Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI HEMOROID DAN PJB

DI RUANG KANDUNGAN RS. GATOEL

Di Susun Oleh:

Uswatun Khasanah

Nim: 201701065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJAR 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI HEMOROID DAN PJB

DI RUANG KANDUNGAN RS. GATOEL

1.1 Definisi Post Partum Sc


Post partum adalah Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti semula sebelum hamil. Masa
nifas ini berlangsung kurang lebih 6 minggu (JHPEIGO, 2002). Masa nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat - alat kandungan
kembali seperti pra -hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 - 8 minggu. (Setyaningrum,
2015)
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
sayatan pada dinding perut dan dinding uterus melalui depan perut atau vagina atau
disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Setyaningrum, 2015)

1.2 Etiologi
a. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Rupture uteri mengancam
d) Partus lama
e) Partus tak maju
f) Pre eklamsia
g) Penyakit Lain ( Hemorid kronik, dan penyakit jantung )
b. Indikasi Janin
a) Kelainan lintang
1. Letak lintang
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan section
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan
letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Section caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
c. Kontra Indikasi
a) Janin mati
b) Syok, anemia berat
c) Kelainan congenital berat
1.3 Manifestasi Post Partum SC
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira – kira 600-800 ml
e. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual muntah

1.4 Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan. Misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, peeklamsi, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut memyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intolerensi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf-
saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri akut. Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Hemoglobin atau hematocrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis/kultur urine
e. Pemeriksaan elektolit
1.6 Penatalaksanaan
a. Pemeberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermia, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hbrendah diberikan transfuse darah sesuai
kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
a) Mobilisasi dilakukan secara bertahap seperti: miring kanan kiri dapat dimulai
sejak 6-10 jam setelah operasi
b) Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar
c) Hari ke dua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya
d) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah dalam posisi semifowler
e) Pasien dianjurkan untuk berjalan jalan
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan pasien
e. Pemberian Obat – Obatan
a) Antibiotik
b) Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1. Supositoria: ketopropen sup 2x24 jam
2. Oral: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian 1 vit C
f. Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
g. Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekenan darah, nadi,
dan pernapasan
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasijika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

1.7 Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
a) Ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja
b) Sedang : kenaikan suhu dengan lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut sedikit
kembung
c) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paalitik. Hal ini sering dijumpai pada
partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
ketuban pecah terlalu lama
b. Perdarahan disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia Uteri
c) Pendarahan pada plasenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri.
kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah section caesarea klasik.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B. 2015. Operasi Kebidanan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum.
Jakarta. EGC

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta: ECG

Sarwono, Prawiroharjo,. 2014, Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4, Jakarta: PT Gramedi

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PNI.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny. R DENGAN POST PARTUM DENGAN INDIKASI HEMORAOID


DAN PJB DIRUANG KANDUNGAN DI RUMAH SAKIT GATOEL MOJOKERTO

Di Susun Oleh:

Uswatun Khasanah

Nim: 201701065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJAR 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai