Anda di halaman 1dari 40

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIAGNOSIS MEDIS


CA OVARIUM STADIUM I-C DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
UTAMA NYERI AKUT DI RUANG MERAK RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA

PERIODE 11 -23 NOVEMBER 2019

Oleh:
KELOMPOK C2.2 / A-2015

Dyah Rohmatussolicah., S.Kep. 131913143035


Nurul Fauziyah, S.Kep. 131913143036
Agi Putri Alfiyanti, S.Kep. 131913143037
Kifayatus Sa’adah, S.Kep. 131913143038
Sri Wulandari, S.Kep. 131913143039

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
Lembar Pengesahan

Makalah seminar kasus “Asuhan Keperawatan pada klien Ny. S dengan


diagnosis medis Ca Ovarium Stadium I-C dan diagnosis keperawatan utama Nyeri
Akut di Ruang Merak RSUD Dr. Soetomo yang telah dilaksanakan pada tanggal
11-23 November 2019 dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Profesi Ners Stase
Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Telah disetujui untuk dilaksanakan seminar kasus profesi stase maternitas di


RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 22 November 2019


Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Ruang Merak

(Retnayu Pradanie., S.Kep.,Ns.,M.Kep.) (Sih Kinanti, S.Kep.,Ns.)


NIP. 198406062015042001 NIP. 196605301987032008

Mengetahui
Kepala Ruangan Ruang Merak
RSUD Dr. Soetomo Surabaya

(Faridah S.Tr.,Keb.)
NIP. 196703131994032004
Isi
DAFTAR IS
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Definisi...........................................................................................................4
2.2 Klasifikasi.......................................................................................................4
2.2.1 Klasisikasi Stadium CA Ovarium.....................................................4
2.3 Etiologi...........................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................6
2.4.1 Manifestasi Klinis Awal...................................................................6
2.4.2 Manifestasi Klinis Lanjutan..............................................................6
2.5 Patofisiologi....................................................................................................7
2.6 WOC...............................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................11
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................11
2.8.1 Pengobatan......................................................................................11
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................13
FORMAT ANALISA DATA.............................................................................17
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)....................19
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................20
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN..............22
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan suatu pertumbuhan sel abnormal yang dapat
menyerang organ-organ tubuh. Penyakit kanker merupakan kasus terbanyak
kedua yang dapat menyebabkan kematian secara global, yakni 8,8 juta
kematian pada tahun 2015 (WHO, 2017). Menurut WHO, kanker merupakan
salah satu dari empat jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) utama. Selain
kanker terdapat penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner dan
stroke), penyakit pernapasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi
kronis), dan diabetes (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Kanker ovarium merupakan kanker alat genital perempuan yang dapat
menyebabkan kematian tertinggi. Pada diagnosis penyakit kanker ovarium di
USA, jumlah kasus baru didapatkan sekitar 22.220 kasus setiap tahunnya dan
sekitar 16.210 kematian akibat penyakit ini. Terdapat 6% kanker ovarium dari
total kanker pada perempuan dan terdapat 1 dari 68 perempuan yang
menderita kanker ovarium (Prawirohardjo & Kampono, 2013).
Tingkat insidensi dan kematian kanker ovarium menempati urutan
ketujuh terbanyak pada wanita di dunia dan merupakan kanker alat genital
ketiga setelah kanker serviks dan kanker korpus uteri. Berdasarkan data yang
dikumpulkan sampai tahun 2012, insidensi kanker ovarium mencapai 238.719
(3,6%) dan jumlah kematian akibat kanker ovarium mencapai 151.917 (4,3%)
di dunia. Di Indonesia, terdapat 10.238 (6,4%) insiden kanker ovarium dan
angka kematian akibat penyakit ini mencapai 7.075 (7,7%) (GLOBOCAN,
2012).
Pada pasien kanker ovarium, banyak kasus kanker yang ditemukan sudah
pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena kanker tidak menunjukkan
tanda dan gejala penyakit yang khas. Angka kejadian penyakit ini banyak
ditemukan pada usia di atas 40 tahun dengan makin meningkatnya usia maka
makin tinggi pula kasus yang ditemukan. Pada usia 40-44 tahun sekitar 15-16
per 100.000 orang dan usia 70-74 tahun sekitar 57 per 100.000 ditemukan
2

pasien dengan kanker ovarium. Sementara usia median saat diagnosis adalah
usia 63 tahun (Prawirohardjo, 2010).
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum, atau organ visera lainnya. Penyakit telah
mencapai stadium lanjut pada tingkat ini sehingga tindakan pembedahan dan
terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Upaya pengenalan dini kanker
ovarium stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup
sehingga perlu dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang seperti serum
tumor marker, Ultrasonografi (USG), atau computerised tomography
scanning (CT-scan). Salah satu tumor marker untuk memprediksi adanya
keganasan pada ovarium adalah pemeriksaan kadar serum Cancer Antigen
125 (CA125) (Rarung, 2008).
Metode yang dapat digunakan sebagai penatalaksanaan kanker ovarium
antara lain; pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Seorang perawat
berperan penting untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
dengan kanker ovarium serta mengimplementasikannya secara langsung
mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan atau
setidaknya medis diharapkan bisa memberikan informasi kepada masyarakat
tentang bagaimana cara pencegahan dan cara hidup sehat sebagai upaya
pencegahan dari kanker ovarium.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis dan menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Kanker Ovarium di ruang perawatan Merak RSUD Dr.Soetomo Surabaya

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan definisi Kanker Ovarium
2. Menjelaskan klasifikasi Kanker Ovarium
3. Menjelaskan etiologi Kanker Ovarium
4. Menjelaskan patofisiologi dan WOC Kanker Ovarium
5. Menjelaskan manifestasi klinis pada klien Kanker Ovarium
6. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien Kanker Ovarium
3

7. Menganalisis kasus pasien dengan Kanker Ovarium di ruang perawatan


Merak
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan,
kanker ovarium mempengaruhi wanita dari segala usia tetapi paling sering
didiagnosis setelah menopause (Doubeni, et al, 2016).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium
ini berawal dari kista.  (Colombo N,Parma G, et al. 2005)
Kanker ovarium adalah kanker indung telur yang dapat menyebar
secara langsung ke daerah sekitarnya dan melalui sisitem getah bening dan
menyebar ke daerah lain dari panggul dan perut, melalui pembuluh darah
kanker ovarium juga dapat menyebar ke hepar dan paru-paru (Rauh, Hein et
al, 2011)
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Klasisikasi Stadium CA Ovarium
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetrics), 2014:
Stadium Gejala Klinis
I Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA  Mengenai 1 ovarium, kapsul
utuh, asites (-)
IB  Mengenai 2 ovarium, kapsul
utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih
keadaan :
 Mengenai permukaan luar
ovarium
 Kapsul rupture
 Ascites (+)
II Perluasan pada rongga pelvis
II A  Mengenai uterus / tuba fallopi /
keduanya
II B  Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan
sbb :
 Mengenai permukaan ovarium
 Kapsul ruptur
5

  Ascites (+)
III Kanker meluas mengenai organ
pelvis dan intraperitoneal
III A  Makroskopis : terbatas 1 / 2
ovarium
 Mikroskopis : mengenai
intraperitoneal
III B  Makroskopis : mengenai
intraperitoneal diameter < 2 cm,
KGB (-)

III C  Meluas mengenai KGB


 Makroskopis mengenai
intraperitoneal diameter > 2 cm

IV Stadium IV pertumbuhan mengenai


1 / 2 ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan
faktor genetik (Price, 2015):
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan,
dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti estrogen
(ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan
kematian akibat kanker ovarium
c. Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi
telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila
6

terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium,
seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker


ovarium yaitu (Mayo, 2014):
a. Diet tinggi lemak
b. Merokok
c. Alkohol
d. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
e. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
f. Nulipara
g. Infertilitas
h. Menstruasi dini
i. Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
j. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
k. Kontrasepsi suntik
l. Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.

2.4 Manifestasi Klinis


2.4.1 Manifestasi Klinis Awal
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa
(Prawirohardjo,2010) :
a. Haid tidak teratur
b. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
c. Menoragia
d. Nyeri tekan pada payudara
e. Menopause dini
f. Rasa tidak nyaman pada abdomen
g. Dispepsia
h. Tekanan pada pelvis
i. Sering berkemih
j. Flatulenes
k. Rasa begah setelah makan makanan kecil
l. Lingkar abdomen yang terus meningkat.

2.4.2 Manifestasi Klinis Lanjutan


Pada penderita kanker ovarium, lebih dari 70% sudah dalam stadium
lanjut. Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan (Yatim, 2008):
a) Nyeri perut
b) Perut buncit
c) Gangguan fungsi saluran cerna
7

d) Berat badan turun secara nyata


e) Perdarahan pervagina yang tidak normal
f) Gangguan saluran kencing
g) Rasa tertekan pada rongga panggul
h) Nyeri punggung
i) Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut

2.5 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada
usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada
usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi
dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan ascites (Brunner dan Suddarth, 2002).

Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi


tumor primer, di mana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi
implantasi. Implantasi merupakan ciri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala
yang terjadi pada kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites. Ascites
adalah kelebihan volume cairan di rongga perut, sedangkan gejala samarnya,
yaitu perut sebah, makan sedikit tapi cepat kenyang, sering kembung, dan nafsu
makan menurun.

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama


tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan,
aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

1) Akibat pertumbuhan, di mana adanya tumor di dalam perut bagian


bawah bisa menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat
sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.
Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi,
edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan
rasa sakit.
8

2) Aktivitas-aktivitas hormonal, di mana pada umumnya tumor ovarium


tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon.

3) Akibat Komplikasi

a. Pendarahan pada kista: Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak


sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.

b. Torsi : Torsi atau putaran tungkai menyebabkan tarikan melalui


ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.

c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat
tumor ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis,
atau salpingitis akut.

d. Robekan inding kista : Robekan pada kista disertai hemoragi yang


timbul secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga
peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.

e. Perubahan keganasan : Dapat terjadi pada beberapa kista jinak,


sehingga setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan (Wiknjosastro,1999). Tumor ganas merupakan kumpulan
tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari
ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan
sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60%
terdapat pada usia peri menopause, 30% dalam masa reproduksi dan
10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas, menyebar
secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal dan
supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter
merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas
9

ovarium (Harahap, 2003


10

2.6 WOC
Genetik Menarche dini Terapi hormonal Diet tinggi lemak, Infertilitas, Penggunaan bedak Infeksi virus Usia >50
rendah serat, paritas area genital yang tahun
2.6 WOC
Mutasi
kurang vitamin rendah mengandung
trisilitat
gen

Ovulasi Proses
tanpa jeda Mutasi genetik sel epitel ovarium regenerasi
sel tidak
Paparan hormon ↑ Produksi sempurna
estrogen dan estradiol hormon estrogen, Kerusakan sel epitel sempurna
dalam jangka waktu lama estradiol karena penyembuhan
tidak sempurna

Proliferasi dan diferensiasi sel epitel ovarium yang tidak terkontrol

Ca Ovarium

Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 MK Stadium 4


MK :: Defisit
Defisit Nutrisi
Nutrisi

Sel kanker Sel kanker menyebar Menekan Metastase ke Intake nutrisi ↓ Penyebaran ke
terbatas pada di cavum pelvis sigmoid peritoneum organ lain
ovarium dan omentum
Mual, muntah,
Menekan MK
MK :: Konstipasi
Konstipasi anoreksia Pembesaran dan
kandung kemih pengerasan organ
Gangguan siklus
menstruasi, sel Gangguan vaskularisasi
kanker menekan Perut terasa
Disuria Urgensi berkemih di rongga abdomen Menekan saraf nyeri
saraf nyeri begah

Asites Menekan rongga MK


MK :: Nyeri
Nyeri kronis
kronis
MK
MK :: Nyeri
Nyeri akut
akut MK
MK :: Gangguan
Gangguan eliminasi
eliminasi urin
urin abdomen
11

CA OVARIUM

MK
MK :: Defisit
Defisit pengetahuan
pengetahuan
Penatalaksanaan Kurangnya informasi tentang
tindakan yang akan dilakukan

MK
MK :: Ansietas
Ansietas

Pembedahan Kemoterapi

Insisi, pengangkatan Gangguan


Luka terbuka Iritasi sel cerna Kerontokan
jaringan hematopoeisis
rambut

Port de entry Mual, muntah


Terputusnya Neutropenia Anemia Trombositopenia
kuman Alopecia
inkontinuitas jaringan

Oksigen dalam MK
MK :: Nausea
Nausea
MK
MK :: Risiko
Risiko Infeksi
Infeksi tubuh berkurang MK:
MK: Gangguan
Gangguan
MK
MK :: Nyeri
Nyeri akut
akut MK
MK :: Risiko
Risiko Citra
Citra Tubuh
Tubuh
Perdarahan
Perdarahan
Ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen
Radiasi Perubahan warna kulit
di area penyinaran
MK
MK :: Intoleransi
Intoleransi
Heart burn aktivitas
aktivitas
MK:
MK: Gangguan
Gangguan
Citra
Citra Tubuh
Tubuh
MK
MK :: Nyeri
Nyeri akut
akut
12

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang biasa dilakukan (Rauh-Hain, et al., 2011):

 Pemeriksan darah lengkap


 Pemeriksaan kimia darah
 Serum HCG
 Alfa fetoprotein
 Analisa air kemih
 Pemeriksaan saluran pencernaan
 Laparatomi
 CT scan atau MRI perut.
 Pemeriksaan panggul.
 USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh.
 Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
 CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan
sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan
kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah.

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Pengobatan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi (Rasjidi, Imam. 2007).
a. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
 Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ
sekitarnya
 Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan
kedua saluran tuba fallopii
 Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut.
13

b.  Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap
awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi
residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu
penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi
P32 ini.
c.  Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara
sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, cisplastin,
karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil
yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi
terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan
respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.
14

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MATERNITAS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal : 13 November 2019 Jam: 18.00


Tanggal MRS : 11 November 2019 No. RM: 12.75.xx.xx
Ruang/Kelas : Merak Kelas 3 Dx. Medis: Ca ovarium post op TAH BSO

Nama Ibu: Ny. S Nama Suami: Tn. S Ke: 1


Umur: 48 Tahun Umur: 55 tahun
Identitas

Agama: Islam Agama: Islam


Pendidikan: Tamat SD Pendidikan: Tamat
Pekerjaan: Ibu rumah SMP
tangga Pekerjaan:
Suku/Bangsa: Indonesia Wiraswasta
Alamat: Tulungagung Suku/Bangsa:
Indonesia
Alamat: Tulungagung
Keluhan Utama:
Klien mengeluh nyeri perut bagian kanan post operasi
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat


ini:
Klien mengalami ada benjolan di perut sejak 4 tahun yang lalu, namun klien takut
untuk memeriksakannya. Semakin lama benjolan di perut semakin membesar dan
terasa sakit, klien periksa di RS. Haji dan akhirnya mendapat rujukan ke RSUD DR.
Soetomo. Sejak 4 tahun terakhir darah menstruasi yang dikeluarkan sangat banyak
dan terkadang ada gumpalan. Klien saat ini post op TAH BSO hari pertama, masih
terpasang drain, klien mengeluhkan nyeri perut. Beberapa bulan terakhir klien
mengalami penurunan nafsu makan sehingga berat badan turun kurang lebih 10kg.

Penyakit/operasi yang pernah diderita:


Tidak ada penyakit yang pernah di derita, hipertensi dan diabetes disangkal.

Penyakit yang pernah diderita keluarga


Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit serupa

Riwayat alergi: O ya O tidak Keterangan: tidak ada alergi obat / makanan

Lain-lain: tidak ada

Menarche: Sejak usia 13 tahun Siklus: Satu bulan sekali


Riwayat

Banyaknya: Normal namun 4 tahun Lama: 6-8 hari


terakhir darah keluar banyak dan Dismenorhea: Tidak
menggumpal Taksiran Partus: Tidak ada
HPHT: Tidak ada
15

Menstruasi Usia Kehamilan: Tidak hamil


Lain-lain: Tidak ada
Genogram

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien
16

Keadaan umum: Baik Kesadaran: Composmentis GCS E4V5M6


Berat badan:47 kg ;Tinggi badan: 151cm IMT: 20,8 (Kurang)
Observasi

TandaVital: TD:120/80 mmHg ;Nadi: 110x/mnt ; Suhu: 370C ; RR:19x/mnt


CRT:2 detik; Akral:Hangat, kering, merah; GCS: E4V5M6
Lain-lain: Klien mengalami penurunan nafsu makan dan BB turun +-10 kg
dari sebelum sakit.
Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi
Rambut: Hitam panjang tampak kurang bersih
Mata: Konjungtiva: Ananemis; Sklera: Jernih ;Pupil: Isokor O Penglihatan kabur;
Kepala dan leher

lain-lain: Tidak ada


Hidung: O Epistaksis; lain-lain: Tidak ada
Mulut: mukosa bibir: Lembab; lidah; bersih gigi: bersih Kebersihan mulut: mulut
bersih;lain-lain: tidak ada
Telinga: Gangguan pendengaran:Tidak ada gangguan pendengaran; O Otorhea ; O
otalgia; O tinitus; kebersihan: Bersih ;lain-lain: Tidak ada Cloasma:Tidak ada;
Jerawat: Tidak ada O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain: Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
Jantung:Irama: Reguler ; S1/S2: Normal; Nyeri dada: Tidak ada nyeri dada
Dada (Thoraks)

Bunyi: normal / murmur / gallop; Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing /


stridor / Ronchi, Keterangan: Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes,
Keterangan:
Batuk: Tidak batuk; Sputum: Normal putih ; Nyeri: Tidak ada nyeri
Payudara: konsistensi: Normal Kenyal ; areola: coklat kehitaman; papilla:
Simetris/ asimetris ; ProduksiASI: Tidak ada ; Nyeri: Ada sedikit nyeri tekan
Lain-lain: Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
 Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak, area: Ascites: ada / tidak ;
Perut (Abdomen)

Peristaltik:18x/menit ; Nyeri tekan: Nyeri perut bagian kanan bawah;


Luka: luka post operasi TAH+BSO H1; Lain-lain: Terpasang up hill drain

Lain-lain:
Klien mengeluh nyeri perut post operasi (wong baker face scale 4), Klien juga
tampak gelisah
P: Post operasi
Q: Seperti tertekan
R: Bagian perut
S: Skala 4
T: Menetap sejak post operasi
Masalah keperawatan: Nyeri Akut dan Risiko Infeksi
Keputihan: Keputihan normal ; Perdarahan: Post operasi sudah tidak ada
Genitalia

perdarahan pervaginam Laserasi: Tidak ada; VT:Ø tidak dilakukan ; eff:Tidak


dilakukan
Miksi: tidak ada gangguan; Defekasi: Tidak ada gangguan terakhir tgl
Lain-lain: Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
Aspek Kondisi Saat Ini
Nutrisi Klien mengalami penurunan nafsu makan, makan hanya
habis setengah porsi (pada saat pengkajian klien masih 17
dalam keadaan puasa post operasi)
Eliminasi BAK melalui
Kemampuan pergerakan: bebas /kateter,
terbatasBAB tidak ada
; Kekuatan gangguan
otot: terkahir
5,5,5,5 Refleks:Patella
Tangan dan kaki
tanggal 11/11/2019
Normal; Triceps: Normal ; Biceps: Normal ; Babinsky: Tidak dilakukan
Istirahat/tidur Klien tidur
pemeriksaan; Brudzinsky: 6-7 dalam
Tidak sehari,
dilakukan namun terkadang
pemeriksaan; Kernig:sulit
Tidak dilakukan
tidur karena nyeri.
pemeriksaan Keterangan: Tidak ada
Edema: kedua ekstremitas
Aktivitas Aktivitas bawah
sedikitmengalami
terganggu karena ada edema di bagian
edema ; Luka:Tidak ada Lukabawah
ekstremitas Lain-lain: Tidak ada
Masalah Keperawatan:
Seksual Tidak
Klien tidak ditemukanhubungan
melakukan masalah keperawatan
seksual selama sakit
Kebersihan diri Perlu bantuan, klien dibantu oleh suami dalam
memenuhi personal hygine
Koping Koping klien baik, klien dapat menerima kondisi
kesehatan saat ini
Ibadah Klien susah melakukan ibadah sholat, tetapi tetap
berdoa untuk meminta kesembuhan
Konsep diri Tidak ada gangguan konsep diri, saat pengkajian klien
kooperatif

Kontrasepsi: tidak pernah menggunakan kontrasepsi


Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan

Perawatan bayi/diri: memerlukan bantuan untuk merawat diri, klien dibantu oleh
suami untuk personal hygine
Merokok: klien perokok pasif (suami klien perokok)
Obat-obatan/Jamu: klien tidak mengonsumsi obat-obatan atau jamu
Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
18

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain


Tgl 13/11/2019  Foto thorax tidak Tidak ada Tidak ada
HGB : 10.1 g/dl ada kelainan
(11.0-14,7)  Ct scan abdomen
WBC : 10,73 lesi kistik
(3,37-10) komponen solid
Pemeriksaan Penunjang dan Terapi

PLT : 279 (150-


450)
GDA : 162 mg/dl
Albumin : 2,4
mg/dl (3,4-5.0)
Kalium: 3,4 mmol/l
(3,5-5,1)
Natrium: 142
mmol/l (136-145)

Terapi/Tindakan Medis:
 Inj. Asam Tranexamat 500mg tiap 8 jam Intravena
 Inj. Cefazolam 1 g tiap 8 jam Intravena
 Inj. Metoclopromide tiap 8 jam
 Asam mefenamat 500mg tiap 8 jam per oral
 Albumin 100 cc
19

FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Penatalaksanaan Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri di Ca. Ovarium
perut bagian kanan
- P: Post operasi Pembedahan
Q: Seperti tertekan
R: Bagian perut
Insisi, pengangkatan jaringan
S: Skala 4
T: Menetap sejak post
operasi Terputusnya integritas jaringan
- Klien mengeluh sulit tidur
DO: Merangsang reseptor nyeri
- Klien tampak meringis
memegang area perut
- Klien tampak gelisah Nyeri akut
- Tanda vital:
TD: 120/80 mmHg
N : 110x menit
S: 37 C
RR: 19x/menit
- Post operasi TAH + BSO
tanggal 12 November
2019
DS: Ca. Ovarium Defisit Nutrisi
Klien mengatakan nafsu
makan turun
DO: Metastase ke peritoneum
Klien mengalami penurunan
berat badan >10% (55kg
menjadi 48 kg) Gangguan vaskularisasi di
A: rongga abdomen
- TB: 151 cm
- BB: 48 KG
- IMT: 20,8 (Berat badan Asites
kurang)
B:
- HGB : 10.1 g/dl (11.0-
14,7) Menekan rongga abdomen
- Albumin : 2,4 mg/dl
(3,4-5.0)
C: Tampak lemas Perut terasa begah
D: Diet tktp bentuk lunak
rute oral
Mual, muntah, anoreksia

Intake nutrisi menurun


Defisit Nutrisi
20

DS: - Penatalaksanaan Risiko Infeksi


Ca. Ovarium

DO:
- Klien post operasi TAH Pembedahan
+ BSO Hari ke 1
- Klien terpasang up hill
drain Insisi, pengangkatan jaringan

Luka Terbuka

Post de entry kuman

Risiko Infeksi
21

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis (D.00770)

2. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d berat badan menurun >10%
(D.0019)

3. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)


22

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan
(P-E-S)
14 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri ( I.08238)
November fisik d.d tampak meringis keperawatan 2x24 jam, Tingkat Observasi
2019 (D.00770)
Nyeri (L.08066) menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
 Keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
 Meringis menurun
3. Monitor efek samping analgesik
 Kesulitan tidur menurun Terapeutik
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
7. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
9. Kolaborasikan pemberian analgetik
14 Defisit nutrisi b.d peningkatan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi (I.03119)
November kebutuhan metabolisme d.d berat keperawatan 2x24 jam, Status Observasi
2019
badan menurun >10% (D.0019) nutrisi (L.03030) membaik, 1. Identifikasi status nutrisi
dengak kriteria hasil :
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Porsi makanan yang
23

dihabiskan membaik 3. Monitor asupan makanan


 Nafsu makan membaik 4. Monitor berat badan
 Serum albumin meningkat 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
6. Fasilitasi menentukan pedoman diet
7. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
8. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan hasil gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
14 Risiko infeksi d.d efek prosedur Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi (I.14539)
November invasif (D.0142) keperawatan 2x24 jam, tingkat Observasi
2019
infeksi (L.14137) menurun, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
dengak kriteria hasil :
Terapeutik
 Kebersihan badan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
meningkat
pasien dan lingkungan pasien
 Kebersihan tangan
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
meningkat
tinggi
 Nyeri menurun Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejalas infeksi
5. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
7. Anjurkan meingkatkan asupan nutrisi
24

8. Anjurkan meningkatkan asupan cairan


25

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


Keperawatan dan Jam dan Jam
Nyeri akut b.d agen 14 November 2019 1. Identifikasi lokasi,karakteristik, 14 S:
pencedera fisik d.d 08.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas November pasien mengatakan nyeri bagian
tampak meringis nyeri 2019 perut
(D.00770) 13.30 P: Post operasi
R/ : Q: Seperti tertekan
P: Post operasi R: Bagian perut
Q: Seperti tertekan S: Skala 4
08.15 R: Bagian perut T: Menetap sejak post operasi
S: Skala 4 O:
09.00 T: Menetap sejak post operasi
 klien tampak Meringis
2. Identifikasi skala nyeri
 klien Kesulitan tidur
R/ : skala 4
3. Berikan teknik nonfarmakologis  nafsu makan berubah
09.30
untuk mengurangi rasa nyeri
09.45 A:
R/ memberikan teknik distraksi dan Masalah gangguan nyeri belum
relaksasi teratasi
09.55 4. Fasilitasi istirahat tidur P:
5. Jelaskan penyebab, periode dan Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan
10.00
pemicu nyeri
R/ post operasi TAH + BSO h+2
6. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
7. Kolaborasikan pemberian analgetik
R/ Inj. Asam Tranexamat 500 mg
tiap 8 jam Intravena
26

Inj. Cefazolam 1 g tiap 8 jam


Intravena
Inj. Metoclopromide tiap 8 jam
Asam mefenamat 500mg tiap 8 jam
per oral
Defisit nutrisi b.d 14 November 2019 1. Identifikasi status nutrisi 14 S:
peningkatan 08.10 November pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan 08.20 R/ diet TKTP 2019 menurun
metabolisme d.d berat 2. Monitor asupan makanan 13.30 O:
badan menurun >10% R/ porsi makan belum habis, makan  Klien tampak lemah
(D.0019) 09.10 bubur
 HGB : 10.1 g/dl (11.0-14,7)
3. Monitor berat badan
 Albumin : 2,4 mg/dl (3,4-5.0)
R/ TB: 151 cm A:
11.00 BB: 48 KG Masalah defisit nutrisi belum teratasi
IMT: 20,8 (Berat badan kurang) P:
4. Monitor hasil pemeriksaan Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan
11.15 laboratorium
R/ Albumin 2,4mg/dL, HGB : 10.1
11.20 5. Berikan makanan tinggi kalori dan
11.30 tinggi protein
6. Ajarkan diet yang diprogramkan
7. Kolaborasi dengan hasil gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
R/diet tinggi kalori dan protein
Risiko infeksi d.d efek 14 November 2019 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 14 S:-
prosedur invasif 08.10 lokal dan sistemik November O:
(D.0142) 08.20 2019  Kebersihan badan bersih
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 13.30
27

kontak dengan pasien dan  Kebersihan tangan bersih


09.10 lingkungan pasien
 Terasa Nyeri
R/ melakukan 5 moment cuci
tangan A:
3. Jelaskan tanda dan gejalas infeksi Masalah risiko infeksi belum teratasi
11.00 P:
4. Ajarkan teknik mencuci tangan Intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
dengan benar
11.15
R/ mengajarkan setiap pagi
11.20 langkah-langkah cuci tangan
11.30 5. Anjurkan meingkatkan asupan
nutrisi
R/ anjuran diet TKTP dengan
bentuk lunak melalui oral
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
R/ memperbanyak air yang cukup
untuk energi
28

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal Implementasi Tangga Evaluasi (SOAP) Paraf


Keperawatan dan Jam l
dan
Jam
Nyeri akut b.d agen 15 November 2019 1. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, 15 S:
pencedera fisik d.d 08.00 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri November pasien mengatakan nyeri berkurang
tampak meringis 2019 bagian perut
(D.00770) R/ : 13.30 P: Post operasi
P: Post operasi Q: Seperti tertekan
Q: Seperti tertekan R: Bagian perut
R: Bagian perut S: Skala 2
S: Skala 2 T: Menetap sejak post operasi
08.15 T: Menetap sejak post operasi O:
2. Identifikasi skala nyeri
 klien sudah tidak tampak
09.00 meringis
R/ : skala 2
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 kesulitan tidur menurun
mengurangi rasa nyeri
09.30
09.45 R/ memberikan teknik distraksi dan  nafsu makan sedikit
relaksasi meningkat
4. Fasilitasi istirahat tidur A:
09.55 Masalah gangguan nyeri teratasi
5. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri sebagian
10.00 P:
R/ post operasi TAH + BSO h+2 Intervensi 2,3,4,6,7 dilanjutkan
6. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
7. Kolaborasikan pemberian analgetik
R/ Inj. Asam Tranexamat 500 mg tiap 8
jam Intravena
Inj. Cefazolam 1 g tiap 8 jam Intravena
29

Inj. Metoclopromide tiap 8 jam


Asam mefenamat 500mg tiap 8 jam per
oral
Defisit nutrisi b.d 15 November 2019 1. Identifikasi status nutrisi 15 S:
peningkatan 08.10 November pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan 08.20 R/ diet TKTP 2019 menurun
metabolisme d.d 2. Monitor asupan makanan 13.30 O:
berat badan menurun 09.10 R/ ½ porsi makan habis lunak  Klien tampak segar
>10% (D.0019) 3. Monitor berat badan
 HGB : 10.1 g/dl (11.0-14,7)
R/ TB: 151 cm  Albumin : 2,4 mg/dl (3,4-5.0)
11.00 BB: 48 KG A:
IMT: 20,8 (Berat badan kurang) Masalah defisit nutrisi teratasi
11.15 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium sebagian
P:
R/ Albumin 2,4mg/dL, HGB : 10.1
11.20 Intervensi 2,4,7 dilanjutkan
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
11.30 tinggi protein
6. Ajarkan diet yang diprogramkan
7. Kolaborasi dengan hasil gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
R/diet tinggi kalori dan protein
Risiko infeksi d.d 15 November 2019 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal 15 S:-
efek prosedur invasif 08.10 dan sistemik November O:
(D.0142) 08.20 2019  Kebersihan badan bersih
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 13.30
kontak dengan pasien dan lingkungan  Kebersihan tangan bersih
pasien
 Nyeri berkurang
09.10 R/ sudah mengerti 5 moment cuci
11.00 tangan A:
3. Jelaskan tanda dan gejalas infeksi Masalah risiko infeksi teratasi
sebagian
30

4. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan P:


11.15 benar Intervensi 2,4,5,6 dilanjutkan
R/ sudah dapat melakukan langkah-
11.20 langkah cuci tangan
5. Anjurkan meingkatkan asupan nutrisi
R/ anjuran diet TKTP dengan bentuk
lunak melalui oral
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
R/ memperbanyak air yang cukup untuk
energi
31

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal Implementasi Tangga Evaluasi (SOAP) Paraf


Keperawatan dan Jam l
dan
Jam
Nyeri akut b.d agen 16 November 2019 1. Identifikasi skala nyeri 16 S:
pencedera fisik d.d 08.00 November pasien mengatakan sudah tidak
tampak meringis 08.15 R/ : skala 2 2019 nyeri bagian perut
(D.00770) 2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 13.30 O:
mengurangi rasa nyeri
 Meringis menurun
09.00 R/ memberikan teknik distraksi dan
10.00  Kesulitan tidur menurun
relaksasi
3. Fasilitasi istirahat tidur  nafsu makan sedikit
4. Kolaborasikan pemberian analgetik meningkat

R/ Inj. Asam Tranexamat 500 mg tiap 8 A:


jam Intravena Masalah gangguan nyeri teratasi
Inj. Cefazolam 1 g tiap 8 jam Intravena P:
Inj. Metoclopromide tiap 8 jam Intervensi teratasi
Asam mefenamat 500mg tiap 8 jam per
oral

Defisit nutrisi b.d 16 November 2019 1. Monitor asupan makanan 16 S:


peningkatan 08.10 November pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan 08.20 R/ ½ porsi makan habis lunak 2019 menurun
metabolisme d.d 2. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 13.30 O:
berat badan menurun 09.10 R/ Albumin 2,4mg/dL, HGB : 10.1  Klien tampak segar
>10% (D.0019) 3. Berikan makanan tinggi kalori dan
 HGB : 10.1 g/dl (11.0-14,7)
tinggi protein
 Albumin : 2,4 mg/dl (3,4-
5.0)
32

A:
Masalah defisit nutrisi teratasi
P:
Intervensi teratasi
Risiko infeksi d.d 16 November 2019 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 16 S:-
efek prosedur invasif 08.10 kontak dengan pasien dan lingkungan November O:
(D.0142) pasien 2019  Kebersihan badan bersih
13.30
08.20 R/ sudah mengerti 5 moment cuci  Kebersihan tangan bersih
tangan
2. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan  Nyeri berkurang
benar A:
09.10 R/ sudah dapat melakukan langkah- Masalah risiko infeksi teratasi
langkah cuci tangan P:
3. Anjurkan meingkatkan asupan nutrisi Intervensi teratasi
11.00
R/ anjuran diet TKTP dengan bentuk
lunak melalui oral
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
R/ memperbanyak air yang cukup untuk
energi
33

BAB 4
PEMBAHASAN

Pemberian intervensi keperawatan utama pada klien dengan kanker ovarium melalui
penatalaksanaan operasi atau kemoterapi tidak jauh dari masalah nyeri dan defisit nutrisi.
Pasien kanker seringkali menderita nyeri akibat berbagai modalitas pengobatan dan
pembedahan. Nyeri dapat mempengaruhi mood atau suasana hati, aktivitas, kegembiraan,
serta berhubungan dengan fungsi fisik dan sosial. Karena itu penting bagi perawat untuk dapat
memberikan manajemen nyeri dengan menilai nyeri, yaitu dengan menentukan lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan penyebab dari nyeri (SIKI, 2017).
Selain itu, perawat juga perlu mengidentifikasi adanya respon nyeri non-verbal dari pasien,
seperti meringis dan ekspresi menahan nyeri lainnya. Skala nyeri dapat ditentukan dari
ekspresi klien seperti Wong Becker Face Scale.
Selain itu, perawat dapat mengajarkan teknik relaksasi pada pasien seperti teknik
napas dalam. Teknik dapas dalam dapat meningkatkan kenyamanan dan pengalihan dari
nyeri. Pada pasien post operasi, tidak cukup dengan pemberian terapi non-farmakologis
seperti teknik relaksasi ataupun distraksi. Pemberian medikasi analgesik diberikan pada
pasien pasca pembedahan karena skala nyeri akibat pembedahan dapat dikatakan cukup tinggi
dan mengganggu aktivitas pasien. Pemberian kolaborasi terapi analgesik termasuk dalam
manajemen nyeri. Pemberian secara oral biasanya lebih digemari karena mudah, nyaman, dan
lebih murah. Jika tidak dapat secara oral, maka pemberian yang lebih tidak invasif biasanya
dipilih, misalnya pemberian perrektal ataupun transdermal (Alkaf, 2016).
Ada tiga tahapan pemberian analgetik untuk nyeri menurut World Health
Organization (WHO) dalam Wenzel et al (2006), yaitu filosofinya adalah dengan
meningkatkan kekuatan terapi dari analgesik non opioid ke analgesik jenis opioid sesuai
persistensi nyeri. Tahap pertama adalah analgetik yang paling ringan, yaitu asetaminofen
dengan dosis maksimal 3g/hari. Selain itu beberapa NSAID yang non selektif maupun COX-2
selektif inhibitor dapat menjadi pilihan. Tahap dua adalah analgesik yang mengandung opioid
yang dikombinasi dengan analgetik non opioid seperti asetaminofen, misalnya kodein,
hidrokodon, dan oksikodon. Kombinasi dengan analgesik non opioid dapat mengurangi atau
meminimalisir dosis opioid yang diperlukan. Tahap ketiga apabila nyeri masih persisten
adalah menggunakan analgetik dengan opioid kuat. Misalnya morfin, hidromorfin, oksikodon,
dan fentanil. Pada nyeri kronik, tujuan utama terapi adalah menjaga pasien dalam status bebas
34

nyeri dengan dosis analgetik seminimal mungkin. Pada nyeri neuropatik akut, penggunaan
kortikosteroid dosis tinggi ataupun antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dapat menjadi
pilihan. Beberapa agen non farmakologis juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri pada
pasien kanker, misalnya masase, kompres hangat/ dingin, serta mentol topical.
Pengobatan kanker dengan operasi dilakukan untuk rnenghilangkan tumor atau
meringankan gangguan yang menyertainya. Masalah gizi yang mungkin timbul bergantung
dari bagian tubuh mana yang dioperasi dan prosedur operasi pengangkatan tumor yang
dilakukan. Agar dapat memenuhi kebutuhan gizi secara optimal maka diet yang diberikan
harus selalu dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. Untuk menunjang
keberhasilan pengobatan kanker perlu adanya dukungan nutrisi yang optimal dengan
memperhatikan kebutuhan zat gizi dan tujuan pemberian zat gizi pasien kanker. Tujuan
pemberian diet pasien kanker menurut (Nunik, 1996) diantaranya adalah :
1. Mencegah terjadinya penurunan berat badan (jangka pendek)
2. Mencapai dan memelihara berat badan normal (jangka panjang)
3. Mengganti zat gizi yang hilang karena efek pengobatan
4. Memenuhi kebutuhan kalori, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang
seimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi
5. Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi ebih lanjut
6. Memenuhi kebutuhan mikronutrien
7. Menjaga keseimbangan kadar glukosa darah
35

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan
Litbang Kemenkes RI.

International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. 2012. GLOBOCAN 2012:
Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence world wide in 2012.

Wiknjosastro. 1999. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Rarung, M. 2008. Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA125 sebagai Prediksi
Keganasan Ovarium. JKM , 9-14

Doubeni, et al. 2016. Diagnosis and Management of Ovarian Cancer. Am Fam Physician.
93(11), pp. 937-944.
Rauh-Hain, et al. 2011. Ovarian Cancer Screening and Early Detection in the General
Population. Rev Obstet Gynecol. 4(1), pp. 15–21.
NHS UK. 2017. Health A-Z. Ovarian cancer.
Mayo Clinic. 2014. Diseases & Conditions. Ovarian cancer.
Price. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP
Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan
Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.
Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier Churchill
Livingstone. United States of America.
 Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
36

Kusumawardani, Nunik. 1996. Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker. Pusat


Penelitian Penyakit Tidak Menular : Litbangkes.
Wenzel L, Vergote I, & Cella D. 2006. Quality Of Life In Patients Receiving Treatment
For Gynecologic Malignancies: Special Considerations For Patient Care. International Fed of
Gynecol and Obstet.
Alkaf, Syifa. 2016. Terapi Paliatif bagi Penderita Kanker Ginekologi. Jurnal Kedokteran
UNILA : Vol. 1 No. 2

Anda mungkin juga menyukai