Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY M P1002 Ab000 POST SECTIO CAESAREAHARI


KE - 0 DENGAN KALA 1 FASE LATEN(KIFL) + GEMELI
DI RUANG NIFAS RSU. dr. ABDOER RAHEM
SITUBONDO

oleh
Bagus Marta Raharja, S.Kep

NIM 232311101123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERSFAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
1. KASUS (Masalah Utama) ( Diagnosa Medis)
a) Diagnosa Medis
P1002 Ab000 Post Sectio Caesarea hari ke-0 indikasi K1FL+ GEMELI
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea (SC)
a) Pengertian
Sectio Caesarea (SC) adalah salah satu upaya pembedahan untuk melahirkan janin
dengan cara melakukan insisi pada dinding abdomen atau perut dan pada dinding uterus
atau rahim (Sholikah, 2018). Sectio Caesarea (SC) termasuk dalam proses persalinan
buatan yang dilakukan dengan pembedahan dengan insisi pada dinding rahim dan perut
ibu, dengan syarat harus pada keadaan utuh dan janin yang mempunyai berat diatas 500
gram. Apabila berat janin dibawah 500 gram maka Sectio Caesarea (SC) tidak
perludilakukan (Solehati dan Kosasih, 2015). Sectio Caesarea (SC) dilakukan pada
plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya apabila terjadi perdarahan hebat.
Selain dapat mengurangi angka kematianbayi dengan melakukan Sectio Caesarea (SC),
juga dapat dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga Sectio Caesarea (SC) dilakukan
pada placentaprevia meskipun keadaan bayi sudah meninggal (Sholikah, 2018).
b) Klasifikasi Sectio Caesarea (SC)
1. Sectio Caesarea transperitonealis profunda, dengan insisi pada segmen bawah
uterus, insisi di bawah rahim, dapat menggunakan teknik memanjang atau
melintang. Dengan keunggulan (Sholikhah, 2018) :
a. Bahaya peritonitis tidak besar

b. Perdarahan luka insisi tidak terlalu banyak.

c. Bahaya ruptur uteri pada kemudian hari tidak besar, karena perut
uterus kuat dan pada nifas pada segmen bawah uterus tidak

terlalu banyak walau disertai dengan kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh dengan lebih sempurna.
2. Sectio Caesarea (SC) klasik atau korporal, dibuat pada korpus uteri, dilakukan
dengan lebih mudah yaitu hanya dilakukan apabila terdapat halangan untuk
melakukan Sectio Caesarea (SC) trasperitonealis profunda, dilakukan dengan
insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio Caesarea (SC) ekstra peritoneal, pembedahan ini tidak banyak dilakukan
pada saat ini karena kemajuan injeksi pembedahan, dahulu banyak dilakukan
untuk mengurangi bahaya injeksi perporal. Dilakukan dengan tidak membuka
rongga peritoneum, dilakukan pada pasien dengan infeksi uterin berat.
4. Sectio Caesarea (SC) hysterictomi, dilakukan dengan indikasi atonia uteri,
plasenta accrete, myoma uteri, dan infeksi intra uteri berat.
c) Indikasi Sectio Caesarea (SC)
Sectio Caesarea (SC) dilakukan dengan sebagian besar indikasi yaitu adanya faktor
penyulit pada persalinan, baik berasal dari faktor ibu (faktor power), bayi (faktor
passanger), ataupun berasal dari penyulit lahir (faktor pessage), yaitu sebagai berikut
(Sholikhah, 2018) :
1. Riwayat Sectio Caesarea (SC) pada kehamilan sebelumnya
Ibu dengan riwayat Sectio Caesarea (SC) sebelumnya dianjurkan untuk melakukan SC
pada persalinan selanjutnya karena uterus mempunyai jaringan parut yang dianggap
menjadi kontraindikasi untuk persalinan pervagina yang dapat mengakibatkan
timbulnya ruptur uteri pada bekas luka SC sebelumnya serta untuk mengurangi resiko
terjadinya perdarahan yang diakibatkan karena ruptur uteri.
2. Kegagalan Induksi
Persalinan induksi dilakukan dengan penambahan kekuatan dari luar sehingga
membutuhkan tepatnya indikasi, waktu yang baik, dan evaluasi tepat. Resiko induksi
apabila digunakan secara berlebihan atau tidak terkontrol maka kontraksi dapat timbul
dengan berlebihan tanpa diikuti fase istirahat yang dapat mengakibatkan janin
kekurangan oksigen atau hipoksia yang dapat berujung dengan gawatjanin hingga
kematian.
3. Kelainan Letak Janin
Kelaianan letak janin saat dalam uteris dapat berpotensi menyebabkan risikokomplikasi
seperti perdarahan, trauma persalinan, infeksi dan asfiksia.
4. CPD
Keadaan dimana lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.
5. Preeklamsia
Pre eklamsia merupakan suatu gangguan kehamilan yang dikakaitkan denganhipertensi
onset baru, yang paling sering terjadi pada setelah usia kehamilan 20 minggu. Meskipun
sering disertai dengan proteinuria onset baru, hipertensi dan tanda atau gejala
preeklamsia lainnya, preeklamsia juga dapat terjadi pada beberapa wanita tanpa adanya
proteinuria.
6. Disproporsi Kepala Panggul (DKP)
Berkaitan dengan ukuran kepala janin yang besar dan berbanding dengan ukuran luas
panggul ibu yang menjadi penentu DKP atau tidak.
7. Plasenta Previa
Keadaan plasenta yang letaknya abnormal yaitu plasenta yang terletak pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
8. Riwayat Obstetri Buruk
Kondisi ini seperti ibu dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun, kehamilan
lebih dari 6, dan jarak anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5tahun.
9. Gemeli
Keadaan ini disebabkan oleh syok, anemia berat, pre eklamsia berat, eklamsia yang
terjadi kepada ibu. Hal tersebut akan mempengaruhi keadaan janin juga karena suplai
darah berisi nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin mengalami gangguan dan keadaan
tersebut akan membahayakan keadaan janin

10. Bayi Besar dengan berat badan diatas 4.000 gram atau Giant Baby
Hal ini dapat mengakibatkan bayi sulit keluar dari jalan lahir ibu.Bayi dengan bobot
yang terlalu besar memiliki resiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi
persalinan.
d) Manifestasi Klinis
Persalinan dengan sectio caesaria memerlukan perawatan yang lebih komprehensif
yaitu perawatan pada post operatif dan perawatan postpartum sebagai berikut (Wahyuni,
2020) :
1. Nyeri karena adanya luka pembedahan

2. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah

3. Akan mengalami hambatan dalam bergerak

4. Pengaruh anastesi juga dapat menumbulkan gangguan fungsi padapernapasan


5. Suhu tubuh meningkat jika klien mengalami infeksi pada luka postoperasi
e) Komplikasi

a. Infeksi Puerperali

b. Perdarahan

c. Luka kandung kemih

d. Embolisme paru – paru

3 Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak kurang kuatnya perut padadindinguterus
f) Penatalaksanaan Medis Post Sectio Caesaria
Berdasarkan Manuaba (2012) penatalaksanaan pasien post SC
sebagai berikut:
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberiancairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar idak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.Cairan yang biasadiberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlahtetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke-5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik: cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
 Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
 Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
 Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain: untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umumpenderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
4) Perawatan luka: kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bilabasah
dan berdarah harus dibuka dan diganti
5) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,nadi,dan
pernafasan
2.2 Konsep Dasar Post Partum/Masa Nifas
a) Pengertian Post Partum/Masa Nifas
Masa nifas atau post partum merupakan masa yang dihitung setelah hari pertama
ibu melahirkan hingga 6 minggu atau kurang lebih 42 hari. Masa nifas merupakan
masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta dan selaput yang dibutuhkan
dalam pemulihan kembali organ–organ padakandungan sebelum kehamilan pada waktu
kurang lebih 6 minggu. Dapat disimpulkan periode nifas yaitu dimulai saat setelah
pengeluaran plasenta hingga waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan organ – organ
reproduksi seperti sebelum masa kehamilan persalinan dalam waktu sekitar 6 minggu
(Kemenkes, 2019).
b) Periode Post Partum /Masa Nifas
Terdapat 3 tahapan masa nifas, yakni sebagai berikut (Wahyuni, 2018) :
1) Periode Immediate Postpartum/ Puerperium dini
Periode yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam sesudah persalinan (0-24
jam sesudah melahirkan). Kondisi pulih ditandai dengan ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan jalan. Pada masa inisering terjadi masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri. Oleh karena itu, diperlakukan untuk melakukan pemeriksaankontraksi
uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, suhu dan keadaanumum ibu.
2) Periode Early Postpartum (>24 – 1 minggu)
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium.Waktu 1 hari sesudah
melahirkan sampai 1 minggu pertama. Pada fase ini dapat dilakukan pemeriksaan untuk
memastikan involusi uteri (proses pengecilan rahim) dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode Late Postpartum (>1 minggu – 6 minggu)
Adalah 6 minggu sesudah melahirkan. Pada periode ini dapat melakukan perawatan dan
pemeriksaan secara berkala serta konseling KB. Biasanya petugas kesehatan yang ada di
desa melakukan kunjungan rumah atau ibu yang datang memeriksaan kesehatannya di
posyandu atau puskesmas.
4) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama
hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
c) Perubahan Fisiologis Post Partum
Selama masa nifas ibu akan mengalami perubahan fisiologis pada tubuh seperti
(Wahyuni, 2018):
1. Involusi uterus
Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil.
Adapun mengenai proses terjadinya involusi dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Iskemia : otot uterus berkontraksi dan beretraksi, membatasi alirandarah di
dalam uterus.
b. Fagositosis : jaringan elastik dan fibrosa yang sangat banyakdipecahkan.
c. Autolisis : serabut otot dicerna oleh enzim-enzim proteolitik(lisosim).
d. Semua produk sisa masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkanmelalui ginjal.
e. Lapisan desi dua uterus terkikis dalam pengeluaran darah
pervaginam dan endometrium yang baru mulai terbentuk dari 6 sekitar 10 hari setelah
kelahiran dan selesai pada minggu ke 6 pada akhir masa nifas.
f. Ukuran uterus berkurang dari 15 cm x 11 cm x 7,5 cm menjadi 7,5 cm x 5 cm x
2,5 cm pada minggu keenam.
g. Berat uterus berkurang dari 1000 gram sesaat setelah lahir, menjadi 60 gram pada
minggu ke-6.
h. Kecepatan involusi : terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari. Di hari
pertama, uteri berada 12 cm di atas simfisis pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5 cm
di atas simfisis pubis. Pada hari ke-10, uterus hampir tidak dapat dipalpasi atau
bahkan tidak terpalpasi.
i. Involusi akan lebih lambat setelah cectio cecarea
j. Involusi akan lebih lambat bila terdapat retensi jaringan plasenta atau bekuan
darah terutama jika dikaitkan dengan infeksi.

Tinggi Fundus Berat Diameter


Ivolusi Uteri Uterus
Uteri Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

Pertengahan
7 hari 7,5 cm
pusat dan 500 gram
(minggu 1)
simpisis
14 hari 5 cm
Tidak teraba 350 gram
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

2. Endometrium
Perubahan pada endometrium terjadi dengan timbulnya trombosis,degenerasi dan nekrosis pada
tempat implantasi plasenta. Kontraksi akan menyebabkan bekas implantasi plasenta menonjol ke
kavum uteri, setelah hari 3 postpartum, endometriumakan rata.
3. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea
alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah danlendir waktu menstruasi dan berbau
anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya atau implantasi placenta). Terdapat beberaa
macam lochea yakni sebagai berikut:
a. Lochea rubra (cruenta)
b. Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum, selama 2 hari pascapersalinan.
c. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pascapersalinan.
d. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,pada hari ke 7-14 pascapersalinan.

e. Lochea alba

Terjadi setelah 2 minggu post partum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, lebih
banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati

f. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
g. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

4. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan oleh
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.Supaya buang air
besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan
dan ambulasi awal.Bila ini tidak berhasil,dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunankebutuhan kalori
yang menyebabkan kurang napsu makan.
5. Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil
selama 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian inimengalami kompresi
(tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yangbersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
Ureter yangberdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
6. Sistem Endokrin
Perubahan terjadi pada hormon oksitosin yang berperan pada kontraksi uterus untuk
pencegahan perdarahan dan agar uterus kembali normal. Sekresi oksitosin dan produksi
ASI dirangsang oleh isapan bayi. Hormon prolaktin berperan pada produksi ASI, jika
wanita tidak menyusui selama 14 hingga 21 setelah melahirkan maka akan mengalami
menstruasi. Hormon estrogen akan menurun dan hormon progesteronakan meningkat.
7. Sistem Muskuluskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah
yang berada diantara anyaman otot- otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciutdan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurrna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Untuk memulihkan kembali jaringan–
jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.
8. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara sepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali urin ke
hilangnya pengesteran membantumengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama- sama dengan
trauma masa persalinan.
9. Perubahan pada Tanda-tanda Vital

a. Suhu kisaran pada suhu tubuh normal adalah antara 36,5-37,5°C. Kenaikan suhu
tubuh dapat mengindikasikan adanya tanda infeksi.
b. Denyut nadi pada kisaran normal adalah 60-80x/menit. Frekuensinadi yang cepat
dapat juga mengindikasikan terjadinya infeksi.
c. Frekuensi pernapasan pada kisaran normal 12-16x/menit di saat istirahat.

d. Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam 24 jam setelah kelahiran.
Waspada adanya kenaikan tekanan darah sebagai salah satu tanda
preeklampsi/eklampsi. Untuk diingat bahwa preeklampsi/eklampsi dapat terjadi
selama kehamilan.
g) Adaptasi Psikologis Ibu
Nurarif (2016) menyatakan bahwa banyak wanita merasa tertekan pada saat
setelah melahirkan. Perubahan peran menjadi seorang ibu memerlukan adaptasi dan
tanggung jawab yang lebih besar yang harus dijalani dari lahirnya bayi. Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu mengalami fase-fase sebagai berikut:
1. Fase Taking in (0 – 2 hari)
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari 1 -2 setelah
melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian pada diri sendiri. Gangguan fisiologis yang
mungkin dirasakan ibu pada fase ini:
a. Kecewa karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik, misalnya rasa mulas dan
payudara bengkak
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan
cenderung melihat saja tanpa membantu.
2. Taking Hold (hari ke 3 – minggu ke 5)
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu menjadi sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah mengajarkan
cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan
senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu.
3. Letting Go (minggu ke 5 - 8)
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga untuk
membantu merawat bayi masihsangat diperlukan. Begitu juga dalam mengerjakan
urusan rumah tangga, sehingga ibu tidak terlalu terbebani
d) Komplikasi Post Partum
1. Tanda Bahaya pada Ibu Nifas
Sebesar 15 – 20% kehamilan dengan persalinan dapat mengalami gangguan atau
komplikasi yang dapat terjadi secara mendadak atau dapat diperkirakan sebelumnya.
Tanda bahaya pada ibu di masa nifas menurut Kemenkes (2019), antara lain:
a. Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan banyak yang segera atau dalam 1 jam setelah melahirkan dan paling sering
menjadi penyebab kematian ibu. Perdarahan pada masa nifas (dalam 42hari setelah
melahirkan) yang terus menerus dan berbau tidak sedap disertai demam, juga
merupakan tanda bahaya ibu pada masa nifas.
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
Hal ini menandakan adanya infeksi yang dapat disebabkan karena metritis, abses pelvis,
infeksi luka perineum, atau luka abdominal. Infeksi yang dapat terjadi antara lain:
 Endometritis (radang edometrium)
 Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
 Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
 Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras dan
berbenjol-benjol)
 Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
 Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
 Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C,
nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau
nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang serta disertai
tekanan darah tinggi
d. Demam lebih dari 2 hari
Demam lebih dari 2 hari pada ibu nifas bisa disebabkan oleh infeksi. Apabila demam
disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir, kemungkinan ibu mengalami infeksi
jalan lahir. Akan tetapi apabila demam tanpa disertai keluarnyacairan berbau dari jalan
lahir, perlu diperhatikan adanya penyakit infeksi lain seperti demam berdarah, demam
typhoid, malaria, dan lainnya.
e. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
Gejala muncul dalam 3 bulan pertama pasca persalinan hingga bayi berusia setahun.
Gejala yang mungkin yaitu sedih selama >2 minggu, kelelahan berlebihan dan
kehilangan minat terhadap kesenangan.
2) Post partum blues
Perasaan sedih pasca persalinan. Dapat ditandai dengan pasien merasa sedih, lelah,
insomnia, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, yang akan menghilang dengan
sendirinya setelah 2 – 3 hari.
3) Psikosis pasca persalinan Tanda dan gejalanya yaitu:
 Ide/pikiran bunuh diri
 Ancaman tindakan kekerasan terhadap bayi baru lahir
 Dijumpai waham curiga/persekutorik
 Dijumpai halusinasi/ilusi
e) Penanganan
Fokus Post partum Post partum4 Post partum 24 Hasil yang
perawatan masuk – 24 jam – 48 jam diinginkan
RS
Status Fase taking in Menuju fase Fase taking hold Ibu dapat
emosional taking hold Ibu mampu melakukan
merawat dirinya perawatan
dan sendiri
menunjukkan Ibu menunjukkan
kemandirian peningkatan
dalam perawatan kepercayaan diri
bayi dalam
merawat bayi
Tindakan Memberikan Mendorong Amati ikatan Adanya
Keperawatan Perawatan ibu dan perilaku ibu keterikatan dan
Dan dan perilaku yang
kenyamanan keluarganya positif
kepada ibu untuk
berpartisipas
idalam
merawat diri
dan perawatan
bayi
Memberikan Mendorong Mencatat tanda- Orang tua
Penguatan Sesering tanda perilaku Mampu
positif terhadap mungkin maladaptif menunjukkan
perilaku yang kontak dengan pengertian pada
tepat bayi perilaku bayi
Diskusi Amati perilaku Menyediakan Orang tuamampu
kemampuan ibudan informasi menunjukkan
bayi keterikatan tertulis/visual pengertian dalam
dengan bayinya tentang perilaku menangani bayi
dan karakteristik
bayi
Konsep Dasar kala 1 memanjang atau fase laten (KIFL)
a) Pengertian
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya berlangsung
lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak adekuat atau
bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang- kurangnya 2 jam
setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan
kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai
pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen
persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih besar daripada
multigravida (Simkin, 2005; Saifuddin, 2019).

b) Etiologi
Meurut Mochtar (2021), penyebab terjadinya partus menjadi lama yaitu :
1. Kelainan letak janin
Kelainan letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi
karena keadaan atau posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan
jalan lahir yang menyebabkan terjadinya ketidakteraturan bagian terendah
janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul (PAP), serta
mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah dan bagian
terendah ketuban langsung menerima tekanan intrauterine yang dominan
sehingga dapat menyebabkan ketuban pecah dini (Sukma, 2020)..
2. Kelainan-kelainan panggul.
a. Panggul sempit
Panggul sempit atau disebut juga CephaloPelvic Disproportion
(CPD) terjadi jika kepala atau ukuran tubuh bayi lebih besar dari luas
panggul ibu, sehingga dalam persalinan, bayi tidak bisa melewati
panggul ibu. Cara termudah memprediksi panggul adalah melalui
tinggi badan Anda, Moms. Tinggi badan kurang dari 145 sentimeter
berpotensi tinggi memiliki panggul sempit.
b. Panggul Android atau Panggul Pria
Bentuk panggul wanita dibagi empat, yaitu Ginekoid, Android,
Antropoid, dan Platipoid. Tipe yang dianggap paling normal untuk
ersalinan adalah ginekoid, yaitu bentuk klasik panggul wanita, ukuran
muka belakang sedikit lebih kecil dibanding ukuran kiri kanan.
Wanita dengan jenis panggul itu akan memiliki tubuh curvy seperti
buah pir. Pada persalinan, bentuk itu memudahkan bayi keluar
melalui jalan lahir. Tipe panggul yang menyulitkan persalinan adalah
android atau merupakan bentul panggul pria, yang sering ditemukan
pada wanita bertubuh tinggi, kurus, langsing. Bentuk panggul lainnya
adalah antropoid mirip dengan ginekoid tapi ukuran melintangnya
lebih kecil dan platipoid mirip ginekoid tetapi gepeng atau flattened
gynecoid. Keduanya juga kurang ideal untuk persalinan, khususnya
jika bayinya besar.
c. Kelainan panggul akibat penyakit
Ada juga kelainan bentuk panggul akibat penyakit atau kecelakaan,
misalnya panggul miring, corong, asimetris, kelainan panggul akibat
gangguan tulang belakang dan lain-lain. Kelainan itu dapat
disebabkan gangguan pertumbuhan Anda sejak di dalam rahim,
akibat penyakit tulang terutama tulang belakang, penyakit polio, atau
kecelakaan hingga panggul rusak atau patah. Pada kasus itu, jenis
persalinan tergantung tingkat keparahan kelainan panggul.
3. Kelainan his
Gangguan mengejan atau distosia his adalah tenaga kontraksi yang tidak
normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat
kelancaran persalinan.
4. Janin besar atau ada kelainan kongenital
Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak normal
yang terjadi pada masa perkembangan janin. Kelainan ini dapat
memengaruhi fisikatau fungsi anggota tubuh anak sehingga menimbulkan
cacat lahir. Pada banyak kasus, kelainan kongenital terjadi pada 3 bulan
pertama kehamilan, yaitu saat organ pada tubuh bayi baru mulai
terbentuk. Kelainan kongenital umumnya tidak berbahaya, namun ada
pula yang harus segera ditangani. Kelainan kongenital bisa terdeteksi pada
masa kehamilan atau saat bayi dilahirkan. Namun, ada juga kelainan
kongenital yang baru bisa iketahui
pada masa tumbuh kembang anak, misalnya gangguan pendengaran.
5. Primitua
Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia
ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu
hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macetdan perdarahan.
6. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM) merupakan
pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai (Arma, dkk 2015). Dikatakan ketuban pecah
dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung dan ditandai dengan keluarnya
cairan melalui selaput ketuban yang mengalami robekan berupa air-air dari vagina. Cairan
muncul setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu atau satu jam sebelum waktu
kehamilan yang sebenarnya.

c) Patofisiologi K1FL

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan


letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi muka, dahi dan puncak
kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic
disproportion), kelainan his seperti inersia uteri, incoordinate uteri action.
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan
sangat lambat, akibatnya kala I menjadi lama (Saifuddin, 2019).

d) Tanda dan Gejala K1FL


Gejala utama yang perlu diperhatikan pada kondisi persalinan yang lama di
antaranya sebagai berikut:
1. Dehidrasi
2. Tanda
infeksi
a) Temperature tinggi
b) Nadi dan pernapasan tidak normal
c) Abdomen meteorismus (kembung)
3. Pemeriksaan abdomen
a) Meteorismus (kembung)
b) Lingkaran bandle tinggi
c) Nyeri pada bagian bawah rhim
4. Pemeriksaan lokal vulva-vagina
a) Edema pada vulva
b) Cairan ketuban berbau
c) Cairan ketuban bercampur meconium (kotoran bayi)
5. Pemeriksaan dalam
a) Edema pada serviks
b) Bagian terendah sulit di dorong ke atas
c) Terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam Rahim
Terjadinya asfiksia hingga menyebabkan kematian
7. Akhir dari persalinan lama
e) Komplikasi K1FL
Beberapa komplikasi yang mungkin akan terjadi pada kala I memanjang,
yaitu:
1. Bagi ibu
a) Ketuban pecah dini
Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari
uterus diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os internal.
Akibatnya, ketuban pecah dini lebih mudah terjadi infeksi (Wijayarini,
2019).
b) Sepsis puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus
persalinan lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-
ulang
c) Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan bahaya
serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas sehingga tidak
ada engagement atau penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat
teregang, dan dapat diikuti oleh ruptur.
d) Cedera dasar panggul
Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubung
adalahkonsekuensi pelahiran pervaginam yang sering terjadi, terutama
apabila pelahirannya sulit
e) Dehidrasi
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal
atau telah turun, temperatur meningkat
f) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam terdapat oedema serviks, dan air
ketuban bercampur dengan mekoneum.
Bagi janin
Persalinan dengan kala I lama dapat menyebabkan detak jantung janin
mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai bradikardi. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan NST atau OCT menunjukkan asfiksia
intrauterin. Dan pada pemeriksaan sampel darah kulit kepala menuju pada
anaerobik metabolisme dan asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat
berakibat adanya kaput suksidaneum yang besar (pembengkakan kulit kepala)
seringkali terbentuk pada bagian kepala ang paling dependen, dan molase
(tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan
perubahan bentuk kepala (Hollingworth, 2017) .

f) Penatalaksanaan

Penanganan umum pada ibu bersalin dengan kala I lama,yaitu:


1. Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.
2. Tentukan keadaan janin:
a) Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya minimal sekali
dalam 30 menit selama fase aktif.
b) Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat dipenuhi
lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
c) Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah
pikirkan kemungkinan gawat janin.
d) Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,
pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat
menyebabkan gawat janin.
DALAM 7 HARI TERAKHIR

Nama Ibu :
Alamat :
Umur :

Berikut adalah pertanyaan yang diajukan kepada ibu postpartum dalam EPDS :
1. Saya mampu tertawa dan merasakan hal hal yang menyenangkan
a) Sebanyak yang saya bisa
b) Tidak terlalu banyak
c) Tidak banyak
d) Tidak sama sekali
2. Saya melihat segala sesuatu nya kedepan sangat menyenangkan
a) Sebanyak sebelumnya
b) Agak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnya
c) Kurang dibandingkan sebelumnya
d) Tidak sama sekali
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagai mana mestinya
a) Ya, setiap saat
b) Ya, kadang kadang
c) Tidak terlalu sering
d) Tidak pernah sama sekali
4. Saya merasa cemas atau merasa hawatir tanpa alasan yang jelas
a) Tidak pernah sama sekali
b) Jarang jarang
c) Ya, kadang kadang
d) Ya, sering sekali
5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas
a) Ya, cukup sering
b) Ya, kadang kadang
c) Tidak terlalu sering
d) Tidak pernah sama sekali
6. Segala ssuatunya terasa sulit untuk dikerjakan
a) Ya, hampir setiap saat saya tidak mampu menanganinya
b) Ya, kadang kadang saya tidak mampu menangani seperti biasanya
c) Tidak terlalu, sebagian besar berhasil saya tangani
d) Tidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik
7. Saya merasa tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan untuk tidur
a) Ya, setiap saat
b) Ya, kadang kadang
c) Tidak terlalu sering
d) Tidak pernah sama sekali
8. Saya merasa sedih dan merasa diri saya menyedihkan
a) Ya, setiap saat
b) Ya, cukup sering
c) Tidak terlalu sering
d) Tidak pernah sama sekali
9. Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebabkan saya menangis
a) Ya, setiap saat
b) Ya, cukup sering
c) Disaat tertentu saja
d) Tidak pernah sama sekali
10. Muncul pikiran untuk menyakiti diri saya sendiri
a) Ya, cukup sering
b) Kadang kadang
c) Jarang sekali
d) Tidak pernah sama sekali
EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS)

Depresi postpartum berdampak mengurangi kebahagiaan, mempengaruhi hubungan ibu dan


anak dan membahayakan jiwa ibu dan bayi sampai menyebabkan kematian. Salah satu
upaya mencegah depresi postpartum adalah dengan melakukan deteksi dini menggunakan
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). EPDS didisain oleh Cox, Holden dan
Sagovsky dapat digunakan pada ibu yang sedang rawat inap, home visit, atau pada 6-8
minggu setelah melahirkan. EPDS terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam
waktu 5 menit. Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan efisien untuk
mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk depresi postpartum, mudah dijalankan
dan telah terbukti menjadi alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987).

Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate dalam berbagai bahasa dan di
validasi di berbagai negara diantaranya Arab, Cina, Belanda, Perancis, Jerman, Jepang,
Norwegia, Vietnam, Malaysia. Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah
dilakukan dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa
instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih dan reliable untuk digunakan pada wanita
Indonesia (Sari, 2009).

EPDS tidak dapat mendeteksi kelainan neurosis, phobia, kecemasan, atau kepribadian,
namun dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya kemungkinan depresi
postpartum. Sensitifitas dan spesifisitas EPDS sudah terbukti sangat baik dari hasil
penelitian. Skala penilaian EPDS menunjukkan perasaan sang ibu dalam 1 minggu terakhir.
Cara melakukan deteksi dini depresi postpartum menggunakan EPDS adalah sebagai
berikut :
1. Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat dengan
pertanyaan yang tersedia dalam 7 hari terakhir.
2. Semua pertanyaan kuisioner harus dijawab
3. Jawaban kuisioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan
ibu mendiskusikan pertanyaan dengan orang lain.
4. Ibu harus menyelesaikan kuisioner ini sendiri, kecuali ia mengalami kesulitan dalam
memahami bahasa atau tidak bisa membaca.

Cara Penilaian EPDS


Penilaian terhadap setiap jawaban pada Kuesioner EPDS adalah sebagai berikut:
a. Setiap pertanyaan memiliki empat pilihan yang mungkin, yang diberi nilai dari 0 sampai
3.
b. Pertanyaan 1, 2, dan 4 : mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling atas
mendapatkan nilai 0 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 3
c. Pertanyaan 3,5 sampai dengan 10 : merupakan penilaian terbalik, dengan kotak paling
atas mendapatkan nilai 3 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 0
d. Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukkan keinginan bunuh diri.
e. Nilai maksimal: 30
f. Kemungkinan depresi apabila nilai lebih dari 10

Interpretasi Hasil penilaian EPDS :


a) Skor EPDS 9-10 maka direkomendasikan untuk menjalani skrining selanjutnya.
b) Pada wanita yang mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko tinggi
untuk terjadinya depresi postpartum (Wisner,dkk, 2002).
c) Para ibu yang memiliki skor diatas 10 biasanya menderita suatu depresi dengan
tingkat keparahan yang bervariasi.
d) Khusus untuk pertanyaan nomor 10, jawaban “ya” cukup sering, merupakan suatu
tanda dimana dibutuhkan keterlibatan segera dari perawatan psikiatri. Wanita yang
mengalami gangguan fungsi (dibuktikan dengan penghindaran dari keluarga dan teman,
ketidakmampuan menjalankan kebersihan diri, ketidakmampuan merawat bayi) juga
merupakan keadaan yang membutuhkan penanganan psikiatri segera.
e) Wanita yang memiliki skor antara 5 dan 9 tanpa adanya pikiran untuk bunuh diri
sebaiknya dilakukan evaluasi ulang setelah 2 minggu untuk menentukan apakah
episode depresi mengalami perburukan atau membaik.

Beberapa keuntungan menggunakan EPDS untuk deteksi dini depresi postpartum


adalah :
a. Mudah dihitung (oleh perawat, bidan, petugas kesehatan lain)
b. Sederhana
c. Cepat dikerjakan (membutuhkan waktu 5-10 menit bagi ibu untuk
menyelesaikan EPDS)
d. Mendeteksi dini terhadap adanya depresi pasca persalinan
e. Lebih diterima oleh pasien
f. Tidak memerlukan biaya

Sebaliknya kekurangan EPDS adalah :


a. Tidak bisa mendiagnosis depresi pasca persalinan
b. Tidak bias mengetahui penyebab dari depresi pasca persalinan

g) Pemeriksaan fisik B1- B6:


a) Sistem pulmonary (B1): tidak ada keluhan
b) Sistem kardiovaskuler (B2): nadi pasien tidak teratur, tekanan darah kurangdari
normal
c) Sistem neurologi (B3): nyeri, pusing, peningkatan suhu tubuh
d) Sistem perkehmihan (B4): retensi urin
e) Sistem pencernaan (B5): pasien mengalami mual, muntah, dan juga konstipasi
f) Sistem muskoluskeletal: merasa lemah
h) Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa pemeriksaan penunjangantaralain :
a. Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak

c. Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit


ditegakkan karena terjadi moulage (celah pada tulang kepala bayi)
yang cukup banyak dan caput succedanum (Trauma pada bayi
yang menyebabkan cedera pada fisik) yang besar, pemeriksaan
sinar rongen dapat membantu menentukan posisi janin disamping
menentukan bantuk dan ukuran panggul
Konsep dasar GEMELI
a. Pengertian

Kehamilan kembar atau gemelli adalah suatu proses kehamilan dimana terdapat lebih
dari satu janin di dalam rahim. Ibu yang yang telah diketahui mengandung janin kembar perlu
mendapat perhatian dan pengawasan khusus dari segala pihak untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan yaitu kesehatan ibu dan janinnya selama masa kehamilan hingga melahirkan. Ada
dua jenis kembar berdasarkan dari proses terbentuknya yaitu monozigot dan dizigot. Monozigot
adalah janin kembar yang berasal dari satu sel telur sedangkan dizigot adalah janin kembar yang
berasal dari lebih dari satu telur mewakili setiap janin kembar yang ada. Sepertiga dari
keseluruhan kelahiran kembar di dunia adalah monozigot. Kembar dizigot terjadi ketika dua
telur atau lebih yang matang secara bersamaan, setelah itu dibuahi oleh sperma. Sehingga, kedua
sel telur yang matang tadi akan dibuahi dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan kembar
monozigot berarti satu telur matang yang dibuahi oleh sperma, lalu membelah menjadi dua.
Kondisi bayi kelak akan sangat berpengaruh dari proses pembelahan ini. Ada beberapa
perbedaan antara ibu hamil tunggal dan ibu hamil kembar. Ibu yang mengandung bayi kembar
mempunyai peningkatan risiko prematur (kelahiran pada minggu 37 atau lebih awal), tingkat
mortalitas (derajat kematian) dan morbiditas (derajat penyakit) yang tinggi, kejadian infeksi
saluran kemih, frekuensi keparahan anemia pada ibu, berat bayi rendah pada saat dilahirkan,
hidramnion, preeklampsiaeklamsia, risiko malformasi kongenital, overdistensi dan risiko
perdarahan
b. Manifestasi klinis gemeli .
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat terjadi
persalinan prematurius. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam
rahim. Frekuensi hidramnion pada hamil kembar sekitar 10 kali lebih besar dari kehamilan
tunggal. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemia uteri dapat meningkatkan pre-
eklampsi dan eklampsi. Solusio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena
retraksi otot rahim yang berlebihan. Perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama, karena
keregangan otot rahim yang melampaui batas. Setelah persalinan, terjadi gangguan kontraksi
otot rahim yang menyebabkan atonia uteri menimbulkan perdarahan, retensio plasenta dan
plasenta rest. Dengan janin (bayi) yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas
dan kematian yang tinggi. Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya terasa sesak napas,
sering ingin kencing, edema tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises).
Pathway

Faktor ibu :
primigravida tua atau muda (usia)
kala 1 fase aktif melambat
komplikasi kehamilan
gagal induksi
kehamilan yang disertai penyakit Faktor janin :
-presentasi letak janin sungsang

POST SC + KIFL+ GEMELI

Masa Nifas

insisi

Pertama kali menjadi ibu 2 orang anak


Terdapat
jahitan post

Nyeri Akut

Kurangnya
pengetahuan
mengenai perawatan
bayi dan pemberian
asi

Devisit Pengetahuan
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasanmasuk, keadaan umum, tanda vital dengan
tekanan darah diatas 160/100.
b. Keluhan Utama
Nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, bengkak pada ekstremitas atau
tubuh,sering buang air kecil.
c. Data Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah
dilakukan untuk mengatasi keluhan ini.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat rasa sakit waktu haid
atau tidak.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hiup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nipas normal atau tidak.
3) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh pasien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan antar anggotakeluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan,perepsi keluarga terhadap penyakit
pasien dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Fisik Review Of System:
a. Sistem pulmonary (B1): tidak ada keluhan
b. Sistem kardiovaskuler (B2): nadi pasien tidak teratur, tekanan darah kurang
dari normal
c. Sistem neurologi (B3): nyeri, pusing, peningkatan suhu tubuh
d. Sistem perkehmihan (B4): retensi urine
e. Sistem pencernaan (B5): pasien mengalami mual, muntah, dan juga
konstipasi
f. Sistem muskoluskeletal: merasa lemah
e. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk memantau apakah
mioma tadi bertambah besar atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil
dapat diketahui dan letaknya terhadap cavum uteri juga dapat
ditentukan, apakah suatu miomasubmukosum, intramural, atau
subserosum.
b. Laboraturium dan Pemeriksaan darah lengkap
Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak dapat terjadi
penurunan kadar hemoglobin, albumin turun, lekosit turun/meningkat,
dan eritrosit turun.
3.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan SDKI antara lain :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua b.d P1002 Ab000
3. Devisit Pengetahuan
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Nama Dan
Tanggal
Dx (SLKI) (SIKI) Paraf
27 Juni 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238) β
2023 BAGUS
3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, durasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri (L. 08066) frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
menuntaskan 1 5 3. Berikan teknik non-farmakologis dalam
meredakan nyeri
1 5
1 5 4. Kontrol lingkungan yang memberatkan rasa
nyeri
Keterangan : 5 menurun, 4 cukup menurun,
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
3 sedang, 2 cukup meningkat, 1 meningkat.
Edukasi :
6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
9. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2 Tujuan Edukasi Kesehatan (I.12383) β
22
Setelahdilakukan asuhan BAGUS
januari Observasi
2024 keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
diharapkan tingkat pengetahuan
menerima informasi
meningkat dengan kriteria hasil:
Terapeutik
Tingkat Pengetahuan:
2. Sediakan materi dan media
1. Kemampuan menjelaskan pengetahuan
pendidikan kesehatan
tentang suatu topik meningkat (5)
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat (5)
Edukasi
Perilaku membaik (5)
4. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

6. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk


meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam Observasi β
22 diharapkan peran menjadi orang tua membaik 1. Identifikasi berbagai peran dan periode BAGUS
januari dengan Kriteria Hasil: Peran menjadi orang tua transisi sesuai tingkat perkembangan
2024 (L. 13120) 2. Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
3. Identifikasi adanya peran yang tidak
terpenuhi
Terapeutik
indikator awal Target
1. Fasilitas adaptasi peran keluarga terhadap
Perilaku 1 5 perubahan peran yang tidak diinginkan
positif 2. Fasilitas bermain peran dalam
menjadi mengantisipasi reaksi orang lain terhadap
orang tua perilaku
3. Fasilitasi diskusi perubahan peran anak
Keinginan terhadap bayi baru lahir, Jika perlu
meningkatk 1 5
4. Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua,Jika
an peran perlu Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran
menjadi saat anak meninggalkan rumah Jika, perlu
orang tu 5. Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga
dalam peran timbal-balik
Edukasi
6. Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk
pengembangan peran
Keterangan : 1 = Menurun 2 = Cukup
7. Diskusikan perubahan peran yang diperlukan
menurun, 3 = Sedang, 4 = Cukup meningkat, 5 akibat penyakit atau ketidakmampuan
8. Diskusikan perubahan peran dalam menerima
= Meningkat ketergantungan orang tua
9. Diskusikan strategi positif untuk mengelola
perubahan peran
10. Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh
pasien atau orangtua untuk memenuhi peran
Kolaborasi
Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Ed.1 Cetakan III (Revisi). PPNI: Jakarta
DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan Ed.1 Cetakan II. PPNI: Jakarta
DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan KiteriaHasil
Keperawatan Ed.1 Cetakan II. PPNI: Jakarta
Manuaba, ida bagus, dkk. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :EGC
Nugraheny, esti. 2020. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Saifudin, abdul bari,dkk. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatab Maternal
dan Neonatal. Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saifudin, abdul bari,dkk. 2018. BukuAcuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo
Sulistyawati, dkk. 2020. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
Medika
Sumarah, dkk. 2019. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin).
Yogyakarta : Fitramaya
Wiknjosastro, gulardi,dkk. 2018. Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Esensial,
Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta : JNPK-KR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY M P1002 Ab000 POST
SECTIO CAESAREAHARI KE - 0 DENGAN KALA 1 FASE
LATEN(KIFL) + GEMELI DI RUANG NIFAS RSU. dr.
ABDOER RAHEM SITUBONDO

Bagus Marta Raharja, S.Kep


NIM 232311101123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
JEMBER
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

POSTNATAL

Rumah Sakit : RSUD dr. Abdoer Rahem


Ruangan : Ruang Rengganis (Nifas)
Tgl/Jam MRS : 21 Januari 2024 / 16.54
Dx Medis : P1002 A0 dengan post seksio sesarea hari ke-0 atas indikasi
K1FL+ GEMELI+ Kista ovarium dextra
No Register : 233xxx
Pengkajian oleh : Bagus Marta Raharja
Tgl/Jam Pengkajian : 22 Januari 21.00

I. Biodata
Nama Pasien : Ny. W Nama Suami : Tn. A
Umur : 35 tahun Umur : 31 tahun
Suku/bangsa : Madura Suku/Bangsa : Madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan : Tidak terkaji Penghasilan : >2 jt
Gol. Darah :B Gol. Darah :O
Alamat : kendang Alamat : kendang
kapongan kapongan
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi SC
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien telah dilakukan operasi SC pada tanggal 22 januaari 2024 jam 08.46 WIB.
Bayijenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan berat badan laki-laki 2.620
gram dan Perempuan 2380 gram, panjang badan laki-laki 46 cm lingkar kepala
33cm, lingkar dada 31 cm, Panjang badan Wanita 45 cm lingkar kepala32 cm,
lingkar dada 32 cm, Apgar Score 7-8. Pada tanggal 26 desember 2023 jam 05.00
WIB dilakukan pengkajian ibu mengatakan nyeri dibagian luka bekas jahitan
operasi SC, rasa nyeri terasa panas dan perih terutama ketika berubah posisi, di
bagian abdomen bawah area post operasi, skala nyeri menggunakan NRS yaitu
berada pada skala 5, klien tampak lemas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan memiliki penyakit kista ovarium
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular dan
tidak menular.
5. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan sudah menantikan kehadiran buah hatinya. Klien merasa
bahagia karena anaknya sehat dan tidak dalam kondisi kekurangan. Skor EPDS
berada pada nilai 10, sehingga pasien dikategorikan tidak mengalami depresi post
partum.
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Klien mengatakan belum mengetahui pentingnya bergerak/mobilisasi pasca
operasi SC. Klien juga mengatakan belum mengetahui kapan ia diperbolehkan
untuk makan/minum. Klien mengatakan ingin mengetahui bagaimana
perawatan pasca SC dan antusias untuk menerima informasi tambahan dari
petugas kesehatan.
b. Pola nutrisi & metabolisme
Diet Pattern Saat hamil Saat nifas
Makan Makan 3 kali sehari Pasien masih
dengan berbagai macam puasa dikarenakan
lauk (tidak pilih-pilih masih dalam
makanan) pengaruh anestesi

Minum 7-8 gelas air putih Pasien sudah mulai


minum sedikit-demi
sedikit setelah
dipuasakan (kaki sudah
dapat digerakkan)
c. Pola aktivitas
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0: tergantung total; 1: dibantu petugas dan alat; 2: dibantu petugas/keluarga; 3:
dibantu alat; 4: mandiri
d. Pola eliminasi
Saat pengkajian, pasien BAK dengan menggunakan kateter urin. Pada saat
pengkajian, volume urin sebanyak 600 cc sejak operasi SC. Pasien mengatakan
belum BAB sejak menjalani perawatan di rumah sakit.
e. Pola persepsi sensoris
Fungsi dan keadaan indera klien dalam keadaan baik, klien dapat menyebutkan
anggota keluarganya dengan baik serta menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Serta fungsi kelima panca indera klien dalam kondisi baik.
f. Pola konsep diri
Klien mengatakan sangat senang dan lega karena anaknya dapat lahir dengan
selamat. Klien mengatakan akan senantiasa merawat anaknya dengan
memberikan ASI eksklusif.
g. Pola hubungan dan peran
Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya. Klien
memahami bahwa dirinya masih dalam status nikah siri dengan suaminya,
namun klien mengatakan akan nikah secara sah setelah berdiskusi dengan
keluarga besar. Klien memahami bahwa dirinya saat ini beralih peran menjadi
seorang ibu bagi anak pertamanya.
h. Pola reproduksi dan seksual
Klien mengatakan ingin mengetahui kapan harus melakukan hubungan seksual
pasca SC. Klien tidak memiliki penyakit yang berkaitan dengan sistem
reproduksi.
i. Pola penanggulangan stress/ koping – toleransi stress
Klien mengatakan jika ada masalah, klien bercerita dengan suami dan orang
tuanya terutama mertua.
7. Riwayat Pengakajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Klien mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi
b. Riwayat menstruasi
Menarche : usia 11 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus : 23 hari
HPHT : 09 mei 2023
HPL : 16 februari 2024 Dismenore:
nyeri pramenstruasi -+ 2 hari
Fluor albus : klien mengatakan biasanya mengalami keputihan bening, tidak
berbau pada beberapa hari sebelum haid
c. Riwayat kehamilan terdahulu
Klien mengatakan hamil ini adalah hamil pertamanya.
d. Riwayat kehamilan
sekarang P1002 A000
Gravida Pertama UK 36-37 Minggu
e. Riwayat persalinan lalu
Klien mengatakan hamil ini adalah persalinan pertamanya.
f. Riwayat persalinan sekarang
Kehamilan Persalinan Anak
Usia Penyulit Penolo Cara Penyulit Hidup/ J BBL Usi ASI
Hamil ng menin K a
ggal
Hamil 36-37 Kala 1 dr. SC - Hidup L 2620 0 ASI
ke 1 mingg fase laten Sp.Og dan Gram hari dan
u GEMELI P Dan SUF
2380 OR
8. Pemeriksaan fisik (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
a. Keadaan umum
KU: klien komposmentis, dengan nilai GCS E4V5M6, klien tampak lemas
b. Tanda-tanda vital dan antropometri
Suhu tubuh : 36,5 ºC
Tensi/ Nadi : 110/70 mmHg /
78x/menit RR : 20x/menit
SPO2 : 97%
TB/BB : 155 cm / 65 kg
IMT : Kg/TB(cm)2= 65/2,4 = 27,1 (over weight)

c. Kepala dan
leher Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris kanan dan kiri, persebaran rambut
merata, rambut bewarna hitam, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema di area
kepala Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris kanan/kiri, tidak terlihat pembesaran
kelenjar tiroid
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada daerah leher
d. Thorax/ Dada
Paru-paru
Inspeksi : klien tidak memakai alat bantu napas, terlihat pengembangan
dada simetris kanan dan kiri, RR= 20 x/menit
Palpasi : fremitus raba dada kanan sama dengan dada
kiri Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara napas tambahan.
Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris dan tidak ada
jejas Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung regular
e. Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada payudara, tidak ada benjolan
f. Abdomen
Inspeksi : terdapat balutan bekas jahitan ±13 cm tertutup dengan plester
anti air (opsite), linea nigra sepanjang abdomen Auskultasi : peristaltik
usus terdengar 15 x/menit
Perkusi : suara abdomen timpani
Palpasi : tidak teraba nyeri tekan, TFU 2 jari dibawah pusar, kontraksi
uterus baik (keras dan bulat)
g. Genetalia dan anus
- Tidak terdapat tanda infeksi pada anus
- Tidak ada hemoroid
h. Punggung
Inspeksi : bentuk punggung baik tidak terdapat kelainan seperti
lordosis, skoliosis maupun kifosis, tidak terdapat jejas dan bekas luka
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada punggung dan tidak terdapat
masa
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak ada bengkak, terdapat infuse RL disebelah tangan
kanan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi : kaki tidak odem, klien mampu menggerakkan kaki namun
masih lemas, tidak adavarises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5 5
4 4

j. Integument
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terdapat kemerahan pada
daerah kulit, kuku bersih dan tidak panjang, kuku bewarna pink
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, CRT <2 detik, kulit teraba sedikit
hangat
k. Pemeriksaan laboratorium 25/12/2023
Komponen Pre-Op Hasil Nilai Normal
25-6-2023
(07.55 WIB)
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin 7.90 g/dL L 11,4-17,57 g/dL
Lekosit 24.31/uL H 4,30-11,30 10^3/uL
Eritrosit 2.72 10^6/Ul N 4,00-5,50 10^6/uL
Hematokrit 22.9 % L 38,0-47,0 %
Trombosit 393 10^3/Ul N 142-424 10^3/uL
HITUNG JENIS
Basofil 0.2 % N 0-4 %
Limfosit 6.4 % L 25-33 %
Monosit 2.2 % N 2-5 %
Eosinofil 0.0 % N 0-4 %
Neutrofil 91.2 % H 51,0-67,0 %
KOAGULASI
PT 10.30 detik N 9,3-11,4 detik
APPT 30.50 detik N 24,5-32,8 detik
PEMERIKSAAN GULA DARAH
Glukosa sewaktu 123 mg/Dl N <200 mg/dL
L. Terapi
Anestesi:

- Infuse Futrolit 20 Tpm lanjut maintenance aserin 1000 cc/ 24 jam


- Ketorolac 3 x 30 mg
- Injeksi lansoprazole 3x3 mg
- Ondansentron 3 x 4 mg
- Gabaxa 1x1
- Peinlos 3x800 diencerkan dalam pz 100cc habis dalam 30 menit
P.O Parcedox 3x1
TERAPI DPJP
Inf hydromel + oksitosin drip 20 iu 28 tpm
Inj kalnex 3x500mg
Inj Ranitidine 2x50 mg
Laven 3x1 50mg (oral)

Transfuse 2 kolf

Situbondo .22 Januari 2024


Pengambil Data

β
Bagus Marta Raharja
ANALISA DATA
Tanggal No. Data Fokus Problem Etiologi Nama dan
TTD
22/01/24 1 DS: Nyeri Post Operasi β
- Klien mengatakan akut Caesar bagus
masih terasa (D.0077)
nyeri pada area Diskontinuitas/ luka
bekas operasi pada kulit dan
DO: adanya jahitan pada
- Klien tampak meringis abdomen
- Klien menghindari
nyeri ketika Mengeluarkan
perawat akan histamin, bradikinin,
menyentuhnya prostaglandin
- Pengkajian nyeri
P: nyeri luka Reseptor nyeri
insisi postoperasi
SC Nyeri pada area
Q: rasa nyeri pembedahan
panas dan perih
R: rasa nyeri dibagian Nyeri akut
yang dioperasi
(abdomen bawah) dan
menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 5
T: muncul saat
berubah posisi
22/01/24 2 DS: Gangguan Post Operasi Caesar β
- Klien mengatakan mobilitas bagus
terasa nyeri saat fisik Diskontinuitas/ luka
bergerak (D.0054) pada kulit dan
adanya jahitan pada
DO: abdomen
- Kekuatan otot
ekstremitas bawah 4 Timbul rasa nyeri
yakni dapat melawan
gravitasi dengan Ibu enggan
tahanan lemah bergerak, tahanan
- Gerak klien terbatas otot masih lemah,
- Klien masih gerak klien
tampak lemah terbatas, mengeluh
pusing sedikit
setelah bergerak
Gangguan mobilitas
fisik

22/01/24 3 DS: Kesiapan Operasi Caesar β


- Pasien mengatakan peningka bagus
ingin mengetahui tan Diskontinuitas/ luka
bagaimana perawatan pengetah pada kulit dan
luka post operasi SC uan adanya jahitan pada
- Pasien mengatakan (D.0113) abdomen
ingin mengetahui
nutrisi yang Proses
disarankan untuk penyembuhan luka
mempercepat
kesembuhan luka Perlunya
- Pasien mengatakan pengetahuan
ingin mengetahui tentang
apa saja yang harus perawatan luka
pasca operasi
dilakukan agar luka SC
cepat sembuh
DO: Kesiapan
- Pasien tampak antusias peningkatan
untuk mendapatkan nutrisi
pengetahuan terkait
perawatan pasca
operasi SC

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA


KEPERAWATAN (SDKI)
Tanggal muncul No. Dx Diagnosa Keperawatan Nama
Terang
dan TTD
22/01/24 1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik yakni pasca β
operasi Caesar d.d klien mengeluh nyeri, klien tampak bagus
meringis, skala nyeri 4 yakni sedang, nyeri di abdomen
kuadran 3 dan 4 dibawah umbilicus. (D. 0077)
22/01/24 2 Kesiapan peningkatan menjadi orang tua b.d. β
perilaku upaya peningkatan kesehatan d.d. pasien baru bagus
pertamakali memiliki anak hal 270 (0122)

22/01/24 3 Devisit pengetahuan b.d kurangnya paparan β


informasi d.d pasien menanyakan mengenai bagus
menyusui, nutrisi post op dan perawatan pasca
operasi SC (D.0111)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tangg No. Tujuan dan Kriteria Hasil Planning Relasional Nama
al Dx Terang
danTTD
22/01/2 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1. Untuk Β
4 keperawatan selama 3 x 24 jam (I.08238) mengetahui skala, bagus
diharapkan tingkat nyeri Observasi frekuensi nyeri
menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi skala nyeri,lokasi 2. Untuk mengetahui
Tingkat nyeri (L.08066) nyeri, frekuensi nyeri respon non verbal
2. Identifikasi respon non klien
verbal pada klien 3. Untuk membantu
Terapeutik menurunkan
Indikator Skor Skor 3. Berikan terapi non nyeri tanpa obat
saat target farmakologis yakni relaksasi 4. Untuk
ini otot progresif membiasakan
Keluhan 3 4 4. Jelaskan strategi relaksasi ketika di
nyeri meredakan rumah untuk
Meringis 3 4 nyeri menurunkan nyeri
Kolaborasi 5. Untuk membantu
Bersikap 4 4 5. Kolaborasi pemberian menurunkan
protektif analgetik nyeri dengan obat
22/01/2 2 Setelah dilakukan intervensi Promosi Pengasuhan (I.13495) 1. Mengajarkan dan Β
4 Observasi mengobservasi bagus
selama 2 x 24 jam diharapkan
1. Monitor status kesehatan ibu dan bayi
peran menjadi orang tua anak dan status imunisasi sesuai dengan
anak kebutuhan sesuai
membaik dengan Kriteria Hasil:
Terapeutik tahap usia bayi
Peran menjadi orang tua (L. 2. Ibu dapt memberikan
2. Dukung ibu menerima dan
perawatan mandiri
13120) melakukan perawatan pre npada buah hatinya
natal secara teratur dan dengan baik dan
Indikator Awal Targ sedini mungkin benar
3. Fasilitasi orang tua dalam
Perilaku
3 4 memiliki harapan yang
positif realistis sesuai tingkat
kemampuan dan
menjadi
perkembangan anak
orang tua 4. Fasilitasi orang tua dalam
Keinginan menerima transisi peran
3 4 5. Berikan bimbingan
meningkatk antisipasi yang diperlukan
an peran sesuai dengan tahapan usia
perkembangan anak
menjadi 6. Fasilitasi orang tua dalam
orang tu mengidentifikasi
temperamen unik bayi
7. Tingkatkan interaksi orang
tua-anak dan berikan
contoh
8. Fasilitasi orang tua dalam
mengembangkan dan
memelihara sistem
dukungan sosial
9. Fasilitasi
penggunaan
kontrasepsi
Edukasi
Ajarkan orang tua untuk
menanggapi isyarat bayi
22/01/24 3 Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan 1. Untuk mengetahui β
tindakankeperawatan (I. 12383) kesiapan ibu bagus
selama 3 x 24 jamdiharapkan Observasi menerima
tingkat 1. Identifikasi indormasi
pengetahuan kesiapan dan 2. Agar informasi
meningkat dengan kriteria hasil: kemampuan dapat diterima
Tingkat Pengetahuan (L.12111) menerima informasi dengan baik
Indikator Skor Skor 2. Identifikasi faktor-faktor oleh pasien
saat targe yang dapat meningkatkan 3. Agar edukasi
ini t dan menurunkan motivasi dapat berjalan
Perilaku sesuai 3 5 Terapeutik dengan lancar
anjuran 3. Jadwalkan 4. Untuk menjelaskan
Perilaku sesuai 3 5 pendidikan kesehatan kepada pasien
dengan sesuai kesepakatan informasi yang
pengetahuan 4. Berikan kesempatan dibutuhkan
Verbalisasi 3 5 untuk bertanya 5. Untuk memotivasi
minat dalam Edukasi perilaku ibu
belajar 5. Anjurkan mencukupi tentang pemenuhan
asupan nutrisi nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan 6. Untuk memotivasi
asupan cairan ibu untuk
7. Anjurkan mobilisasi
memenuhi asupan
pasca operasi SC
cairan pasca
operasi SC
7. Untuk memotivasi
ibu melakukan
pergerakan dan
mempercepat
penyembuhan luka
TINDAKAN KEPERAWATAN

No Tgl Jam No Dx Implementasi Paraf dan


Kep Nama
1. 22/01/24 1 Manajemen Nyeri (I.08238) Β
05.00 WIB 1. Memantau skala nyeri pada klien bagus
Respon: Klien mengatakan nyeri masih terasa dengan pengkajian nyeri
P: nyeri bekas luka operasi SC
Q: rasa nyeri panas dan perih
R: rasa nyeri dibagian yang dioperasi dan menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 5
T: muncul saat berubah posisi
2. Memantau respon verbal pada klien ketika
nyeri Respon: klien tampak meringis
3. Memberikan terapi non farmakologis yakni tarik napas
dalam Respon: klien mengikuti arahan dengan baik
4. Memberikan informasi bagaimana cara meredakan nyeri dengan terapi
non farmakologis
Respon: klien mendengarkan arahan perawat dan antusias dengan
memberikan pertanyaan kapan harus dilakukan terapi
5. Memberikan pereda nyeri yakni ketorolac 3 x 3g
(p s m) dan obat oral lafen
Respon: tidak ada reaksi alergi
2. 22/01/2405.40 2 1. Memonitor status kesehatan anak dan status imunisasi anak Β
WIB R/H: Status kesehatan anak baik dengan anak telah melakukan imunisasi HB-0 bagus
2. Mendukung ibu menerima dan melakukan perawatan pre natal secara
teratur dan sedini mungkin
R/H: Ibu melakukan perawatan pre natal seara teratur dan sedini mungkin
3. Memfasilitasi orang tua dalam memiliki harapan yang realistis sesuai
tingkat kemampuan dan perkembangan anak
R/H: ibu mau berupaya menyusui anaknya
4. Memfasilitasi orang tua dalam menerima transisi
peran R/H: Pasien paham mengenai perubahan statusnya
3 22/01/24 3 Edukasi Kesehatan (I. 12383) Β
06.00 WIB 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima bagus
informasi Respon: Pasien mengatakan siap untuk
diedukasi
2. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga terkait tanda
gejala infeksi dan nutrisi post op
Respon: klien memperhatikan dan memahami penjelasan tenaga
kesehatan
3. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pentingnya cuci tangan 6
langkah
Respon: klien mengikuti perawat dalam cuci tangan 6 langkah
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Respon: Pasien mengatakan sudah memahami penjelasan tenaga kesehatan
4. 22/01/2414.30 1 Manajemen Nyeri (I.08238) Β
WIB 1. Memantau skala nyeri pada klien bagus
Respon: Klien mengatakan nyeri masih terasa dengan pengkajian nyeri
P: nyeri bekas luka operasi SC
Q: rasa nyeri panas dan perih
R: rasa nyeri dibagian yang dioperasi dan menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 4
T: muncul ketika bergerak
2. Memantau respon verbal pada klien ketika nyeri
Respon: klien tampak meringis
3. Memberikan terapi non farmakologis yakni teknik napas
dalam Respon: klien mengikuti arahan dengan baik
4. Memberikan pereda nyeri yakni ketorolac 3 x 3g
(p s m) dan obat oral lafen
Respon: tidak ada reaksi alergi
5. 22/01/24 3 Edukasi Kesehatan (I. 12383) Β
15.00 WIB 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima bagus
informasi Respon: Pasien mengatakan siap untuk
diedukasi
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga terkait nutrisi dan
asupan cairan yang baik bagi ibu pasca operasi SC
Respon: klien memperhatikan dan tampak mengangguk
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pentingnya ASI pada bayi
Respon: Pasien memahami penjelasan tenaga kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Respon: Pasien dna keluarga bertanya apakah ikan laut lebih baik
kandungannya daripada telur, pasien mengatakan apakah bayinya boleh
diminumkan susu formula
7. 22/01/24 1 Manajemen Nyeri (I.08238)
21.00 WIB 1. Memantau skala nyeri pada klien
Respon: Klien mengatakan nyeri masih terasa dengan pengkajian nyeri
P: nyeri bekas luka operasi SC
Q: rasa nyeri panas dan perih
Bagus
R: rasa nyeri dibagian yang dioperasi dan menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 2
T: muncul perlahan
2. Memantau respon verbal pada klien ketika
nyeri Respon: klien sudah tidak meringis
3. Memberikan terapi non farmakologis yakni teknik napas
dalam Respon: klien mengikuti arahan dengan baik
4. Memberikan informasi bagaimana cara meredakan nyeri dengan terapi
non farmakologis
Respon: klien mendengarkan arahan perawat dan antusias
dengan memberikan pertanyaan kapan harus dilakukan terapi
5. Memberikan pereda nyeri yakni painloss 3 x 800
mg Respon: tidak ada reaksi alergi
8 22/01/24 3 Edukasi Kesehatan (I. 12383)
05.00 WIB 1. Memberikan informasi kepada klien bagaimana menjaga kebersihan
diri
Respon: klien memperhatikan dan memahami penjelasan tenaga
kesehatan Bagus
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga kapan untuk kontrol luka
pasca operasi SC berikutnya
Respon: klien mengikuti perawat dalam cuci tangan 6 langkah
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Jam No Evaluasi Nama/


Dx TTD
Mawa
22/01/24 06.00 1 S:
2023 WIB - Klien mengatakan terasa nyeri di bekas
jahitan operasi
O:
- Klien tampak meringis
- SPO2: 97% Bagus
- Suhu : 36,5 ºC
- Pengkajian nyeri
P: nyeri bekas luka jahitan SC
Q: rasa nyeri panas dan perih
R: rasa nyeri dibagian yang dioperasi dan
menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 5
T: muncul ketika berubah posisi

A:
Indikator Skor Skor
saat ini target
Keluhan 2 4
Nyeri
Meringis 2 4
Bersikap 2 4

Masalah nyeri akut belum teratasi


P:
Lanjutkan manajemen nyeri dengan terapi non
farmakologis yakni teknik napas dalam dan
terapi kolaborasi farmakologi
06.00 3 S:
WIB - Klien mengatakan memahami penjelasan
tenaga kesehatan terkait tanda dan gejala
infeksi
- Klien dan keluarga mengatakan
Bagus
memahami penjelasan tenaga kesehatan
terkait pentingnya cuci tangan
O:
- Klien tampak antusias dan memperhatikan
A:
Indikator Skor Skor
saat targe
ini t
Perilaku sesuai 3 5
anjuran
Perilaku sesuai 3 5
dengan
pengetahuan
Verbalisasi 3 5
minat dalam
belajar

Masalah kesiapan peningkatan pengetahuan


belum teratasi
P:
Lanjutkan KIE tentang pentingnya ASI bagi
bayi baru lahir, KIE tentang kebutuhan nutrisi
dan asupan cairan pada ibu pasca operasi SC
22/01/24 19.00 1 S: Β
WIB - Klien mengatakan nyeri masih terasa pada bagus
bekas jahitan operasi
O:
- Klien masih tampak meringis
- Pengkajian nyeri
P: nyeri bekas luka operasi SC
Q: rasa nyeri panas dan perih
R: rasa nyeri dibagian yang dioperasi dan
menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 4
T: muncul ketika bergerak
A:
Indikator Skor Skor
saat ini target
Keluhan 3 4
nyeri
Meringis 3 4
Bersikap 4 4
protektif
Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P:
Lanjutkan manajemen nyeri dengan terapi non
farmakologis yakni teknik napas dalam dan
terapi kolaboratif farmakologi yaitu
ketorolac 3 x 3g (p s m) dan obat oral lafen
19.00 2 S:
WIB - Klien mengatakan bahwa dirinya
sudah siap menjadi ibu dan paham
akan
Bagus
perubahan statusnya
O:
- Pasien mau berusaha memberikan asi
kepada anaknya
- Pasien selalu bertanya mengenai imunisasi
anaknya

A:

Indikator Skor Skor


saat ini target
Perilaku positif 4 4
menjadi orang
tua
Keinginan 4 4
meningkatkan
peran menjadi
orang tu
Masalah kesiapan menjadi orang tua teratasi
P:
Hentikan intervensi
19.00 3 S:
WIB - Klien mengatakan memahami penjelasan
pentingya ASI bagi bayi baru lahir

Bagus
- Klien dan keluarga mengatakan memahami
penjelasan tenaga kesehatan terkait
pentingnya pemenuhan nutrisi dan asupan
cairan pada ibu pasca operasi SC
O:
- Klien tampak antusias dan memperhatikan
- Klien aktif bertanya
A:
Indikator Skor Skor
saat targe
ini t
Perilaku sesuai 4 5
anjuran
Perilaku sesuai 4 5
dengan
pengetahuan
Verbalisasi 4 5
minat dalam
belajar
Masalah kesiapan peningkatan pengetahuan
belum teratasi
P:
Lanjutkan KIE tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri dan bayi agar terhindar dari
risiko infeksi
22/01/24 05.00 1 S:
WIB - Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien mengatakan ketika dibuat bergerak,

Bagus
jalan ke toilet tidak nyeri
O:
- Klien sudah tidak meringis
- Tekanan darah:120/80
- Nadi:
- Pengkajian nyeri
P: nyeri luka bekas operasi
SC Q: rasa nyeri panas
R: rasa nyeri dibagian yang dioperasi
dan menyebar disekitarnya
S: skala nyeri 2
T: terkadang muncul <5 kali
A:
Indikator Skor Skor
saat ini target
Keluhan 4 4
nyeri
Meringis 4 4
Bersikap 4 4
protektif
Masalah nyeri akut teratasi
P:
Discharge planning
Anjurkan tetap melakukan manajemen nyeri
dengan terapi non farmakologis yakni teknik
napas dalam ketika ibu merasa nyeri
23 januari 05.00 3 S:
2024 WIB - Klien mengatakan memahami penjelasan
pentingya perawatan kebersihan diri

Bagus
- Klien dan keluarga mengatakan memahami
penjelasan tenaga kesehatan terkait waktu
kontrol untuk perawatan bekas luka SC
O:
- Klien tampak antusias dan memperhatikan
- Klien aktif bertanya
A:
Indikator Skor Skor
saat targe
ini t
Perilaku sesuai 5 5
anjuran
Perilaku sesuai 5 5
dengan
pengetahuan
Verbalisasi 5 5
minat dalam
belajar
Masalah kesiapan peningkatan pengetahuan
teratasi
P:
Discharge planning:
1. KIE perawatan luka post operasi
2. KIE nutrisi makanan tinggi protein pada
ibu post operasi SC
3. KIE pemberian ASI ekslusif pada bayi
4. KIE minum obat secara teratur
5. KIE kontrol perawatan luka kembali
EVALUASI KEPERAWATAN SOAP PADA BAYI NY.W

Tanggal Jam Evaluasi Nama &


Paraf
22/01/24 22.00 (Bayi laki-laki)
S/O:
WIB
B1: Breathing
Nafas tanpa bantuan alat pernapasan Bagus
RR: 45 x/menit
SpO2: 97%
B2: Blood
Akral teraba hangat
Nadi: 144 x/menit
Suhu: 36,1℃
B3: Brain
Menangis kuat, kesadaran
composmentis, tidak ada riwayat
kejang B4: Bladder
BAK (+)
B5: Bowel
BAB (+),minum per oral dengan ASI
B6: Bone
Gerak aktif

A:

1. Hipotermia
P:
1. Observasi TTV
2. Termoregulasi t erjaga
3. Berikan bayi pakaian hangat,
bedong bayi, letakkan bayi dalam
infarm warmer dengan suhu
disesuaikan dengan kebutuhan bayi
22/01/24 22.00 (Bayi perempuan)
S/O:
WIB
B1: Breathing
Nafas tanpa bantuan alat pernapasan
RR: 42 x/menit
SpO2: 98%
B2: Blood
Akral teraba hangat
Nadi: 136 x/menit
Suhu: 36,4℃
B3: Brain
Menangis kuat, kesadaran
composmentis, tidak ada riwayat
kejang B4: Bladder
BAK (+)
B5: Bowel
BAB (+),minum per oral dengan ASI
B6: Bone
Gerak aktif

A:

1. Hipotermia
P:
1. Observasi TTV
2. Termoregulasi t erjaga
3. Berikan bayi pakaian hangat,
bedong bayi, letakkan bayi dalam
infarm warmer dengan suhu
disesuaikan dengan kebutuhan bayi
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pojka SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pojka SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pojka SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
DALAM 7 HARI TERAKHIR

Nama Ibu : Ny.M

Berikut adalah pertanyaan yang diajukan kepada ibu postpartum dalam EPDS :
1. Saya mampu tertawa dan merasakan hal hal yang menyenangkan
a. Sebanyak yang saya bisa
b. Tidak terlalu banyak
c. Tidak banyak
d. Tidak sama sekali
2. Saya melihat segala sesuatu nya kedepan sangat menyenangkan
a. Sebanyak sebelumnya
b. Agak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnya
c. Kurang dibandingkan sebelumnya
d. Tidak sama sekali
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagai mana mestinya
a. Ya, setiap saat
b. Ya, kadang kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
4. Saya merasa cemas atau merasa hawatir tanpa alasan yang jelas
a. Tidak pernah sama sekali
b. Jarang jarang
c. Ya, kadang kadang
d. Ya, sering sekali
5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas
a. Ya, cukup sering
b. Ya, kadang kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
6. Segala ssuatunya terasa sulit untuk dikerjakan
a. Ya, hampir setiap saat saya tidak mampu menanganinya
b. Ya, kadang kadang saya tidak mampu menangani seperti biasanya
c. Tidak terlalu, sebagian besar berhasil saya tangani
d. Tidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik
7. Saya merasa tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan untuk tidur
a. Ya, setiap saat
b. Ya, kadang kadang
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
8. Saya merasa sedih dan merasa diri saya menyedihkan
a. Ya, setiap saat
b. Ya, cukup sering
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah sama sekali
9. Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebabkan saya menangis
a. Ya, setiap saat
b. Ya, cukup sering
c. Disaat tertentu saja
d. Tidak pernah sama sekali
10. Muncul pikiran untuk menyakiti diri saya sendiri
a. Ya, cukup sering
b. Kadang kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah sama sekali

INTERPRETASI : Score (2) tidak ada depresi post partum pada pasien atau ibu

Anda mungkin juga menyukai