B. JENIS – JENIS
1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus.insisi
pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan
pembedahan ini adalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal, Pada cectio cacaria klasik ini di
buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis
profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal, Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan
untuk mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
1
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
2
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36
minggu.
4. Bayi Kembar, Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir, Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah.Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsan
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis
letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
3
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
D. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum.Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi
janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah.Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup.Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi.Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal.Selain
itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
4
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
D. TEKHNIK PENATALAKSANAAN
1. Bedah Caesar Klasik/ Corporal.
a. Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus
uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai
sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua jari
operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan dengan
meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong
diantara kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika
kedalam miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
- Lapisan I Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang
dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
- Lapisan II lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal
(lambert) dengan benang yang sama.
- Lapisan III Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit
secara jelujur menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan
air ketuban
g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
5
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua
jari operator.
c. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan dengan cara
meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
d. Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong
diantara kedua klem tersebut.
f. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam
miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
- Lapisan I Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan
menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
- Lapisan II Lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal
(lambert) dengan benang yang sama.
- Lapisan II Peritoneum plika vesikouterina dijahit secara jelujur
menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air
ketuban
i. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
3. Bedah Caesar Ekstraperitoneal
a. Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum kemudia digeser
kekranial agar terbebas dari dinding cranial vesika urinaria.
b. Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar transperitoneal
profunda demikian juga cara menutupnya.
4. Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
a. Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal demikian juga
cara melahirkan janinnya.
b. Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan menggunakan
klem secukupnya.
6
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
7
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
5. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang
sangat jarang terjadi.
6. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi :Kematian perinatal
8
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan awal
a. Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika diperlukan
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan
ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
2. Diet, Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b. Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
9
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
10
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
11
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh
anestesi.
j. Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan
nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan
terinci bila dijumpai adanya penyimpangan
k. Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general
Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik
sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan
pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani.
Pemasangan kateter fole.
12
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa
keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat, karena kurangnya pengetahuan klien
tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan
serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah
dalam perawatan dirinya
13
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme, Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan
nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas, Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak,
cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi, Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur, Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran, Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan sters, Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif, Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum
akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri, Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri\
10) Pola reproduksi dan social, Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
14
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
15
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
Diagnosa Keperawatan Dengan SC
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber
informasi tentang cara perawatan bayi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
16
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
3. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
17
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
payudara
Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian
ASI
Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi/memberikan pelayanan KIA
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Management
agen injuri fisik asuhan keperawatan selama Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
(luka insisi 3x24 jam diharapkan nteri durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
operasi) berkurang dengan indicator: Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Pain Level, Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Pain control, Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Comfort level Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Mampu mengontrol nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
(tahu penyebab nyeri, nyeri masa lampau
mampu menggunakan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
tehnik nonfarmakologi Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
untuk mengurangi nyeri, pencahayaan dan kebisingan
mencari bantuan) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Melaporkan bahwa nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
berkurang dengan personal)
18
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
menggunakan manajemen Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
nyeri Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Mampu mengenali nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
dan tanda nyeri) Tingkatkan istirahat
Menyatakan rasa nyaman Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
setelah nyeri berkurang Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Tanda vital dalam rentang Analgesic Administration
normal Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
-
19
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
20
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Self Care assistane : ADLs
diri b.d. keperawatan selama 3x24 Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Kelelahan. jam ADLs klien meningkat Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
dengan indicator: berhias, toileting dan makan.
Self care : Activity of Daily Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
Living (ADLs) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
Klien terbebas dari bau kemampuan yang dimiliki.
badan Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak
Menyatakan kenyamanan mampu melakukannya.
terhadap kemampuan untuk Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan
melakukan ADLs bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Dapat melakukan ADLS Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
dengan bantuan Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
5. Risiko infeksi b.d Setelah dilakuakan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
tindakan invasif, keperawatan selama 3x24 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
paparan jam diharapkan resiko Pertahankan teknik isolasi
lingkungan infeksi terkontrol dengan Batasi pengunjung bila perlu
21
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
patogen indicator: Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
Immune Status berkunjung meninggalkan pasien
Knowledge : Infection Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Risk control Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Klien bebas dari tanda dan Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
gejala infeksi Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Mendeskripsikan proses Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
penularan penyakit, factor Tingktkan intake nutrisi
yang mempengaruhi Berikan terapi antibiotik bila perlu
penularan serta Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)
penatalaksanaannya, Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Menunjukkan kemampuan Monitor hitung granulosit, WBC
untuk mencegah timbulnya Monitor kerentanan terhadap infeksi
infeksi Batasi pengunjung
Jumlah leukosit dalam batas Saring pengunjung terhadap penyakit menular
normal Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Menunjukkan perilaku hidup Pertahankan teknik isolasi k/p
sehat Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
22
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
23
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039
Stase Keperawatan Maternitas
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002.Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana,Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
24
M. David Nugroho, S.Kep
NPM 18160100039