Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESARIA (SC)

DISUSUN OLEH:

YENI MARLINA

NIM: 21222086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESARIA (SC)

A. DEFINISI SECTIO CAESAREA

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi

pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

B. ETIOLOGI

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal

distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas

dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang

yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin

ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul

patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga

harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk

rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan

oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-

eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling

penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu

mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

3.      KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan

dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah

hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu

4.     Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran

kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu

bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang

sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

5.     Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan

adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat

pendek dan ibu sulit bernafas.

6.      Kelainan Letak Janin

a.       Kelainan pada letak kepala

 Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB

yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,

anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.


 Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling

rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

 Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan

tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan

berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

b.      Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal

beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,

sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,

2002).

C.    PATOFISIOLOGI

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan

sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu

distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,

untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang

setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif

berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu

produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,

luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan

antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena

insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.


Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional

dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu

anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat

diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi

ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang

keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret

yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga

mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses

penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme

sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik

juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk

batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu

dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada

perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)


 Pathway SC
D.  PEMERIKSAAN PENUNJANG SECTIO CAESARIA

Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang untuk pasien section caesaria.

 Elektroensefalogram ( EEG ), Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari

kejang.

 Pemindaian CT, Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

 Magneti resonance imaging (MRI), Menghasilkan bayangan dengan menggunakan

lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –

daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.

 Pemindaian positron emission tomography ( PET ), Untuk mengevaluasi kejang yang

membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann

darah dalam otak.

 Uji laboratorium, Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler, Hitung darah

lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematocrit, Panel elektrolit, Skrining toksik

dari serum dan urin, AGD, Kadar kalsium darah, Kadar natrium darah, Kadar

magnesium darah.

E.  KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu SC adalah :

Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:

Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang

arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.


Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang

sangat jarang terjadi.

Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa

terjadi ruptur uteri.

F.    PENATALAKSANAAN

      1.      Perawatan awal

  Letakan pasien dalam posisi datar atau 45 derajat dalam ruang perawatan

  Periksa kondisi pasien, cek tanda vital. Periksa tingkat

  Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

2.      Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah 1 x 24 jam, jika penderita sudah

terdengar bising usus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada minimal

6 jam pasca operasi, berupa air putih.

3.     Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

  Miring kanan dan kiri

  Posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)

  Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk

selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 pasca

operasi.

4. Fungsi gastrointestinal

  Tunggu bising usus timbul, diet bertahap (cair di teruskan dengan diet lunak)
  Pemberian infus diteruskan sampai minimal 1x24 jam

5. Perawatan fungsi kandung kemih

  Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,

menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya

terpasang 24 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

6. Perawatan luka

  Ganti verban dengan cara steril (jika verban terdapat rembesan/ terbuka)

  Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

 Mengganti balutan dilakukan pada hari ketiga pasca SC atau sebelum pasien pulag

7. Jika masih terdapat perdarahan

 Lakukan masase uterus

 Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60

tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin

8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas

demam   selama    48 jam

9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

10. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan

  Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa

perdarahan dan hematoma pada daerah operasi

  Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.

  Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar

diding abdomen tidak tegang.

  Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.

  Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi

  Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.


  Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan

tekanan intra abdomen

  Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-

manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan

kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya

pengaruh anestesi.

  Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi

dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas,

singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan

  Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general

Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes

laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda

vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen,

Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole

G.       ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi

distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali

pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien.

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status

perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  ,

dan diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan

1)     Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,

TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

2)     Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar

pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

3)     Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,

penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada

klien.

d.      Pola-pola fungsi kesehatan

1)    Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara

pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan

tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

2)     Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari

keinginan untuk menyusui bayinya.

3)     Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,

terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,

pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami

kelemahan dan nyeri.

4)    Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing

selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,

yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena

penderita takut untuk melakukan BAB.

5)    Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya

kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

6)      Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan

orang lain.

7)    Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

8)    Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri

perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi

kurangnya pengetahuan merawat bayinya

9)    Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih

menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri

antara lain dan body image dan ideal diri

10)  Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi

dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

e.       Pemeriksaan fisik

1)      Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya

cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

2)      Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya

proses menerang yang salah

3)      Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-

kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang

mengalami perdarahan, sklera kunuing

4)      Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah

cairan yang keluar dari telinga.

5)      Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan

pernapasan cuping hidung

6)      Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae

dan papila mamae

7)      Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.

Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

8)      Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat

pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan

menandakan adanya kelainan letak anak.

9)      Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

10)  Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,

karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

11)  Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,

pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2.      Diagnosa Keperawatan Dengan SC

Diagnosa yang mungkin muncul:

1. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan  injury fisik jalan lahir.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan  kelelahan sehabis bersalin

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan

sumber informasi tentang cara perawatan bayi.

5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan ibu tentang

cara menyusui yang bernar.


3.      Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)

O KEPERAWATA (NOC)

N DAN

KOLABORASI

Kontrol infeksi

  Bersihkan lingkungan setelah


1 Risiko infeksi b.d Setelah dilakuakan
dipakai pasien lain
tindakan invasif, asuhan keperawatan
  Pertahankan teknik isolasi
paparan selama 2x24 jam pasien
  Batasi pengunjung bila perlu
lingkungan dapat memperoleh
 Instruksikan pada pengunjung untuk
pathogen 1.Pengetahuan:Kontro
mencuci tangan saat berkunjung dan
l infeksi
setelah berkunjung meninggalkan
Indikator:
pasien
- Menerangkan cara-
 Gunakan sabun antimikrobia untuk
cara penyebaran
cuci tangan
infeksi
 Cuci tangan setiap sebelum dan
- Menerangkan
sesudah tindakan kperawtan
factor-faktor yang
 Gunakan baju, sarung tangan
berkontribusi
dengan penyebaran sebagai alat pelindung

- Menjelaskan tanda-  Pertahankan lingkungan aseptik

tanda dan gejala selama pemasangan alat

- Menjelaskan  Ganti letak IV perifer dan line

aktivitas yang dapat central dan dressing sesuai dengan

meningkatkan petunjuk umum

resistensi terhadap  Gunakan kateter intermiten untuk

infeksi menurunkan infeksi kandung

Keterangan: kencing

1 : tidak pernah  Tingktkan intake nutrisi

2 : terbatas  Berikan terapi antibiotik bila perlu

3 : sedang Proteksi Terhadap Infeksi

4 : sering  Monitor tanda dan gejala infeksi

5 : selalu sistemik dan lokal

2.Status Nutrisi  Monitor hitung granulosit, WBC

- Asupan nutrisi  Monitor kerentanan terhadap

- Asupan makanan infeksi

dan cairan  Batasi pengunjung

- Energi  Saring pengunjung terhadap

- Masa tubuh penyakit menular

- Berat badan  Partahankan teknik aspesis pada

Keterangan: pasien yang beresiko

1 : sangat bermasalah  Pertahankan teknik isolasi k/p


2 : bermasalah  Berikan perawatan kuliat pada area

3 : sedang epidema

4 : sedikit bermasalah  Inspeksi kulit dan membran mukosa

5 : tidak bemasalah terhadap kemerahan, panas,

drainase

 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

 Dorong masukkan nutrisi yang

cukup

 Dorong masukan cairan

 Dorong istirahat

 Instruksikan pasien untuk minum

antibiotik sesuai resep

 Ajarkan pasien dan keluarga tanda

dan gejala infeksi

 Ajarkan cara menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan infeksi

 Laporkan kultur positif

Nyeri akut b.d agen

injuri fisik (luka


Management Nyeri
insisi operasi)
- Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,


2,
kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

- Gunakan teknik komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa

Setelah dilakukan lampau

asuhan keperawatan - Evaluasi bersama pasien dan tim

selama 3x24 jam pasien kesehatan lain tentang

mampu untuk ketidakefektifan kontrol nyeri

 Mengontrol nyeri masa lampau

dengan indikator: - Bantu pasien dan keluarga untuk

  Mengenal factor-faktor mencari dan menemukan

penyebab nyeri dukungan

  Mengenal onset nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat

  Melakukan tindakan mempengaruhi nyeri seperti suhu

pertolongan non- ruangan, pencahayaan dan

analgetik kebisingan

  Menggunakan - Kurangi faktor presipitasi nyeri

analgetik - Pilih dan lakukan penanganan

  Melaporkan gejala- nyeri (farmakologi, non


gejala kepada tim farmakologi dan inter personal)

kesehatan - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

  Mengontrol nyeri menentukan intervensi

- Ajarkan tentang teknik non

Keterangan: farmakologi

1 tidak pernah - Berikan analgetik untuk

dilakukan mengurangi nyeri

2 jarang dilakukan - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

3kadang-kadang - Tingkatkan istirahat

dilakukan - Kolaborasikan dengan dokter jika

4 sering dilakukan ada keluhan dan tindakan nyeri

5selalu dilakukan tidak berhasil

pasien     - Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

Pemberian Analgesik

Menunjukan tingkat - Tentukan lokasi, karakteristik,

nyeri kualitas, dan derajat nyeri sebelum

Indikator: pemberian obat

  Melaporkan nyeri - Cek instruksi dokter tentang jenis

  Melaporkan frekuensi obat, dosis, dan frekuensi

nyeri - Cek riwayat alergi

  Melaporkan lamanya - Pilih analgesik yang diperlukan

episode nyeri atau kombinasi dari analgesik


  Mengekspresi nyeri: ketika pemberian lebih dari satu

wajah - Tentukan pilihan analgesik

  Menunjukan posisi tergantung tipe dan beratnya nyeri

melindungi tubuh - Tentukan analgesik pilihan, rute

  kegelisahan pemberian, dan dosis optimal

  perubahan respirasi - Pilih rute pemberian secara IV, IM

rate untuk pengobatan nyeri secara

  perubahan Heart Rate teratur

  Perubahan tekanan - Monitor vital sign sebelum dan

Darah sesudah pemberian analgesik

  Perubahan ukuran pertama kali

Pupil - Berikan analgesik tepat waktu

  Perspirasi terutama saat nyeri hebat

  Kehilangan nafsu - Evaluasi efektivitas analgesik,

makan tanda dan gejala (efek samping)

Keterangan: Self Care assistane : ADLs

1 :  Berat - Monitor kemempuan klien untuk

2 :  Agak berat perawatan diri yang mandiri.

3 : Sedang - Monitor kebutuhan klien untuk

4 : Sedikit alat-alat bantu untuk kebersihan


Defisit perawatan
5 : Tidak ada diri, berpakaian, berhias, toileting
diri b.d. Kelelahan
dan makan.
- Sediakan bantuan sampai klien

mampu secara utuh untuk


3
melakukan self-care.

- Dorong klien untuk melakukan

aktivitas sehari-hari yang normal

sesuai kemampuan yang dimiliki.

- Dorong untuk melakukan secara

mandiri, tapi beri bantuan ketika

klien tidak mampu melakukannya.

- Ajarkan klien/ keluarga untuk

mendorong kemandirian, untuk

memberikan bantuan hanya jika

pasien tidak mampu untuk

melakukannya.

- Berikan aktivitas rutin sehari- hari

sesuai kemampuan.
1. Pembelajaran : proses penyakit

- Kaji tingkat pengetahuan klien

tentang penyakit

- Jelaskan patofisiologi penyakit

dan bagaimana kaitannya


Setelah dilakukan
dengan anatomi dan fisiologi
asuhan keperawatan
tubuh
selama 3x24 jam ADLs
- Deskripsikan tanda dan gejala
Kurang
klien meningkat  dengan
umum penyakit
pengetahuan
indicator:
- Identifikasi kemingkinan
tentang perawatan
 Self care : Activity of
penyebab
ibu nifas dan
Daily Living (ADLs)
- Berikan informasi tentang
perawatan post
- Klien terbebas dari
kondisi klien
4 operasi b/d
bau badan
- Berikan informasi tentang hasil
kurangnya sumber
- Menyatakan
pemeriksaan diagnostik
informasi
kenyamanan
- Diskusikan tentang pilihan
terhadap
terapi
kemampuan untuk
- Instruksikan klien untuk
melakukan ADLs
melaporkan tanda dan gejala
- Dapat melakukan
kepada petugas
ADLS dengan

bantuan
2. Pembelajaran :
Keterangan: prosedur/perawatan

1 : tidak pernah - Informasikan klien waktu

2 : terbatas pelaksanaan

3 : sedang prosedur/perawatan

4 : sering - Informasikan klien lama waktu

5 : selalu pelaksanaan

prosedur/perawatan

- Kaji pengalaman klien dan

tingkat pengetahuan klien

tentang prosedur yang akan

dilakukan

- Jelaskan tujuan

prosedur/perawatan

- Instruksikan klien untuk

berpartisipasi selama

prosedur/perawatan

- Jelaskan hal-hal yang perlu

dilakukan setelah

prosedur/perawatan

Pengetahuan : proses

penyakit

- Mengenal nama
penyakit

- Deskripsi proses

penyakit

- Deskripsi faktor

Menyusui tidak penyebab atau

efektif faktor pencetus

berhubungan - Deskripsi tanda


5 dan gejala Health Education:
dengan  kurangnya

pengetahuan ibu - Deskripsi cara


  Berikan informasi mengenai :

tentang cara meminimalkan


 Fisiologi menyusui
menyusui yang perkembangan
 Keuntungan menyusui
benar penyakit
 Perawatan payudara
- Deskripsi
 Kebutuhan diit khusus
komplikasi
 Faktor-faktor yang menghambat
penyakit
proses menyusui 
- Deskripsi tanda

dan gejala - Demonstrasikan breast care dan

komplikasi pantau kemampuan klien untuk

penyakit melakukan secara teratur

- Deskripsi cara - Ajarkan cara mengeluarkan ASI

mencegah dengan benar, cara menyimpan,

komplikasi cara transportasi sehingga bisa

Skala : diterima oleh bayi


1 : tidak ada - Berikan dukungan dan semangat

2 : sedikit pada ibu untuk melaksanakan

3 : sedang pemberian Asi eksklusif

4 : luas - Berikan penjelasan tentang tanda

5 : lengkap dan gejala bendungan payudara,

2.    Pengetahuan : infeksi payudara

prosedur perawatan - Anjurkan keluarga untuk

- Deskripsi prosedur memfasilitasi dan mendukung klien

perawatan dalam pemberian ASI

- Penjelasan tujuan - Diskusikan tentang sumber-sumber

perawatan yang dapat memberikan 

- Deskripsi langkah- informasi/memberikan pelayanan

langkah prosedur KIA

- Deskripsi adanya

pembatasan

sehubungan dengan

prosedur

- Deskripsi alat-alat

perawatan

Skala :

1 : tidak ada

2 : sedikit
3 : sedang

4 : luas

5 : lengkap

Setelah

diberikan tindakan

keperawatan selama

3x24 jam klien

menunjukkan respon

breast feeding adekuat

dengan indikator:

-klien mengungkapkan

puas dengan

kebutuhan untuk

menyusui

-klien mampu

mendemonstrasikan

perawatan payudara

Skala :

1 : tidak ada

2 : sedikit
3 : sedang

4 : luas

5 : lengkap

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta
: EGC

Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramed

Anda mungkin juga menyukai