Anda di halaman 1dari 7

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIEMETIKA

PADA PASIEN KANKER OVARIUM


DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

SKRIPSI

Oleh :

ARLINA SAFITRI

SK520004

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

2024
DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................6
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker ovarium adalah kanker kedelapan yang paling umum terjadi, dan

penyebab utama kematian nomor tujuh terkait kanker pada wanita (Jemal et al.,

2011). Pada tahun 2020, kanker ovarium mempunyai 313.959 kasus baru di seluruh

dunia, dengan angka kematian 207.252 orang. Kasus baru kanker di Indonesia

menempati urutan ke-10 sebagai jenis kanker yang paling umum, dengan 14.979

kasus baru dan angka kematian 9.581 orang (Globocan, 2020). Sebuah penelitian

baru-baru ini mengumpulkan data dari 1.000 wanita di 39 negara menunjukan bahwa

jumlah wanita yang didiagnosis dengan kanker ovarium kemungkinan akan

meningkat menjadi 371.000 kasus baru per tahun pada tahun 2035 (Figo, 2019).

Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari indung telur yang

memiliki berbagai jenis histologi yang dapat mengenai semua wanita (Indrawati,

2009). Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 hingga 70

tahun, dan satu dari wanita menderita kanker tersebut. Kanker ovarium dapat

menyebar secara langsung ke area sekitarnya dan melalui sistem getah bening ke area

lain seperti panggul dan perut. Selain itu, melalui pembuluh darah, kanker dapat

menyebar ke paru-paru dan kehati karena tidak memberikan gejala klinis dan

berkembang secara diam-diam di dalam tubuh wanita sampai suatu titik di mana ia

muncul keluhan. Keluhannya dapat berupa gangguan akibat desakan massa tumor

pada organ-organ (Nugroho & Utama, 2014).

Metode penanganan kanker diantaranya operasi, radioterapi dan

kemoterapi. Pemberian kemoterapi dianggap lebih efektif karena obat langsung


diberikan melalui pembuluh darah sehingga dapat menjangkau sel-sel kanker

yang telah bermetastase ke jaringan lainnya (Conti et al., 2013). Efek samping

kemoterapi dari ringan hingga berat, tergantung pada dosis dan regimen kemoterapi

yang digunakan. Efek samping sitostatika dapat terjadi pada sel darah, sel traktus

gastrointestinal, kulit, rambut, dan organ reproduksi, serta sel normal yang aktif

mitosis. Efek samping yang terjadi meliputi gejala gastrointestinal seperti mual

muntah, stomatitis, diare, dan konstipasi; mielosupresi seperti anemia, leukopenia,

dan trombositopenia; penurunan rambut; masalah hati dan ginjal (Warr, 2008).

Salah satu efek samping kemoterapi adalah mual-muntah, yang dialami oleh

sekitar 70% hingga 80% pasien yang menerima kemoterapi. Maka pasien diberi obat

tambahan antiemetik, tetapi pemberian antiemetik yang tidak sesuai tidak mengurangi

efek samping mual muntah kemoterapi. Efek samping ini yang menyebabkan pasien

merasa tidak nyaman dan stres, sehingga mereka memilih untuk menghentikan siklus

kemoterapi, yang berpotensi mempercepat perkembangan kanker (Shinta & Surarso,

2016). Mual muntah pada kemoterapi akut terjadi pada awal 24 jam pasca kemoterapi

dengan puncak yang terjadi pada 5 sampai 6 jam setelah pemberian obat kemoterapi

dan dapat menetap selama 5 sampai 7 hari, umumnya terjadi pada pasien yang

mendapat sitostatika cisplatin, karboplatin, siklosfosfamid dan doksorubisin (Likun et

al., 2011).

Menurut penelitian (Utaminingrum et al., 2013) efek samping mual muntah

pasca kemoterapi terjadi pada 80% pasien kemoterapi dan resiko mual muntah

tertunda 90%, sehingga rata-rata pasien yang patuh adalah 79%. Tingginya angka

kejadian menjadi permasalahan yang mendasar yang berdampak pada pasien yaitu

dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien dan kualitas hidup pasien. Sehingga perlu

dilakukan penelitian mengenai rasionalitas dalam pemberian obat antiemetika pada


pasien kanker. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

rasionalitas penggunaan obat antiemetik pada pasien kanker ovarium di RSUP Kariadi

Semarang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola pengobatan antiemetik yang rasional dengan tepat indikasi, tepat

penderita, tepat obat, dan tepat dosis pada pengobatan kanker ovarium di RSUP

Kariadi Semarang?

2. Apakah sudah sesuai dengan standar dari National Comprehensive Cancer

Network (NCCN) 2010 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola pengobatan antiemetik yang

rasional dengan ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan obat, dan

ketepatan dosis pada pengobatan kanker ovarium di RSUP Kariadi Semarang

2. Kesesuaian dengan standar dari National Comprehensive Cancer Network

(NCCN) 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini sebagai penunjang informasi dalam memberikan obat-obat

antiemetik pada kanker ovarium.

Meningkatkan keamanan dan efektifitas obat-obat antiemetik pada kanker

ovarium.

2. Bagi Peneliti

Menambah keiilmuwan dan pengetahuan mengenai obat antiemetik pada kanker

ovarium.
3. Bagi Akademik

Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Conti, R. M., Bernstein, A. C., Villaflor, V. M., Schilsky, R. L., Rosenthal, M. B., & Bach, P.
B. (2013). Prevalence of off-label use and spending in 2010 among patent-protected
chemotherapies in a population-based cohort of medical oncologists.
https://doi.org/10.1200/JCO.2012.42.7252

Figo. (2019). Global ovarian cancer rates rising. https://www.figo.org/news/global-ovarian-


cancer-rates-rising

Globocan. (2020). Cancer in Indonesia. International Agency for Research on Cancer, 858,
1–2. https://doi.org/10.1001/jama.247.22.3087

Indrawati, M. (2009). Bahaya Kanker bagi Wanita dan Pria: Pengenalan, Penanganan dan
Pencegahan Kanker. Jakarta : AV Publisher., 2009.

Jemal, A., Bray, F., & Ferlay, J. (2011). Global Cancer Statistics: 2011. CA Cancer J Clin,
61(2), 69–90. https://doi.org/10.3322/caac.20107.Available

Likun, Z., Xiang, J., Yi, B., Xin, D., & Tao, Z. L. (2011). A systematic review and meta-
analysis of intravenous palonosetron in the prevention of chemotherapy-induced nausea
and vomiting in adults. https://doi.org/10.1634/theoncologist.2010-0198

Nugroho, T., & Utama, B. I. (2014). MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI WANITA.


Nuha Medika.

Shinta, N., & Surarso, B. (2016). Terapi Mual dan Muntah Pasca Kemoterapi. Jurnal THT-
KL, 9(2), 74–82. httphttps://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
thtklac6b53d6eefull.pdf

Utaminingrum, W., Hakim, L., & Raharjo, B. (2013). Evaluasi Kepatuhan Dan Respon Mual
Muntah Penggunaan Antiemetik Pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani
Kemoterapi Di RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo. Jurnal Pharmacy, vol 10 No.

Warr, D. G. (2008). Chemotherapy-and cancer-related nausea and vomiting. Current


Oncology, 15(S1), S4–S9. https://doi.org/10.3747/co.2008.171

Anda mungkin juga menyukai