Anda di halaman 1dari 12

 

   MANAJEMEN KEPERAWATAN Pengantar Manajemen Keperawatan


2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
upaya orang lain. (P. Siagian, 2000) Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989)
Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber
 – 
 sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat. 2.1.2 Fungsi Manajemen
1. 
Perencanaan (planning), perencanaan merupakan : a.
 
Gambaran apa yang akan dicapai  b.
 
Persiapan pencapaian tujuan c.
 
Rumusan suatu persoalan untuk dicapai d.
 
Persiapan tindakan
 – 
 tindakan e.
 
Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja a.
 
f. Tiap
 – 
 tiap organisasi perlu perencanaan 2.
 
Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat
 – 
 alat, keuangan dan fasilitas. 3.
 
Penggerak (actuating), menggerakkan orang
 – 
 orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja  bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval 4.
 
Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang
 – 
 orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga  berfungsi agar kesalahan dapat segera
diperbaiki. 5.
 
Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil
 – 
 hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah
selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik
administrasi dan manajemen. 6.
 
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode,
machine, minute dan market. 2.1.3 Prinsip Manajemen Prinsip
 – 
 prinsip manajemen menurut Fayol adalah a. Division of work (pembagian pekerjaan)  b.
Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) c. Dicipline (disiplin) d. Unity of
command (kesatuan komando) e. Unity of direction (kesatuan arah) f. Sub ordination of
individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum) g.
Renumeration of personal (penghasilan pegawai) h. Centralization (sentralisasi) i. Scalar of
hierarchy (jenjang hirarki)  j. Order (ketertiban) k. Stability of tenure of personal (stabilitas
jabatan pegawai) l. Equity (keadilan) m. Inisiative (prakarsa) n. Esprit de Corps (kesetiakawanan
korps) 2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan Proses manajemen keperawatan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka dimana masing
 – 
 masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah
kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
 
 pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam
proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik  berupa laporan
finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat. 2.1.5 Prinsip
 – 
 prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan a. Manajemen keperawatan seyogyanya
berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,  pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.  b. Manajemen
keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang
menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. c. Manajemen keperawatan
akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun  permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di  berbergai
tingkat manajerial. d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. e. Manajemen
keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
untuk mencapai tujuan. f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang
telah diorganisasikan. g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik. h. Manajemen keperawatan menggunakan
komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara  pegawai. i. Pengembangan staf
penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat
 – 
 perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.  j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan
menetapkan prinsip
 – 
 prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan. Berdasarkan prinsip
 – 
 prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja  bersama
 – 
 sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi
 – 
 fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Metode Asuhan Keperawatan
 2.2.1 Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional
adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Mc. Laughin, Thomas dean Barterm
(1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap
perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998;
143) yaitu: a. Sesuai dengan visi dan misi institusi  b. Dapat diterapkan proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan. c. Efisien dan efektif penggunaan biaya. d. Terpenuhinya kepuasan
klien, keluarga dan masyarakat. e. Kepuasan kinerja perawat. 2.2.2 Tujuan a. Menjaga
konsistensi asuhan keperawatan  b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan. c. Menciptakan kemandirian dalam
memberikan asuhan keperawatan. d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan
dan keputusan. e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

 
2.2.3 Macam-macam metode Asuhan Keperawatan Menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan  profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan: 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Fungsional Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
 – 
 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh  perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama  pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi
 , intensive care.
Metode ini  berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). 3. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4
 – 
 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat
primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (
associate nurse
) 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu
( Douglas, 1984).
2.3
Interdisciplinary Rounds or Case Conference 
 2.3.1 Pengertian KonferensI Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal
yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik
hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik. 1.
 
 Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat
dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan
dalam perkembangan  pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien. 2.
 
 Konferensi pra-klinik 
 Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan
hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai
kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama. 2.3.2
 Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
 Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum
atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu : 1. Pre
Conference Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap  perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006) 2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal  penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Tujuan Pre dan Post
Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang
efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana  pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi  pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

III. KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN A. PENDAHULUAN Komunikasi dalam


keperawatan merupakan pendekatan terencana dan dipakai secara sadar untuk mempengaruhi
orang lain seperti staf perawatan, pasien dan keluarganya, tim kesehatan lainnya. Keterampilan
berkomunikasi yang baik merupakan keterampilan utama dan sangat penting bagi seorang
pimpinan keperawatan. Keberhasilan seseorang pimpinan sebagian besar tergantung pada
kemampuan berkomunikasi termasuk bertukar pikiran dan akan lebih efektif apabila dilakukan
secara langsung, tatap muka, komunikasi dua arah dengan sikap yang baik. B. PROSES
KOMUNIKASI Ada lima komponen yang harus diperhatikan oleh pimpinan keperawatan yaitu :
1. Pengirim berita (komunikator), pihak yang menyampaikan berita, laporan dan saran-saran. 2.
Penerima berita (komunikan), orang yang dituju. 3. Berita (pesan), yang disampaikan seperti
perintah dan saran-saran. 4. Sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan berita seperti
tulisan, telepon, radio, televisi, dll. 5. Umpan balik atau tanggapan dari penerima berita. C.
PESAN YANG DISAMPAIKAN BISA VERBAL MAUPUN NON VERBAL 1. Komunikasi
verbal, merupakan usaha yang disadari untuk memilih kata-kata yang akan
dipakainya.Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tulisan dan kombinasi antara keduanya. 2.
Komunikasi non verbal · Vokal, nada suara, kualitas, kecepatan yang semuanya menggambarkan
suasana emosi. · Gerakan dan ekspresi wajah dapat diartikan suasana hati. · Komunikasi yang
intim lebih atau sama dengan 45,4 cm ; komunikasi personal 45,5-120 cm. · Sentuhan sangat
penting untuk memberikan dorongan mental, tetapi perlu dipertimbangkan budaya dan
kebiasaan. D. CARA MEMBINA HUBUNGAN YANG EFEKTIF DAN TERAPEUTIK
Menurut Rogers hubungan yang sehat ditandai dengan komunikasi saling terbuka, menerima
orang lain sebagai individu yang berharga dan empati yang mendalam.Konflik internal dan
eksternal yang tidak terselesaikan dengan baik akan mengganggu kesehatan mental, akibat lebih
lanjut kestabilan dan penyesuaian diri dapat tearganggu. E. KEBIASAAN MEMPERSIAPKAN
DIRI ATAU CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI Kebiasaan dan keterampilan
dalam meningkatkan kesadaran diri tidak akan efektif apabila tidak ada keinginan secara terus
menerus untuk mengerti dan memahami orang lain. F. KOMUNIKASI ASERTIF 1. Pengertian
Adalah kemampuan menyampaikan secara tepat baik pikiran dan perasaan seseorang dengan
tetap menghormati dan menghargai hak dan martabat orang lain. 2. Cara melakukan komunikasi
asertif
 
Keterampilan untuk menyatakan diri secara nyata, tulus untuk mendapatkan sesuatu dengan tetap
mendengar dan menghargai orang lain.Tingkah laku tidak terjadi secara otomatis tetapi melalui
latihan dan belajar yang lambat laun akan menjadi kebiasaan. 3. Gaya pimpinan yang asertif
Ditandai dengan memperhatikan karyawan dengan menghargai orang lain, membimbing
karyawan, berpikir secara analitis, berpenampilan ekspresif dan mengungkapkan perasaan yang
sesungguhnya. 4. Faktor yang mempengaruhi sikap asertif Konsep diri dari pimpinan untuk
dapat menggunakan dirinya secara efektif,, memahami dan membuka diri. IV.SUPERVISI
KEPERAWATAN A. PENGERTIAN SUPERVISI Supervisi merupakan proses
berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki penampilan kerja tenaga
keperawatan dalam membearikan asuhan keperawatan melalui perencanaan, pengarahan,
bimbingan dan evaluasi. B. TUJUAN SUPERVISI 1. Untuk inspeksi, mengavaluasi dan
meningkatkan hasil kerja/prestasi kerja 2. Untuk membimbing/membina tenaga perawat secara
individu 3. Untuk memfasilitasi penggunaan sumber-sumber dalam pelaksanaan tugas 4. Untuk
melatih tenaga kerja yang kurang disiplin 5. Untuk memberikan bantuan kepada bawahan C.
UNSUR POKOK SUPERVISI 1. Pelaksana 2. Sasaran 3. Frekuensi 4. Tujuan 5. Teknik D.
PENYELIA KEPERAWATAN Yang termasuk penyelia keperawatan/supervisor adalah : 1.
Kepala ruangan 2. Pengawas keperawatan 3. Kepala seksi bidang keperawatan 4. Kepala bidang
keperawatan E. KOMPETENSI SESEORANG SUPERVISOR Supervisor harus memiliki
kemampuan dalam hal : 1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas 2. Memberikan
saran, nasehat dan bantuan kepada staf/pelaksana keperawatan 3. Memberikan motivasi untuk
meningkatkan semangat kerja staf/pelaksana keperawatan 4. Proses dinamika kelompok 5.
Memberikan bimbingan dan latihan 6. Memberikan penilaian terhadap hasil kerja perawat 7.
Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan dan pendokumentasian lebih baik
 
F. TEKNIK/CARA SUPERVISI 1. Langsung, dimana supervisi dilakukan saat kegiatan sedang
berlangsung agar pengarahan dan pemberian  petunjuk tidak dirasakan sebagai petunjuk. Umpan
balik dan perbaikan dapat dilakukan dengan langsung  pada saat supervisi. 2. Tidak langsung,
dimana suprvisi dilakukan melalui tertulis maupun lisan, supervisor tidak melihat langsung apa
yang terjadi di lapangan. 3. Kolaboratif, dimana supervisi dilakukan dengan memadukan
supervisi langsung dengan tidak langsung. Supervisor dan yang disupervisi secara bersama-sama
dalam memecahkan masalah yang dihadapai staf/perawat pelaksana. G. FREKUENSI
SUPERVISI KEPALA RUANGAN Tugas rutin supervisor yang harus dilakukan setiap harinya
adalah: 1. Sebelum pertukaran shift (15-30 menit) 2. Pada waktu mulai shift ( 15-30 menit) 3.
Sepanjang hari dinas (6-7 jam) 4. Sekali dalam sehari (15-30 menit) 5. Sebelum pulang ke rumah
(15 menit) H. PERAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN Peran suprvisi kepala ruangan adalah
tingkah laku kepala ruangan yang diharapkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan
supervisi. 1. Peran supervisi kepala ruangan sebagai perencana Mampu membuat perencanaan
sebelum melaksanakan supervisi. Agar dapat memproses pelaksanaan supervisi meliputi siapa
yang disupervisi, apa tugasnya, kapan waktu supervisi, kenapa, bagaimana masalah tersebut
sering terjadi. 2. Peran supervisi kepala ruangan sebagai pengarah Memberikan arahan kepada
perawat pelaksana agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
asuhan serta kebijakan rumah sakit. 3. Peran supervisi kepala ruangan sebagai pelatih Harus
terampil dalam mentransformasikan temuan atau tindakan pelayanan keperawatan yang baru
sehingga melalui proses belajar kemungkinan akan mengubah pemikiran, gagasan, sikap, dan
cara mengerjakan sesuatu. 4. Peran supervisi kepala ruangan sebagai penilai Melakukan
pengukuran terhadap akibat yang timbul dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sehingga penilaian dapat dilakukan secara efektif jika tujuannya spesifik
terdapat standar  penampilan kerja dan observasinya a
MANAJEMEN KEPERAWATAN Pengantar Manajemen Keperawatan
2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
upaya orang lain. (P. Siagian, 2000) Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989)
Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber
 – 
 sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat. 2.1.2 Fungsi Manajemen
1.
 
Perencanaan (planning), perencanaan merupakan : a.
 
Gambaran apa yang akan dicapai  b.
 
Persiapan pencapaian tujuan c.
 
Rumusan suatu persoalan untuk dicapai d.
 
Persiapan tindakan
 – 
 tindakan e.
 
Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja a.
 
f. Tiap
 – 
 tiap organisasi perlu perencanaan 2.
 
Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat
 – 
 alat, keuangan dan fasilitas. 3.
 
Penggerak (actuating), menggerakkan orang
 – 
 orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja  bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval 4.
 
Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang
 – 
 orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga  berfungsi agar kesalahan dapat segera
diperbaiki. 5.
 
Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil
 – 
 hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah
selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik
administrasi dan manajemen. 6.
 
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode,
machine, minute dan market. 2.1.3 Prinsip Manajemen Prinsip
 – 
 prinsip manajemen menurut Fayol adalah a. Division of work (pembagian pekerjaan)  b.
Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) c. Dicipline (disiplin) d. Unity of
command (kesatuan komando) e. Unity of direction (kesatuan arah) f. Sub ordination of
individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum) g.
Renumeration of personal (penghasilan pegawai) h. Centralization (sentralisasi) i. Scalar of
hierarchy (jenjang hirarki)  j. Order (ketertiban) k. Stability of tenure of personal (stabilitas
jabatan pegawai) l. Equity (keadilan) m. Inisiative (prakarsa) n. Esprit de Corps (kesetiakawanan
korps) 2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan Proses manajemen keperawatan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka dimana masing
 – 
 masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah
kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
 
 pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam
proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan
kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik  berupa laporan
finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat. 2.1.5 Prinsip
 – 
 prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan a. Manajemen keperawatan seyogyanya
berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,  pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.  b. Manajemen
keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang
menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. c. Manajemen keperawatan
akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun  permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di  berbergai
tingkat manajerial. d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. e. Manajemen
keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
untuk mencapai tujuan. f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang
telah diorganisasikan. g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik. h. Manajemen keperawatan menggunakan
komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara  pegawai. i. Pengembangan staf
penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat
 – 
 perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.  j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan
menetapkan prinsip
 – 
 prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan. Berdasarkan prinsip
 – 
 prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja  bersama
 – 
 sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi
 – 
 fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Metode Asuhan Keperawatan
 2.2.1 Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional
adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Mc. Laughin, Thomas dean Barterm
(1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap
perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998;
143) yaitu: a. Sesuai dengan visi dan misi institusi  b. Dapat diterapkan proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan. c. Efisien dan efektif penggunaan biaya. d. Terpenuhinya kepuasan
klien, keluarga dan masyarakat. e. Kepuasan kinerja perawat. 2.2.2 Tujuan a. Menjaga
konsistensi asuhan keperawatan  b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan. c. Menciptakan kemandirian dalam
memberikan asuhan keperawatan. d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan
dan keputusan. e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

 
2.2.3 Macam-macam metode Asuhan Keperawatan Menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan  profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan: 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Fungsional Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
 – 
 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh  perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama  pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi
 , intensive care.
Metode ini  berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). 3. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4
 – 
 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat
primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (
associate nurse
) 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu
( Douglas, 1984).
2.3
Interdisciplinary Rounds or Case Conference 
 2.3.1 Pengertian KonferensI Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal
yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik
hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik. 1.
 
 Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat
dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan
dalam perkembangan  pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien. 2.
 
 Konferensi pra-klinik 
 Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan
hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai
kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama. 2.3.2
 Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
 Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum
atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu : 1. Pre
Conference Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap  perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006) 2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal  penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Tujuan Pre dan Post
Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang
efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana  pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi  pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

Anda mungkin juga menyukai