Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PADA NY P DENGAN HIPOVOLEMIK

SYOK DI RSUD MALINGPING

Ditujukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan gawat darurat

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Destiawan Eko Utomo, M.Kep., Sp. KMB

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

1. Annisa Suryani Nim 18215249

2. Iing Kurniawan Nim 18215257

3. Imas Masitoh Nim 18215259

4. Ira Susilawati Nim 18215260

5. Tita Rahayu Nim 18215271

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN S1 NONREG

STIKES YATSI TANGERANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT PADA TN D DENGAN HIVOPOLEMIK SYOK ” ini disusun
untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah kegawat darutatan di program
studi ilmu keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya


dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.

Mal
ingping, Januari 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................4
B. Tujuan penulisan Makalah ...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................8
A. Konsep Dasar penyakit ...................................................................................................8
B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Hipovolemia .........................................................11
C. Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Syok Hipovolemik ..............................13
BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................................................17
A. Pengkajian keperawatan ...................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan .....................................................................................................23
C. Rencana Keperawatan ......................................................................................................23
D. Implementasi Keperawatan ..............................................................................................24
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................................................28
BAB IV PENUTUP .....................................................................................................................30
A. Kesimpulan ......................................................................................................................30
B. Saran .................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................31

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah syok.
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya, syok
dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok distributif,
syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, 2013). Syok hipovolemik
mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma, atau kehilangan cairan yang
menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac output. Hal ini menyebabkan
kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat (Hammond and
Zimmermann, 2017). Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat
berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat
perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab
seperti luka bakar dan diare berat (Hardisman, 2013).
Syok hipovolemik sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian pada
negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi (Diantoro, 2014). Syok hipovolemik
merupakan tipe syok dengan etiologi tersering adalah dehidrasi akibat diare (Taghavi
and Askari, 2019). Menurut data dari World Health Organization diare dengan jumlah
korban 1,5 juta jiwa masih menempati urutan ke 7 dari sepuluh penyebab kematian di
dunia dan disusul kecelakaan lalu lintas yang menempati urutan ke 9 dari sepuluh
penyebab kematian didunia dengan jumlah korban 1,3 juta orang (WHO, 2012).
Berdasarkan data tahun 2017 angka 2 insidensi syok hipovolemik berdasarkan
etiologi hemoragik dan nonhemoragik mencapai angka 50.000 pasien per tahun,
dengan 10 000 diantaranya mengalami syok hipovolemik hemoragik (the Trauma
Registry of the German Trauma Society dalam Standl et al., 2018)
Prevalensi hipovolemia di dunia berdasarkan data World Health Organization dalam
Misniati (2015) hipovolemia merupakan urutan yang ke-3 penyebab kematian didunia
yang diperkirakan 3-4 milyar dalam setahunnya akibat diare atau gastroenteritis.
Sedangkan angka kematian akibat diare yang disertai syok hipovolemik pada balita di
Brazil mencapai 800.000 jiwa. Sebagian besar penderita meninggal karena tidak
mendapat penanganan pada waktu yang tepat (World Health Organization dalam
Hidayatulloh et al., 2016). Selanjutnya angka mortalitas pada pasien syok

4
hipovolemik nontrauma khususnya dehidrasi akibat diare, menurut studi pada tahun
2015 diperkirakan sekitar 1,3 juta orang dari seluruh rentang usia mengalami
kematian akibat dehidrasi pada diare dan dehidrasi akibat diare merupakan penyebab
tertinggi keempat kematian pada anak dibawah 5 tahun (The Global Burden of
Diseases, Injuries, and Risk Factors Study dalam Hidayatulloh et al., 2016).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, RISKESDAS (2018),
angka diare pada balita di Indonesia mencapai 11%, jauh meningkat dibanding tahun
2013 sebanyak 2,4%. Di Indonesia dari 358.814 kasus dengan hipovolemia sebanyak
50.993 kasus mengalami dehidrasi (Depkes, 2008). Salah satu penyebab syok
hipovolemik yang paling sering salah satunya adalah pasien mengalami dehidrasi.
Dehidrasi yang berdampak buruk bagi kesehatan, masih menjadi permasalahan yang
banyak terjadi di beberapa negara di dunia salah 3 satunya adalah Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Berdasarkan penelitian The
Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) dalam Hardinsyah et al., (2009) di
beberapa kota di Indonesia, sebesar 46,1% penduduk Indonesia mengalami dehidrasi
ringan, dengan jumlah yang lebih tinggi pada remaja sebesar 49,5% dan dewasa
42,5%.
Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok salah
satunya ialah kehilangan cairan ekstraselluler yang dapat disebabkan oleh terjadinya
diare, dehidrasi dan muntah (Nurarif dan Kusuma, 2015
Manifestasi klinis pasien saat masuk rumah sakit dengan diagnose syok hipovolemik
meliputi takipnea, takikardia, hipotensi ,kulit dingin, pucat, penurunan tingkat
kesadaran dan oligouria (Ramdani, 2016). Kemungkinan besar yang dapat
mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari penurunan volume darah
intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan tidak adekuatnya
perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia mendorong perubahan metabolisme
dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob. Hal ini menyebabkan akumulasi asam
laktat yang menyebabkan asidosis metabolic (Dewi dan Rahayu, 2010). Jika syok
hipovolemik tidak ditangani dengan segeradapat mengakibatkan hipoksia, penurunan
kesadaran karena berkurangnya suplai darah otak, kerusakan dan kematian jaringan
yang irreversible dan berakhir dengan kematian oleh karena berkurangnya volume
sirkulasi dalam tubuh. Oleh sebab itu syok hipovolemik harus segera mendapatkan

5
penanganan yang cepat, cermat, dan tepat untuk dapat mencegah kematian
(Hidayatulloh et al., 2016)
Pada kondisi syok terjadi ketidakmampuan jantung dan pembuluh darah dalam
mengalirkan darah ke seluruh tubuh secara memadai. Pada syok hipovolemik
penyebab yang paling umum dilihat pada kecukupan volume intravaskuler yang
mungkin terjadi karena kehilangan darah secara akut (internal/eksternal hemoragi atau
perdarahan gastrointestinal) atau kehilangan cairan dan elektrolit (muntah, diare berat,
dehidrasi, diuresis atau intake cairan yang tidak adekuat) (Michard et al., 2015).
Tindakan kegawatdaruratan yang diberikan pada pasien dengan syok hipovolemik
adalah dengan pemberian resusitasi cairan dengan jenis dan jumlah yang tepat dan
cepat diharapkan dapat meningkatkan status sirkulasi. Dikarenakan terapi cairan dapat
meningkatkan aliran pembuluh darah dan meningkatkan cardiac 5 output yang
merupakan bagian terpenting dalam penanganan syok (Finfer et al., 2013).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipovolemia pada pasien dengan syok
hipovolemik
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian asuhan keperawatan hipovolemia pada pasien
dengan syok hipovolemik
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan hipovolemia pada pasien dengan
syok hipovolemik
c. Mengidentifikasi intervensi pemberian passive leg raising pada pasien dengan
syok hipovolemik
d. Mengidentifikasi implementasi keperawatan hipovolemia pada pasien dengan
syok hipovolemik
e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan hipovolemia pada pasien dengan syok
hipovolemik
C.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar Penyakit


1. Definisi
Syok adalah suatu syndrome klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh (Sudoyo & Aru,
2006). Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terjadi kehilangan volume
sirkulasi efektif yang disebabkan oleh kehilangan cairan eksternal akibat hemoragi
dan perpindahan cairan internal seperti dehidrasi berat, edema atau asites, dan
kehilangan cairan akibat diare atau muntah (Boughman & Diane, 2010).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan
oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak
adekuat. Secara khas, riwayat pasien meliputi kondisi-kondisi yang menyebabkan
penurunan volume darah, seperti gastrointestinal hemoragi, trauma, diare berat
dan muntah (Dewi, E, & Rahayu, 2010).
Berdasarkan definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa syok
hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terjadi kehilangan darah dan cairan
yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah
2. Tanda dan gejala
Menurut (Kurniati et al., 2008) tanda dan gejala syok hipovolemik sebagai
berikut:
a. Takipnea: pernapasan cepat
b. Takikardia: denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit,
pengisian ulang kapiler lambat, dan hipotensi
c. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak, diaforetik
terutama pada ekstemitas
d. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
e. Oligouria: jumlah urine terlalu sedikit
3. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Sibuea et al., 2005) pasien trauma dengan syok hipovolemik
membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit gawat darurat jika dicurigai

7
terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi perdarahan
gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus
dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi
atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien
tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.
Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur.
Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan
ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang
memiliki fasilitas tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering
terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes
kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto
polos dada awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi,
atau CT-scan dada. Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan
pemeriksaan FAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa
dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan
pada pasien yang stabil. Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan
pemeriksaan radiologi.
Hasil pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, diantaranya: penurunan
HCT, penurunan Hb, penurunan RBC dan jumlah platelet, peningkatan serum
potassium, sodium, lactate dehydrogenase, creatinin, dan BUN, peningkatan berat
jenis urin (> 1.020) dan osmolalitas urin; sodium urin < 50 mEq/L, penurunan
creatinin urin, penurunan pH, peningkatan PaCO2, gastroskopi, X-Ray
4. Penatalaksanaan
Menurut (Dewi & Rahayu, 2010) Penatalaksanaan pada syok hipovolemik adalah
sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan memakaikan selimut pada penderita
untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-
kali memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya
b. Pemberian cairan
1) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam
paru.

8
2) Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius
dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak)
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi
mual atau muntah.
4) Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
10 intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
5) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan
yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada
luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik.
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan
isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid
memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila
menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan
jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit
konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya
dengan darah lengkap.
6) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
c. Pemberian posisi Passive leg raising (PLR) merupakan posisi yang rutin
digunakan sebagai tatalaksana awal pada intensive care unit sebelum
mendapatkan resusitasi cairan pada pasien hipovolemik dan hipotensi. Efek
hemodinamik yang dihasilkannya bermanfaat sebagai auto transfusi pada
pasien hipovolemik dan hipotensi. Pada manuver ini kedua kaki pasien
diangkat 0 - 90 derajat sehingga aliran darah dari tubuh bagian bawah ke
bagian sentral tubuh akan bertambah, seperti ke otak dan kompartemen sentral
tubuh yaitu di kavitas jantung.

9
B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Hipovolemi
1. Pengertian
Hipovolemia (D.0023) merupakan penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan /atau intraselular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
2. Data Mayor dan Minor
a. Data Mayor
1) Subjektif: Tidak tersedia
2) Data Obyektif
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan darah menurun
d) Tekanan nadi menyempit e
e) Turgor kulit menurun
f) Membran mukosa kering
g) Volume urine menurun
h) Hematokrit meningkat
b. Data Minor
1) Subjektif
a) Merasa lemah
b) Mengeluh haus
2) Objektif
a) Pengisian vena menurun
b) Status mental berubah
c) Suhu tubuh meningkat
d) Konsentrasi urine meningkat
e) Berat badan turun tiba-tiba (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
3. Faktor penyebab
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Kekurangan intake caira
e. Evaporasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
4. Penatalaksnaan

10
a. Manajemen hipovolemia
1) Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
b) Monitor intake dan output cairan
2) Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan posisi Modified Trendelenburg
c) Berikan asuhan cairan oral
3) Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL) b)
b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
d) Kolaborasi pemberian produk darah
b. Manajemen syok hivopolemik
1) Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan tekanan nadi, frekuensi
napas, TD, MAP)
b) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
c) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
d) Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
e) Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformitiy/deformitas, open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri
tekan, swelling/bengkak)
2) Terapeutik
a) Pertahankan jalan napas paten
b) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

11
c) Perispaan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
d) Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan
eksternal
e) Berikan posisi syok (Modified Trendelenberg)
f) Pasang jalur IV berukuran besar (mis. nomor 14 atau 16
g) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
h) Pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung i) Ambil sampel
darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
3) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
c) Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018)
c. Pemberian posisi passive leg raising (PLR)
1) Pengertian
Passive leg raising (PLR) merupakan posisi yang rutin digunakan sebagai
tatalaksana awal pada intensive care unit sebelum mendapatkan resusitasi
cairan pada pasien hipovolemik dan hipotensi. Efek hemodinamik yang
dihasilkannya bermanfaat sebagai auto transfusi pada pasien hipovolemik
dan hipotensi.
2) Tujun dan manfaat
Tujuan dari PLR adalah untuk meningkatkan preload dan stroke volume.
Manfaat dari PLR adalah untuk meningkatkan stroke volume dan cardiac
output sebanyak 12%. Pada manuver ini kedua kaki pasien diangkat 0 - 90
derajat sehingga aliran darah dari tubuh bagian bawah ke bagian sentral
tubuh akan bertambah, seperti ke otak dan kompartemen sentral tubuh
yaitu di kavitas jantung (Misniati, 2015)
C. Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Syok Hipovolemik
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang
akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Aziz
Alimul Hidayat, 202

12
a. Identitas
Mengkaji biodata pasien yang berisikan nama klien dan nama penanggung
jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan darah,
pendidikan terakhir, tanggal masuk RS, agama, status perkawinan, pekerjaan,
nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian
yang menyebabkan pasien berobat (Aziz Alimul Hidayat, 2021). Pasien yang
mengalami syok hipovolemik akan terjadi penurunan kesadaran, lemas,
adanya perdarahan aktif, mual muntah dan diare (Dewi & Rahayu, 2010).
c. Pengkajian primer
Tujuan dari primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan
pada primary survey antara lain (Maria Imaculata, 2020):
1) Air way
Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya
suara napas tambahan seperti snoring.
2) Breathing
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala syok
seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut,
atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
5) Exposure

13
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien
mengalami cidera tertentu.
d. Pengkajian sekunder
1) Riwayat Penyakit
Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) yang perlu dikaji pada riwayat
penyakit diantaranya:
a) Riwayat penyakit terdahulu: catatan tentang penyakit yang pernah
dialami pasien sebelum masuk rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: catatan tentang riwayat penyakit pasien
saat dilakukan pengkajian.
c) Riwayat penyakit keluarga: catatan tentang penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit pasien saat ini
2) Tanda-tanda Vital
Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien
meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan
(frekuensi, irama, kedalaman dan pola pernafasan) dan suhu tubuh (Dewi
& Rahayu, 2010).
3) Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) meliputi 18
pemeriksaan pada :
a) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala, adakah
pembesaran pada leher, ada tidaknya nyeri telan, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, mukosa bibir, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku/
c) Sistem pernafasa
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, adakah suara nafas
tambahan seperti ronchi dan wheezing.

14
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
bising usus, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f) Sistem urinary
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
g) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas
h) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi, dan kekuatan otot
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada
pasien dengan syok hipovolemik di ruang IGD yaitu hipovolemia merupakan
penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan /atau intraselular, dengan
factor penyebab yaitu kehilangan cairan aktif dan kekurangan intake cairan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi: meletakkan pusat
tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin dicapai, dan memilih intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan (Haryanto, 2007)

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIVOPOLEMIK SYOK

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian primer
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 5 Januari 2022
Alasan Masuk : Penurunan kesadaran Diagnosa
Medis : Syok Hipovolemik dd Sepsis
Initial Survey : Pain
Warna triage : Prioritas 1
2. Survei Primer dan Resusitasi
a. Airway dan kontrol servikal
Keadaan jalan nafas
Tingkat kesadaran : Somnolen
Pernafasan : Spontan
Upaya bernafas : Ada
Benda asing di jalan nafas :-
Bunyi nafas : Vesikuler +/+, Ronchi +/+
Hembusan nafas : Lemah
b. Breathing
Fungsi pernafasan
Jenis Pernafasan : Takipnea
Frekwensi Pernafasan : 28x/menit
Retraksi Otot bantu nafas :-
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan,
pergerakan dinding thorax : simetris
Bunyi nafas : Vesikuler +/+, Ronchi +/+
Hembusan nafas : Lemah
c. Circulation
Keadaan sirkulasi Tingkat
kesadaran : Somnolen
Perdarahan (internal/eksternal) : -
Kapilari Refill : >2 detik
Tekanan darah : 58/32 mmHg
Nadi radial/carotis : 148x/menit

16
Akral perifer : Dingin
d. Disability
Pemeriksaan Neurologis : Disability
GCS : E2V3M5 : 10
Reflex fisiologis : Normal
Reflex patologis : Tidak ada
Kekuatan otot : 555 555
555 555
Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak 2 tahun
yang lalu dan 3 tahun yang lalu sempat memiliki riwayat penyakit
pembengkakan paru.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Malingping diantar oleh keluarga dengan
keluhan tidak sadar sejak siang pukul 11.00 WIB. Keluarga mengatakan
pasien mengeluh sulit kencing sejak 1 hari sebelum MRS.
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat demam , sesak dan batuk sejak
seminggu sebelum MRS dan muntah berwarna merah sejak seminggu yang
lalu dan memburuk sejak 3 hari yang lalu. Makan minum dikatakan menurun
dan pasien dikatakan muntah tiap kali diberikan makan dan minum yang
dalam sehari bisa 10x muntah. Keluarga pasien mengatakan sejak 2hari SMRS
pasien tidak mau makan dan minum dan pasien memiliki riwayat maag sejak 2
tahun yang lalu. Keadaan umum : lemah, kesadaran somnolen, GCS:10
E2V3M5, CRT >2detik, SaO2 : 88%,TD: 58/32mmHg,
N:148x/menit,S:37,8◦c,RR: 28x/menit, GDS : 96 mg/dL. BB 55 Kg Diagnose
medis saat ini Syok hypovolemik dd sepsis.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit seperti yang diderita pasien saat ini. Keluarga pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga baik penyakit keturunan
maupun penyakit menular

2. Riwayat Mekanisme Trauma


Pasien tidak mengalami Trauma

Pemeriksaan Fisik (head toe to)


a. Kepala : Normochepal
Kulit kepala : Tidak terdapat lesi, rambut beruban tampak bersih.

17
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera
putih.
Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat tanda
infeksi, tidak menggunakan alat bantu
dengar, tidak terdapat lesi.

Hidung : Bentuk hidung normal, tidak tampak adanya lesi,


perdarahan, sumbatan maupun tanda gejala infeksi
dan tidak ada bengkak.

Mulut dan gigi : Warna mukosa bibir pucat, tampak kering, tidak
ada lesi, jumlah gigi lengkap, tidak terdapat
perdarahan dan radang gusi
Wajah : Wajah tampak pucat, tidak terdapat edema.
b. Leher
Bentuk leher normal, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, dan nadi karotis
teraba lemah.
c. Dada/ thoraks
Bentuk dada normochest, tidak tampak adanya pembengkakan
Paru-paru
Inspeksi : Gerak dada simetris, tidak tampak adanya
retraksiotot bantu pernapasan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronchi +/
Jantung
Inspeksi : Gerak dada simetris
Palpas : Tidak terdapat nyeri tekan pada jantung
Perkusi : normal
Auskultasi : Suara jantung S1 S2 reguler,murmur(-)
d. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk abdomen normal, tidak tampak adanya pembengkakan dan tidak ada
lesi.
Palpasi : Tidak teraba adanya penumpukan cairan, nyeri
tekan (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) 32x/mnt
e. Pelvis
Inspeksi : Bentuk pelvis simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
f. Perineum&rectum : Tidak ada kelainan
g. Genitalia : Tidak kelainan
h. Ekstremitas Status sirkulasi : CRT >2detik

18
i. Keadaan injury : Tidak ada injury
j. Neurologis
Fungsi sensorik
: Normal
Fungsi motorik : Normal

Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Darah Lengkap
Trombosit (PLT) : 220^3/uL
PCT : 0.090 %
MCV : 85,7 fL
MCHC : 33,8 g/dL
MCH : 29,0 Pg
Leukosit (WBC) : 18,000 /uL
Hemoglobin (HGB) : 12.9 g/dL
Hematocrit (HCT) : 38,1 % Eritrosit
(RBC) : 4.44 10^6/uL

Kimia Klinik
Ureum : 251,0 mg/dL
SGPT : 13 U/L
SGOT : 89 U/L

Pemeriksaan Elektrolit
Natrium : 136 mmol/I
Kalium : 5,7 mmol/I
Glukosa sewaktu : 96 mg/dL
Creatinine : 4,53 mg/dL
Chloride : 103 mmol/I

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Terapi Dokter
a. IVFD loading 3 fls NaCl 0,9% (IV)
b. Oksigen NRM 10 lpm
c. Omeprazole 2 vial (IV)
d. IVFD D5% 20tpm (stop bila GDS sudah 103 mg/dL) (IV)

19
B. Analisa Data

N Data Etiologi Masalah


o
1 Data Subjektif : Kehilangan cairan eksternal Hipovolemia
1. Keluarga (Hemoragi, Diare, Dehidrasi)
mengatakan
pasien Penurunan volume darah dan
mengeluh sulit cairan intravaskuler
kencing sejak
1 hari sebelum Penurunanaliran balik vena
MRS.
2. Keluarga Hb tidak mampu mengikat O2
mengatakan
pasien muntah Tekanan osmotic menurun Cairan
berwarna
merah sejak intravaskuler menurun
seminggu yang
lalu dan Hipovolemia
memburuk
sejak 3 hari
yang lalu.
Makan minum
dikatakan
menurun dan
pasien
dikatakan
muntah tiap
kali diberikan
makan dan
minum yang
dalam sehari
bisa 10x
muntah.
Data Objektif :
1. Membran
mukosa
tampak kering.
2. Turgor kulit
menurun
3. Nadi teraba
lemah
4. Hematocrit
(HCT) : 38,1
%
5. GCS:10
(E2V3M5)
tingkat

20
kesadaran
somnolen
6. BB: 55Kg
7. Urine output
100ml
8. TTV:
TD:53/32mm
Hg,
N
:148x/menit,
S :37,8oC,
RR
:28x/menit.
SaO2 : 88%
CRT >2detik
2 S: Proses infeksi Bersihan jalan
1. Keluarga nafas tidak
mengatakan efektif
pasien sesak
dan batuk serta
muntah darah

DO:
1. keasadaran
samnonolen
2. Gcs 10
3. Spo2 88 %
4. Jenis nafas
Takipnea
5. Frekuensi
nafas 28x/mnt
6. Ronchi +

7. Tidak mampu
batuk
8. Lekosit 18.000

3 DS : Ketidakmampuan mencerna Defisit nutrisi


1. Keluarga makanan
mengatakan
Makan dan
minum menurun
dan pasien
dikatakan muntah
tiap kali diberikan
makan dan minum
yang dalam sehari
bisa 10x muntah.
2. Keluarga pasien

21
mengatakan sejak
2hari SMRS
pasien tidak mau
makan dan minum
DO :
1. Bising usus
hiperaktif 32x/
mnt
2. Pasien tampak
lemas
3. Kesadaran
samnolen
4. Ttv
TD : 58/32 mmhg
S, 37,8
GDS 96 Gr/dL

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai dengan
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun dan status mental berubah (D.0023)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi(D.0001)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)

D. Tindakan Keperawatan

No Diagnosa SIKI SLKI


Dx Keperawatan
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Syok Hipovolemik
berhubungan tindakan keperawatan Observasi (1. 01011
dengan selama 1x2 jam
kekurangan diharapkan Status 1. Monitor status
intake cairan Cairan Membaik kardiopulmonal (frekuensi
ditandai dengan dengan kriteria hasil: dan tekanan nadi, frekuensi
frekuensi nadi 1. Kekuatan nadi napas, TD, MAP)
meningkat, nadi meningkat 2. Monitor status oksigenasi
teraba lemah, 2. Turgor kulit (oksimetri nadi, AGD)
tekanan darah meningkat 3. Monitor status cairan
menurun, 3. Output urine (masukan dan haluaran,
tekanan nadi meningkat turgor kulit, CRT) Terapeutik
menyempit, 4. Frekuensi nadi 4. Pertahankan jalan napas paten
turgor kulit membaik 5. Berikan oksigen untuk
menurun, 5. Tekanan darah mempertahankan satirasi
membrane membaik oksigen >94%

22
mukosa kering, 6. Tekanan nadi 6. Berikan posisi syok
volume urine membaik (modified Trendelenberg) 21
menurun dan 7. Membran mukosa 7. Pasang jalur
status mental membaik 8. Pasang kateter urine untuk
berubahKondisi menilai produksi urine
Klinis Terkait:
1. Muntah
2. Diare
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan Nafas (1.
nafas tindakan keperawatan 01011
berhubungan selama 1x24 jam maka Observasi :
dengan proeses bersihan jalan nafas 1. Monitor pola nafas
infeksi di tandai meningkat ndengan (frekuensi,kedalaman,usah
dengan kriteria hasil: a napas)
S : 1. Kesadaran 2. Monitor bunyi napas
Keluarga compos mentis tambahan ( mis gurgling,
mengatakan 2. Batuk efektif mengi,wheezing,ronkhi
pasien sesak dan meningkat kering)
batuk serta 3. Frekuensi nafas 3. Monitor sputum (jumlah,
muntah darah membaik warna, aroma)
4. Spo2 meningkat Terapeutik
DO: 5. Pola nafas 1. Pertahankan kepatenan
keasadaran membaik jalan nafas
samnonolen 2. Posisikan pasien fowler
Gcs 10 3. Lakukan fisioterapi dada
Spo2 88 % jika perlukan i
jenis nafas 4. Lakukan hiperoksigenasi
Takipnea 5. Berikan oksigen jika perlu
Frekuensi nafas Edukasi
28x/mnt 1. Anjurkan asupan cairan
Ronchi + 2000 ml/hr jika tidak
Batuk tidak kontraindikasi
efektif 2. Ajarkan batuk efektif
Tidak mampu Kolaborasi
batuk 1. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator,ekspektora
n, mukolitik jika perlu
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan Observasi ( 1.03119 )
dengan selama 24 jam 1. Identifikasi statsu nutrisi
ketidakmampuan diharapakan nutrisi 2. Identifikasi kebutuhan
mencerna membaik dengan kalori dan jenis nutrien
makanan ktiteria hasil : 3. Identifikasi perlunya
ditandai dengan : 1. Mual menurun penggunaaan selang
DS : 2. Muntah nasogastrik
1. Keluarga menurun 4. Monitor asupan makanan
mengatak 3. Hemstemesis 5. Monitor berat badan
an Makan menurun 6. Monitor hasil pemeriksaan
dan 4. Peristaltik lab

23
minum usunya Terapeutik
menurun membaik 1. Fasilitasi menentukan
dan pedoman diet (mis
pasien piramida makanan)
dikatakan 2. Berikan makanan tinggi
muntah serat untuk mencegah
tiap kali konstipasi
diberikan 3. Berikan makanan TKTP
makan 4. Hentikan pemberian
dan makan melalui selang
minum nasogatrik jika asupan oral
yang dapat di toleransi
dalam Edukasi
sehari 1. Ajarkan diet yang di
bisa 10x programkan
muntah. 2. Anjurkan posisi duduk,
2. Keluarga jika mampu
pasien Kolaborasi
mengatak 1. Kolaborasi pemberian
an sejak medikasi sebelum makan
2hari (mis pereda nyeri, anti
SMRS emetik), jika perlu
pasien 2. Kolaborasi dengan ahli
tidak mau gizi untuk menentukan
makan jumlah kalori dan jenis
dan nutrien yang di butuhkan,
minum jika perlu
DO :
1. Bising usus
hiperaktif
32x/ mnt
2. Pasien
tampak lemas
3. Kesadaran
samnolen
4. Ttv
TD : 58/32
mmhg
S, 37,8
GDS 96 gr/dl

24
E. IMPLEMENTASI

Tgl/jam Implementasi Hasil Paraf


05-01- Memonitor TTV, SpO2 dan DS : Klpl 1
2022 keluhan utama pasien 1. Keluarga mengatakan
08.00 Memonitor tanda dan gejala pasien mengeluh sulit
hipovolemi kencing sejak 1 hari
sebelum MRS
2. Keluarga mengatakan
pasien muntah berwarna
merah sejak seminggu
yang lalu dan memburuk
sejak 3 hari yang lalu.
Makan minum dikatakan
menurun dan pasien
dikatakan muntah tiap
kali diberikan makan dan
minum yang dalam
sehari bisa 10x muntah.
DO :
1. Membran mukosa
tampak kering.
2. Turgor kulit menurun
3. Nadi teraba lemah
4. Hematocrit (HCT) : 38,
5. GCS:10 (E2V3M5)
tingkat kesadaran
somnolen
6. BB: 55Kg
7. Urine output : 100ml
8. TTV : TD :53/32mmHg,
N :148x/menit, S :37,8◦c,
RR :28x/menit. SaO2 :
58% CRT >2detik
.
08.10 Memonitor hemodinamik DS:- DO: TD: 68/50 mmHg Klpk
pasien setelah pemberian posisi N:128x/menit RR: 24x/menit S: 1
passive leg raising 37,4oC MAP: 56 mmHg
08.15 Melakukan pemeriksaan GDS DS : -
DO : GDS 96mg/dL
08.20 Melakukan tindakan DS : -
pemasangan infus DO: pasien tampak lemas
Terpasang infus ditangan kanan,
08.25 Melakukan tindakan resusitasi DS:-
cairan DO: pasien tampak lemas,
turgor kulit menurun, kulit

25
tampak kering dan tidak elastis.
Diberikan loading pertama
cairan NaCl 500ml
08.35 Kolaborasi pelaksanaan DS:-
pemasangan dower kateter dan DO: dower kateter terpasang
pemeriksaan EKG Urine output 100ml Hasil EKG
sinus takikardia
09.00 Memantau tanda vital pasien DS:-
Memonitor saturasi oksigen DO: Diberikan loading kedua
pasien Melakukan tindakan cairan Nacl 500ml TD: 70/55
resusitasi cairan mmHg N: 120x/menit S: 36,8oC
RR: 24x/menit MAP: 60 mmHg
SpO2 : 88%
09.05 Kolaborasi pemberian terapi DS : -
obat : omeprazole 1 ampul DO : Terapi obat diberikan,
Memonitor urine output pasien tidak ada reaksi alergi. Urine
output 25ml
Melakukan tindakan resusitasi DS : - DO : diberikan loading
cairan ketiga cairan NaCl 500ml
10.00 Memantau tanda vital pasien DS: keluarga mengatakan pasien
dan saturasi oksigen sudah bisa diajak bicara
Memonitor urine output pasien DO: Pasien tampak mulai
merespon TD: 73/60 mmHg N:
103x/menit S: 36,5oC RR:
24x/menit MAP: 64,3 mmHg
SpO2 : 90% Urine output : 35ml
11.00 Memantau tanda vital pasien DS: keluarga mengatakan pasien
dan saturasi oksigen sudah bisa diajak bicara
Memonitor urine output pasien DO: Pasien tampak mulai
merespon TD: 78/60 mmHg N:
100x/menit S: 36,0oC RR:
24x/menit MAP: 66 mmHg
SpO2 : 96% Urine output 55ml
11.30 Melakukan pemeriksaan gula DS:-
darah pasien DO: GDS: 60 Mg/dL
11.30 Kolaborasi pemberian cairan DS: keluarga mengatakan pasien
dextrose 5% 20tpm sudah bisa merespon saat diajak
berbicara
DO: KU lemah, pasien tampak
tertidur lemas Pasien tampak
sudah dapat merespon.
Diberikan cairan dextrose 5%
20tpm, infus netes lancar tidak
ada pembengkakan
12.00 Memantau tanda vital pasien DS: keluarga mengatakan pasien
dan saturasi oksigen. mengeluh pusing
Memonitor status mental DO: KU lemah TD: 90/65
pasien Meminor urine output mmHg N: 102x/menit S: 36,4oC
RR: 24x/menit MAP: 73,3

26
mmHg SpO2 : 97% Urine
output 100ml
12.30 Melakukan pemasangan NGT Ds : keluarga pasien setelah
pemasangan selang makan
kebutuhan nutrisi terpenuhu
DO : NGT telah terpasang
Pemberian diet cair 6x200 ml/hr

F. Evaluasi Keperawatan

No Tgl/jam Evaluasi Keperawatan Paraf


1 05/01/22 Subjective : Keluarga mengatakan pasien sudah dapat
09.00 diajak berbicara namun kata-kata yang diucapkan tidak
jelas

Objective : Keadaan umum : lemah, kesadaran :


somnolen, GCS :11 (E3V3M5) Nadi teraba lemah, turgor
kulit belum meningkat, output urine meningkat 215ml
dalam 2 jam, Membran mukosa tampak pucat, hidrasi
belum membaik

Hasil pemeriksaan tanda vital:


TD: 90/65 mmHg N: 102x/menit S: 36,4oC RR:
24x/menit MAP: 73,3 mmHg SpO2 : 97% CRT:<2detik.

Assesment :
Status cairan cukup membaik
Planning :

Lanjutkan intervensi :
a. Monitor TTV dan SaO2
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Pertahankan akses IV
d. Kolaborasi pemberian cairan RL 20tpm
e. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
f. Stop pemberian cairan dextrose 5% bila GDS
sudah 103 Mg/Dl
1 05/01/2022 Subjective : Keluarga mengatakan pasien sudah dapat
10.00 diajak berbicara namun pasien masih gelisah

Objective : Keadaan umum : lemah, kesadaran : delirum ,


GCS :13 (E4V4M5) Nadi teraba lemah, turgor kulit
belum meningkat, output urine meningkat 200ml dalam 2
jam, Membran mukosa tampak pucat, hidrasi membaik.

Hasil pemeriksaan tanda vital:


TD: 95/72 mmHg
N: 100x/menit S: 36,0oC
RR: 20x/menit MAP: 79,67 mmHg CRT: <2 detik

27
SPO2 : 99%

Assesment : Status cairan cukup membaik


Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Monitor TTV dan SPO2
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Pertahankan akses IV
d. Kolaborasi pemberian cairan Nacl 20tpm
e. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
f. Monitor intake dan output caira
2 05/01/2022 Subjective:
11.00 Keluarga mengatakan pasien mengatakan pernafsan
pasien sedikit membaik

Objevtive
Frekuesnsi pernapsan 20xpermenit, ronchi +
Gcs 13, kesadaran delirium, spo2 99 %, oksigen 5 lpm
nasal kanul

Assement
Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian
Planning :
a. Monitor pola nafas
(frekuensi,kedalaman,usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan ( mis gurgling,
mengi,wheezing,ronkhi kering)
c. Pertahankan kepatenan jalan nafas
d. Posisikan pasien fowler
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlukan

3 05/01/2022 Subjecttive :
12.00 Keluarga mengatakan menngtakan setelah di pasang
Selang makan kondisi pasien tampak mulai membaik

Objectif :
Keadaan umum lemah, setelah terpasang NGT nutrisi
terpenuhi dgn cair parentreral 6x200 ml .bising usus 25
x/mnt, mual dan muntah tidak ada, kesadaran delirium,
gcs 13.saturasi 99%, td95/72
Assesment : defisit nutrisi mulai membaik
Planning :
a. Ajarkan diet yang diprogramkan
b. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
c. Berikan makanan TKTP
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang di
butuhkan, jika perlu

28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syok adalah suatu syndrome klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh (Sudoyo & Aru,
2006). Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terjadi kehilangan volume
sirkulasi efektif yang disebabkan oleh kehilangan cairan eksternal akibat hemoragi
dan perpindahan cairan internal seperti dehidrasi berat, edema atau asites, dan
kehilangan cairan akibat diare atau muntah (Boughman & Diane, 2010).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh
volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
Secara khas, riwayat pasien meliputi kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan
volume darah, seperti gastrointestinal hemoragi, trauma, diare berat dan muntah
(Dewi, E, & Rahayu, 2010).
Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada pasien dengan syok hipovolemik di
ruang IGD yaitu hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan /atau intraselular, dengan factor penyebab yaitu kehilangan cairan
aktif dan kekurangan intake cairan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat dugunakan sebagai pedomanbagi
pembaca baik tenaga kesehatan khusunya perawat dalam pemberian asuhan
keperwatan secara prpfesional. Oleh sebab itu penulis mengharapkansaran dan
kritikdemi kesempurnaan makalah ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, 2(2), 93–96. Retrieved from
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/2043/BI
K_Vol_2_No_2_8_Enita_Dewi.pdf?sequence=1&isAllowed=y Diakses pada 4
Januari 2022

Ganesha, H. (2016). Hypovolemic Shock. Critical Care Medicine: Principles of Diagnosis


and Management in the Adult, 2016(1602511171), 485–520.
https://doi.org/10.1016/B978-032304841-5.50029-7

Hamarno, R. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Retrieved


from http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/
uploads/2017/08/Keperawatan-GAdar-dan-MAnajemen-BencanaKomprehensif.pdf
Diakses pada 4 Januari 2022

Hammond, B. B., & Zimmermann, P. G. (2017). Sheehy’s Emergency and Disaster Nursing -
1st Indonesian Edition (A. Kurniati, S. Theresia, & Y. Trisyani, Eds.). Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/
Sheehy_s_Emergency_and_Disaster_Nursing/sez3DwAAQBAJ?hl=id& gbpv=0
Diakses pada 14 januari 2022

Hardinsyah, Soenaryo, D, B., E, D., CM, D., YH, E., … M, A. (2009). Studi Kebiasaan
Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Wilayah Ekologi yang
Berbeda. Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia (Persagi), Departemen
Gizi Masyarakat Fema IPB Bogor

Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update
dan Penyegar. Memahami Patofisiologi Dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:Update
Dan Penyegaran., 2(3), 178–182. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/167 /162 Diakses pada 13
januari 2022

Hidayat, A. A. (2021). Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC, NOC dan SDKI -
Google Books. Retrieved from https://www.google.co.id/
books/edition/Proses_Keperawatan_Pendekatan_NANDA_NIC/h3scEA AAQBAJ?
hl=id&gbpv=0 Diakses pada 4 januari 2022

Hidayatulloh, M. N., Supriyadi, & Sriningsih, I. (2016). Pengaruh Resusitasi Cairan


Terhadap Status Hemodinamik (MAP), Dan Status Mental (GCS) Pada Pasien Syok
Hipovolemik Di Igd Rsud Dr. Meowardi Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 8(2), 222–229. Retrieved from http://182.253.197.100/e-
journal/index.php/jikk/article/view/376 Diakses pada 5 januari 2022

30

Anda mungkin juga menyukai