Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SECTIO CAESARIA

Disusun oleh :

SUGIYANTO, S.Kep
1202308226

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023/2024
A. Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas

1. Definisi

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relative.
Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana
merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal. Diantaranya adalah kesempitan
panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi
relatif, kelahiran lewat vagina bisa bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian
rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau
pun keduanya (Harry & William, 2010 dalam Nurarif, A.H, 2015).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin Hardhi, 2013).

2. Etiologi

Menurut Manuaba (2010) dalam Manuaba (2012). indikasi ibu dilakukan Sectio
caesaria adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor Sectio caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio
caesaria sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung


disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar / Gemeli

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran
satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba


yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak


paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang


dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki.

3. Patofisiologi

Setelah dilakukan tindakan operasi section caesarea, berakibat kurangnya informasi


dan dari aspek fisiologis yaitu produk oksitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu, perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
karena insisi, mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Selanjutnya, seperti yang
diketahui bahwa makanan yang masuk ke lambung akan terjadi proses penghancuran
dengan bantuan peristaltik usus, kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh
memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun, maka peristaltik juga
menurun. Selain itu juga berdampak pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi

(Amin Hardhi, 2013).


PATHWAY
4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doengoes (2001), antara


lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan.

b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen.

c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.

d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea


tidak banyak).
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-
800ml.
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru.
g. Biasanya terpasang kateter urinarius.

h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar.

i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah.

j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler.

k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya


kurang paham prosedur.
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
(Amin Hardhi, 2013)

5. Penatalaksanaan

a. Pemberian cairan

Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian


cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit
agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus


lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa
dipulangkan
d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap


institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila


perlu
d) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat


diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
f. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti.
g. Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,


tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

b. Pemantauan EKG

c. JDL dengan diferensial

d. Elektrolit

e. Hemoglobin / Hematokrit

f. Golongan darah

g. Urinalis

h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi

j. Ultrasound sesuai pesanan (Nurarif,


A.H & Kusuma, H. 2015)
k.
7. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah


komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio
Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan
ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasi
(Anggi, 2011 dalam Caraspot, 2012).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu
infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak
faktor, seperti infeksi intrauteri adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya infeksi HIV, tuberculosis atau sedang
mengkonsumsi kortikosteroid jangka Panjang, gisi buruk, termasuk anemia
berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada materi
benang yang digunakan dan kuman resisten terhadap antibiotic. akibat
infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama
pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa
juga sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka
akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya kija dibiarkan karena
kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka
akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakuakn kultur dari
cairan luka tersebut (Valleria, 2012 dalam Martalia, 2013).
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada wanita pasca partum Sectio caesaria
meliputi:
a. Identitas Pasien dan penanggung jawab/suami

b. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status


perkawinan, agama, suku, alamat, No. CM, tanggal MRS, Tanggal
pengkajian, sumber informasi.
c. Penanggung jawab/suami

d. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.

e. Alasan dirawat

f. Yang terdiri atas: alasan MRS dan keluhan saat dikaji

g. Riwayat Masuk Rumah Sakit

h. Yang terdiri atas: keluhan utama (saat MRS dan sekarang), riwayat
persalinan sekarang (diuraikan kala I sampai dengan kala IV dan
keadaan bayi saat lahir: APGAR score, BB, Lingkar kepala,lingkar
dada, lingkar perut, dan lain-lain).
i. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

j. Riwayat menstruasi

Yang terdiri atas: umur menarche dan siklusnya, banyak darah, lama
menstuasi, keluhan saat menstruasi, dan HPHT).
k. Riwayat pernikahan

Yang terdiri atas: banyak pernikahan yang dilakukan dan lama


pernikahan berapa tahun
l. Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu

m. Riwayat keluarga berencana

Yang terdiri atas: jenis KB yang digunakan dan lama pemakaian,


masalah selama penggunaan KB, rencana KB yang akan digunakan
berikutnya
n. Pola Fungsional Kesehatan
Yang terdiri atas:

1) Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan

2) Pola metabolik-nutrisi

3) Pola eliminasi

4) Pola aktivitas-latihan

5) Pola istirahat tidur

6) Pola persepsi-kognitif

7) Pola konsep diri-persepsi diri

8) Pola hubungan peran

9) Pola reproduktif-seksualitas

10) Pola toleransi terhadap stres-koping

11) Pola keyakinan-nilai

o. Pemeriksaan Fisik

Yang terdiri atas: Keadaan umum (GCS, tingkat kesadaran, TTV,


BB), head to toe,
p. Data Penunjang

Yang terdiri atas: pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan


radiologi.
q. Terapi pengobatan
2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik


b. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan Efek Prosedur Invasive
c. Konstipasi Berhubungan Dengan Aktivitas Fisik Harian Kurang Dari
Yang Dianjurkan
d. Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan
Suplai ASI
e. Risiko Syok Berhububungan Dengan Perdarahan
f. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar
Informasi
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam masalah Manajemen Nyeri (I. 08238)
Nyeri Akut
Nyeri Akut dapat teratasi dengan Kriteria Hasil Observasi:
Berhubungan
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
Dengan Agen Tingkat Nyeri (L.08066)
durasi, frekuensi, kualitas,
Pencedera Fisik
Skor saat ini Skor yang intensitas nyeri
(D.0077)
diharapkan
Indicator - Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri 3 5
- Identifikasi respon nyeri non
Meringis 3 5 verbal

Sikap protektif 3 5 - Identifikasi faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri
Keterangan untuk indikator:
Terapeutik:
1: meningkat
- Berikan teknik
2: cukup meningkat
nonfarmakologis untuk
3: sedang
mengurangi rasa nyeri
4: cukup menurun
- Kontrol lingkungan yang
5: menurun
memperberat rasa nyeri
Edukasi:
Skor saat ini Skor yang
 Jelaskan penyebab, periode, dan
diharapkan
Indicator pemicu nyeri

Frekuensi Nadi 3 5  Jelaskan strategi meredakan nyeri


 Anjurkan memonitor nyeri secara
Pola napas 3 5
mandiri
Tekanan darah 3 5  Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

Keterangan untuk indikator  Ajarkan teknik

1: memburuk nonfarmakologis untuk

2: cukup memburuk mengurangi rasa nyeri

3: sedang Kolaborasi

4: cukup membaik  Kolaborasi pemberian analgetik,

5: membaik jika perlu


2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah Pencegahan Infeksi (I. 14539)
Berhubungan Risiko Infeksi dapat teratasi dengan Kriteria Hasil Observasi:
Dengan Efek  Monitor tanda dan gejala
Tingkat Infeksi (L.14137) :
Prosedur Invasive infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik:
 Membatasi jumlah pengunjung
 Memberikan perawatan kulit pada
Indicator Skor saat ini Skor yang edema
diharapkan  Mencuci tangan sebelum dan
setelah kontak dengan pasien atau
Kadar Sel 3 5 lingkungan pasien
darah putih  Mempertahankan teknik
Keterangan untuk indikator aseptik pada pasien resiko tinggi
1: memburuk Edukasi:
2: cukup memburuk  Menjeaskan tanda gejala
3: sedang infeksi
4: cukup membaik  Mengajarkan mencuci tangan
5: membaik  Mengajarkan etika batuk
Skor saat ini Skor yang  Mengajarkan memeriksa
diharapkan kondisi luka dan luka operasi
Indicator
 Menganjurkan meningkatan
Demam 3 5
asupan nutrisi dan cairan
Kemerahan 3 5 Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian imunisasi
Nyeri 3 5
jika perlu
Bengkak 3 5

Keterangan untuk indikator:


1: meningkat
2: cukup meningkat
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun

3. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam masalah Manajemen Eliminasi Fekal

berhubungan dengan Konstipasi dapat teratasi dengan Kriteria Hasil (I.0415)

aktivitas fisik harian Observasi:


Eliminasi Fekal (L.004033)
kurang dari yang  Identifikasi masalah usus dan
Skor saat ini Skor yang
dianjurkan (D.0049) penggunaan obat pencahar
diharapkan
Indicator
 monitor tanda dan gejala diare,
Konsistensi 3 5
kostipasi atau impakso
feses
 monitor buang air besar (mis.
Frekuensi 3 5
warna, frekuensi, konsistensi,
defekasi
volume)
Peristalik 3 5
usus Terapeutik:
Keterangan untuk indikator  Berikan air hangat setelah
1: memburuk makan
2: cukup memburuk  Sediakan makanan tinggi serat
3: sedang Edukasi:
4: cukup membaik
 Jelaskan jenis makanan yang
5: membaik
membantu meningkatkan
Skor saat ini Skor yang
keteraturan peristaltic usus
diharapkan
Indicator  Anjurkan mencatat warna,

Keluhan 3 5 frekuensi, konsistensi, volume feses

defekasi lama  Anjurkan mengingkatkan

dan sulit aktifitas, sesuai toleransi


Mengejan saat  Anjurkan mengurangi asupan
defekasi makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
Keterangan untuk indikator:  Anjurkan mengkonsumsi
1: meningkat makanan yang mengandung tinggi
2: cukup meningkat serat
3: sedang  Anjurkan meningkatkan
4: cukup menurun asupan cairan, jika tidak ada
5: menurun kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborai pemberian supositoria
anal, jika perlu
4 Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam masalah Edukasi Menyusui (I.12393)
efektif berhubungan Menyusui tidak efektif dapat teratasi dengan Kriteria Hasil Observasi:
dengan  Identifikasi kesiapan dan
Status Menyusui (L.030029)
ketidakadekuatan kemampuan meneriam
Indicator Skor saat ini Skor yang
suplai ASI (D.0029) diharapkan informasi

Kemampuan 3 5  Identifikasi tujuan atau keinginan


ibu menyusui
memposisik
an bayi Terapeutik:

BB bayi 3 5  Sediakan materi dan media

Pancaran ASI Pendidikan kesehatan


3 5
 Jadwalkan Pendidikan
Suplai ASI 3 5
kesehatan sesuai kesepakatan
Keterangan untuk indikator
 Berikan kesempatan untuk
1: menurun
bertanya
2: cukup menurun
 Dukung ibu meningkatkan
3: sedang
kepercayaan diri dalam menyusui
4: cukup meningkat
 Libatkan system pendukung:
5: meningkat
suami, keluarga, tenaga kesehatan,
Skor saat Skor yang
dan masyarakat
ini diharapk
Indicator Edukasi:
an
 Berikan konseling menyusui
 Jelaskan manfaat
Lecet pada 3 5 menyusui bagi ibu dan bayi
puting  Ajarkan empat posisi menyusi dan
Kelelahan 3 5 perlekatan dengan benar
maternal  Ajarkan perawatan payudara
Kecemasan 3 5 antepartum dengan
Maternal mengkompres dengan kapas yang
telah diberikan minyak kelapa
Keterangan untuk indikator:  Ajarkan perawatan panyudara
1: meningkat postpartum (mis. memerah ASI,
2: cukup meningkat pijat payudara, pijat oksitosin)
3: sedang  Ajarkan teknik menyusui yang
4: cukup menurun tepat sesuai kebutuhan ibu
5: menurun

5 Risiko syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam masalah Pencegahan Syok (I. 02068) Observasi:

berhubungan dengan Risiko syok dapat teratasi dengan Kriteria Hasil  Monitor status

perdarahan (D.0039) kardiopulmonal( frekuensi dan


Keseimbangan Cairan (L.03020)
kekuatan nadi, frekuensi
napas)
Skor saat Skor yang
ini diharapk  Monitor status oksigenasi
Indicator
an
 Monitor status cairan
Tekanan darah 3 5
 Monitor tingkat kesadaran dan
Denyut 3 5 respon pupil
Nadi
Frekuensi 3 5 Terapeutik:

Napas
 Berikan oksigen untuk
Keterangan untuk indikator
mempertahankan status
1: memburuk
oksigen
2: cukup memburuk
3: sedang  Pasang jalur IV, jika perlu
4: cukup membaik
Edukasi
5: Membaik
Skor saat ini Skor yang  Jelaskan penyebab/ faktor risiko
diharapka syok
Indicator
n
 Jelaskan tanda dan gejala awal
Pucat 3 5 syok

 Anjurkan memperbanyak
Keterangan untuk indikator: asupan cairan oral
1: meningkat Kolaborasi
2: cukup meningkat  Kolaborasi pemberian IV jika
3: sedang perlu
4: cukup menurun  Kolaborasi tranfusi darah jika
5: menurun perlu
4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman


kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC, Jilid 1,2. Yogyakarta : MediAction Publishing.

Caraspot. 2012. Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC. Yogyakarta:


mocaMedia

Manuaba, Candradinata. 2012. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri


Ginekologi Social untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC

Martalia, D. 2013. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta : DPP PPNI.

Prawirodihardjo, S. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirodiardjo

Anda mungkin juga menyukai