Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN POST PARTUM DENGAN SC PADA

NY. M DI RUANG WIJAYA KUSUMA

S

Disusun Oleh :

Yeni Marlina

NIM : 21222086

PROGRAM STUDY PROFESI NRS ILMU KEPERAWATAN


STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA
TAHUN 2022/2023
A. Definisi
Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi
(membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode yang
paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur
operasi besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam
keadaan darurat (Hartono,2014).

Pelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah sectio caesarea adalah pelahiran
janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus, tindakan
ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor (Koniak,2011).

Persalinan melalui section caesarea didefinisikan sebagai pelahiran janin


melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus
(histerotomi) (Norman,2012).

B. Etiologi
Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2002)
adalah sebagai berikut :
1. Indikasi Ibu

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.


b. Panggul sempit.
c. Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dengan panggul.

d. Partus lama (prolonged labor).


e. Ruptur uteri mengancam.
f. Partus tak maju (obstructed labor).
g. Distosia serviks.

h. Pre-eklampsia dan hipertensi.

i. Disfungsi uterus.
j. Distosia jaringan lunak
2. indikasi janin
a. Letak lintang.

b. Letak bokong.
c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-
cara lain tidak berhasil.

C. Jenis – Jenis Sectio Caesarea

1. Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas
uterus
2. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa

dengan teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).


3. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka,
dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan
hysteroktomy dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma
uteri, infeksi intra uterin berat

D. Manifestasi Klinik
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post
sectio caesarea, antara lain :
1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.

3. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.


4. Bising usus tidak ada.

5. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.

6. Balutan abdomen tampak sedikit noda.


7. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

E. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu

akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena
itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat


regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir
dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya
janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini
juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap
untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas
yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien
sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal.
Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi.
F. Pathway
G. Pemerikasaan Penunjang
1. Darah lengkap, golongan darah (ABO)

2. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin


3. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II

4. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan


presentasi janin

H. Penatalaksanaan
Teknik SC transperitaneal profunda
1. Persiapan pasien
Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal /
peridural pada oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat
operasi, obat dan darah dipersiapkan
2. Pelaksanaan

a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan


oprasi dipersempit dengan kain suci hama.
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis
ampai dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum
peritonium terbuka.
c. Dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa
laparotomi
d. Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung
kencing di depan segmen bawah rahim secara melintang pada

vesikouterma ini disisihkan secara tumpul ke arah bawah dan


samping dilindungi dengan spekulum kandung kencing
e. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan
plikavesikouretra tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm.
Kemudian diperlebar sc melintang secara tumpul dengan kedua jari
telunjuk operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat
melintang (transversal)
f. Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin

dilahirkan. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya.

Tali pusat dijepit dan diotong plasenta dilahirkan secara manual ke


dalam otot rahim intramuscular disuntik oksitosin. Laisan dinding
rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
g. Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
h. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka
dinding perut dijahit

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut
(Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :
1. Infeksi puerperal (nifas)

a. Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b. Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
2. Perdarahan

a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

b. Atonia uteri.
c. Perdarahan pada placental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonealisasi terlalu tinggi.


4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

H. Pengkajian
1. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Alasat dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit
perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
3. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini
meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan
lain-lain.
4. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama,
keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran,
persalinan, nifas
yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB,
msalah, dan rencana KB.
5. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
a. Bernafas, Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
b. Nutrisi, Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah,
frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira
hari ketiga.
c. Eliminasi, Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah

inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya


kontrol blas, terjadi over distensi blass, apakah perlu bantuan saat
BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi
diantara hari kedua dan kelima.
d. Aktivitas, Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,

kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan


bekerja dan menyusui.
e. Istirahat dan Tidur, Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau
remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Insomnia
mungkin teramati.
f. Personal Hygine, Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan

gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,


tata rias rambut dan wajah.
g. Rasa nyaman, Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi
diantara hari 3 sampai ke-5 pasca partum.
h. Rasa Aman , Peka rangsang, takut/menangis
(“postpartum
blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan)
i. Suhu, Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang
normal yaitu 36-37°C
j. Ibadah, Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa
nifas.
k. Hubungan sosial dan komunikasi, Kaji adakah perubahan pola

komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya selama fase nifas.


l. Produktivitas, Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada
dalam fase nifas.
m. Rekreasi dan hiburan, Yang dikaji situasi atau tempat yang

menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.


n. Kebutuhan belajar, Kaji adakah perubahan minat ibu untuk
mempelajari tentang perawatan ibu dan bayi selama masa nifas.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan
tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali
normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah
menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila
tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-
eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
2) Suhu

Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit


kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai hari-hari
berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
3) Nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni


pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.
Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit.
Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila
disertai peningkatan
4) Pernafasan

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada


respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya
ikutan dari tanda-tanda syok.
5) Kepala

Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah


konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
6) Leher

Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar


tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
7) Thorak

a) Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil,


pruduksi kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.
b) Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
c) Paru: kaji pernafasa ibu
8) Abdomen

Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan


kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum,
strie alba, albican.
9) Genetalia

a) Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam


kondisi normal.
b) Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
c) Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur
internal dan eksternal.
d) Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan
produksi mukus normal.
10) Perinium dan Anus

Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,


discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya
hemoroid.
11) Ekstremitas

Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu

tentang cara menyusui yang bernar.


2. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin

4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi


5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap
proses pembedahan

J. Intervensi
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Menyusui tidak Setelah diberikan tindakan Health Education :


efektif keperawatan selama ...... x24 jam a. Berikan informasi mengenai :
berhubungan pasien menunjukkan respon 1) Fisiologi menyusui
dengan kurangnya breast feeding adekuat dengan 2) Keuntungan menyusui
pengetahuan ibu Kriteria Hasil : 3) Perawatan payudara
tentang cara a. Pasien mengungkapkan puas 4) Kebutuhan diit khusus
menyusui yang dengan kebutuhan untuk 5) Faktor-faktor yang
benar. menyusui menghambat proses
b. Pasien mampu menyusui
mendemonstrasikan b. Demonstrasikan breast care
perawatan payudara dan pantau kemampuan pasien
untuk melakukan secara
teratur
c. Ajarkan cara mengeluarkan
ASI dengan benar, cara
menyimpan, cara transportasi
sehingga bisa diterima oleh
bayi
d. Berikan dukungan dan
semangat pada ibu untuk
melaksanakan pemberian ASI
eksklusif
e. Berikan penjelasan tentang
tanda dan gejala bendungan
payudara, infeksi payudara
f. Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan mendukung
klien dalam pemberian ASI
2 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management :
berhubungan keperawatan selama ...... x24 jam a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan diharapkan nteri berkurang secara komprehensif termasuk
diskonjuitas dengan lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
a. Mampu mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab nyeri, b. Observasi reaksi nonverbal
mampu menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk c. Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
bantuan) pengalaman nyeri pasien
b. Melaporkan bahwa nyeri d. Kaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
menggunakan manajemen e. Kontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
c. Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, pencahayaan dan kebisingan
frekuensi dan tanda nyeri) f. Kurangi faktor presipitasi
d. Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang g. Pilih dan lakukan penanganan
e. Tanda vital dalam rentang nyeri (farmakologi, non

normal farmakologi dan inter


personal)
h. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
i. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
j. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

eept elrahwdaitlaankuseklanmasu…
ha..nx 24 Sae. lfMCoanrietoar skseism
taenmep:uA
anDkLlisen
jam ADLs klien meningkat untuk perawatan diri yang
3 rdibseitr h
puerbauw
nagtan dengan mandiri.
dengan kelelahan Kriteriia Hasil : b. Monitor kebutuhan pasien
sehabis bersalin a. Pasien terbebas dari bau untuk alat-alat bantu untuk
badan kebersihan diri, berpakaian,
b. Menyatakan kenyamanan berhias, toileting dan makan.
terhadap kemampuan untuk c. Sediakan bantuan sampai
melakukan ADLs pasien mampu secara utuh
c. Melakukan ADLs dengan untuk melakukan self-care.
bantuan d. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
e. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika pasien tidak
mampu melakukannya.
f. Ajarkan pasien atau keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari
Setelah dilakuakan asuhan Infection Control (Kontrol
keperawatan selama .... x24 jam infeksi)
4 Resiko infeksi diharapkan resiko infeksi a. Bersihkan lingkungan setelah
berhubungan terkontrol dengan dipakai pasien lain
dengan luka Kriteria Hasil : b. Pertahankan teknik isolasi
operasi a. Pasien bebas dari tanda dan c. Batasi pengunjung bila perlu
gejala infeksi d. Instruksikan pada pengunjung
b. Mendeskripsikan proses untuk mencuci tangan saat
penularan penyakit, faktor berkunjung dan setelah
yang mempengaruhi berkunjung meninggalkan
penularan serta pasien
penatalaksanaannya, e. Cuci tangan setiap sebelum
c. Menunjukkan kemampuan dan sesudah tindakan
untuk mencegah timbulnya kperawtan
infeksi Infection Protection (Proteksi
d. Jumlah leukosit dalam batas Terhadap Infeksi)
normal a. Monitor tanda dan gejala
e. Menunjukkan perilaku hidup infeksi sistemik dan lokal
sehat b. Monitor hitung granulosit,
WBC
c. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
d. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
e. Inspeksi kulit dan membran

m
paunkaoss,adrteairnhasdeap kemerahan,
f. Ispeksi kondisi luka atau
insisi bedah
g. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
h. Dorong masukan cairan
i. Dorong istirahat
j. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
k. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
l. Ajarkan cara menghindari
infeksi
m. Laporkan kecurigaan infeksi

5 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan a. Rencanakan periode istirahat


aktivitas keperawatan selama ...... x 24 yang cukup.
berhubungan jam diharapkan klien dapat b. Berikan latihan aktivitas
dengan kelemahan melakukan aktivitas ringan atau secara bertahap.
sekunder terhadap total dengan c. Bantu klien dalam memenuhi
proses Kriteria Hasil : kebutuhan sesuai kebutuhan.
pembedahan a. Perilaku menampakan d. Setelah latihan dan aktivitas
kemampuan untuk kaji respons klien
memenuhi kebutuhan diri.
b. Pasien mengungkapkan
mampu untuk melakukan
beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
c. Koordinasi otot, tulang dan
anggota gerak lainya baik

K. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti
rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup
melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari pasien.
L. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer. A. (2002). Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika Manuaba, Ida Bagus Gede.
(2002_. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

Muchtar. (2005). Obstetri patologi, Cetakan I . Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. (2010). Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.

Yogyakarta : mocaMedia

Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 .

Jakarta: Prima Medika

Saifuddin, AB. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal danneonatal. Jakarta : penerbit yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. (2009). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai