Oleh:
KELOMPOK C2.2 / A-2015
Mengetahui
Kepala Ruangan Ruang Merak
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
(Faridah S.Tr.,Keb.)
NIP. 196703131994032004
Isi
DAFTAR IS
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Definisi...........................................................................................................4
2.2 Klasifikasi.......................................................................................................4
2.2.1 Klasisikasi Stadium CA Ovarium.....................................................4
2.3 Etiologi...........................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................6
2.4.1 Manifestasi Klinis Awal...................................................................6
2.4.2 Manifestasi Klinis Lanjutan..............................................................6
2.5 Patofisiologi....................................................................................................7
2.6 WOC...............................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................11
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................11
2.8.1 Pengobatan......................................................................................11
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................13
FORMAT ANALISA DATA.............................................................................17
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)....................19
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................20
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN..............22
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
1
BAB 1
PENDAHULUAN
pasien dengan kanker ovarium. Sementara usia median saat diagnosis adalah
usia 63 tahun (Prawirohardjo, 2010).
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum, atau organ visera lainnya. Penyakit telah
mencapai stadium lanjut pada tingkat ini sehingga tindakan pembedahan dan
terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Upaya pengenalan dini kanker
ovarium stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup
sehingga perlu dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang seperti serum
tumor marker, Ultrasonografi (USG), atau computerised tomography
scanning (CT-scan). Salah satu tumor marker untuk memprediksi adanya
keganasan pada ovarium adalah pemeriksaan kadar serum Cancer Antigen
125 (CA125) (Rarung, 2008).
Metode yang dapat digunakan sebagai penatalaksanaan kanker ovarium
antara lain; pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Seorang perawat
berperan penting untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
dengan kanker ovarium serta mengimplementasikannya secara langsung
mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan atau
setidaknya medis diharapkan bisa memberikan informasi kepada masyarakat
tentang bagaimana cara pencegahan dan cara hidup sehat sebagai upaya
pencegahan dari kanker ovarium.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan,
kanker ovarium mempengaruhi wanita dari segala usia tetapi paling sering
didiagnosis setelah menopause (Doubeni, et al, 2016).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium
ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. 2005)
Kanker ovarium adalah kanker indung telur yang dapat menyebar
secara langsung ke daerah sekitarnya dan melalui sisitem getah bening dan
menyebar ke daerah lain dari panggul dan perut, melalui pembuluh darah
kanker ovarium juga dapat menyebar ke hepar dan paru-paru (Rauh, Hein et
al, 2011)
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Klasisikasi Stadium CA Ovarium
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetrics), 2014:
Stadium Gejala Klinis
I Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA Mengenai 1 ovarium, kapsul
utuh, asites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul
utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih
keadaan :
Mengenai permukaan luar
ovarium
Kapsul rupture
Ascites (+)
II Perluasan pada rongga pelvis
II A Mengenai uterus / tuba fallopi /
keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan
sbb :
Mengenai permukaan ovarium
Kapsul ruptur
5
Ascites (+)
III Kanker meluas mengenai organ
pelvis dan intraperitoneal
III A Makroskopis : terbatas 1 / 2
ovarium
Mikroskopis : mengenai
intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai
intraperitoneal diameter < 2 cm,
KGB (-)
terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium,
seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
2.5 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada
usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada
usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi
dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan ascites (Brunner dan Suddarth, 2002).
3) Akibat Komplikasi
c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat
tumor ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis,
atau salpingitis akut.
2.6 WOC
Genetik Menarche dini Terapi hormonal Diet tinggi lemak, Infertilitas, Penggunaan bedak Infeksi virus Usia >50
rendah serat, paritas area genital yang tahun
2.6 WOC
Mutasi
kurang vitamin rendah mengandung
trisilitat
gen
Ovulasi Proses
tanpa jeda Mutasi genetik sel epitel ovarium regenerasi
sel tidak
Paparan hormon ↑ Produksi sempurna
estrogen dan estradiol hormon estrogen, Kerusakan sel epitel sempurna
dalam jangka waktu lama estradiol karena penyembuhan
tidak sempurna
Ca Ovarium
Sel kanker Sel kanker menyebar Menekan Metastase ke Intake nutrisi ↓ Penyebaran ke
terbatas pada di cavum pelvis sigmoid peritoneum organ lain
ovarium dan omentum
Mual, muntah,
Menekan MK
MK :: Konstipasi
Konstipasi anoreksia Pembesaran dan
kandung kemih pengerasan organ
Gangguan siklus
menstruasi, sel Gangguan vaskularisasi
kanker menekan Perut terasa
Disuria Urgensi berkemih di rongga abdomen Menekan saraf nyeri
saraf nyeri begah
CA OVARIUM
MK
MK :: Defisit
Defisit pengetahuan
pengetahuan
Penatalaksanaan Kurangnya informasi tentang
tindakan yang akan dilakukan
MK
MK :: Ansietas
Ansietas
Pembedahan Kemoterapi
Oksigen dalam MK
MK :: Nausea
Nausea
MK
MK :: Risiko
Risiko Infeksi
Infeksi tubuh berkurang MK:
MK: Gangguan
Gangguan
MK
MK :: Nyeri
Nyeri akut
akut MK
MK :: Risiko
Risiko Citra
Citra Tubuh
Tubuh
Perdarahan
Perdarahan
Ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen
Radiasi Perubahan warna kulit
di area penyinaran
MK
MK :: Intoleransi
Intoleransi
Heart burn aktivitas
aktivitas
MK:
MK: Gangguan
Gangguan
Citra
Citra Tubuh
Tubuh
MK
MK :: Nyeri
Nyeri akut
akut
12
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Pengobatan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi (Rasjidi, Imam. 2007).
a. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ
sekitarnya
Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan
kedua saluran tuba fallopii
Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut.
13
b. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap
awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi
residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu
penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi
P32 ini.
c. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara
sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, cisplastin,
karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil
yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi
terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan
respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MATERNITAS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
16
Lain-lain:
Klien mengeluh nyeri perut post operasi (wong baker face scale 4), Klien juga
tampak gelisah
P: Post operasi
Q: Seperti tertekan
R: Bagian perut
S: Skala 4
T: Menetap sejak post operasi
Masalah keperawatan: Nyeri Akut dan Risiko Infeksi
Keputihan: Keputihan normal ; Perdarahan: Post operasi sudah tidak ada
Genitalia
Perawatan bayi/diri: memerlukan bantuan untuk merawat diri, klien dibantu oleh
suami untuk personal hygine
Merokok: klien perokok pasif (suami klien perokok)
Obat-obatan/Jamu: klien tidak mengonsumsi obat-obatan atau jamu
Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
18
Terapi/Tindakan Medis:
Inj. Asam Tranexamat 500mg tiap 8 jam Intravena
Inj. Cefazolam 1 g tiap 8 jam Intravena
Inj. Metoclopromide tiap 8 jam
Asam mefenamat 500mg tiap 8 jam per oral
Albumin 100 cc
19
DO:
- Klien post operasi TAH Pembedahan
+ BSO Hari ke 1
- Klien terpasang up hill
drain Insisi, pengangkatan jaringan
Luka Terbuka
Risiko Infeksi
21
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis (D.00770)
2. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d berat badan menurun >10%
(D.0019)
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan
(P-E-S)
14 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri ( I.08238)
November fisik d.d tampak meringis keperawatan 2x24 jam, Tingkat Observasi
2019 (D.00770)
Nyeri (L.08066) menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
Keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
Meringis menurun
3. Monitor efek samping analgesik
Kesulitan tidur menurun Terapeutik
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
7. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
9. Kolaborasikan pemberian analgetik
14 Defisit nutrisi b.d peningkatan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi (I.03119)
November kebutuhan metabolisme d.d berat keperawatan 2x24 jam, Status Observasi
2019
badan menurun >10% (D.0019) nutrisi (L.03030) membaik, 1. Identifikasi status nutrisi
dengak kriteria hasil :
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Porsi makanan yang
23
A:
Masalah defisit nutrisi teratasi
P:
Intervensi teratasi
Risiko infeksi d.d 16 November 2019 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 16 S:-
efek prosedur invasif 08.10 kontak dengan pasien dan lingkungan November O:
(D.0142) pasien 2019 Kebersihan badan bersih
13.30
08.20 R/ sudah mengerti 5 moment cuci Kebersihan tangan bersih
tangan
2. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan Nyeri berkurang
benar A:
09.10 R/ sudah dapat melakukan langkah- Masalah risiko infeksi teratasi
langkah cuci tangan P:
3. Anjurkan meingkatkan asupan nutrisi Intervensi teratasi
11.00
R/ anjuran diet TKTP dengan bentuk
lunak melalui oral
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
R/ memperbanyak air yang cukup untuk
energi
33
BAB 4
PEMBAHASAN
Pemberian intervensi keperawatan utama pada klien dengan kanker ovarium melalui
penatalaksanaan operasi atau kemoterapi tidak jauh dari masalah nyeri dan defisit nutrisi.
Pasien kanker seringkali menderita nyeri akibat berbagai modalitas pengobatan dan
pembedahan. Nyeri dapat mempengaruhi mood atau suasana hati, aktivitas, kegembiraan,
serta berhubungan dengan fungsi fisik dan sosial. Karena itu penting bagi perawat untuk dapat
memberikan manajemen nyeri dengan menilai nyeri, yaitu dengan menentukan lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan penyebab dari nyeri (SIKI, 2017).
Selain itu, perawat juga perlu mengidentifikasi adanya respon nyeri non-verbal dari pasien,
seperti meringis dan ekspresi menahan nyeri lainnya. Skala nyeri dapat ditentukan dari
ekspresi klien seperti Wong Becker Face Scale.
Selain itu, perawat dapat mengajarkan teknik relaksasi pada pasien seperti teknik
napas dalam. Teknik dapas dalam dapat meningkatkan kenyamanan dan pengalihan dari
nyeri. Pada pasien post operasi, tidak cukup dengan pemberian terapi non-farmakologis
seperti teknik relaksasi ataupun distraksi. Pemberian medikasi analgesik diberikan pada
pasien pasca pembedahan karena skala nyeri akibat pembedahan dapat dikatakan cukup tinggi
dan mengganggu aktivitas pasien. Pemberian kolaborasi terapi analgesik termasuk dalam
manajemen nyeri. Pemberian secara oral biasanya lebih digemari karena mudah, nyaman, dan
lebih murah. Jika tidak dapat secara oral, maka pemberian yang lebih tidak invasif biasanya
dipilih, misalnya pemberian perrektal ataupun transdermal (Alkaf, 2016).
Ada tiga tahapan pemberian analgetik untuk nyeri menurut World Health
Organization (WHO) dalam Wenzel et al (2006), yaitu filosofinya adalah dengan
meningkatkan kekuatan terapi dari analgesik non opioid ke analgesik jenis opioid sesuai
persistensi nyeri. Tahap pertama adalah analgetik yang paling ringan, yaitu asetaminofen
dengan dosis maksimal 3g/hari. Selain itu beberapa NSAID yang non selektif maupun COX-2
selektif inhibitor dapat menjadi pilihan. Tahap dua adalah analgesik yang mengandung opioid
yang dikombinasi dengan analgetik non opioid seperti asetaminofen, misalnya kodein,
hidrokodon, dan oksikodon. Kombinasi dengan analgesik non opioid dapat mengurangi atau
meminimalisir dosis opioid yang diperlukan. Tahap ketiga apabila nyeri masih persisten
adalah menggunakan analgetik dengan opioid kuat. Misalnya morfin, hidromorfin, oksikodon,
dan fentanil. Pada nyeri kronik, tujuan utama terapi adalah menjaga pasien dalam status bebas
34
nyeri dengan dosis analgetik seminimal mungkin. Pada nyeri neuropatik akut, penggunaan
kortikosteroid dosis tinggi ataupun antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dapat menjadi
pilihan. Beberapa agen non farmakologis juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri pada
pasien kanker, misalnya masase, kompres hangat/ dingin, serta mentol topical.
Pengobatan kanker dengan operasi dilakukan untuk rnenghilangkan tumor atau
meringankan gangguan yang menyertainya. Masalah gizi yang mungkin timbul bergantung
dari bagian tubuh mana yang dioperasi dan prosedur operasi pengangkatan tumor yang
dilakukan. Agar dapat memenuhi kebutuhan gizi secara optimal maka diet yang diberikan
harus selalu dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. Untuk menunjang
keberhasilan pengobatan kanker perlu adanya dukungan nutrisi yang optimal dengan
memperhatikan kebutuhan zat gizi dan tujuan pemberian zat gizi pasien kanker. Tujuan
pemberian diet pasien kanker menurut (Nunik, 1996) diantaranya adalah :
1. Mencegah terjadinya penurunan berat badan (jangka pendek)
2. Mencapai dan memelihara berat badan normal (jangka panjang)
3. Mengganti zat gizi yang hilang karena efek pengobatan
4. Memenuhi kebutuhan kalori, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang
seimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi
5. Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi ebih lanjut
6. Memenuhi kebutuhan mikronutrien
7. Menjaga keseimbangan kadar glukosa darah
35
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan
Litbang Kemenkes RI.
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. 2012. GLOBOCAN 2012:
Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence world wide in 2012.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Rarung, M. 2008. Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA125 sebagai Prediksi
Keganasan Ovarium. JKM , 9-14
Doubeni, et al. 2016. Diagnosis and Management of Ovarian Cancer. Am Fam Physician.
93(11), pp. 937-944.
Rauh-Hain, et al. 2011. Ovarian Cancer Screening and Early Detection in the General
Population. Rev Obstet Gynecol. 4(1), pp. 15–21.
NHS UK. 2017. Health A-Z. Ovarian cancer.
Mayo Clinic. 2014. Diseases & Conditions. Ovarian cancer.
Price. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP
Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan
Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.
Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier Churchill
Livingstone. United States of America.
Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
36