

Linka, 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa ed. II. BITI; Palembang

Yusuf, Rezky, dan Halik. 2015. Buku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta;
Salemba Medika.

DITA YUNIAR|P0 7120319091 11

Anda mungkin juga menyukai