Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

DI PUSKESMAS TANAH SEREAL KOTA BOGOR

DISUSUN OLEH

M. DAVID NUGROHO

NPM. 18160100039

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2017

LAPORAN PENDAHULUAN
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

A. Definisi

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan

keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas

rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif

terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,

malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,

pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan

untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan

morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen

Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima

tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS,

Modul 1, 2004).

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang

menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan

dalam menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan.

Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif.

Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tanhun disebabkan oleh pneumonia,

diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi

(AKB) 50/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita

(AKABA) 64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001).

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu bentuk

pengelolaan balita yang mengalami sakit yang bertujuan untuk

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan

anak. Bentuk manajemen ini dilaksanakan secara terpadu tidak terpisah,

dilakukahn terpadu karena bentuk pelayanannya dilaksanakan secara

bersama dan penanganan kasus tidak terpisah, yang memberikan

pelayanan anak sakit, dengan nutrisi, pemberian imunisasi pencegahan

penyakit serta promosi untuk tumbuh kembang.

B. Sejarah Terbentuknya MTBS

Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada

tahun 1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS

WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November

1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia

berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara

berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu

kesehatan anak melalui IDAI.

Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33

provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena

berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang

sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan

prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas,

dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan

provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program

Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan

sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan

(melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah

kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut.

C. Tujuan MTBS

Meningkatkan keterampilan petugas dalam:

1. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang

timbul.

2. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan

dirumah.

3. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit.

4. Memperbaiki sistem kesehatan.

5. Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang

terkait penyakit tersering pada balita, memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

D. Ruang Lingkup

1. Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan.

2. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun.

3. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan

klasifikasi.

4. Konseling bagi ibu.

5. Tindakan dan pengobatan.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

6. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

E. Protap Pelayanan MTBS

1. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai

keluhan utama,lamanya sakit,pengobatan yang telah diberikan dan

riwayat penyakit lainnya.

2. Pemeriksaan :

a. Untuk bayi umur 1hari-2 bulan

Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya

infeksi, ikterus, gangguan pencernaan, BB, dan status imun.

b. Untuk bayi 2 bulan-5 tahun

Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga,

status gizi, imun, penialaian pemberian makanan.

3. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.

F. Strategi dan Proses MTBS

Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan,

yaitu:

1. Komponen I: Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam

tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-

dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah

dilatih).

2. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat

kabupaten/kota).

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

3. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam

perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita

sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang

dikenal sebagai MTBS berbasis Masyarakat.

Proses manajemen kasus disusun dalam beberapa langkah sebagai

berikut :

1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2

bulan dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

2. Membuat klasifikasi kategori untuk melaksanakan tindakan.

3. Mengobati dengan memberikan resep, cara memberi obat dan

tindakan lain yang perlu dilakuakan.

4. Memberi konseling bagi ibu.

5. Memberi pelayanan tidak lanjut.

Memilih bagan manajemen kasus harus tepat, yaitu setiap fasilitas

kesehatan mempunyai prosedur penerimaan rawat jalan, gawat

darurat/tindakan, KB/KIA atau imunisasi yang setiap fasilitas kesehatan

mempunyai prosedur pendaftaran pasien. Jika belum ada tentukan dulu

kelompok usia anak.

G. Kategori MTBS

Dalam pelaksanaannya MTBS dapat dilaksanakan pada 2 kategori :

1. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun:

a. Memeriksa tanda – tanda dan bahaya umum

1) Bisa anak minum / menetek ?

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

2) Selalu memuntahkan semuanya ?

3) Anak tidak sadar ?

4) Anak kejang?

b. Menanyakan keluhan utama: Anak batuk / sukar bernafas

Klasifikasi:

1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat

Gejala : Ada tanda bahaya umum, …….kedalam stridor

Tindakan : - Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai

- Rujuk segera

2) Pneumonia

Gejala : Nafas cepat

Tindakan : - Beri antibiotik

- Beri pelega tenggorokan dan obat batuk

- Kunjungan ulang setelah 5 hari

3) Batuk bukan pneumonia

Gejala : Tidak ada tanda pneumonia/penyakit sangat

berat

Tindakan : - Beri pelega tenggorokan dan obat batuk

- Kunjungan ulang setelah 5 hari

c. Anak diare

Klasifikasi:

Dehidrasi

1) Dehitrasi berat

Gejala : Terdapat dua atau lebih tanda berikut:

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

- Letargi

- Mata cekung

- Tidak bisa minum / makan minum

- Turgor jelek (kembali sangat lambat)

Tindakan : Rujuk segera (beri cairan pengunyah)

2) Dehitrasi ringan / sedang

Gejala : Terdapat dua atau lebih tanda berikut:

- Gelisah / rewel

- Mata cekung

- Haus / minum dengan lahap

- Turgor jelek (kembali lambat)

Tindakan :- Beri cairan oralit dan gunakan sesuai

indikasi

- ASI diteruskan

- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak

ada perbaikan

3) Tanpa dehitrasi

Gejala : Tidak cukup tanda untuk dehitrasi

Tindakan : - Beri cairan dan makanan sesuai rencana

- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila

tidak ada perbaikan

Diare 14 hari atau lebih

1) Diare desisten berat → jika ada dehitrasi

Pengobatan : Atasi dehitrasi sebelum dirujuk

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

2) Diare persistensi → tanpa dehitrasi

Tindakan : - Nasehati ibu tentang pemberian makanan

- Kunjungan ulang setelah 5 hari

3) Jika terdapat daerah dalam tinja (disentri)

Tindakan : - Beri antibiotik yang sesuai untuk shigella

- Kunjungan ulang setelah 2 hari

d. Demam

Klasifikasi:

Malaria

Resiko tinggi malaria:

1) Penyakit berat dengan demam

Gejala : Ada tanda bahaya uleum dan kaku kuduk

Tindakan : - Anti malaria

- Antibiotik parasetanol

- Cegah agar gula darah tidak turun

- Rujuk segera

2) Malaria

Gejala : Demam (375oC atau lebih)

Tindakan anti malaria

- Antibiotik parasetanol

- Cegah agar gula darah tidak turun

- Kunjungan ulang setelah 2 hari

Resiko rendah malaria:

1) Penyakit berat dengan demam

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

2) Malaria

Gejala tidak ada pilek /campak/dan penyebab lain dan gejala

3) Demam mungkin bukan malaria

Gejala ada pilek /campak /ada penyebab lain

Tindakan : - Parasetamol

- Kunjungan ulang setelah 2 hari

Tanpa resiko malaria:

1) Penyakit berat dengan demam

2) Demam bukan malaria

Campak

1) Dengan komplikasi berat

Gejala : - Ada tanda

- Kekeruhan pada kornea mata

- Luka pada kulit

Tindakan : - Beri vit A, antibiotik, parasetamol

- Salep mata tetrasiklin/kroramfenikel

- Rujuk segera

2) Campak dengan komplikasi pada mata / mulut

Gejala : Mata bernanah dan luka dimulut

Tindakan : - Beri vit A, salep mata dan gentian violet

- Kunjungan ulang setelah 2 hari

3) Campak tidak ada tanda – tanda diatas dan hanya diberi

vitamin A

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

Demam berdarah dengue

1) DBD

Gejala : Ada tanda – tanda syok, muntah bercampur darah,

bercak sama hitam, pendarahan dari hidung / gusi bintik

merah dikulit dan sering muntah

Tindakan : Rujuk segera

2) Mungkin DBD

Gejala : Nyeri ulu hati / gelisah, bintik merah di kulit (uji

torniquet) (-)

Tindakan : - Parasetamol, Banyak minum

- Kunjungan ulang setelah 2 hari

3) Demam mungkin bukan DBD → tidak ada satupun gejala

diatas Tindakan :Parasetamol dan kunjungan ulang setelah 2

hari

e. Masalah telinga

Klasifikasi :

1) Mastodinas

Gejala : Pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga

Tindakan : - Antibiotik, parasetamol

- Rujuk segera

2) Infeksi telinga akut

Gejala : Tampak cairan keluar dari telinga dan telah

terjadi 14 hari

Tindakan : - Antibiotik parasetamol

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

- Keringkan telinga dan kunjungan ulang

setelah 5 hari

3) Infeksi telinga kronis

Gejala : Tampak cairan keluar dari telinga dan telah

terjadi 14 hari

Tindakan : Antibiotik, keringkan telinga dan kunjungan

ulang setelah 5 hari

4) Tidak infeksi telinga

Tidak ada nyeri dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga

f. Status gizi dan anemia

1) Gizi buruk atau anemia berat

Gejala : Badan tampak sangat kurus / bengkak pada

kedua kaki / pusat di telapak tangan

Tindakan : Vit A dan rujuk segera

2) BGM dan / atau anemia

Gejala : Telapak tangan agak pucat / BB menurut

umur sangat rendah (BGM)

Tindakan : Beri zat besi, konseling bagi ibu, jika BGM,

kaji ulang setelah 4 minggu

3) Tidak BGM dan tidak anemia

Gejala : BB menurut umur tidak BGM dan tidak ada

tanda malnutrisi / anemia

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

Tindakan : Nasehati ibu dalam pemberian makan,

kunjungan ulang setelah 5 hari

g. Imunisasi anak

1) 0 – 7 hari : Hep. B 1

2) 1 bulan : BCG

3) 2 bulan : Hep B.2 Polio. DPT.1

4) 3 bulan : Hep B.3 Polio. DPT.2

5) 4 bulan : Polio. DPT.3

6) 9 bulan : Campak Polio.4

h. Vitamin A

1) Dosis pertama sebesar 100.000 IV pada 6 bulan sampai 1

setahun.

2) Dosis selanjutnya sebesar 200.000 IV setiap 6 bulan (sampai

umur 5 tahun) setiap Februari dan Agustus

i. Pemberian pelayanan tindak lanjut

j. Konseling bagi ibu

1) Makan

- Menilai cara pemberian makan anak

- Anjurkan makanan selama anak sakit maupun sehat

- Menasehati ibu tentang pemberian makanan

2) Cairan

Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama

anak sakit

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

3) Kapan harus kembali

- Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas

kesehatan

- Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya

2. Pemberian klasifikasi dan tindakan/ pengobatan bayi muda umur

1 hari sampai 2 bulan

a. Memeriksa kejang

Kaji respon kejang

Gejala : Trehor, menangis melengking tiba – tiba, gerakan

yang tidak terkendali pada mulut, mata, anggota gerak, dan kaku

seluruh badan.

Tindakan :- Bebas kan jalan nafas, obat anti kejang, antibiotik

PP

- Rujuk segera

b. Memeriksa gangguan nafas

Gejala : Henti nafas (apnea) > 20 detik / nafas > 60 x/mnt /

Nafas lambat < 30 x/mnt hidung / bayi merintih.

Tindakan : Berikan jalan nafas, reisistensi jika perlu, cegah

agar gula darah tidak turun, antibiotik, rujuk segera

c. Hipotermi

1) Hipotermi berat

Gejala : Suhu < 36oC / mengantuk atau, letargis/ ada

bagian badan bayi

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

Tindakan : Beri tindakan hangat, cegah agar gula darah tidak

turun, rujuk segera

2) Hipotermi sedang

Gejala : Suhu 36oC – 36,4oC, kaki tangan teraba dingin

yang disertai gerakan bayi kurang dari normal

Tindakan : Hangat bayi segera, cegah agar gula darah tidak

turun, lakukan asuhan dasar bayi muda, kunjungan ulang

setelah 2 hari

d. Infeksi bakteri

1) Mungkin infeksi bukan istemik

Gejala : Mengantuk / letargis / kejang / gangguan nafas /

skleremia / suhu > 37,5oC / suhu < 36oC

Tindakan : Penanganan kejang, gangguan nafas, tangani

hipotermi, antibiotik, rujuk segera

2) Mungkin infeksi bakteri lokal berat

Gejala : Postal kulit / mata bernanah banyak / nanah

keluar dari telinga/ pusar kemerahan meluas sampai ke kulit

perut / bernanah

Tindakan : Antibiotik, antiseptik lokal, jaga bayi tetap hangat,

rujuk segera

3) Infeksi bakteri lokal

e. Ikterus

1) Ikterus patologik

2) Ikterus fisiologik

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

f. Gangguan saluran cerna

g. Diare

h. Kemungkinan BB rendah dan atau masalah pemberian ASI

1) BB sangat rendah dan atau masalah pemberian ASI berat

2) BB rebndah dan atau masalah pemberian ASI

3) BB tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas;


Dep.Kes.RI. 2004.

Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit; Departemen Kesehatan RI, WHO
& UNICEF., 2004

Buku Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit; Departemen Kesehatan RI &


WHO., 2005,

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039

Anda mungkin juga menyukai