Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA


BANGSAL MERPATI RSUD SIMO

Disusun oleh:
Imam Agel Setiyawan
P27220020203

PROGRAM STUDI SARJAN TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
Konsep Teori

A. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sedangkan
menurut (Gulardi & Wiknjosastro, 2006) Sectio caesarea adalah tindakan untuk
melahirkan janin dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh, dan menurut (Mansjoer,2002) Sectio caesarea ialah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding Rahim.
Menurut World Health Organization (WHO) angka persalinan dengan sectio
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1.000 kelahiran di dunia.
Peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh negara terjadi semenjak
tahun 2007-2008 yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh Asia. Standar sectio caesarea
di rumah sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih
dari 30% (WHO, 2015).

B. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalau oleh janin ketika akan lahir secara normal. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti sungsang
dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali
pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta previa, solutio
plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple pregnancy).

C. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :
1. Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-kira sepanjang 10
cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan
vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian
bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan
dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke
otot-otot bawah rahim.
3. Caesarea Histerektomi Sectio
Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin dilahirkan
dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang
pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas
bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan
fascia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk
memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara
ekstraperitoneum.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4
bagian yaitu :
- Pusing
- Mual muntah
- Nyeri sekitar luka operasi
- Peristaltic usus menurun

E. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi
belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
F. Pathway

MK : Resiko infeksi

G. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantaun EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematrokrit
f. Golongan Darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan

H. Penatalaksanaan
Menurut (Hartanti, 2014), ibu post sectio caesarea perlu mendapatkan perawatan
sebagai berikut :
- Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan dilakukan
palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan kuat.
Selain itu, pemberian cairan intravena juga dibutuhkan karena 6 jam pertama
penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan intravena harus cukup
banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Wanita dengan berat badan rata-rata
dengan hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan volume darah serta
cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat mentoleransi kehilangan darah
sampai 2.000 ml.
- Ruang Perawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status fundus uteri.
2) Pemberian obat-obatan
Analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk menghilangkan
nyeri seperti, Tramadol, Antrain, Ketorolak. Pemberian antibiotik seperti
Ceftriaxone, Cefotaxime, dan sebagainya.
3) Terapi Cairan dan Diet
Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter cairan
memadai untuk 24 jam pertama setelah dilakukan tindakan, namun apabila
pengeluaran urine turun, dibawah 30 ml/jam, wanita tersebut harus segera dinilai
kembali. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 1%, garam fisiologi dan RL
sevara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadarHb
rendah dapat diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. Pemberian cairan
infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu dianjurkan untuk
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah
yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi, berupa air putih.
4) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus.
Kateter umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi atau
keesokan paginya setelah pembedahan dan pemberian makanan padat bisa
diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada komplikasi.
5) Ambulasi
Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah baring dan hanya
bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki. Setelah 6 jam pertama dapat dilakukan miring kanan dan kiri.
Latihan pernafasan dapat dilakukan sedini mungkin setelah ibu sadar sambil
tidur telentang. Hari kedua post operasi, pasien dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. Pasien dapat
diposisikan setengah duduk atau semi fowler. Selanjutnya pasien dianjurkan
untuk belajar dudukselama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
6) Perawatan Luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila balutan basah dan
berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan luka juga harus rutin
dilakukan dengan menggunakan prinsip steril untuk mencegah luka terinfeksi.
7) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan setiap pagi hari setelah pembedahan, untuk
mengukur Hematokrit apabila terdapat kehilangan darah yang banyak pada saat
pembedahan atau terjadi oliguria atau tanda-tanda lain yang mengisyaratkan
hipovolemia.
8) Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea.

I. Komplikasi
Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) komplikasi Sectio Caesarea adalah
sebagai berikut :
- Infeksi Peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
- Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang
arteri ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea dua
kali dipat dibanding lewat persalinan normal.
- Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme paru.
- Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea
Klasik. Persalinan Sectio Caesarea juga dapat menimbulkan masalah
keperawatan pada ibu diantaranya nyeri bekas luka operasi, kelemahan,
kerusakan integritas kulit, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, gangguan
pola tidur.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Pada uumumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri
pada daerah luka bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien
bergerak.
3) Riwayat kesehatan Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan
keluarga. Dalam mengkaji riwayat kesehatan dahulu hal yang perlu dikaji
adalah penyakit yang pernah diderita pasien khususnya penyakit kronis,
menular, dan menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC,
hepatitis dan penyakit kelamin.Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang
pengkajian data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya
operasi sectio caesarea seperti kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak
lintang), faktor plasenta (plasenta previa, solution plasenta, plasenta accrete,
vasa previa), kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi
kembar (multiple pregnancy), pre eklampsia, dan ketuban pecah dini yang
nantinya akan membantu membuat rencana tindakan terhadap pasien. Riwayat
kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah keluarga pasien memiliki
riwayat penyakit kronis, menular, dan menahun seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin yang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia dan giant baby, seperti
diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa keturunan.
4) Riwayat perkawinan Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah
menikah sejak usia berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status
pernikahan saat ini.
5) Riwayat obsterti Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan,
dimana ibu bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan
keadaan nifas yang lalu.
6) Riwayat persalinan sekarang Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan,
lama persalinan, jenis kelamin anak, keadaan anak.
7) Riwayat KB Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien
pernah ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan
maalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan
menggunakan alat kontrasepsi apa.
8) Pola-pola fungsi kesehatan
Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi antara pasien dan
lingkungan kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku membantu perawat
untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilah-milah data.
Pengkajian pola fungsi kesehatan terdiri dari pola nutrisi dan metabolisme
biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena adanya kebutuhan untuk
menyusui bayinya. Pola aktifitas biasanya pada pasien post sectio caesarea
mobilisasi dilakuakn secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri pada 6-8
jam pertama, kemudian latihan duduk dan latihan berjalan. Pada hari ketiga
optimalnya pasien sudah dapat dipulangkan. Pra eliminasi biasanya terjadi
konstipasi karena pasien post sectio caesarea takut untuk melakukan BAB.
Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi perubahan yang disebabkan oleh
kehadiran sang bayi dan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka pembedahan.
Pola reproduksi biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh
proses persalinan dan masa nifas.
9). Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung
kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari
suatu penyakit. (Dermawan,2012).
- Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada
lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma
gravidarum pada ibu post partum.
- Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan
mata,kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada
ibu post sectio caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis
diakibatkan oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan yang
mengalami perdarahan.
- Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret,
sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip
dan purulent.
- Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang
telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran.
- Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan
vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran
kelenjar tiroid yang disebabkan proses meneran yang salah.
- Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan
gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.
- Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan otot
bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus), perkusi
(melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula
kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara
nafas, suara tambahan).
- Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI
meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua
puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit. Pada pemeriksaan jantung
meliputi inspeksi dan palpasi (amati ada atau tidak pulsasi, amati
peningkatan kerja jantung atau pembesaran, amati ictus kordis), perkusi
(menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuranjantung),
auskultasi (bunyi jantung).
- Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat luka bekas operasi
apakah ada tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat
striae dan linea), auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali permenit),
palpasi (kontraksi uterus baik atau tidak).
- Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada
hematoma, oedema,tanda-tanda infeksi,periksa lokhea meliputi warna,
jumlah, dan konsistensinya).
- Pada pemeriksaan kandung kemih diperiksa apakah kandung kemih ibu
penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak
mampu lakukan kateterisasi.
- Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak. Pada
pemeriksaan integument meliputi warna, turgor, kerataan warna,
kelembaban, temperatur kulit, tekstur, hiperpigmentasi.
- Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada atau tidaknya varises dan
oedema.
- Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi klien,
proses berpikir, kemauan atau motivasi serta persepsi klien.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
c. Konstipasi b.d penurunan tonus otot
d. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan reflek oksitosin
e. Resiko infeksi b.d adanya luka insisi

C. Perencanaan Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
selama 3x8 jam diharapkan Observasi
Nyeri akut teratasi dengan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
1. Kemampuan menuntaskan intensitas nyeri
aktivitas menurun - Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan
4. Sikap protektif menurun keyakinan tentang nyeri
5. Gelisah menurun - Identifikasi pengaruh budaya
6. Kesulitan tidur menurun terhadap respon nyeri
7. Menarik diri menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada
8. Berfokus pada diri sendiri kualitas hidup
menurun - Monitor keberhasilan terapi
9. Diaforesis menurun komplementer yang sudah
10. Perasaan depresi (tertekan) diberikan
menurun - Identifikasikan faktor yang
11. Perasaan takut mengalami memperberat dan memperingan
cedera berulang menurun nyeri
12. Anoreksia menurun
13. Perineum terasa tertekan Teraupeutik
menurun - Berikan teknik nonfarmakologis
14. Uterus teraba tertekan untuk menuran nyeri (mis. TENS,
menurun hipnosis, akupresur, terapi musik,
15. Ketegangan otot menurun biofeedback, terapi pijat, aroma
16. Pupil dilatasi menurun terapi, teknik imajinasi terbimbing,
17. Muntah menurun kompres hangat/dingin, terapi
18. Mual menurun bermain)
19. Frekuensi nadi membaik - Kontrol lingkungan yang
20. Pola napas membaik mempercepat rasa nyeri (mis.suhu
21. Tekanan darah membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
22. Proses berfikir membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
23. Fokus membaik - Pertimbangkan jenis dan sumber
24. Fungsi berkemih membaik nyeri dalam pemilihan strategi
25. Perilaku membaik meredakan nyeri
26. Nafsu makan membaik
27. Pola tidur membaik Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
Jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
selama 3x8 jam diharapkan Observasi
Gangguan mobilitas fisik - Identifikasi adanya nyeri atau
teratasi dengan kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
1. Pergerakan ekstremitas - Identifikasi toleransi fisik
meningkat melakukan pergerakan
2. Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung dan
3. Rentang gerak (ROM) tekanan darah sebelum memulai
4. Nyeri menurun mobilisasi
5. Kecemasan menurun - Monitor kondisi umum selama
6. Kaku sendi menurun melakukan mobilisasi
7. Gerakan tidak terkoordinasi
menurun Teraupeutik
8. Gerakan terbatas menurun - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
9. Kelemahan fisik menurun dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Fekal
keperawatan 3x8 jam Observasi
diharapkan konstipasi dapat - Identifikasi masalah usus dan
diatasi dengan Kriteria penggunaan obat pencahar
Hasil : - Identifikasi pengobatan yang
1. Kontrol pengeluaran feses berefek pada kondisi
meningkat gastrointestinal
2. Keluhan defekasi lama dan - Monitor buang air besar (mis.
sulit warna, konsistensi, volume)
menurun - Monitor tanda dan gejala diare,
3. Mengejan saat defekasi konstipasi, atau impaksi
menurun
4. Distensi abdomen menurun Terapeutik
5. Teraba massa pada rektal - Berikan air hangat setelah makan
menurun - Jadwalkan waktu defekasi bersama
6. Urgency menurun pasien
7. Nyeri abdomen menurun - Sediakan makanan tinggi serat
8. Kram abdomen menurun Edukasi
9. Konsistensi feses membaik - Jelaskan jenis makanan yang
10. Frekuensi defekasi membantu meningkatkan
11. Peristaltik usus membaik keteraturan peristaltik usus
- Anjurkan mencatat warna,
frekuensi, konsistensi, volume
feses
- Anjurkan meningkatkan aktifitas
fisik, sesuai toleransi
- Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
yang mengandung serat
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika tidak terkontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu

Manajemen Konstipasi
Observasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus,
karakteristik feses (konsistensi,
bentuk, volume dan warna)
- Identifikasi faktor risiko konstipasi
(mis. obat-obatan, tirah baring, dan
diet rendah serat)
- Monitor tanda dan gejala ruptur
usus dan/atau periotinitis

Terapeutik
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen, jika
perlu
- Lakukan evaluasi feses secara
manual, jika perlu

Edukasi
- Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada kontraindikasi
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi
- Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan / peningkatan
frekuensi suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu.
4 Setelah dilakukan tindakan Edukasi Menyusui
keperawatan selama 3x8 jam Observasi
diharapkan menyusui efektif - Identifikasi kesiapan dan
dengan kriteria hasil : kemampuan menerima informasi.
1. Perlekatan bayi pada - Identifikasi tujuan atau keinginan
payudara ibu meningkat menyusui.
2. Tetesan/pancaran ASI Terapeutik
meningkat - Dukung ibu meningkatkan
3. Suplai ASI adekuat kepercayaan diri dalam menyusui.
4. Kelelahan maternal - Libatkan sistem pendukung :
menurun suami, keluarga, tenaga kesehatan,
5. Kecemasan maternal dan masyarakat.
menurun Edukasi
6. Bayi tidak rewel - Jelaskan manfaat menyusui bagi
ibu.
- Ajarkan posisi menyusui dan
perlekatan dengan benar.
Konseling Nutrisi
- Identifikasi kebiasaan makanan dan
perilaku makan yang akan diubah.
- Gunakan standar nutrisi sesuai
program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan.

- Kolaborasi pada ahli gizi,jika


perlu
5 Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka
selama 3x8 jam diharapkan Observasi
Resiko infeksi teratasi dengan - Monitor karakteristik luka (mis.
kriteria hasil: drainase, warna, ukuran, bau)
1. Kebersihan tangan - Monitor tanda-tanda infeksi
meningkat Teraupeutik
2. Kebersihan badan - Lepaskan balutan dan plester
meningkat secara perlahan
3. Nafsu makan meningkat - Cukur rambut di sekitar
4. Demam menurun daerah luka, jika perlu
5. Kemerahan menurun - Bersihkan dengan cairan NaCl atau
6. Nyeri menurun pembersih nontoksik, sesuai
7. Bengkak menurun kebutuhan
8. Vesikel menurun - Bersihkan jaringan nekrotik
9. Cairan berbau busuk - Berikan salep yang sesuai ke
menurun kulit/lesi, jika perlu
10. Sputum berwarna hijau - Pasang balutan sesuai jenis luka
menurun - Pertahankan teknik steril saat
11. Drainase purulen menurun melakukan perawatan luka
12. Piuna menurun - Ganti balutan sesuai jumlah
13. Periode malaise menurun eksudat dan drainase
14. Periode menggigil menurun - Jadwalkan perubahan posisi setiap
15. Lelargi menurun 2 jam atau sesuai kondisi pasien
16. Gangguan kognitif - Berikan diet dengan kalori 30-35
menurun kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
17. Kadar sel darah putih 1,5 g/kgBB/hari
membaik - Berikan suplemen vitamin dan
18. Kultur darah membaik mineral (mis. vitamin A, vitamin
19. Kultur urine membaik C, Zinc, asam amino), sesuai
20. Kultur sputum membaik indikasi
21. Kultur area luka membaik
Kultur feses membaik - Berikan terapi TENS (stimulasi
saraf transkutanecus), jika perlu

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement
(mis. enzimatik, biologis,
autolitik), jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu

Pencegahan infeksi
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik

Teraupeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area
edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi


- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kegiatan melakukan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas masalah. Tindakan
tersebut berupa observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga
medis lainnya. Sebelum melakukan tindakan, ada baiknya perawat melakukan
validasi lagi apakah rencana yang disusun dibutuhkan klien atau tidak. Kemudian,
setelah memastikan semuanya sesuai, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan
tindakan keperawatan. Setelah melakukan setiap tindakan, perawat melakukan
dokumentasi apa yang telah dilakukan dan bagaimana respon klien terhadap
tindakan tersebut (Diari, 2018).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi
pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk catatan perkembangan dengan menggunakan metode SOAP
(subjektif, objektif, assessment, planning).
S: Pasien mengatakan responnya terhadap tindakan yang didapatkan
O: Perawat melihat respon tubuh klien terhadap tindakan yang dilakukan
A: Perawat menilai apakah tindakan tersebut tercapai atau tidak
P: Perawat merencanakan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ikhtiarinawati Fitriana (2012). Jurnal Midpro, edisi 2 /2012. Penurunan Tinggi


Fundus Uteri Berdasarkan Jenis Persalina Pada Ibu NIifas Fisiologis Dan
Post Sectio Caesarea, 1–7.
Mitayani. (2013). Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea di RSUP
Dr.Soeradji TirtonrgoroKlaten.
http://eprints.ums.ac.id/25659/Naskah_publikasi.pdf.(Diakses pada tanggal 16
September 2021).
Sofyan, Khairista Silvana. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Nifas Post Sectio Caesarea Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
(Online). (http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id, diakses pada 16 September
2021)
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Interfensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA
BANGSAL MERPATI RSUD SIMO

Disusun oleh:
Imam Agel Setiyawan
P27220020203

PROGRAM STUDI SARJAN TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Maret 2022 pukul 12.00 WIB di Bangsal
Merpati RSUD simo. Data pengkajian diperoleh dari pasien, keluarga pasien, dan
rekam medis pasien.

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Golongan Darah : O+
Diagnose Medis :G2P1A0 hamil 38 mgg Obs Inpartu, Riwayat
Perforasi
Penanggung Jawab (Suami)
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29 tahun
Pendidikan Terakhir :SLTA
Pekerjaan : Swasta

2. KELUHAN UTAMA
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan nyeri pada perutnya

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


a. Riwayat menstruasi
HPHT : 7 juni 2021

G: 2, P:1 A:0
Menarche : SMP kelas 3 (15
tahun) Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari, banyaknya darah sedang (habis 12 pembalut)
Tidak mengalami dysmenorhe
b. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan maupun penyakit
menular. Pihak Ny.N ada keturunan kembar dari keluarga ibu Ny.N,
sedangkan untuk keluarga suami tidak ada keturunan kembar.
c. Riwayat kehamilan :
- Mengalami mual dan pusing setiap pagi hari
- Kenaikan BB selama hamil 11,5 Kg
- Hb dibulan akhir kehamilan: 11,50 g/dL
- ANC dimulai kehamilan bulan pertama, kontrol teratur.
- Pasien mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi vitamin dari
dokter dan susu untuk ibu hamil secara teratur
d. Riwayat persalinan sekarang
- Ny. N merasakan kencang-kencang di perut
- Persalinan jam 21.00 WIB tanggal 4 April 2022
- Persalinan Secara caesarea
- Bayi Perempuan BB: 3235 gr/ Panjang: 48 cm, apgar score 8,9,10,
tidak ada kelainan konginetal
- Lama persalinan 1 jam 30 menit
e. Alasan masuk rumah sakit
Ny. N mengatakan pergi ke rumah sakit karena sudah melakukan
penjadwalan operasi caesar dengan dokter.

4. RIWAYAT PERSALINAN YANG LALU


Pada kehamilan pertama, saat usia kandungan 31 minggu pasien
mengatakan tidak lagi dapat merasakan gerakan bayinya. Lalu pasien
memeriksakan ke dokter kandungan, saat dilakukan pemeriksaan ternyata
detak jantung bayinya sudah tidak terdengar. Pasien mengatakan saat itu
dokter menyarankan untuk dilakukan induksi. Lalu bayi berhasil
dilahirkan dengan persalinan spontan dan bayi IUFD. Ternyata setelah
dilakukan induksi, plasenta masih tertinggal di dalam rahim. Kemudian
dilakukan kuret untuk pengambilan plasenta yang tersisa. Tindakan kuret
tidak berhasil mengeluarkan plasenta, sehingga dilakukan pembedahan
melalui oprasi perforasi.

5. RIWAYAT NIFAS/LAKTASI YANG LALU


- Pasien mengatakan tetap mengalami masa nifas selama 35 hari.
- Pasien tetap memompa ASI karena payudara terasa penuh dan
nyeri jika tidak dipompa

6. POLA AKTIVITAS – LATIHAN


Indikator Tingkat Skor 1 Skor 2 Skor 3
Ketergantungan pasien
1. Kesadaran Sadar (V) Gelisah ( ) Koma ( )
2. Observasi tanda Tiap 8 jam (V) Tiap 4 jam ( ) Tiap 2-4 jam ( )
vital
3. Respirasi Normal (V) Oksigenasi ( ) Isap lendir ()
4. Kebersihan diri Mandiri ( ) Dibantu (V) Total ()
5. Makan Mandiri (V) Dibantu ( ) NGT/TPN ()
6. Minum Mandiri (V) Dibantu ( ) Infus ( )
7. Pengobatan Oral (V) Injeksi < 3 kali (V) Injeksi > 3 kali ( )
8. Mobilisasi Mandiri ( ) Dibantu (V) Total ()
9. Eliminasi Mandiri ( ) Dibantu (v) Kateter (V)

Total score: 16
( ) Skor < 11 : Self Care (SC)
( ) Skor 11-15 : Intermediate Care (IC)
(V) Skor 16-23 : Partial Care (PC)
( ) Skor >24 : Total Care (TC)
7. POLA NUTRISI-METABOLIK
NO SMRS MRS
1 Jenis Tidak ada Diit TKTP
makanan/diet
2 Frekuensi 3 x sehari, tidak 3 x sehari, teratur
teratur
3 Porsi yang Sedikit Porsi RS
dihabiskan
4 Komposisi Nasi, Sayur, Lauk Nasi, Sayur, Lauk,
Menu
Buah
5 Pantangan Tidak ada Tidak ada
6 Nafsu makan Normal Normal
7 Sukar Tidak Tidak
menelan

8. POLA ELIMINASI
No SMRS MRS

1. Buang Air Besar (BAB) :


Frekue 1-2x/hari Belum BAB
nsi
Konsist Lunak -
ensi
feces
Warna Coklat -
Bau
Kesulit Tidak ada Ya, pasien belum
an merasa
BAB
ingin BAB
Upaya Tidak ada Tidak ada
mengat
asi
2. Buang Air Kecil (BAK):
Frekue 2-5 x/hari Terpasang kateter
nsi
Jumlah +- 2000 ml/hari +-2000ml/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Bau khas urine Bau khas urine
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi

9. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
SMRS MRS
Tidur siang Tidak teratur Tidak teratur
Tidur Jam 21.00 s/d 04.30 Tidak teratur
malam
Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
sebelum
tidur
Kesulitan Tidak ada Ada, karena merasa nyeri
tidur
Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi

10. POLA KEBERSIHAN DIRI


NO SMRS MRS
1 Mandi 2x/hari 1x/hari, sibin
Sabun : ya Sabun : tidak
2 Handuk Ya , Pribadi Ya , Pribadi
3 Keramas 2-3x/mgg 1x/ mgg
Shampoo : ya Shampoo : ya
4 Gosok gigi 2x/hari 1x/hari
Pasta gigi : ya Pasta gigi : ya
Sikat gigi : pribadi Sikat gigi : pribadi
5 Kesulitan Tidak Ya, karena tidak bisa
melakukan secara
mandiri
11. PENGETAHUAN IBU
Selfcare:
- Kebersihan vulva : ibu sudah tahu
- Aktifitas harian : ibu sudah tahu
- Nutrisi : ibu sudah tahu
- Kontrasepsi : ibu sudah menentukan dengan KB implant/ susuk
Infantcare:
- Imunisasi bayi: ibu sudah tahu
- Mandi dan perawatan tali pusat: ibu sudah tahu

12. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
- Kesadaran : compos mentis
- Pasien tampak sedikit gelisah dan meringis
- Pasien belum bisa duduk, dan hanya mampu memiringkan badan
sedikit sedikit
- TTV :
TD : 118/80 mmHg; Nadi : 84 x/m
Suhu : 36,7 oC Pernafasan : 25 x/m
Saturasi O2 : 99% tanpa oksigen
- Pasien mengeluh nyeri
P: Nyeri disebabkan adanya luka Post SC, nyeri saat bergerak
Q: Nyeri seperti ditusuk
R: Nyeri pada bagian perut
S: 3 (sedang)
T: Hilang timbul
2. Kepala & Leher
a. Kepala
Bentuk :Simetris
Rambut : Terlihat
bersih
b. Mata
Tidak ada masalah penglihatan, konjungtiva tidak pucat
c. Hidung
Tidak ada rnafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung bersih
simetris, tidak ada secret, sumbatan jalan nafas, pendarahan, juga
polip.
d. Mulut
Bibir kemerahan, gigi bersih, lidah bersih, tidak ada pembengkakan
tonsil
e. Telinga
Bentuk simetris, ukuran sedang, bersih, dan dapat mendengar
dengan baik.
f. Leher
Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
3. Dada/ Thorax
Bentuk simetris, pola nafas reguler, tidak ada bunyi tambahan, frekuensi
nafas 25x/menit
4. Payudara/laktasi
Puting susu : normal, aerola
menonjol Hygiene : bersih
Corpus mammae : engan palpasi teraba keras dan hangat
ASI : Kolostrum sudah keluar, ASI keluar sedikit, dan
masih belum lancer
5. Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka Post SC ± 10 cm
Kondisi balutan luka bersih dan kering.
R: Tidak terdapat kemerahan pada area luka
K: Tidak ada rasa panas diarea luka
T: Tidak ada pembengkakan pada luka
D: Pasien merasakan nyeri pada luka
F: Bagian luka mengakibatkan penurunan toleransi gerakan
Palpasi : TFU 2 cm dibawah pusar
6. Ekstermitas
Normal, tidak ada varises, oedema, maupun nyeri tekan.
7. Vulva
Lochea : Rubra, darah keluar satu pampers penuh sejak operasi (+- 500cc),
tidak ada bekuan darah
Perineum : perineum baik, tidak kemerahan tidak edema, kering
Terpasang Kateter
Anus : tidak ada haemorhoid

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboraturium (4 April 2022)
Nama pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI EDTA (B)
Hema lengkap (WB EDTA)
Leukosit H 18.53 103 IU/ml 3.6-11

Eritrosit 4.54 106/uL 3.8-5.2

Hemoglobin 12.10 gr/dL 11.7-15.5


Hematokit 36.50 % 35-47
MCV 80.40 fL 80-100
MCH 26.70 pg 26-34
MCHC 33.20 g/dl 32-36
Trombosit 336 103 IU/ml 150 – 440

RDW 13.30 % 11.5-14.5


MPV 10.3 fL
PLCR 27.2 %
Difl count
Eosinofil Absolute 0.06 103 IU/ml 0.045-0.44

Basofil Absolute 0.03 103 IU/ml 0.02

Netrofil Absolute H 16.69 103 IU/ml 1.8-8

Limfosit Absolute 0.91 103 IU/ml 0.9-5.2

Monosit Absolute 0.84 103 IU/ml 0.16-1

Eosinofil L 0.30 % 2-4


Basofil 0.20 % 0-1
Neutrofil H 90.10 % 50-70
Limfosit L 4.90 % 25-40
Monosit 4.50 % 2-8
Netrofil Limfosit Ratio H 18.39 % <3.13

14. TERAPI OBAT

TGL NO NAMA BARANG ATURAN KEGUNAAN


PAKAI

4-4-22 INFUS

1 Infus Ringer Laktat 20 tpm Untuk menggantikan cairan


tubuh yang hilang saat
menjalani operasi yang
menyebabkan kehilangan darah
dengan cepat dalam jumlah
yang banyak.

INJEKSI

1 Asam Traneksamat 3x1 amp Untuk menghentikan


500mg perdarahan
2 Keterolac 30mg 3x1 amp Untuk mengobati nyeri

3 Bactecyn 1,5gr 1 x vial Obat antibiotic untuk


mengobati infeksi

ORAL

1 Vit B Komplek Tablet 1 x sehari Untuk mencukupi kebutuhan


1 tablet Vit B

2 Domperidone Tablet 3 x sehari Untuk meredakan mual dan


1 tablet meningkatkan produksi ASI

3 Vit A 200.000 IU 1 x sehari Untuk mencukupi kebutuhan


50mg 1 tablet Vit A

4 Tablet Tambah Darah 1 x sehari Untuk penambah darah


1 tablet

5 Vit C 50mg Tablet 1 x sehari Untuk mencukupi kebutuhan


1 tablet Vit C

DATA FOKUS
DS DO
- Pasien mengeluh nyeri - Pasien tampak sedikit gelisah dan
P: Nyeri disebabkan adanya luka meringis
Post SC, nyeri saat bergerak - TTV :
Q: Nyeri seperti ditusuk TD : 118/80 mmHg;
R: Nyeri pada bagian perut Nadi : 84 x/m
S: 3 (sedang) Suhu : 36,7 oC
T: Hilang timbul Pernafasan : 25 x/m
- Pasien mengatakan ASI keluar Saturasi O2: 99% tanpa oksigen
sedikit, dan masih belum - Terdapat luka Post SC ± 10 cm
lancar - Kondisi balutan luka bersih dan
kering.
R: Tidak terdapat kemerahan pada
area luka
K: Tidak ada rasa panas diarea luka
T: Tidak ada pembengkakan pada
luka
D: Pasien merasakan nyeri pada
luka
F: Bagian luka mengakibatkan
penurunan toleransi gerakan
- Pasien belum bisa duduk, dan hanya
mampu memiringkan badan sedikit
sedikit
- Total skor pola aktifitas-latihan: 16
(Partial care)
- Kolostrum sudah keluar, ASI
tampak tidak lancer
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103 IU/ml (Tinggi)

ANALISIS DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
DX
1 DS: Nyeri Akut Agen pencedera
- Pasien mengeluh nyeri fisik (Post
P: Nyeri disebabkan Operasi SC
adanya luka Post SC, nyeri
saat bergerak
Q: Nyeri seperti ditusuk
R: Nyeri pada bagian perut
S: 3 (sedang)
T: Hilang
timbul DO:
- Pasien tampak sedikit
gelisah dan meringis
- TTV :
TD : 118/80 mmHg;
Nadi : 84 x/m
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 25 x/m
Saturasi O2: 99% tanpa
oksigen
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103 IU/ml


(Tinggi)
2 DS: Menyusui tidak Ketidakadekuatan
- Pasien mengatakan ASI efektif reflek oksitosin
keluar sedikit, dan masih
belum lancar
DO:
- Kolostrum sudah
keluar, ASI tampak
tidak lancer
3 DS: Gangguan Nyeri
- Pasien mengatakan nyeri mobilitas fisik
saat bergerak
DO:
- Pasien belum bisa duduk,
dan hanya mampu
memiringkan badan sedikit
sedikit
- Total skor pola aktifitas-
latihan: 16 (Partial care)
4 DS: Resiko infeksi Adanya luka
- Pasien mengeluh nyeri yang insisi
disebabkan adanya luka Post
SC
DO:
- Terdapat luka Post SC ± 10
cm
- Kondisi balutan luka bersih
dan kering.
R: Tidak terdapat
kemerahan pada area luka
K: Tidak ada rasa panas
diarea luka
T: Tidak ada pembengkakan
pada luka
D: Pasien merasakan nyeri
pada luka
F: Bagian luka
mengakibatkan penurunan
toleransi gerakan
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103 IU/ml


(Tinggi)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (Post Operasi SC)
2. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan reflek oksitosin
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
4. Resiko infeksi b.d adanya luka insisi
C. Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
selama 3x8 jam diharapkan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Nyeri akut teratasi dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
- Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
aktivitas menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasikan faktor yang
- Meringis menurun memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun nyeri
- Frekuensi nadi membaik Teraupeutik
- Pola napas membaik - Berikan teknik nonfarmakologis
- Tekanan darah membaik untuk menuran nyeri (aroma
- Pola tidur membaik terapi)
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (nafas
dalam)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x8 jam - Identifikasi kesiapan dan
diharapkan menyusui efektif kemampuan menerima informasi.
dengan kriteria hasil : - Identifikasi tujuan atau keinginan
- Tetesan/pancaran ASI menyusui.
meningkat Terapeutik
- Suplai ASI adekuat - Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam menyusui.
- Libatkan sistem pendukung :
suami, keluarga, tenaga kesehatan,
dan masyarakat.
Edukasi
- Ajarkan posisi menyusui dan
perlekatan dengan benar.
3 Setelah dilakukan tindakan Observasi
selama 3x8 jam diharapkan - Monitor karakteristik luka (mis.
Gangguan mobilitas fisik drainase, warna, ukuran, bau)
teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor tanda-tanda infeksi
- Pergerakan ekstremitas Teraupeutik
meningkat - Lepaskan balutan dan plester
- Nyeri menurun secara perlahan
- Gerakan terbatas menurun - Cukur rambut di sekitar
- Kelemahan fisik menurun daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Edukasi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
4 Setelah dilakukan tindakan Observasi
selama 3x8 jam diharapkan - Identifikasi toleransi fisik
Resiko infeksi teratasi dengan melakukan pergerakan
kriteria hasil: - Monitor kondisi umum selama
- Kemerahan menurun melakukan mobilisasi
- Nyeri menurun Teraupeutik
- Bengkak menurun - Libatkan keluarga untuk membantu
- Kadar sel darah putih pasien dalam meningkatkan
membaik pergerakan
- Kultur area luka membaik Edukasi
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

E. Implementasi
Respon Pasien Nama &Tanda
Tgl Jam Dx Tindakan Keperawatan
tangan
Senin, 12.00 1 - Mengidentifikasi DS: Imam
4/4/202 WIB lokasi, karakteristik, - Pasien mengeluh
2
durasi, frekuensi, nyeri
kualitas, intensitas P: Nyeri disebabkan
nyeri adanya luka Post SC,
- Mengidentifikasi nyeri saat bergerak
skala nyeri Q: Nyeri seperti
- Mengidentifikasi ditusuk
respon nyeri non R: Nyeri pada bagian
verbal perut
- Mengidentifikasikan S: 3 (sedang)
faktor yang T: Hilang
memperberat dan timbul DO:
memperingan nyeri - Pasien tampak sedikit
- Memonitor TTV gelisah dan meringis
- TTV :
TD : 118/80
mmHg;
Nadi : 84 x/m
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 25 x/m
Saturasi O2: 99%
tanpa oksigen
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103


IU/ml (Tinggi)
12.10 4 - Memonitor DS: Imam
karakteristik luka - Pasien mengeluh
(mis. drainase, nyeri yang disebabkan
warna, ukuran, bau) adanya luka Post SC
- Memonitor tanda- DO:
tanda infeksi - Terdapat luka Post
SC ± 10 cm
- Kondisi balutan luka
bersih dan kering.
R: Tidak terdapat
kemerahan pada area
luka
K: Tidak ada rasa
panas diarea luka
T: Tidak ada
pembengkakan pada
luka
D: Pasien merasakan
nyeri pada luka
F: Bagian luka
mengakibatkan
penurunan toleransi
gerakan
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103


IU/ml (Tinggi)
12.15 3 - Mengidentifikasi DS: Imam
WIB toleransi fisik - Pasien mengatakan
melakukan nyeri saat bergerak
pergerakan DO:
- Memonitor kondisi - Pasien belum bisa
umum selama duduk, dan hanya
melakukan mampu memiringkan
mobilisasi badan sedikit sedikit
- Total skor pola
aktifitas-latihan: 16
(Partial care)
12.20 1 - Memberikan teknik DS: Imam
WIB nonfarmakologis - Pasien mengatakan
untuk menuran merasa lebih rileks
nyeri (aroma terapi) setelah menghirup
- Mengajarkan teknik kayu putih
nonfarmakologis - Pasien mengatakan
untuk mengurangi nyeri berkurang
rasa nyeri (nafas setelah melakukan
dalam) relaksasi nafas
dalam
DO:
- Pasien menghirup
minyak kayu putih
- Pasien mampu
melakukan Teknik
relaksasi nafas
dalam
- Pasien tampak lebih
tenang dan meringis
berkurang
14.00 2 - Melakukan DO: IMAM
WIB kolaborasi - Pasien meminta obat
pemberian Domepradone
Domepradone tablet dihaluskan
DS:
- Domepradone
dihaluskan dan
masuk melalui oral
15.00 2 - Mengidentifikasi DS: IMAM
WIB kesiapan dan - Pasien mengatakan
kemampuan siap menerima
menerima informasi terkait
informasi. Teknik menyusui
- Mengidentifikasi yang benar
tujuan atau - Pasien mengatakan
keinginan menyusui sangat berharap dapat
menyusui bayinya
dengan lancar
DO:
- Pasien tampak siap
menerima informasi
terkait Teknik
menyusui yang benar
- Pasien tampak
antusias menceritakan
keinginannya untuk
menyusui dengan
lancar
15.05 2 - Mengajarkan posisi DS: Imam
WIB menyusui dan - Pasien mengatakan
perlekatan dengan nyaman saat posisi
benar. menyusui bayi di
- Mendukung ibu sebelah pasien
meningkatkan - Pasien mengatakan
kepercayaan diri percaya diri dapat
dalam menyusui. menyusui bayinya
- Melibatkan sistem DO:
pendukung (suami) - Pasien dibantu oleh
suami dalam
memposisikan
bayinya
- Pasien tampak
nyaman
- Asi dapat keluar,
walau tidak terlalu
lancar
16.00 1 - Melakukan DS: Imam
WIB kolaborasi - Pasien mengatakan
pemberian analgetik bersedia diinjeksi
(Injeksi Keterolac) keterolac
DO:
- Tidak tampak reaksi
alergi terhadap
keterolac
16.00 4 - Melakukan DS: Imam
WIB kolaborasi - Pasien mengatakan
pemberian obat bersedia diinjeksi
(Asam Tranexamat) Asam Tranexamat
DO:
- Tidak tampak reaksi
alergi terhadap Asam
Tranexamat
16.05 4 - Menganjurkan DS: Imam
WIB konsumsi makanan - Pasien mengatakan
tinggi kalori dan akan memperbanyak
protein konsumsi makanan
tinggi kalori dan
protein
DO:
- Pasien tampak
memahami jenis
makanan tinggi kalori
dan protein
A. Evaluasi Keperawatan
Tanggal No Dx Evaluasi TTD
Senin, 1 S: Imam
4/4/2022 - Pasien mengeluh nyeri
P: Nyeri disebabkan adanya luka Post SC, nyeri saat
bergerak
Q: Nyeri seperti ditusuk R: Nyeri pada
bagian perut S: 3 (sedang)
T: Hilang timbul
- Pasien mengatakan merasa lebih rileks setelah menghirup
kayu putih
- Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan
relaksasi nafas dalam
- Pasien mengatakan bersedia diinjeksi keterolac
O:
- Pasien tampak sedikit gelisah dan meringis
- TTV :
TD : 118/80 mmHg;
Nadi : 84 x/m Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 25 x/m
Saturasi O2: 99% tanpa oksigen
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103 IU/ml (Tinggi)


- Pasien menghirup minyak kayu putih
- Pasien mampu melakukan Teknik relaksasi nafas
dalam
- Pasien tampak lebih tenang dan meringis berkurang
- Tidak tampak reaksi alergi terhadap keterolac

A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasikan faktor yang memperberat dan memperingan

- nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 S: Imam
- Pasien meminta obat Domepradone dihaluskan
- Pasien mengatakan siap menerima informasi terkait
Teknik menyusui yang benar
- Pasien mengatakan sangat berharap dapat menyusui
bayinya dengan lancar
- Pasien mengatakan nyaman saat posisi menyusui
bayi di sebelah pasien
- Pasien mengatakan percaya diri dapat menyusui bayinya
O:
- Domepradone dihaluskan dan masuk melalui oral
- Pasien mengatakan siap menerima informasi terkait
Teknik menyusui yang benar
- Pasien mengatakan sangat berharap dapat menyusui
bayinya dengan lancer
- Pasien dibantu oleh suami dalam memposisikan bayinya
- Pasien tampak nyaman
- Asi dapat keluar,walau tidak terlalu lancar

A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian obat pelancar ASI Lakukan pijat laktasi
- kolaborasi dengan tenaga medis lainya

3 S: Imam
- Pasien mengatakan nyeri saat bergerak

O:
- Pasien belum bisa duduk, dan hanya mampu memiringkan
badan sedikit sedikit
- Total skor pola aktifitas-latihan: 16 (Partial care)
A:
- - Masalah belum teratasi
- P:
Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi )

4 S: Imam
- Pasien mengeluh nyeri yang disebabkan adanya luka Post
SC
- Pasien mengatakan bersedia diinjeksi Asam
Tranexamat
- Pasien mengatakan akan memperbanyak konsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
O:
- Terdapat luka Post SC ± 10 cm
- Kondisi balutan luka bersih dan kering.
R: Tidak terdapat kemerahan pada area luka K: Tidak
ada rasa panas diarea luka
T: Tidak ada pembengkakan pada luka D: Pasien
merasakan nyeri pada luka
F: Bagian luka mengakibatkan penurunan toleransi
gerakan
- Hasil Lab

Leukosit 18.53 x 103 IU/ml (Tinggi)


- Tidak tampak reaksi alergi terhadap Asam
Tranexamat
- Pasien tampak memahami jenis makanan tinggi kalori dan
protein
A:
- Masalah belum teratasi

P:
Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran,
bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai