Di Susun Oleh:
Uswatun Khasanah
Nim: 201701065
1.2 Etiologi
a. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Rupture uteri mengancam
d) Partus lama
e) Partus tak maju
f) Pre eklamsia
g) Penyakit Lain ( Hemorid kronik, dan penyakit jantung )
b. Indikasi Janin
a) Kelainan lintang
1. Letak lintang
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan section
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan
letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Section caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
c. Kontra Indikasi
a) Janin mati
b) Syok, anemia berat
c) Kelainan congenital berat
1.3 Manifestasi Post Partum SC
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira – kira 600-800 ml
e. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual muntah
1.4 Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan. Misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, peeklamsi, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut memyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intolerensi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf-
saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri akut. Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
1.7 Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
a) Ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja
b) Sedang : kenaikan suhu dengan lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut sedikit
kembung
c) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paalitik. Hal ini sering dijumpai pada
partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
ketuban pecah terlalu lama
b. Perdarahan disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia Uteri
c) Pendarahan pada plasenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri.
kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah section caesarea klasik.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B. 2015. Operasi Kebidanan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum.
Jakarta. EGC
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PNI.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Di Susun Oleh:
Uswatun Khasanah
Nim: 201701065