2.2.3 Macam-macam metode Asuhan Keperawatan Menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan: 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Fungsional Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
–
2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi
, intensive care.
Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). 3. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4
–
6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat
primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (
associate nurse
) 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu
( Douglas, 1984).
2.3
Interdisciplinary Rounds or Case Conference
2.3.1 Pengertian KonferensI Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal
yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik
hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik. 1.
Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat
dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan
dalam perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien. 2.
Konferensi pra-klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan
hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai
kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama. 2.3.2
Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum
atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu : 1. Pre
Conference Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006) 2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Tujuan Pre dan Post
Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang
efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).
2.2.3 Macam-macam metode Asuhan Keperawatan Menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan: 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Fungsional Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
–
2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi
, intensive care.
Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). 3. Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4
–
6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat
primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (
associate nurse
) 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu
( Douglas, 1984).
2.3
Interdisciplinary Rounds or Case Conference
2.3.1 Pengertian KonferensI Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal
yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik
hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik. 1.
Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat
dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan
dalam perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien. 2.
Konferensi pra-klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan
hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai
kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama. 2.3.2
Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum
atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu : 1. Pre
Conference Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari
katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006) 2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi
post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006) Tujuan Pre dan Post
Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang
efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).