Anda di halaman 1dari 8

Stase Keperawatan Anak

Profesi Ners STIKIM


Jakarta 2017
A. Pengertian
Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak
(tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan
otak.
Menurut Morton (2012), trauma capitis merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak dan otak.
Trauma Capitis adalah cedera kepala yang menyebabkan kerusakan pada kulit kepala,
tulang tengkorak dan pada otak. (Brunner and Suddarth Medikal Surgical Nursing).

B. Tujuan
Craniotomy adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang paling umum dilakukan
untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga dilakukan untuk menghilangkan
bekuan darah (hematoma), untuk mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah
lemah bocor (aneurisma serebral), untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa
(koneksi abnormal dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak, untuk
mengurangi tekanan di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk
memeriksa otak.

C. Mekanisme Cidera
Mekanisme cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat-
ringannya konsekuensi patofisiologi dari trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi)
terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma
akibat benda tumpul, atau karena terkena lemparan benda tumpul. Cedar perlambatan
(deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relative tidak bergerak,
seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersaman bila
terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi
badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada
substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan mungkin karena memar pada permukan
otak, laserasi substansia alba, cedara robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedaea
sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada
pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hyperemia (peningkatan volume darah) pada

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan
peningkatan intracranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak
sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.

D. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen. Jadi kekurangan aliran darah keotak tidak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20
mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Pada saraf otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolic anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan as. Laktat
akibat metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan timbulnya metabolic asidiosis.
Dalam keadaan normal aliran darah serebral (CBF) adalah 50 – 60 ml/ menit /100gr
jaringan otak yang merupakan 15% dari curah jantung (CO).

E. Manifestasi Klinis
Trauma otak mempengaruhi setiap system tubuh. Manifestasi klinis cedera otak meliputi
gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit neurologik, dan
perubahan tanda vital. Mungkin ada gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi
sensori, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang, dan banyak efek
lainnya. Karena cedera SSP sendiri tidakmeyebabkan syok, adanya syok hipovolemik
menunjukkan

1. Trauma capitis ringan


a. Cedera kepala sekunder yang ditandai dengan nyeri kepala, tidak pingsan,
tidak muntah, tidak ada tanda-tanda neurology.
b. Komusio serebri ditandai denga tidak sadar kurang dari 10 menit, muntah,
nyeri kepala, tidak ada tanda-tanda neurology.
2. Trauma capitis sedang

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
Ditandai dengan pingsan lebih dari 10 menit, muntah, amnesia, dan tanda-tanda
neurology.
3. Trauma capitis berat
a. Laserasi serebri ditandai dengan pingsan berhari-hari atau berbulan-bulan,
kelumpuhan anggota gerak, biasanya disertai fraktur basis kranii.
b. Perdarahan epidural ditandai dengan pingsan sebentar-sebentar kemudian
sadar lagi namun beberapa saat pingsan lagi, mata sembab, pupil anisokor,
bradikardi, tekanan darah dan suhu meningkat.
c. Perdarahan subdural ditandai dengan perubahan subdural, nyeri kepala, TIK
meningkat, lumpuh.
4. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien post operasi craniotomy, antara lain
:
a. Edema cerebral
b. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
c. Hypovolemik syok
d. Hydrocephalus
e. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)

F. Pathway Keperawatan

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Perawatan pada pasien post operasi Craniotomy :
1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2) Mempercepat penyembuhan
3) Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4) Mempertahankan konsep diri pasien
5) Mempersiapkan pasien pulang
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis pada pasien post craniotomy antara lain :
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringanya trauma
2. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
3. Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa
40 % atau gliserol 10 %.
4. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidasol
5. Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak
6. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami
penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka
hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama,
ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya
bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000
TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya.
7. Pembedahan.

H. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian

a) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Keluhan nyeri pada kepala

- Keadaan luka dan balutan : tidak ada perdarahan

b) Pola nutrisi metabolik

- Keluhan mual, muntah

- Kesulitan mengunyah/menelan

c) Pola aktifitas

- Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan

- Perubahan kesadaran, letargi

- Hemiparese

- Cedera (trauma)

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
- Kehilangan tonus otot.

d) Eliminasi

- Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi

e) Pola persepsi sensori dan kognitif

- Pusing

- Gelisah

- Adanya keluhan napas (sesak, ronchi, apnea)

I. Fokus Intervensi berdasarkan Diagnosa Keperawatan yang muncul


Diagnosa Keperawatan
1. Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi, aspirasi dan imobilisasi.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema cerebral
3. Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi b.d kerusakan hipotalamus, dehidrasi
dan infeksi.
4. Gangguan pemenuhan aktifitas dan latihan b.d kelemahan fisik.
5. Nyeri b.d trauma.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
Perencanaan

1. DP.I : –

HYD :

- Mempunyai pertukaran gas yang normal yang ditandai dengan

· Gas arteri normal

· Bunyi napas bersih tanpa bunyi-bunyi tambahan

· Melakukan napas dalam dan mengubah posisi secara langsung.

Rencana Tindakan :

1) Kaji keluhan sesak napas, suara napas, kecepatan, irama.

R/ Suara napas berkurang menunjukkan akumulasi sekret.

2) Catat karakteristik sputum (warna, jumlah, konsistensi)

R/ Sebagai penentu dalam kemajuan terapi.

3) Anjurkan minum 250 cc/hari bila tidak ada kontra indikasi.

R/ Mengencerkan lendir agar dapat dibatukkan.

4) Berikan posisi fowler

R/ Meminimalkan expansi paru dan memudahkan dalam bernapas..

b. DP.II: Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral.

HYD:

Tercapainya hemokonsentrasi neurologis/meningkatnya perfusi jaringan cerebral yang


ditandai dengan :

- Membuka mata sesuai perintah, menggunakan kata-kata yang dikenal, bicara


normal

- Mematuhi perintah dengan respon motorik yang tepat.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
Rencana Tindakan :

1) Kaji TTV

R/ Mengkaji tingkat kesadaran dan responnya.

2) Ubah posisi pasien tiap dua jam.

R/ Mencegah gangguan pada sistem pemantau TIC.

3) Kaji tanda-tanda peningkatan TIC

R/ Menentukan tindakan keperawatan yang tepat.

4) Kaji tempat insisi

R/ Mengetahui adanya kemerahan, nyeri tekan, bau yang menyengat.

5) Anjurkan pada pasien untuk menghindari batuk, hernia, atau meniup hidung.

R/ Dapat menyebabkan (CS dengan menciptakan takanan pada tempat operasi).

c. DP.III :–

HYD :

- Tercapainya pengaturan suhu dan suhu tubuh dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1) Monitor TTV

R/ Panas tubuh yang tidak turun-turun kemungkinan adanya kerusakan hipotalamus.

2) Anjurkan tirah baring

R/ Mempertahankan suhu tubuh pasien.

d. Gangguan pemenuhan perawatan diri b.d kelemahan fisik

Hasil Yang Diharapkan :

- Kebutuhan perorangan seperti higiene, toileting, nutrisi terpenuhi.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039
Stase Keperawatan Anak
Profesi Ners STIKIM
Jakarta 2017
- Pasien tidak mengeluh lemas.

Rencana Tindakan :

1) Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi aktifitasnya.

R/ Menentukan tindakan yang harus diberikan pada pasien.

2) Bantu perawatan diri klien sesuai dengan kebutuhan klien.

R/ Kebutuhan dapat terpenuhi sehingga memberikan rasa nyaman.

3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan akan perawatan diri klien.

R/ Kerjasama dapat meningkatkan pemenuhan perawatan diri klien.

J. Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 3.


EGC : Jakarta.
Kusuma, Amin. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis
dan NANDA NIC NOC. Penerbit : Mediaction.

M. David Nugroho, S.Kep


NPM 18160100039

Anda mungkin juga menyukai