Dosen Pengampu :
Nelly Hermala Dewi, S.Kp., M.Kep
KELAS 3C
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, dan juga berterimakasih kepada
ibu Nelly Hermala Dewi, S.Kp., M.Kep yang telah memberikan tugas sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dengan judul
“KEGAWATAN NEONATUS HIPERGLIKEMIA”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Terima kasih.
Serang, 22 februari 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................4
A. Pengertian.........................................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................................4
C. Patofisiologi Hiperglikemia..............................................................................5
D. Komplikasi........................................................................................................6
E. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................7
F. Penatalaksanaan................................................................................................8
BAB 3....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
3.2 Saran...........................................................................................................14
DATAR PUSTAKA..............................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULAN
1
peningkatan sebesar 45 persen terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini
didasarkan pada perubahan demografi pada masyarakat, tanpa
mempertimbangkan perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka
kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat
karena menurunnya aktivitas fisik dan banyak makan.
Kejadian ini meningkat dengan cepat pada angka kejadian
hiperglikemi(glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan salah satu masalah
kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan mutu
sumber daya manusia. Penyakit ini tidak han'y berpengaruh secara individu,
tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei
nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat,terutama
pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi.
Saat ini upaya penanggulangan penyakit hiperglikemi belum menempati
skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada
pen'akit jantung kronis.
2
1.3 Tujuan Makalah
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti akan tetapi pada umumnya
diketahui kekurangan insulin penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Literatur lain menyebutkan penyebab
hiperglikemia adalah akibat pengangkatan pankreas, kerusakan secara
kimiawi sel beta pulau langerhans, factor predisposisi herediter, obesitas,
faktor imunologi yaitu respon autoimun (Arfawati,2015). Hiperglikemia akut
4
paling umum diesbabkan oleh asupan nutrisi, inaktivasi, inadekuat medikasi
antidiabetik, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut (Ruderman, 2013).
C. Patofisiologi Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pankreas yang berlebih dan herediter.
Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk ke dalam
sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon sehingga
terjadi glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan
glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati
5
dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Dengan menurunnya insulin
dalam darah, asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel.
Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah
yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh
darah menjadi keras (aterosklerosis) dan bila plak ini terlepas akan
menyebabkan trombus (Arfawati,2015).
D. Komplikasi
Pada keadaan DM yang tidak terkontrol dapat terjadi komplikasi
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronik, barik mikrovaskuler
maupun makrovaskuler.
1. Kerusakan saraf (Neuropati)
Diabetik neuropati merupakan suatu komplikasi yang umum terjadi
pada penderita DM baik tipe 1 maupun tipe 2. Neuropati perifer akan
meningkatkan resiko terjadinya ulkus pada kaki, sedangkan neuropati
otonom menyebabkan gastroparesis, hipotensi postural, dan diare
(Holt, 2010).
2. Kerusakan ginjal (Nefropati)
Nefropati diabetik ditandai dengan peningkatan ekskresi albumin urin
secara bertahap, yang dapat terjadi selama bertahuntahun, disertai dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) (Marshall, 2017).
3. Kerusakan mata (Retinopati)
Penyakit ini ditandai oleh lesi di retina yang berhubungan dengan
gangguan aliran darah retina, bisa merusak mata dan menjadi penyebab
utama kebutaan (Bek, 2017).
4. Gangguan pada hepar
Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita DM adalah
perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita
DM tipe 2 dan obes. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan
6
pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya (Ndraha,
2014). Akumulasi lipid di hati atau steatosis yang terkait dengan resistensi
insulin pada penderita DM disebut non alcoholic fatty liver disease
(NAFLD) (Krisnuhoni, 2015). Steatosis dalam NAFLD biasanya dilihat
sebagai steatosis makrovesikular di mana satu vakuola lemak besar
mengisi hepatosit dan memindahkan nukleus ke pinggiran. Steatosis
makrovesicular sendiri dianggap memiliki prognosis yang baik dengan
sanggat jarang menjadi fibrosis atau sirosis. Di sisi lain, steatosis
mikroveskuler difus menunjukan defek Di sisi lain, β- oksidasi
mitokondria yang parah dan bisa sembuh, atau berakhir dengan kematian,
jika tidak ditangani dengan transplantasi hati. (Tandra, et al 2012).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
2. Aseton plasma ; Positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit.
6. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan
dengan insiden.
7. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
7
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositiosis,
hemokonsentrasi,
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal).
10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksoge)Res
isiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.
(auto antibodi).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
14. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka
F. Penatalaksanaan
Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian glukosa
pada bayi dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient,
hiperglikemia hanya berlangsung sementara dan akan membaik dengan
sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa minggu. Selama waktu tersebut
kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain itu, hidrasi
tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang harus diperhatikan agar
bayi tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan elektrolit yang hilang pada
bayi harus diganti. Tetapi jika terjadi hiperglikemia menetap, maka perlu
dilakukan penangananan lebih lanjut.
8
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan
hiperglikemia :
1. Diet
A. Komposisi makanan :
1) Karbohidrat = 60–70%
2) Protein 10–15%
3) Lemak 20–25%
B. Jumlah kalori perhari
1) Antara 1100–2300 kkal
2) Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB, Perempuan : 25
kkal/kg BB
C. Penilaian status gizi
1) BB
2) BBR = x 100 %
3) TB – 100
4) Kurus : BBR 110%
5) Obesitas bila BBRR > 110%
6) Obesitas ringan 120 – 130%
7) Obesitas sedang 130 – 140%
8) Obesitas berat 140 – 200%
9) Obesitas morbit > 200%
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa
adalah :
1) Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari
2) Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari
3) Gemuk : BB x 20 kalori / hari
4) Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari.
9
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA
10
- Rasa haus
menurun Terapeutik
- Perilaku aneh - Berikan asupan cairan oral
menurun - Konsultasi dengan medis jika
- Kesulitan tanda dan gejala hiperglikemia
berbicara tetap ada atau memburuk
menurun - Fasilitasi ambulasi jika ada
- Kadar glukosa hipotensi ortostatik
dalam darah
membaik Edukasi
- Kadar glukosa - Anjurkan menghindari
dalam urin olahraga saat kadar glukosa
membaik darah lebih dari 250 mg/dL
- Palpitasi - Anjurkan monitor kadar
membaik glukosa darah secara mandiri
- Perilaku - Anjurkan kepatuhan terhadap
membaik diet dan olahraga
- Jumlah urin - Ajarkan indikasi dan
membaik pentingnya pengujian keton
urin, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. Penggunaan insulin,
monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin,
11
jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium,
jika perlu.
2 Gangguan Setelahh dilakukan Manajemen Eliminasi Urin
eliminasi urin tindakan keperawatan
selama 8 jam Observasi
diharapkan Eliminasi - Identifikasi tanda dan gejala
Urin membaik dengan retensi atau inkontinensia urin
kriteria hasil : - Identifikasi faktor yang
- Sensasi berkemih menyebabkan retensi atau
meningkat inkontinensia urin
- Desakan berkemih - Monitor eliminasi urin (mis.
(urgensi) menurun frekuensi, konsistensi, aroma,
- Distensi kandung volume, dan wama)
kemih menurun
- Berkemih tidak Terapeutik
tuntas (hesitancy) - Catat waktu-waktu dan
menurun haluaran berkemih
- Volume residu - Batasi asupan cairan, jika perlu
urin menurun - Ambil sampel urin tengah
- Urin menetes (midstream) atau kultur
(dribbling)
menurun Edukasi
- Nokturia menurun - Ajarkan tanda dan gejala
- Mengompol infeksi saluran kemih
menurun - Ajarkan mengukur asupan
12
- Enuresis menurun cairan dan haluaran urin
- Disuria menurun - Ajarkan mengambil spesimen
- Anuna menurun urin midstream
- Frekuensi BAK - Ajarkan mengenali tanda
membaik berkemih dan waktu yang tepat
- Karakteristik untuk berkemih
urino membaik - Ajarkan terapi modalitas
perkuat otot-otot
panggul/berkemihan Anjurkan
minum yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan menurut buku SDKI muncul 2 diagnosa
keperawatan, yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah dan gangguan
eliminasi urin.
2. Karena pemberian asuhan keperawatan dilakukan di IGD dan waktu yang
singkat maka intervensi dilanjutkan di ruang inap yang dilanjutkan oleh
perawat bangsal.
3.2 Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa
hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak
penulis mampu menyelesaikan asuhan keperawatan pada hiperglikemia ini
tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan
kepada:
1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-
hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah harus
dapat menjaga diri agar.
2. Untuk perawatan pasien dengan diabetes, harus ada kerjasama antara
perawat ruangan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memberi pendidikan kesehatan pada
keluarga yang paling sederhana dan senantiasa memotivasi pasien dan
keluarga untuk selalu menjaga pola makan dan kesehatan pasien.
3. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar
mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal. Dan perawat
juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi,
14
psikoatri dan pekerja social) dalam melakukan perawatan / penanganan
pasien dengan asma.
4. Untuk pihak Rs agar lebih meningkatkan peralatan yang ada sehingga
pemeriksaan /pengkajian penunjang dapat dilakukan.
15
DATAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id›jipt.PDF BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hiperglikemi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP (Dewan Pengurus Pusat).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP (Dewan Pengurus Pusat).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP (Dewan Pengurus Pusat).
http://eprints.ums.ac.id/22062/15/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
16