DISTORSI BAHU
DISUSUN OLEH :
Kelompok III
Maskanah
Mintorowati
Saeful hidayat
Siti Maghfiroh
Siti nur Asiyah
Suhartono
Abu Muslim
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan
maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi.
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah dari makalah
ini:
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi apabila
terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Kelainan persalinan ini
adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri atau berkombinasi: a). kelainan
gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang kurang kuat atau kurangnya koordinasi
untuk melakukan pendataran dan dilatasi serviks (disfungsi uterus), maupun kurangnya upaya
otot volunteer selama persalinan kala dua, b). kelainan tulang panggul ibu yaitu panggul
sempit, c) kelainan presentasi, posisi atau perkembangan janin dan kelainan jaringan lunak
saluran reproduksi yang membentuk halangan bagi turunnya janin. (Cunningham, Gary: 2005)
Antonim bahasa Yunani untuk eutosia, atau persalinan normal adalah distosia yang
menandakan persalinan yang abnormal atau sulit. distosia dapat terjadi akibat beberapa
kelainan tertentu yang melibatkan serviks, uterus, janin, tulang panggul ibu, atau obstruksi lain
di jalan lahir.
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan. (Bobak: 2004)
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi
kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang
persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit
kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu
terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros
4
ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi
dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih
mudahnya distosia bahu merupakan kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Klasifikasi Distosia
1. Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).
2.3 Etiologi
Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia adalah:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan atau powers ).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage ). Walaupun kekuatan gaya
ekspulsifnya mungkin normal, memiliki kelainan struktur atau karakter jalan lahir
5
yang menimbulkan hambatan mekanis terhadap turunnya bagian terbawah janin yang
tidak teratasi
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar,
dan jumlah bayi (penumpang atau passengers )
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung. Penyebab
dari distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
ke dalam panggul (misalnya pada makrosomia) yang disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
2.4 Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah rambut pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
2.5 Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada
umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala
yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu
atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar
selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak
sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat
meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan
melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus brokhialis & muskulus
sternokleidomastoidelis.
6
2.6 Komplikasi
1. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. bakteri di dalam cairan amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi
serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai terjadi distosia.
2. Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat
seksio sesaria. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar
sehingga kepala tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat terengang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.
3. Cincin retraksi patologis
Cincin ini sering timbul akibat persalianan yang terhambat, disertai peregangan dan
penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini, cincin dapat terlihat
jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturya segmen
bawah uterus.
4. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak
maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya
dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengn munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau rektovaginal.
5. Cedera otot dasar panggul
Saat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin
serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan
melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis di otot,
saraf dan jaringan ikat.
7
6. Efek pada janin
Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus,
risiko janin dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang
serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian dan neonates. Hal ini
disebabkan karena bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan janin. Pneumoni
janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.
2.8 Penatalaksanaan
Metode Persalinan Distosia Bahu
1. Manuver Mc. Roberts :
-
Posisi Walcher: Hiperfleksi kaki kearah perut sehingga terjadi pelebaran jalan lahir
dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat menjadi 10 derajat.
-
Kepala janin tarik curam kebawah sehingga memudahkan persalinan bahu depan
Maneuver Mc Robert
8
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen
sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic
secara bersamaan (panah vertikal).
2. Manuver Hibbard dan Resnick
-
Lakukan episiotomi luas untuk melebarkan jalan lahir
-
Kepala ditarik curam kebawah, sehingga bahu depan lebih mudah masuk PAP
-
Tekan bahu depan diatas simfisis, sehingga dapat masuk PAP
3. Manuver Woods Cork Screw
-
Fundus uteri didorong kebawah sehingga lebih menekan bagian terendah janin,
untuk masuk PAP
-
Bahu belakang diputar menjadi bahu depan sehingga secara spontan lahir
Maneuver Wood.
Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.
9
-
Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin
dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku
-
Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
-
Lengan posterior dilahirkan
kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan
dari simfisis pubis.
6. Manuver Zevanelli
Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalam vagina Diikuti
dengan persalinan seksio sesarea
Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR dan menimbulkan
trauma jalan lahir lebih besar.
7. Teknik Kleidotomi
Dilakukan pemotongan tulang klavikula bawah sehingga volume bahu mengecil dan
selanjutnya persalinan dapat berlangsung
Bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan tulang klavikuladepan
8. Simfisiotomi
Untuk melebarkan jalan lahir sehingga bahu dapat lahir.
Komplikasi simfiotomi :
10
Ketidaknyamanan yang berkepanjangan dan nyeri
Ruptura vesika urinaria
(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri ; Ginekologi dan KB ; 455)
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian terdapat data awal yakni pengkajian fisik dan pengkajian
selanjutnya yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, lama dan intensitas
kontraksi uterus, status serviks, denyut jantung janin, presentasi dan stasiun janin, serta
status membran. Data laboratorium seperti pH kulit kepala, dapat mengidentifikasi distress
janin, hasil ultrasonografi dapat mengidentifikasi masalah disfungsi persalinan potensial
yang terkait dengan janin atau panggul ibu. Seluruh pengkajian ini membantu identifikasi
akurat diagnose keperawatan yang potensial dan actual, yang berhubungan dengan distosia
dan gangguan pada ibu janin.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keefektifan asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami distosia
berdasarkan hasil yang diharapkan adalah:
a. Mengerti penyebab dan treatment persalinan disfungsional.
b. Menggunakan pola koping yang positif untukmempertahankan konsep diri positif.
c. Mengekspresikan rasa cemasnya berkurang atau minimal
d. Pengalaman persalinan dan kelahiran dengan minimal atau tidak ada komplikasi
seperti infeksi, cedera, atau hemoragik
e. Kelahiran bayi yang sehat, dimana tanpa mengalami cedera kelahiran
f. Mengunggkapkan bahwa nyerinya berkurang
13
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.
Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut
bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih
mudahnya distosia bahu merupakan kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
4.2 Saran
Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar melakukan
kunjungan / pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan berat
badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu
yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu
bisa bersalin secara normal atau tidak normal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15