Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS JURNAL

HYPERGLIKEMI EMERGENCY

Diajukan sebagai salah satu tugas keperawatan gawat darurat


DOSEN FASILITATOR:
Ahmad Pujianto.S. Kep Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IX KELAS KERJASAMA S1 KEPERAWATAN

FADLI NPM : 2040703061


ENOK UMAY UMIYATI NPM : 2040703098
PURNAMA BANJARNAHOR NPM : 2040703080

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KELAS KERJASAMA S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat allah SWT karna atas berkat rahat dan
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
HIPERTENSI EMERGENCY“ ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini selain dari hasil kerja kelompok IX,
kami juga mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, dan pada
kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan banyak terimaksih kepada :
1. Ns.Maria Imaculata Ose.S.Kep.M.Kep selaku dosen pengampuh mata
kuliah keperawatan gawat darurat yang telah meluangkan
Ilmu,waktu,kritik & sarannya dalam pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai pada waktunya.
2. Dosen Fasilitator bapak Ns.Ahmat Pujianto. S.Kep.M.Kep yang telah
membimbing kelompok kami sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Keluarga tercinta kami yang membantu dalam doa dan dukungan
semangat sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu.
Pemilihan judul tersebut merupakan salah satu tugas mata muliah
keperawatan gawat darurat, Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kesalahan dalam penyususnan, baik dari segi (ejaan yang
disempurnakan)EYD, kosa kata, tata Bahasa,etika maupun isi. Oleh
karnanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sbagai bahan evaluasi.
Demikian makalah ini dapat di terima sebagai ide / gagasan yang
menambah kekayaan intelektual bangsa. Terima kasih & Assalamualaikum
Wr.Wb

Tarakan, 22 Maret 2021


Kelompok IX

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.....................................................................................i
HALAMAN JUDUL.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan penulisan ..................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Hypergliglikemia
1. Pengertian hyperglikemia.................................................................4
2. Etilogi hyperglikemia ......................................................................4
3. Klasifikasi hyperglikemia.................................................................6
4. Patofisiologi hyperglikemia..............................................................6
5. Manifestasi klinis hyperglikemia......................................................8
6. Komplikasi hyperglikemia...............................................................9
7. Pemeriksaan diagmnostik...............................................................10
8. Penatalaksanaan hyperglikemia......................................................11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hyperglikemia
1. Pengkajian......................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................15
3. Intervensi Keperawatan..................................................................15
4. Implementasi Keperawatan............................................................17
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................17
C. Analisis Jurnal
1. Latar belakang jurnal......................................................................20
2. Metode junal...................................................................................21
3. Pengumpulan data jurnal................................................................22
4. Analisis data jurnal.........................................................................23
5. Hasil jurnal.....................................................................................26

iii
6. Pembahasan jurnal..........................................................................27
7. Kesimpulan jurnal...........................................................................28
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................29
B. Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Kegawatdaruratan diabetes mellitus merupakan suatu keadaan yang


mengancam jiwa yang terkait dengan komplikasi akut diabetes mellitus
sehingga perlu mendapatkan pertolongan dengan segara. Yang termasuk dalam
keadaan gawatdaruratan diabetes mellitus yaitu hipoglikemia dan krisis
hiperglikemia yang meliputi ketoasidosis diabetes, hyperosmolar
hyperglycemic state, serta koma laktoasidosis (Tjokroprawiro, 2015).(Maiti &
Bidinger, 1981)

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolisme yang diakibatkan oleh


adanya peningkatan kadar gula darah diatas nilai normal (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Dalam keadaan puasa dan makan, istirahat dan aktivitas
jasmani masuknya glukosa ke sirkulasi serta ambilan dari sirkulasi sangat
bervariasi. Untuk mempertahankan kadar glukosa plasma dalam rentang batas
yang sempit terdapat mekanisme yang sangat peka dan terelaborasi. Kadar
glukosa plasma yang tinggi mengganggu keseimbangan air di jaringan,
menimbulkan glukosuria dan meingkatkan glokolisasi jaringan. Sebaliknya
kadar yang terlalu rendah menyebabkan disfungsi otak, koma dan kematian.
Pada individu normal yang sehat, hipoglikemia yang sampai menimbulkan
gangguan kognitif yang bermakna tidak terjadi karena mekanisme homeostasis
glukosa endogen berfungsi dengan efektif. Secara klinis masalah kadar glukosa
darah timbul pada Diabetes Mellitus akibat mekanisme homeostasis endogen
terganggu (Setiati, 2016).

WHO (2016) menyebutkan bahwa diseluruh dunia terdapat 415 Juta Jiwa
penderita yang diasumsikan bahwa 1 dari 11 orang dewasa menderita Diabetes
mellitus dengan rentang usia 20-79 tahun. di Amerika Utara dan Karibia
terdapat 44,3 juta jiwa penderita, Amerika selatan dan tengah terdapat 29,6 Juta
Jiwa, Afrika terdapat 14,2 Juta jiwa, Eropa terdapat 59,8 Juta Jiwa Penderita,

1
Pasifik barat 153,2 Juta Jiwa Penderita, Timur tengah dan Afrika utara
sebanyak 35,4 Juta jiwa penderita. Di Asia tenggara proporsi penderita diabetes
Mellitus sebesar 8,5% dan diperkirakan 1 juta jiwa orang dewasa meninggal
karena diabetes melitus (WHO, 2016)(Doengoes, 1999)

International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa


epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia
20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2018). Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013 menyebutkan bahwa proporsi diabetes di
Indonesia mencapai 6,9% dimana 36,6% mengalami gula darah puasa
terganggu, 29,9% mengalami toleransi glukosa terganggu (Kementerian
Kesehatan, 2019).

Kondisi kegawatdaruratan pada penderita diabetes mellitus berupa


hiperglikemia yang merupakan komplikasi akut yang serius. Secara klinis
kondisi koma hypergligemia ditandai dengan kondisi poliuria, polidipsi, mual
dan muntah, pernapasan kusmaul dalam dan frekuen, lemah, dehidrasi,
hipotensi sampai syok, kesadaran terganggu sampai koma. Kondisi kedaruratan
diebetes mellitus pada keadaan koma hiperglikemia terdiri atas karegori ringan,
sedang, berat dan sangat berat (Tjokroprawiro, 2015).

Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika kadar


glukosa darah meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia menjadi
salah satu gejala awal seseorang mengalami gangguan metabolik yaitu diabetes
mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar 2013
menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes dengan ciri khusus yaitu
kondisi hiperglikemia di Indonesia semakin meningkat sejak tahun 2007 yaitu
sebesar 5,7% menjadi 6,8% di tahun 2013. Hiperglikemia dapat disebabkan
oleh ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan insulin maupun
ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan dengan
baik (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

2
Faktor utama hiperglikemia pada pasien Diabetes Mellitus, dikarenakan
adanya defisiensi insulin, baik bersifat relative maupun absolut, pada keadaan
resistensi insulin yang meningkat, insulin tidak adekuat untuk mempertahankan
kadar glukosa serum yang normal dan mensupresi ketogenesis. Kondisi DM
hiperglikemia selanjutnya akan melemahkan kapasitas sekresi insulin dan
menambah berat resistensi insulin sehingga membentuk lingkaran yang saling
memberikan efek samping, hal ini akan membuat DM hiperglikemia bertambah
berat dan produksi insulin akan semakin berkurang (Augusta et al, 2012). DM
hiperglikemia yang menetap atau berkepanjangan pada masa kritis dapat
meningkatkan resiko kematian akibat gagal jantung, infark miokard atau
hemoragik dan lainnya yang berakhir dengan kegagalan organ (ADA, 2014).
Oleh karenanya penulis melakukan penelitian yang berjudul hiperglikemia
emergency sebagai salah satu tugas dari keperawatan gawat darurat.

b) Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep keperawatan gawat darurat pada klien dengan
Hiperglikemi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Hiperglikemi
b. Mengetahui etiologi Hiperglikemi
c. Mengetahui klasifikasi Hiperglikemi
d. Mengetahui patofisiologi Hiperglikemi
e. Mengetahui manifestasi klinis Hiperglikemi
f. Mengetahui komplikasi Hiperglikemi
g. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Hiperglikemi
h. Mengetahui penatalaksanaan Kritis Krisis Hiperglikemi
i. Mengetahui hasil Analisis Jurnal

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya
lebih, glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi hiperglikemia
merupakan keadaan dimana jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal
(> 200 mg/dl atau 11,1 mmol/L) (Reference ranges for blood tests).
Peningkatan glukosa dalam darah terjadi ketika pankreas memiliki sedikit
insulin atau ketika sel tidak dapat menerima respon insulin untuk menangkap
glukosa dalam darah (American Assisiation Diabetes, 2000). Hiperglikemia
berbeda dengan diabetes militus, hiperglikemia merupakan tanda dari diabetes
militus. Seseorang yang memiliki hiperglikemia belum tentu memiliki penyakit
diabetes militus. Namun ketika hiperglikemia semakin kronis, hal ini bisa
memicu timbulnya diabetes dan ketoasidosis (AIDS Info, 2005).
Hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah
yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Hiperglikemia
merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa
normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg /100
ml darah (Corwin, 2001).
2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan
penting. Penyebab yang lain akibat pengangkatan pankreas, pengrusakan
secara kimiawi sel beta pulau langerhans, Faktor predisposisi herediter,
obesitas, faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM
terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan repon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.

4
Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel
yang memproduksi insulin beta pankreas. Kondisi tersebut merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti
islet dalam darah (Soelistijo et al., 2015). Kerusakan pankreas menyebabkan
penurunan sekresi insulin sehingga regulasi glukosa terganggu. Selain
hilangnya sekresi insulin, kerusakan akibat autoimun ini mengakibatkan
abnormalitas sel sel alpha pankreas dimana terjadi sekresi glukagon yang
berlebihan. Kedua hal ini menyebabkan kondisi hiperglikemia yang
berkepanjangan dan mulai terjadi gangguan metabolik (Suyono, 2006).
Pada DM tipe 2, disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak terjadi
defisiensi absolut seperti diabetes mellitus tipe 1. Pada DM tipe 2 terjadi
defisiensi insulin relatif. Tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi insulin perifer (Soelistijo et al., 2015). Defisiensi insulin relatif
terjadi melalui dia mekanisme yaitu, gangguan sekresi insulin akibat disfungsi
sel beta pankreas dan gangguan kerja insulin pada tingkat sel akibat kerusakan
reseptor insulin (resistensi insulin) (Suyono, 2006). Beberapa kondisi menjadi
faktor risiko terjadinya DM tipe 2 seperti stress, gaya hidup yang menetap,
asupan gula yang berlebih, merokok, obesitas, konsumsi alcohol, penuaan serta
genetik berkontribusi dalam pathogenesis DM tipe 2.
Etiologi pada pasien (Hyperglycaemic hyperosmolar state) HHS:
a. Dehidrasi
b. Pneumonia
c. UTI
d. Penyakit akut: stroke, perdarahan intrakranial, miokard infark,
meningkatkan hormon (kortisol, katekolamin, stress, emboli pulmo,
meningkatkan level glukosa, glukagon)
e. Disfungsi ginjaL.
f. Gagal jantung kongestif
g. Obat yang meningkatkan level glukosa, menghambat insulin atau
menyebabkan dehidrasi: diuretik, B-Bloker, antipsikotik atipikal,
alkohol, kakain, dextrose.

5
h. Elder abuse
i. Noncompliance terapi oral hipoglikemik/insulin

3. Klasifikasi
a. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah
dalam level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
a. Hyperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula
darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya
hypoglikemic medication. Pada hiperglikemia kronis sudah harus
dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat meningkatkan resiko
komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan neurologi, jantung, retina,
ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari hiperglikemi
jangka panjang. (Frier, BM et al,.2004)

4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare, 2001, Patofisiologi dari Diabetes Melitus
adalah
Pada Diabetes Tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam

6
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia)
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan
dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping 9 pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda
dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian.
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya
sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit
ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah
halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari
kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi

7
kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan
dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin
dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin
keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati 10
sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan
terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi
didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection.
Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit
dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya

8
5. Manifestasi Klinis
a. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang
bermakna, namun seseorang yang memiliki hiperglikemia akut biasanya
mengalami osmotik dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena kontrol
gula darah yang rendah
b. Hiperglikemia berat

9
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki tanda
gejala yang bermakna diantaranya:
a. Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)
b. Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)
c. Polyuria (Peigkatan urinary)
d. Blurred vision (penglihatan kabur)
e. Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
f. Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
g. Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
h. Dry mouth (Mulut kering)
i. Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
j. Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
k. Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
l. Recurrent infections, external ear infections (swimmer's ear) (Rentan
terjhadap infeksi)
m. Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
n. Stupor (Kejang)
o. Coma (Koma)
p. Seizures (Pingsan)
(Jauch Chara K, et al,.2007,)

6. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut
dan komplikasi kronik. ( Carpenito, 2001 ). Komplikasi Akut, ada 3
komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer, 2002 )
a) Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata ( Smeltzer, 2002)

10
b) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002).
c) Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer,
2002).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara
lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan
kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi
asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan
sesudah makan serta pada waktu tidur. Kadar GDP 60-120 mg/dl
dan GD2 jam PP : < 140 mg/dl
2. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan
Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.

3. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa
darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu
diantara pemeriksaan dara
8. Penatalaksanaan

11
Berdasarkan manajemen hyperglikemia kebutuhan yang mmerlukan
bantuan segera pada pasien hyperglikemia adalah mencukupi kebutuhan
cairan pasien akibat dehidrasi yang disebabkan hyperosmolaritas akibat
peningkatan kadar glukosa, komponen kegiatan ministrasi dan koordinasi
meliputi kegiatan penentuan diagnosa keperawatan, merumuskan tujuan
keperawatan, melakukan perencanaan intervensi dan Tindakan keperawatan
Termasuk koordinasi. Diagnose keperawatan akibat gangguan
hemodinamika antara lain kekurangan volume cairan tubuh, dan resiko
ketidak seimbangan elektrolit sedangkan diagnosa keperawatan akibat
hiperosmolaritas adalah potensial komplikasi hyperglikemia dalam
intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan
hemodinamikamenngunakan pendekatan manajemen kekurangan volume
cairan.manajemen hypovolemia, dan monitoring terapy rehidrasi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hiperglikemia


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, alamat, usia, pekerjan,jenis kelamin, agama,dll.
b. Data Subjektif

12
Keluhan Utama
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit, Keluhan yang paling utama di
keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit. Pada HHS: Pasien
datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Polidipsi, Polifagi; lemas,
luka sukar sembuh atau adanya koma/penurunan kesadaran dengan
sebab tidak diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati
atau retinophati, serta penyakit pembuluh darah.
2. Keluhan saat pengkajian, Keluhan yang dikeluhkan pasien saat
dilakukan pengkajian
Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Terdahulu, Catatan tentang penyakit yang pernah
dialami pasien sebelum masuk rumah sakit. Pada HHS: Penyakit
DM yang tertanggulangi maupun tidak terdiagnosis. Penyakit
hipertensi dan pankreatitis kronik
2. Riwayat Penyakit Sekarang, Catatan tentang penyakit yang dialami
pasien saat ini (saat pengkajian)
3. Riwayat Penyakit Keluarga: DM dan penyakit jantung pada
anggota keluarga.
Data Objektif
1. Primary Survey
a) Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya
sputum atau benda asing yang menghalangi jalan nafas.
b) Breathing: hiperventilasi, napas bau aseton
c) Circulation: lemah, tampak pucat ( disebabkan karena glukosa
Intra Sel Menurun sehingga Proses Pembentukan ATP/Energi
Terganggu)
d)Disability: perubahan kesadaran (jika sudah terjadi
ketoasidosis metabolic.
2) Secondary Survey
a) Exposure: -
b) Five Intervension:
 Glukosa Darah : meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih,

13
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok,
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat,
 Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/l,
 Elektrolit
c) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C, Dapat
Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM HbA1c atau A1C
Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa
dengan hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah A1C yang
terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah. Ikatan A1c stabil
dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah
merah) Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata
dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemriksaan. Give Comfort :
Nyeri di bagian abdomen karena ketoasidosis diabetic
c. Pengkajian pola fungsional
1) Aktivitas / istirahat
a) Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istrahat/tidur
b) Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas, letargi /disorientasi, koma
2) Sirkulasi
a) Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, takikardia.
b) Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas/ Ego
a) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
b) Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi

14
a) Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
nyeri tekan abdomen, diare.
b) Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan
a) Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(Thiazid), nyeri abdomen.
b) Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis,
bau buah (napas aseton)
6) Neurosensori
a) Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
b) Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks
tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
b) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-
hati
8) Pernafasan
a) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak), nafas kusmaul,
takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler pada lapang paru.

15
b) Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah
3. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
LUARAN KRITERIA INTERVESI
NO DIAGNOSA
UTAMA TAMBAHAN HASIL UTAMA PENDUKUNG

1 Perfusi perifer Perfusi 1. Fungsi Setelah 1. Periksa 1. Identifikasi


tidak efektif perifer sensori dilakukan kemampuan penyebab
2. Mobilitas Tindakan mengidentifika perubahan
fisik selama… si lokasi dan sensasi
3. Status x… klien tekstur benda 2. Anjurkan
sirkulasi dapat 2. Hindari bersepatu
mengidentif pemakaian lembut da
ikasi dan benda yang bertumit renda
mengelola berlebihan 3. Kolaborasi
ketidaknya suhunya pemberian
manan pada analgetic
perubahan 4. Kolaborasi
sensasi pemberian
perifer kortikosteroid
2 Resiko Ketidak 1. Control Setelah Manajemen 1. Identifikasi
ketidakstabila stabilan resiko dilakukan hyperglikemia kemungkinan
n kadar kadar 2. Status Tindakan terjadinya
glukosa darah gluksa nutrisi selama … penyebab
darah 3. Tingkat x… klien hyperglikemia
pengetahuan dapat 2. Berikan asupa
mengidentif cairan oral
ikasi dan 3. Anjurkan
mengelola monitor kada
kadar glukosa mandir

16
glukosa 4. Kolaborasi
darah di pemberian
atas normal insulin jik
perlu

3 ansietas Tingkat 1. Prilaku Setelah Terapy relaksasi 1. Identifikasi


ansietas gelisah dilakukan penurunan
2. Keluhan Tindakan tingkat energ
pusing selama… ketidak
3. Ttv x… mampu mampuan
meningkat menggunak berkonsentrasi
4. Pola an tehnik atau gejala lai
berkemih peregangan yang
untuk mengganggu
mengurangi kemampuan
tanda dan kognitif
gejala 2. Ciptakan
ketidak lingkungan
nyamanan tenang da
seperti tampa ganggua
nyeri, dengan
ketegangan pencahayaan
otot, atau dan suhu uan
kecemasan . yang nyama
jika
memungkinkan
3. Demonstrasika
dan latih tehni
relaksasi mis
(nafas
dalam,peregang
an, tau imajina
terbimbing)

17
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi
proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien
pada tujuan yang telah ditentukan (Afnuhazi, 2015).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai
berikut (Dalami, dkk, 2014) :

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
A : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan respon objektif klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon klien.

18
C. Analisis Jurnal

ANALISIS JURNAL

“ LO067: MANAJEMEN GAWAT DARURAT KETOASIDOSIS DIABETIK


DAN KEADAAN HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR”

(A.Hamelin, jurnal kedokteran darurat kanada. Vol 18)

19
“P140: FAKTOR RESIKO UNTUK HASIL YANG MERUGIKAN PADA
PASIEN HIPERGLIKEMIK YANG DATANG KEUNIT GAWAT
DARURAT”

Siddiqi, jurnal kedokteran darurat kanada. Vol 20

“KUNJUNGAN SENTINEL PADA PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT


DENGAN DIABETES MELLITUS SEBAGAI TANDA PERINGATAN
KEGAWATDARURATAN HIPERGLIKEMIK”

justin w yan, jurnal kedokteran kanada,Vol 20 edisi 2

“PROFILE OF DIABETIC KETOACIDOSIS PATIENTS AT REGIONAL


PUBLIC HOSPITAL DRSOETOMO IN 2017”

D. Dewata, dkkjurnal berkala epidemiologi,Vol 8 issue 3 2020 301-309

&

“ANALYSIS OF FACTOR AFFECTING THE EMERGENCY OF DIABETIC


KETOACIDOSIS IN PATIENT DIABETES MELLITUS”

jurnal Kesehatan hesti wira sakti Vol 3, nomo 3 oktober 2015, hal 12-17

DENGAN JUDUL KASUS

“ HYPERGLIKEMIA EMERGENCY “

Dalam esay ini akan dijelaskan mengenai hyperglikemia emergency yang


bersumber dari 5 (lima) jurnal. Jurnal yang pertama berjudul “manajemen
gawat darurat ketoasidosis diabetik dan keadaan hyperglikemik hiperomolar:
survei sikap dan praktik nasional”, jurnal kedua berjudul “ faktor resiko untuk
hasil yang merugikan pada pasien hyperglikemik yang datang ke unit gawat
darurat: tinjauan sistematis”, jurnal ketiga berjudul “ kunjungan sentinel pada

20
pasien instalasi gawat darurat dengan diabetes mellitus sebagai tanda
peingatan kegawat daruratan hyperglikemi”, jurnal keempat berjudul “profile
of diabetic ketoacidosis patents at regional public hospital dr.soetomo in
2017”, dan jurnal kelima berjudul “analysis of factor affecting the emergency
of diabetic ketoacidosis in patient diabetes mellitus” pada bagian berikut akan
mulai dari latar belakang, metode, hasil, pembahasan, keterbatasan dan
kesimpulan.

1. Latar belakang
Pedoman praktik klinik Canadian diabetes association (CDA) 2011
dikembangkan untuk membantu dokter menangani keadaan darurat
hyperglikemik di unit gawat darurat, termasuk ketoasidosis diabetic (DKA) dan
keadaan hyperglikemik hyperosmolar (HHS).(Dewata et al., 2020)
Hyperglikemia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang
signifikan, seringkali mengakibatkan hasil yang merugikan seperti kunjungan
DE berulang, rawat inap, atau kematian.(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil
Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat
Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)
Diabetes milletus adalah penyakit kronis yang semakin umum , dengan
perkiraan bahwa hingga 40% orang dewasa dapat mengembangkan diabetes
selama hidup mereka. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol sering
mengunjungi IGD untuk penanganan episode hyperglikemik,
termasukketoasidosis diabetikum (KAD) dan keadaan hyperglikemik
hyperosmolar(Gushulak et al., 2021)
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan salah satu komplikasi diabetes
mellitus .yang berbahaya yang ditandai dengan hyperglikemia berat,
asidosismetabolik dan ketoanemia, komplikasi ini dapat berakibat koma
hingga kematian apabila tidak di tangani dengan baik(Dewata et al., 2020)
Factor-faktor yang yang berhubungan dengan kegawatan hyperglikmi antara
lain factor KAP ( knowledge,attitude and practice) dan factor stress.(Ludfitri,
2015)

21
Latar belakng dari jurnal yang pertama adalah pedoman bagi tenaga dokter
yaitu asosiasi dokter darurat kanada (CAEP) untuk mengidentifikasi potensi
tgerjadinya DKA & HHS, pada jurnal kedua melakukan tinjauan sistematis
untuk mengidentifikasi predictor dari hasil yang merugikan di antara pasien
yang datang ke IGD dengan hyperglikemia.jurnal ketiga adalah untuk
mendeskripsikan epidemiologi dan hasil dari pasien dengan kunjungan ED
sentinel sebelum kunjungan darurat hyperglikemia pasien mereka. Jurnal
keempat melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil pasien
dengan ketoasidosis diabetikum (KAD) di RS Soetomo pada tahun 2017.
sedangkan jurnal kelima untuk menganalisis factor yang mempengaruhi
kegawatan ketoasidosis diabetikum pada pasien diabetes milletus.
2. Metode
Metode yang digunakan untuk ke-5 penelitian tersebut berbeda.pada seperti.
Jurnal pertama:
mendistribusikan survei cross-sectional online kepada 500 anggota Asosiasi
Dokter Darurat Kanada (CAEP) yang dipilih secara acak yang saat ini
berpraktik sebagai dokter. (Dokter & Kanada, 2021)
jurnal kedua
Pencarian elektronik dari Medline dan EMBASE dilakukan untuk studi yang
diterbitkan dalam bahasa Inggris antara tahun 1946 dan Juni 2017. Studi
dengan pasien yang datang ke UGD dengan hiperglikemia memenuhi syarat
untuk dimasukkan. Baik populasi orang dewasa dan anak-anak dimasukkan,
seperti j juga pasien diabetes dan non-diabetes. Dua peninjau secara
independen menyaring semua judul dan abstrak untuk relevansinya dengan
pertanyaan penelitian. Jika konsensus tidak dapat dicapai, naskah lengkap
ditinjau. Untuk setiap perbedaan, peninjau ketiga dikonsultasikan, dan
ketidaksepakatan diselesaikan melalui diskusi. Kualitas studi dinilai dengan
menggunakan Skala Penilaian Kualitas Newcastle-Ottawa. Data khusus studi
dan pasien kemudian diekstraksi dan disajikan secara deskriptif dalam tinjauan
sistematis.(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien
Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan Sistematis,
2021)

22
Jurnal ketiga
tinjauan catatan kesehatan 1 tahun dari pasien ≥18 tahun yang datang ke
salah satu dari empat unit gawat darurat perawatan tersier dengan diagnosis
keluarnya hiperglikemia, DKA, atau HHS. Petugas penelitian terlatih
mengumpulkan data tentang karakteristik pasien, manajemen, disposisi, dan
menentukan apakah pasien datang ke UGD dalam 14 hari sebelum kunjungan
hiperglikemia mereka. Statistik deskriptif digunakan untuk meringkas data.
(Gushulak et al., 2021)
jurnal keempat
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan data dari rekam
medis pasien KAD di RSUD Dr. Soetomo tahun 2017. Total sampel pada
penelitian ini adalah 63 pasien. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin,
usia, tipe DM, derajat keparahan KAD, faktor pencetus, keluhan utama, tanda
vital, kadar glukosa darah acak, kadar elektrolit, dan analisis gas darah. Kami
menganalisis frekuensi, rata-rata, dan standar deviasi.(Dewata et al., 2020)
Jurnal kelima
observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan purposive
sampling. Jumlah sampel 20 responden. Pengumpulan data menggunakan
kuisioner dan lembar cek list.(Ludfitri, 2015)ur
3. Pengumpulan data
Jurnal pertama
Sebanyak 3 email notifikasi dibagikan pada hari ke 1, 7 dan 14. Survei
terdiri dari 23 pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen dokter DKA dan
HHS di UGD.(Dokter & Kanada, 2021)
Jurnal kedua
Pengumpuln data dengan cara ada dua peninjau secara independen
menyaring semua judul dan abstrak untuk relevansinya dengan pertanyaan
penelitian. Jika konsensus tidak dapat dicapai, naskah lengkap ditinjau. Untuk
setiap perbedaan, peninjau ketiga dikonsultasikan, dan ketidaksepakatan
diselesaikan melalui diskusi.(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang
Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat :
Tinjauan Sistematis, 2021)

23
Jurnal ketiga
Pengumpulan data dengan melihat kunjungan ED sentinel (dalam 14 hari
sebelumnya untuk alasan apapun sebelum kunjungan hiperglikemia. Oleh
karena itu, ada kemungkinan bahwa kunjungan tunggal untuk hiperglikemia
juga dapat menjadi kunjungan sentinel untuk kunjungan hiperglikemia
berikutnya dalam 14 hari berikutnya. Hasil sekunder termasuk menjelaskan
alasan presentasi dan perjalanan klinis untuk kunjungan sentinel ini, serta
mengkarakterisasi hasil penting pasien pada kunjungan hiperglikemia seperti
konsultasi di UGD, disposisi pasien, dan kunjungan kembali 30 hari (setelah
kunjungan hiperglikemia) ke UGD, rumah sakit, atau masuk unit perawatan
intensif (ICU).(Gushulak et al., 2021)
Jurnal keempat:
Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, tipe DM, derajat keparahan
KAD, faktor pencetus, keluhan utama, tanda vital, kadar glukosa darah acak,
kadar elektrolit, dan analisis gas darah. Kami menganalisis frekuensi, rata-rata,
dan standar deviasi.(Dewata et al., 2020)
Jurnal kelima
Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan lembar cek list.(Ludfitri, 2015)

4. Analisa data
Analisa data yang digunakan untuk jurnal 1,2,3,4 dan 5 adalah berbeda
Jurnal pertama
mendistribusikan survei cross-sectional online kepada 500 anggota asosiasi
dokter darurat kanada ,(Dokter & Kanada, 2021)
jurnal kedua
menggunakan Skala Penilaian Kualitas Newcastle-Ottawa.(P140 : Faktor
Risiko Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang Datang
Ke Unit Gawat Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)

jurnal ketiga

24
mengumpulkan data dari kertas dan rekam medis elektronik menggunakan
alat pengumpulan data standar Catatan elektronik ditinjau untuk menentukan
apakah pasien melakukan kunjungan sentinel ke UGD. Rincian seputar kedua
kunjungan, termasuk alasan kunjungan, temuan klinis yang relevan, hasil
investigasi, manajemen dokter, disposisi pasien, dan diagnosis akhir,
dikumpulkan. Data dari alat pengumpulan kemudian dimasukkan ke dalam
database Microsoft Excel khusus studi (Microsoft Corporation, Redmond,
WA). Statistik deskriptif dirangkum menggunakan sarana dan deviasi standar
dengan interval kepercayaan 95% (CI) jika sesuai.(Gushulak et al., 2021)
jurnal keempat
Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, tipe DM, derajat keparahan
KAD, faktor pencetus, keluhan utama, tanda vital, kadar glukosa darah acak,
kadar elektrolit, dan analisis gas darah. Kami menganalisis frekuensi, rata-rata,
dan standar deviasi.(Dewata et al., 2020)
Jurnal kelima
Uji bivariat & a uji multivariat uji bivariat adalah analisis yang dilakukan
unuk mengetahuai hubungan antara 2 variabel. Sedangkan uji multivariat
adalah metode pengolahan variable dalam jumlah yang banyak,diman
tujuannya adalah mencari peengaruh variabel-variabel tersebut terhadap suatu
objek Secara similtan atau serentak.(Ludfitri, 2015)

5. Hasil
Jurnal pertama
Tingkat respon survei adalah 62,2% (311/500) dengan karakteristik peserta
sebagai berikut: laki-laki (62,6%), pelatihan CCFP (EM) (46,1%) dan bekerja
di pusat-pusat akademik utama (50,5%). Tingkat kesadaran keseluruhan dari
pedoman CDA adalah 22,9% (95% CI = 18,3%, 27,5%). 58,9% (95% CI =
53,3%, 64,3%) melaporkan bahwa pedoman CDA berguna(Dokter & Kanada,
2021)

Jurnal kedua

25
Tiga belas (13) studi observasi dimasukkan, dengan total gabungan 664.829
pasien. Studi ini mendapatkan skor antara 5 sampai 8 pada Skala Penilaian
Kualitas dari kemungkinan total 8.(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil Yang
Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat Darurat :
Tinjauan Sistematis, 2021)
Jurnal ketiga
Kunjungan UGD sebanyak 1.148 disaring untuk kelayakan dari Januari
sampai Desember 2014. Setelah menerapkan kriteria eksklusi dan
menghilangkan kunjungan yang salah kode, 833 kunjungan akhirnya
dimasukkan. 833 kunjungan hiperglikemia ini mewakili 645 pasien unik,
karena 548 pasien hanya memiliki satu kunjungan sementara 97 pasien
memiliki beberapa kunjungan terhitung untuk sisa 285 kunjungan.(Gushulak et
al., 2021)
Jurnal keempat
Mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan (66,67%) dan berada pada
kelompok usia 50-59 tahun (38,10%). Pasien DM Tipe 2 (88,89%)
mendominasi jumlah kasus KAD di RSUD Dr. Soetomo. Lebih dari setengah
total pasien (58,73%) menderita KAD derajat berat. Penurunan kesadaran
(46,03%) dan sesak (26,98%) merupakan keluhan utama yang paling umum
didapatkan pada pasien KAD. Hampir seluruh pasien memiliki faktor pencetus
infeksi (88,89%) dengan jenis infeksi yang paling banyak dialami adalah
Sepsis (92.86%), Pneumonia (30.36%), dan Infeksi Saluran Kemih (23.21%).
Dua pertiga dari jumlah pasien (66,67%) dirawat dengan durasi 0-7 hari.
Sebanyak 57,14% pasien KAD meninggal saat menjalani perawatan. (Dewata
et al., 2020)
Jurnal kelima
Hasil penelitian menggunakan uji bivariat dengan uji Spearman’s rho p
value <  0,05 dan menunjukkan faktor yang mempengaruhi kegawatan
ketoasidosis diabetik yaitu sikap (p = 0,005 r =-0,604), perilaku (p =0,06 r =
-0,595) dan stres (p =0,019 r = 0,518) dan yang paling berpengaruh adalah
faktor sikap. Sedangkan pada uji multivariat dengan uji regresi logistik
multinomial faktor yang diukur adalah faktor sikap, perilaku dan stres yang

26
diuji secara bersama-sama dan menunjukkan nilai uji simultan p value = 0,000
<  0,05 menunjukkan bahwa minimal ada satu buah variabel independent
yang signifikan mempengaruhi variabel dependent (ketoasidosis diabetik). Uji
kebaikan model menunjukkan bahwa p value = 1.000 >  0,05 artinya bahwa
model telah sesuai dan untuk nilai Cox dan Snel = 0,762 yang berarti bahwa
keragaman data variabel independent (sikap, perilaku dan stres) dalam
penelitian ini mampu menjelaskan keragaman data variabel dependentnya
sebesar 76,2% sedangkan sisanya 23,8% dijelaskan oleh variabel bebas lain
yang ada di luar model penelitian.(Ludfitri, 2015)

6. Pembahasan
Jurnal pertama
penelitian dapat diketahui dengan adanya pedoman praktik klinik Canadian
diabetes association (CDA) sangat membatu dokter dan dokter UGD kanada
pun mendukung pedoman tersebut dengan beberapa hambatannya.(Dokter &
Kanada, 2021)
Jurnal kedua
Factor resiko untuk hasil yang merugikan pada pasien hyperglikemi yang
datang ke UGD dengan menggunakan penilaian kualitaas Newcastle-ottawa
sangat merugikan pasien yang datang ke UGD dalam memand manajemen dn
tindak lanjut pasien dengan hyperglikemi.(P140 : Faktor Risiko Untuk Hasil
Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang Datang Ke Unit Gawat
Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)
Jurnal ketiga
Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dapat melakukan kunjungan ke
bagian gawat darurat (ED) "sentinel" untuk memicu gangguan sebelum
menemui dokter lagi untuk keadaan darurat hiperglikemik, seperti ketoasidosis
diabetik (AD) atau sindrom hiperglikemia hiperosmolar (SHH). Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan epidemiologi kunjungan sentinel ke UGD
dan evolusi keadaan kesehatan pasien yang bersangkutan sebelum konsultasi
darurat mereka saat ini untuk hiperglikemia.(Gushulak et al., 2021)

27
Jurnal keempat:
pasien berjenis sehinga kelamin perempuan usia 50-59 tahun sekitar
66,67%. Dengan kata lain perempuan dan usia lanjut lebih rentan terhadap
KAD dengan infeksi sebagai factor pencetus paling umum.(Dewata et al.,
2020)
Jurnal kelima:
Factor kegawatan hyperglikemi terdiri dari penegtahuan,sikap dan
prilaku,akan tetapi penegtahuan tidak mempegaruhi kegawatan
hyperglikemkia,(Ludfitri, 2015)

7. Kesimpulan
Jurnal pertama
meskipun dokter UGD Kanada umumnya mendukung pedoman CDA,
banyak yang tidak menyadari bahwa pedoman ini ada dan hambatan
penerapannya dilaporkan. Penelitian di masa depan harus fokus pada strategi
untuk standarisasi manajemen DKA dan HHS dengan memastikan kesadaran
dan pendidikan dokter untuk memastikan perawatan pasien dengan kualitas
terbaik (Dokter & Kanada, 2021)
Jurnal kedua
Tinjauan sistematis ini menemukan delapan prediktor dan empat faktor
pelindung untuk hasil yang merugikan pada pasien yang datang ke UGD
dengan hiperglikemia. Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan untuk
memudahkan identifikasi pasien berisiko tinggi untuk hasil yang merugikan
dalam rangka memandu manajemen dan tindak lanjut.(P140 : Faktor Risiko
Untuk Hasil Yang Merugikan Pada Pasien Hiperglikemik Yang Datang Ke
Unit Gawat Darurat : Tinjauan Sistematis, 2021)
Jurnal ketiga
pasien diabetes yang melakukan kunjungan sentinel sering kali harus
kembali ke departemen yang sama dan dirawat di rumah sakit karena
hiperglikemia. Dokter harus berhati-hati untuk mengukur glukosa darah dan
memberikan instruksi yang jelas saat pulang mengenai pemantauan dan

28
pengelolaan glukosa darah untuk mencegah keadaan darurat hiperglikemik di
masa mendatang.(Gushulak et al., 2021)
Jurnal keempat
Jumlah pasien KAD derajat berat dan kematian pada penelitian ini lebih
tinggi dibanding penelitian lain. Perempuan dan usia lanjut lebih rentan
terhadap KAD dengan infeksi sebagai faktor pencetus paling umum.(Dewata et
al., 2020)
Jurnal kelima
faktor yang mempengaruhi kegawatan ketoasidosis diabetik pada pasien
diabetes melitus adalah sikap, perilaku dan stres. Dari keseluruhan faktor
tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor sikap.(Ludfitri, 2015)

29
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kasus krisis hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi salah satu
komplikasi yang paling sering terjadi pada hiperglikemi krisis adalah KAD.
Tujuan utama penanganan Hiperglikemia adalah dengan menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati.
Hiperglikemia berbeda dengan diabetes militus, hiperglikemia merupakan
tanda dari diabetes militus. Seseorang yang memiliki hiperglikemia belum
tentu memiliki penyakit diabetes militus. Namun ketika hiperglikemia semakin
kronis, hal ini bisa memicu timbulnya diabetes dan ketoasidosis.

1.2 Saran
Kasus hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi, maka perawat
harus berperan aktif dalam memberikan edukasi pada pasien diabetes mellitus
dan keluarga sebagai support sistem untuk mencegah terjadinya hiperglikemik
dan perawat juga hendaknya meningkatkan pengetahuan dalam penanganan
pasien dengan hiperglikemik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada
pasien.

30
DAFTAR PUSTAKA
Dewata, D. G. U. B., Novida, H., & Aryati, A. (2020). Profile of Diabetic
Ketoacidosis Patients At Regional Public Hospital Dr. Soetomo in 2017.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 8(3), 301.
https://doi.org/10.20473/jbe.v8i32020.301-309
Doengoes, M. (1999). rencana asuhan nkeperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan (egc).
Dokter, A., & Kanada, D. (2021). LO067 : Manajemen gawat darurat
ketoasidosis diabetik dan keadaan hiperglikemik hiperosmolar : survei sikap
dan praktik nasional. 17–19.
Gushulak, K. M., Columbus, M. P., Hamelin, A. L., Wells, G. A., & Stiell, I. G.
(2021). Kunjungan sentinel pada pasien IGD dengan diabetes mellitus
sebagai tanda peringatan kegawatdaruratan hiperglikemik. 1–23.
Ludfitri, R. (2015). Analysis of Factor Affecting the Emergency of Diabetic
Ketoacidosis in Patient Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti,
3, 12–17.
Maiti, & Bidinger. (1981). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
P140 : Faktor risiko untuk hasil yang merugikan pada pasien hiperglikemik yang
datang ke unit gawat darurat : tinjauan sistematis. (2021). 2017–2019.
PPNI, tim pokja S. D. (2016). standar diagnosis keperawatan indonesia (1st ed.).

31

Anda mungkin juga menyukai