Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITASII

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


“Hyperemesis Gravidum”

OLEH : Kelompok 3

1. NI NENGAH JUNIARTI (183222921)


2. KADEK YOPI ANITA (183222924)
3. NI LUH SUTAMIYANTI (183222933)
4. NI MADE SRI DAMAYANTI (183222936)
5. NI PUTU ITA MARTARIANI (183222941)
6. NI PUTU RITA LAKSMI (183222944)
7. NI WAYAN NIA ARDITYA SARI (183222948)
8. NI WAYAN SUMARNI (183222949)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2018
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini tepat pada
waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan
Maternitas II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-
buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena
itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, Oktober 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumuan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT ......................................................................
2.1.1 Definisi .........................................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi ........................................................................................
2.1.3 Etiologi .........................................................................................................
2.1.4 Tanda Gejala ................................................................................................
2.1.5 Patofisiologi .................................................................................................
2.1.6 Pathway ........................................................................................................
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................
2.1.8 Komplikasi ...................................................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan ...........................................................................................
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..........................................
2.2.1 Pengkajian ....................................................................................................
2.2.2 Diagnosa.......................................................................................................
2.2.3 Rencana Keperawatan ..................................................................................
2.2.4 Implementasi ................................................................................................
2.2.5 Evaluasi ........................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian Keperawatan .......................................................................................
Analisa Data ..........................................................................................................
Diagnosa Keperawatan..........................................................................................

2
Intervensi Keperawatan .........................................................................................
Implementasi .........................................................................................................
Evaluasi .................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness,
dialami oleh sekitar 70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang
sering dialami pada umur 5-12 minggu. Mual dan muntah pada kehamilan
biasanya bersifat ringan dan merupakan kondisi yang dapat dikontrol sesuai
kondisi masing- masing individu. Mual dan muntah yang ringan umum dan
normal terjadi di awal kehamilan, bila tejadi berlebihan maka dapat
menimbulkan efek patologis seperti hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah berlebihan pada wanita hamil
yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan (lebih dari 5% berat
badan awal), dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit.
Hiperemesis gravidarum dapat mulai terjadi pada minggu keempat sampai
kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia
kehamilan dua puluh minggu (Runiari, 2010). Apabila ibu hamil
yang mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan penanganan dengan baik
dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan asam lambung dan
selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam lambung akan semakin
memperparah hyperemesis gravidarum (Maulana, 2008).
Menurut Helper tahun 2008 bahwa Sebagian besar ibu hamil 70-
80% mengalami morning sickness dan sebanyak 1-2% dari semua ibu
hamil mengalami morning sickness yang ekstrim .Dari hasil penelitian dalam
jurnal Aril tahun 2012 Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia
dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan
di indonesia, 0,3% di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum
adalah 0,52.Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI ditahun 2009
menjelaskan bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual
dan muntah, Hal inibisa menyebabkan perempuan menghindari makanan
tertentu dan biasanya membawa resiko baginya dan janin. (Vicki, 2012)

4
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
teori penyebab hiperemesis gravidarum diajukan tetapi satupun tidak
memberi penjelasan yang adekuat tentang gangguan ini. Hiperemesis
gravidarum dapat disebabkan kadar esterogen yang tinggi dan hipertiroidisme
yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia.
Faktor- faktor psikologis dapat merupakan penyebab hiperemesis gravidarum.
Wanita yang pola reaksi normalnya terhadap stres mencakup gangguan
pencernaan seringkali mengalami hiperemesis gravidarum, dan ada beberapa
cara untuk mengatasi masalah mual dan muntah yaitu: menyediakan biskuit
tawar, biskuit tawar panggang, atau sereal kering samping tempat tidur untuk
dikonsumsi sebelum bangunn tidur di pagi hari; makan malamm porsi kecil,
tetapi sering; menghindari minuman berkafein; mengonsumsi cairan dalam
jumlah adekuat, tetapi lebih baik di antara waktu makan daripada saat makan;
menghindari bau masakan dan bau cat yang menimbulkan mual; membatasi
makanan yang banyak mengandung rempah- rempah. Obat antiemetik tidak
dianjurkan. Hiperemesis gravidarum, muntah berat lama, dan menetap
membutuhkan perhatian medis. Penggantian cairan dan elektrolit dapat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi dehidrasi (Bobak dkk, 2004).
Berdasarkan uraian diatas dapat menunjukkan hiperemesis gravidarum
merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena
hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan gangguan pada awal kehamilan,
karena tingkat kejadian hiperemsis gravidarum masih tinggi di seluruh dunia.
Sampai saat ini penyebeb hiperemesis gravidarum belum di temukan.
Pencegahan dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi
hiperemesis gravidarum lebih cepat dan tanpa perlu dirawat di rumah sakit.

5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengertian, penyebab, tanda gejala,
penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan Hyperemesis Gravidum.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi Konsep Dasar Penyakit pada Pasien
Hyperemesis Gravidum.
2. Mampu mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada Pasien
Hyperemesis Gravidum.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk menambah
ilmu pengetahuan konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan hyperemesis gravidum dan dapat digunakan sebagai refrensi
tambahan untuk mengetahui konsep dasar penyakit.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi di Institusi Pendidikan dan
sebagai bahan bacaan tentang hyperemesis gravidum.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
terjadi kira- kira sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan
14 minggu (trisemester pertama), mual dan muntah yang dialami ibu begitu
hebat (Serri, 2013). Menurut Chrisdiono (2004) hiperemesis gravidarum
adalah suaru keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita
mengalami mual dan muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari
10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan
cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih
dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi
(Runiari, 2010).
Jadi kesimpulan yang dapat diambil, hiperemesis gravidarum biasanya
terjadi pada umur kehamilan 14 minggu (trisemester pertama). Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebih dapat mengganggu
aktivitas sehari- hari, dan dapat mengakibatkan kekurangan cairan dan
penurunan berat badan.

7
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
Organ reproduksi wanita di bagi menjadi 2 bagian,yaitu alat genetalia luar
(eksterna) dan genetalia dalam (interna) (Bobak dkk, 2004) :
1. Struktur Eksterna
a. Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jaranag di atas simfisis pubis. Mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual).
b. Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus
vagina (muara vagina).
c. Labia Minora
Labia minora, terletak di anatar dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang ke arah
bawah dari baah klitoris dan menyatu dengan fourchettte.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak tepat di bawah arkus pubis. Fungsi utama klitoris ialah
menstimulasi dan meningkatkan keteganga seksual.
e. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri menjadi bagian
medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan
membentuk prepusium, sedangkan bagian medial menyatu di bagian
bawah klitoris untuk membentuk frenulum.
f. Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris, dan fourchette.

8
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi
oleh bahan kimia.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perinium
Perinium adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus perinium. Penggunaan istilah vulva dan perinium
kadang- kadang tetukar, tetapi secara tidak tepat.

2. Srtuktur Internal
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba fallopi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon
seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang
di butuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita
normal.
b. Tuba Uterus (Fallopi)
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uteris. Panjang tuba ini
kira- kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah,
dan lapisan mukosa di bagian dalam.
c. Uterus
Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun dari
bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus bin
dari bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus
biasanya terletak di garis tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap
simfisis pubis dan kandung kemih, serta anterior terhadap rektum.

9
d. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan di
belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari intoitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks.

2.1.3 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, dahulu
penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena
di duga adanya semaccam racun yang berasal dari janin atau kehamilan,
penyakit ini juga di golongkan ke dalam gestosis bersama preeklamsia dan
eklamsia (Runiari, 2010).
Menurut Serri Hutahaean (2013) ada beberapa faktor predisposisi terjadinya
mual dan muntah :
1. Faktor predisposisi : primigravida, kehamilanganda,mola hidatidosa.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik
akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu.
3. Faktor organik : alergi
4. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebgai pelarian karena kesukaran hidup.

2.1.4 Tanda dan Gejala


Ada beberapa tanda dan gejala hiperemesi gravidarum menurut Serri Hutaean
(2013) adalah:
a. Tingkat I
Muntah berlebihan,dehidrasi ringan, nyeri pada epigastrium, nadi
meningkat, berat badan menurun, nafsu makan tidak ada, lidah mengering
mata cekung, lemah, temperatur tubuh naik, turgor kulit berkurang.

10
b. Tingkat II
Tampak lemah dan apatis, nadi kecil dan cepat, suhu kadang- kadang naik
dan mata sedikit ikterus, tekanan darah turuh, hemokonsentrasi, oliguria
dan konstipas, tercium bau aseton pada bau mulut, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum sangat menurun, kesadaran somnolen sampai koma,
ikterus yang makin nyata, suhu meningkat, tekanan darah menurun, terjadi
perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina. Komplikasi fatal dapat
terjadi pada susunan syaraf yang dikenal sebagai enselopati Wernicke
dengan gejala nistagmus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus
adalah tanda adanya payah hati.

2.1.5 Patofisiologis
Patofisiologis hiperemesis gravidarum masih belum jelas namun
peningkatan kadar progesteron, esterogen dan Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Hi
peremesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bial terjadi terus- menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik (Runiari, 2010).
Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagaian kecil wanita,
tetapi faktor psikologis merupakan faktor utama, di samping faktor hormonal.
Menurut Serri Hutahean (2013) ibu yang mengalami lambung spastik
dengan gejala tidak suka makan dan sering mual sebelum hamil akan
mengalami hiperemesis gravidarum yang berat. Hal ini mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oleh
karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena

11
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan, ekstraselular dan plasma
berkurang

12
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan urine untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasi yang
meliputi pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
2) Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
3) Pemeriksaan elektrolit jika terjaddi dehidrasi dan di duga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
4) Pemeriksaan BUN, nonprotein nitrogen dan kadar asam.
5) Tiroid Stimulating Hormon (TSH) menentukan adanya penyakit pada
tiroid.
6) CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau diduga terjadi infeksi sebagai
penyebab.
7) Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
2.1.8 Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan serig dapat menyebabkan
tubuh mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K.
Pada defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu
keadaangangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin
parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma.4 Pada defisiensi vitamin
K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga disertai dengan epistaksis (Aril,
2012).
Bila hiperemesis gravidarum terjadi secara terus menerus dapat terjadi
dehidrasi. Dehidrasi yang muncul karena kekurangan cairan yang dikonsumsi
dan kehilangan cairan akibat dimuntahkan. Jaringan pada esofagus dan
lambung dapat robek karena muntah yang terlalu sering. Kenaikan berat
badan ibu <7 kg dan dengan hiperemesis gravidarum berisiko sangat tinggi
melahirkan bayi prematur, berat badan bayi rendah, dan nilai APGAR lima
menit kurang dari 7.

13
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada
beratnya gejala. Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan
perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap,
atau pemberian pemberian nutrisi parenteral (Runiari, 2010). Serri Hutaean
(2013) juga menambahkan hiperemesis gravidarum juga perlu dilakukan
dengan jalan memberi informasi yang benar tentang kehamilan persalinan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses fisiologis, serta
memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan hal alami pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
Perawat mengobservasi wanita untuk mendeteksi adanya tanda- tanda
komplikasi, seperti asidosis metabolik, ikterik, atau hemoragi dan memberi
tahu tenaga perawatan kesehatan begitu tanda- tanda tersebut muncul (Bobak
dkk, 2004). Langkah awal dalam penentuan diagnosis hiperemesis
gravidarum adalah dengan menetukan frekuensi muntah serta mengkaji data
mengenai diet, stres dan dukungan secara rinci. Pemeriksaan fisik dilakukan
untuk mencari tanda- tanda kedaan patologis yang mungkin merupakan
penyebab atau memperberat keadaan. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
dilakukan untuk mendiagnosis penyakit kandung empedu, hidronefrosis atau
mola hidatidiformis (Runiari, 2010).
Beberapa terapi medis yang dilakukan untuk mengatasi hiperemesis
gravidarum menurut Serri Hutaean (2013), yaitu :
1. Obat- obatan
Obat- obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil diantaranya:
obat sedatif yang sering digunakan adalah phenobarbital, vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6. Bila lebih berat dapt diberikan antiemetik
seperti disiklomin hidrokhloride atau klorpromasin, dan yang terakhir
antihistamin yang dianjurkan seperti dramamin atau avomin.
2. Isolasi

14
Mengisolasi yang dimaksudkan adalah dengan menyendirikan ibu dalam
kamar yang tenang tetapi cerah dan dengan pertukaran udara yang baik.
Tidak dianjurkan memberi makanan atau minuman selama 24-28 jam.
3. Terapi Psikologis
Meyakinkan ibu untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya,
mengurangi pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik
yang mungkin menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan Parenteral
Memberikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3
liter per hari. Jika diperlukan tambahkan kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B komplek dan vitamin C, dan jika kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena.
5. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan semakin
buruk.delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan yang
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.keputusan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu sisi tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi di sisi lain tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, dan tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversibel pada organ
vital.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah- buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat- zat gizi, kecuali vitamin C, karena hanya
dibeikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

15
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizzi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan rendah dalam
semua zat- zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan dengan gejala ringan.
Kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan,
merupakan suatu proses yang simpatis dalam pengumpulan data dari
beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
pemberian asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu, oleh karena itu
dalam merumuskan diagnosis keperawatan diperlukan pengkajian yang
adekuat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu, sesuai dengan
susunan keperawatan praktik ANA.
a. Pengkajian data Subjektif
- Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada atau tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenatal dan komplikasi.
- Riwayat diet, khususnya intake cairan
- Pengobatgan yang didapat saat ini
- Riwayat pembedahan khususnya, pembedahan pada abdomen.
- Riwayat medis sebelumnya seperti, riwayat penyakit obstetri dan
ginekologi, kolelitiasis atau gangguan abdomen lainnya, gangguan
tiroid dan ada tidaknya depresi.
- Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan
antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran di tempat
kerja, perubahan status kesehatan atau stresor kehamilan, respon

16
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan
kondisi sakit, serta sistem pendukung.
- Intregitas ego sepserti, konflik interpersonal anatar keluaraga,
kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan
yang tidak direncanakan.
- Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya.
Jika mengalami muntah, kaji warna, volume, frekuensi dan
kualiutasnya. Kaji juga faktor yang memperberat dan memperingan
keadaan, serta pengobatan yang dilakukan yang baik difasilitas
kesehatan atu pengobatan dirumah.
- Gejala- gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau
konstipasi, serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen
meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta memperingakan dan
memberatkan nyeri.
- Pengkajian lain dapat dilakukan denganmenggunakan Rhodes index
ofNausea Vomiting yang terdiri dari 8 pertanyaan untuk mengkajai
frekuensi dan beratnya mual muntah.;

b. Pengkajian data objektif


Pengkajian data objektif berfokus pada pengkajian fisik Runiari (2010)
yang meliputi :
- Kaji ada tidaknya demam, takikardi atau hipotensi otostatik, frekuensi
pernapasan meningkat, atau adanya napas bau aseton, nadi (kuat atau
lemah).
- Kaji keadaan umum seperti distres emosional dan ada tidaknya toksik
- Kaji berat badan meningkat atau menurun.
- Kaji turgor kulit, membran mukosa (lembab atau kering), dan
oligouria.
- Kaji keadaan abdomen seperti suara abdomen (biasanya hipoaktif
dalam keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepaas atau

17
nyeri tekan, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali dan tanda
Murpy dan tanda Mc. Burney’s.
- Kaji keadaan janin yang meliputi pemeriksaan denyut janutng janin,
tinggi fundu uterus dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan
usia kehamilan).

c. Pemeriksaan penunjang
8) Pemeriksaan urine untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasi
yang meliputi pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
9) Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
10) Pemeriksaan elektrolit jika terjaddi dehidrasi dan di duga terjadi
muntah berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida
dan protein.
11) Pemeriksaan BUN, nonprotein nitrogen dan kadar asam.
12) Tiroid Stimulating Hormon (TSH) menentukan adanya penyakit
pada tiroid.
13) CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau diduga terjadi infeksi
sebagai penyebab.
14) Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
15) Kadar hCG jika diduga kehamilan multple atau mola Hidatiformia.

2.2.2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah thapan keduan dalam proses
keperawatan. Tahapan ini memungkinkan perawat untuk menganalisis data
yang telah dikelompokan. Diagnosis dirumuskan berdasarkan respon
pasien dan perubahan- perubahan yang terjadi pada status kesehatannya.
Komponen- komponen berikut ini yang menandai tiga bagian pernyataan
diagnosis keperawatan: diagnosis keperawatan, etilogi, batasan
karakteristik.
Berikut ini diagnosi keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum:
a.Mual berhubungan dengan kehamilan.

18
b Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan (mual muntah
c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif(mual,muntah).
d. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif(mual,muntah). Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis(mis, infeksi, iskemia, neoflasma).
e. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.

2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi


O Keperawatan
1 Mual NOC: NIC:
berhubungan  Comfort level Fluid Management
dengan  Hidrasi - Pencacatan
kehamilan  Nutritional intake output
Status secara akurat
Kriteria Hasil: - Monitor status
 Melaporkan nutrisi
bebas dari mual - Monitor status
 Mengidentifikasi hidrasi(kelemba
hal – hal yang ban membrane
mengurangi mual mukosa)
 Nutrisi adekuat - Monitor vital
sign
 Status hidrasi :
- Anjurkan untuk

19
hidrasi kulit makan pelan –
membrane pelan
mukosa baik, - Jelaskan untuk
tidak ada rasa menggunakan
haus yang nafas dalam
abnormal, panas, untuk menekan
urin output reflek mual
normal, TD, HCT - Batasi minum 1
normal. jam sebelum, 1
jam sesudah dan
selama makan
- Instruksikan
untuk
menghindari bau
makanan yang
menyengat
- Berikan terapi
IV kalau perlu
- Kelola
pemberian anti
emetik
2 Ketidakseimbang NOC: NIC
an nutrisi kurang  Nutritional Nutrition Management
dari kebutuhan status: - Kaji adanya
tubuh  Nutritional alergi makanan
berhubungan status: food and - Kolaborasi
dengan fluid dengan ahli gizi
ketidakmampuan  Intake untuk
mencerna  Nutritional menentukan
makanan(mual status: nutrient jumlah kalori
muntah). intake dan nutrisi yang
 Weight control dibutuhkan
Kriteria Hasil: pasien.
 Adanya - Anjurkan pasien
peningkatan berat untuk
badan sesuai meningkatkan
dengan tujuan intake fe
- Anjurkan pasien
 Berat badan ideal
untuk
sesuai dengan
meningkatkan
tinggi badan
protein dan
 Mampu
vitamin c.
mengidentifikasi
- Berikan
kebutuhan nutrisi
substansi gula.
 Tidak ada tanda – - Yakinkan diet
tanda malnutrisi yang dimakan

20
 Menunjukkan mengandung
peningkatan tinggi serat
fungsi untuk mencegah
pengecapan dari konstipasi
menelan - Berikan
 Tidak terjadi makanan yang
penurunan berat terpilih(sudah
badan yang dikonsultasikan
berarti dengan ahli
gizi)
- Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan harian.
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
- Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi.
- Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam
batas normal.
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bias
dilakukan.
- Monitor
interaksi anak
atau orang tua
selama makan
- Monitor
lingkungan

21
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan dan
tidak selama jam
makan.
- Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor
kulit
- Monitor
kekeringan ,
rambut kusam,
dan mudah patah
- Monitor mual
dan muntah
- Monitor kadar
albumin ,total
protein, hb, dan
kadar ht
- Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori
dan intake
nutrisi

3 NOC NIC
Ketidakseimbang  Fluid balance Fluid management
 Hydration - Timbang
an volume cairan
 Nutritional Status : popok/pembalut jika
berhubungan Food and Fluid diperlukan
 Intake - Pertahankan catatan
dengan
Kriteria Hasil : intake dan output
kehilangan  Mempertahankan yang akurat
urine output sesuai - Monitor status
cairan
dengan usia dan BB, hidrasi (kelembaban
aktif(mual,munta BJ urine normal, HT membran mukosa,

22
h). normal nadi adekuat,
 Tekanan darah, nadi, tekanan darah
suhu tubuh dalam ortostatik ), jika
batas normal diperlukan
 Tidak ada tanda tanda - Monitor vital sign
dehidrasi, - Monitor masukan
 Elastisitas turgor makanan / cairan
kulit baik, membran dan hitung intake
mukosa lembab, tidak kalori harian
ada rasa haus yang - Kolaborasikan
berlebihan pemberian cairan IV
- Monitor status
nutrisi
- Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
- Dorong masukan
oral
- Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
- Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
- Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
- Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
- Atur kemungkinan
tranfusi
- Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
- Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan

23
- Monitor berat badan
- Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
- Pemberian cairan Lv
- monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya
tanda gagal ginjal

4 Nyeri akut NOC: Pain Management


 Pain level  Lakukan
berhubungan
 Pain control pengkajian nyeri
dengan agen  Comfotr level secara
Kriteria hasil: komprehensif,
cidera
 Mampu termasuk lokasi,
biologis(mis, mengontrol nyeri karakteristik,
(tahu penyebab durasi, frekuensi,
infeksi, iskemia,
nyeri, mampu kualitas dan factor
neoflasma). menggunakan presifitasi.
tehnik non  Obervasi reaksi
farmakologi non verbal dari
untuk mengurangi ketidaknyamanan
nyeri, mencar  Gunakan teknik
bantuan) komunikasi
 Melaprkan bahwa terapeutik untuk
nyeri berkurang mengetahui
dengan pengalaman nyeri
menggunakan pasien
majemen nyeri  Kaji kultur yang
 Mampu mempengaruhi
mengenali nyeri respon nyeri
skala, intensitas,  Evaluasi
prekuensi dan pengalaman nyeri
tanda nyeri) masa lampau
 Menyatakan rasa  Evaluasi bersama
nyaman setelah pasien dan tim
nyeri berkurang kesehatan lain
tentang
ketiadkefektipan
control nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk

24
mencari dan
menemukan
dukungan
 Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non-
farmakologi, dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
 Ajarka tentang
teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik
untuk menguragi
nyeri
 Tingkatkan
istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
 Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Analgesik
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemeberian obat

25
 Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih
dari satu.
 Tentukan
pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute
pemberian secara
IV, IM, untuk
mengobati nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama
kali
 Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala
5 Resiko syok NOC NIC
berhubungan  Syok prevention Syok prevention
 Syok management - Monitor status
dengan Kriteria hasil: sirkulasi BP,
hipovolemia  Nadi dalam batas warna kulit,
yang diharapkan suhu kulit,
 Irama jantung dalam denyut jantung,
batas yang HR, dan ritme,

26
diharapkan nadi perifer, dan
 Frekuensi nafas kapiler refill
dalam batas yang - Monitor tanda
diharapkan inadekuat
 Irama pernafasan oksigenasi
dalam batas yang jaringan
diharapkan - Monitor suhu
 Natrium serum dalam dan pernafasan
batas normal - Monitor input
 Kalium serum dalam dan output
batas normal - Pantau nilai
 Klorida serum dalam labor:
batas normal HB,HT,AGD,
 Kalsium serum dan elektrolit
dalam batas normal - Monitor
 Magnesium serum hemodinamik
dalam batas normal invasi yang
 Ph serum dalam sesuai
batas normal - Monitor tanda
awal syok
- Tempatkan
pasien pada
posisi supine,
kaki elevasi
untuk
peningkatan
preload dengan
tepat
- Lihat dan
pelihara
kepatenan jalan
nafas
- Berikan cairan
IV dan atau oral
yang tepat
- Berikan
vasodilator yang
tept
- Ajarkan
keluarga dan
pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
- Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
langkah untuk

27
mengatasi gejala
syok
6 Intoleransi NOC NIC
aktifitas  Energy Activity Therapy
berhubungan conservation - Kolaborasikan
dengan imobilitas  Activity tolerance dengan tenaga
 Self care: ADLs rehabilitas medic
Krteria hasil: dalam
 Berpartisipasi merencanakan
dalam aktivitas program terapi
fisik tanpa yang tepat
disertai - Bantu klien
peningkatan untuk
tekanan darah, mengidentifikasi
nadi, dan RR aktivitas yang
 Mampu mampu
melakukan dilakukan
aktivitas sehari- - Bantu untuk
hari (ADLs) memilih
secara mandiri aktivitas
 TTV normal konsisten yang
sesuai dengan
 Level kelemahan
kemampuan
 Mampu
fisik, psikologi
berpindah:
dan social
dengan atau tanpa
- Bantu untuk
bantuan alat
mengidentifikasi
 Status dan
kardiopulmoari mendapatkan
adekuat sumber yang
 Sirkulasi status diperlukan untuk
baik aktivitas yang
 Status respirasi: diinginkan
pertukaran gas - Bantu untuk
dan ventilasi mendapatkan
adekuat alat bantu
aktivitas seperti
kursi roda, krek
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
- Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang

28
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan
positifbagi yang
aktif beaktivitas
- Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Moitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual

2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh kerena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan klien(Nursalam,2001).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan; mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan dengan baik
jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan

29
tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus
mengumpulkan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam
format yang telah ditetapkan.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat memonitor “ kealfaan “ yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi merupakan suatu yang direncanakan dan merupakan
perbandingan sistematik opada status kesehatan klien. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa
menentukan efektifitas tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap saat proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah
informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku
yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosis juga perlu di evalusi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi di evaluasi untuk
menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosis
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi

31
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hyperemesis gravidum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
terjadi kira- kira sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan
14 minggu (trisemester pertama), mual dan muntah yang dialami ibu begitu
hebat (Serri, 2013). Menurut Chrisdiono (2004) hiperemesis gravidarum
adalah suaru keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita
mengalami mual dan muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada umur kehamilan 14 minggu
(trisemester pertama). Hyperemesis gravidum adalah mual dan muntah yang
berlebih dapat mengganggu aktivitas sehari- hari, dan dapat mengakibatkan
kekurangan cairan dan penurunan berat badan. Penatalaksanaa mual dan
muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan
dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai
pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap, atau pemberian
pemberian nutrisi parenteral

4.2 Saran

Sebaiknya para pembaca menumbuhkan niat untuk lebih mencari tahu


tentang informasi mengenai “Hyperemesis Gravidum” tanpa mengacu pada satu
referensi. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
terhadap makalah penulis yang masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan.

32
Daftar Pustaka

Achadiat, Chrisdiono, M.2004. Prosedur tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:


EGC

Bobak,dkk.2004. Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2003). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Maulana, Mirza, 2008, Buku Pegangan Ibu Panduan Lengkap Kehamilan, Kata
Hati, Yogyakarta
Runiari, Nengah.2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hiperemesis
Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta
:Salemba Medika..
Serri, Hutahaean.2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika
Aril, Cikal, Yasa.2012.Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Rsud Ujungberung Pada Periode
2010- 2011.Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Anonim.2017.(online diakses pada tanggal 2 maret 2017) http://zakiah-


fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-
115214Kep.%20ReproduksiAsuhan%20Keperawatan%20Hiperemesis%20Gravid
arum.html

33

Anda mungkin juga menyukai