Anda di halaman 1dari 88

TUTORIAL IN CLINIC

ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI HIPNOSIS LIMA JARI PADA NY.


M DENGAN Ca REKTUM DI RUANG KANA RSUP DR. HASAN
SADIKIN KOTA BANDUNG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5A
Shafira Prawita Islamiyah 4006230058
Shilviani Rahayu 4006230055
Sinta Julyani 4006230063
Siska Mardiana 4006320071
Siti Anisa 4006230038
Sondari 4006230041
Tsani Fida Islami 4006230057
Wisnu Setiawan 4006230033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANDUNG
2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1
A. Pendahuluan…………………………………………………..…………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….4
C. Tujuan …………………………………………………………………..4
BAB II KONSEP TEORI………………………………………………….....5
A. Konsep Ca Rektum ...…………………………………………………...5
B. Teori Asuhan Keperawatan Ca Rektum..………………………………21
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN…………………………………………..........................58
A. Asuhan Keperawatan Pada Ny.M..…………………………………….58
B. Asuhan Keperawatan Pada Tn.S…………………………………….....60
BAB IV REVIEW JURNAL......................…………………………………..61
A. Analisis Jurnal...……………………………………………………......62
B. Pembahasan Jurnal dan Kasus....…………………………….................63
BAB V PENUTUPAN................................…………………………………...88
A. Kesimpulan...………………...…………………………………….......88
B. Saran...........................................……………………………................88
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………..89

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari

jaringan epitel dari kolon atau rektum. Kanker rektum merupakan salah satu

dari keganasan pada rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel

dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus . Kanker kolorektal adalah

kanker yang terdapat pada kolon dan rektum. Kanker ini disebut kanker kolon

atau kanker rektum bergantung dari mana kanker tersebut berawal. Kanker

kolon dan kanker rektum sering digabungkan bersama karena memiliki

banyak kesamaan (American Cancer Society, 2015) dalam (Harahap, 2019).

Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan

rektum. Rektum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan

terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Rektum adalah

bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus

gastrointestinal. Kolon dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi

tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna. Kanker adalah istilah

umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai dengan

pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat

menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain

(WHO, 2017) dalam (Gentry, 2017).


Karakteristik dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat menjadi

tantangan dalam pengendalian kanker dan berdampak pada peningkatan

prevalensi kanker yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker dengan faktor

risiko terkait perilaku yang tidak sehat adalah kanker kolorektal. Masalah

keperawatan yang timbul pada penderita kanker rektum yaitu, nyeri, defisit

nutrisi, resiko infeksi, gangguan citra tubuh, defisit pengetahuan, dan

ansietas. Adapun pada saat tindakan kemoterapi berlangsung yaitu risiko

infeksi ekstravasasi dan gangguan integritas kulit (Usolin et al., 2018).

Kanker kolorektal (KKR) adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan

kanker penyebab kematian ketiga terbanyak pada pria dan wanita di Amerika

Serikat. Banyak terjadi didunia dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518

kasus dari jumlah seluruh penderitakanker diseluruh dunia, dan kanker kedua

dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018 . Dalam kurun

waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia dengan 43.324 kasus baru

setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum adalah kanker yang sering

terjadi baik pada pria dan wanita, prevalensi tahun 2013 sampai 2018 terjadi

32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018 (The Global Cancer

Observatory, 2019). Hasil survei RISKESDAS, kanker kolorektal ada

sebanyak 5,7% dari semua jenis kanker di Indonesia. Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2008 menyebutkan bahwa kanker kolorektal menempati

urutan ke 9 dari 10 peringkat utama penyakit kanker yang diderita pasien

rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak

1.810. (Sayuti & Nouva, 2019).

3
Studi yang dilakukan oleh Sudoyo et al. (2013) didapatkan angka kejadian

kanker kolorektum yang lebih tinggi pada laki-laki (53.8%) dibandingkan

perempuan (46.2%), dengan usia terbanyak pada kelompok 51-60 tahun.

Serupa dengan estimasi global, kanker rektum menempati ukuran ke-4

kematian karena kanker di Indonesia. Diperkirakan sebanyak 394,000

kematian per tahun akibat kanker kolorektum terjadi di seluruh dunia.1,5

Kesintasan kanker kolorektum sangat bergantung kepada stadium saat

diagnosis, semakin dini diagnosis, maka angka kesintasan semakin tinggi.

Kesintasan kanker kolorektal sangat bergantung kepada stadium saat

diagnosis, semakin dini diagnosis, maka angka kesintasan semakin tinggi.

Kesintasan 5 tahun pada kanker rektum yang masih lokal dapat mencapai

90%, menurun menjadi 70% bila telah melibatkan regional dan 10% bila

telah terjadi metastasis jauh. Angka kesintasan 5 tahun kanker rektum yang

telah distandarisasi menurut usia secara global adalah 50-59%.

Tumor kolorektal muncul dari mukosa dan sebanyak >80-90% adalah

adenokarsinoma. Varian lain adalah signet-ring cell, karsinoma sel skuamosa,

limfoma dan lain-lain.5-7 Selain predisposisi genetik seperti hereditary non

polyposis colorectal cancer (HNPCC), familial adenomatous polyposis

(FAP) dan inflammatory bowel syndrome (IBS), beberapa faktor lain yang

memiliki kaitan kuat dengan risiko kanker kolorektal adalah pertambahan

usia, jenis kelamin laki-laki, konsumsi alkohol berlebih dan rokok. (Indarti et

al., 2015). Faktor risiko secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu faktor

risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat

keluarga. Lebih dari 30% kasus kanker rektum di Indonesia ditemukan pada

pasien yang berusia 40 tahun atau lebih muda (American Cancer Society,

2015 dalam (Dirseciu, 2017). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti

aktivitas fisik, diet, merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes. Aktivitas fisik

reguler dan diet sehat membantu menurunkan risiko kanker rektal. Merokok,

konsumsi alkohol, dan diabetes memiliki hubungan terhadap peningkatan

kejadian kanker rektal.

Kanker rektum stadium dini tidak ada gejala yang jelas, namun setelah

penyakit berkembang ketingkat lanjut akan timbul gejala klinis. Tanda iritasi

usus seperti sering buang air besar, diare atau konstipasi dan nyeri pada

abdomen. Tumor yang sudah mengalami ulserasi akan terjadi pendarahan dan

akan terlihat dari warna feses yang bercampur dengan darah seperti selai

hitam. Masa di abdomen akan terus tumbuh hingga batas tertentu didaerah

abdomen sehingga pada pemeriksaan palpasi akan mudah teraba. Maka

dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut

penatalaksanaan pada kanker rektum terdiri dari penatalaksanaan bedah dan

penatalaksanaan medis. Pembedah yang dilakukan pada ca rektum yaitu

dengan kolostomi. Komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih

tinggi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi (akibat

ketidak patenan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi

kulit.Kemudian setelah dilakukannya pembedahan dengan kolostomi dan

penentuan stadium dilanjutkan dengan cara kemoterapi. Penatalaksanan

5
terapi bisa secara kuratif, paliatif, kemoterapi dan radioterapi tergantung dari

stadium kanker (Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, 2010).

Saat ini, terapi multimodalitas berupa kombinasi dari pembedahan,

radioterapi dan kemoterapi, merupakan tatalaksana terpilih pada karsinoma

kolorektal. Peran radioterapi dalam tatalaksana yang bertujuan kuratif kanker

rektum berada diberbagai tempat. Pertama, pemberian radiasi baik sebelum

atau sesudah pembedahan pada tumor yang resektabel, diharapkan dapat

meningkatkan kontrol lokal dan kesintasan dengan cara mengeradikasi sel-sel

tumor subklinis yang tidak dapat disingkirkan pada pembedahan. Kedua,

radiasi preoperatif pada tumor yang non-resektabel, baik diberikan sendiri

atau konkuren dengan kemoterapi, bertujuan untuk meningkatkan

resektabilitas tumor. Ketiga, radiasi pada tumor letak rendah dapat

meningkatkan preservasi sfingter. Saat ini, peran radiasi terutama pada masa

pre-operatif, dimana efek samping radiasi pre-operatif lebih dapat ditoleransi.

Pengenalan gejala klinis awal yang dapat mengarah kepada kanker rektum

perlu menjadi perhatian setiap tenaga medis. Karena ketepatan diagnosa

secara dini dapat mempengaruhi angka keberhasilan terapi dan kesintasan.

Menurut Kristianto et al., gejala klinis awal yang banyak dijumpai pada

pasien kanker rectum adalah perubahan pola defekasi, perdarahan per rektum,

dan feses berlendir. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca rectum yang

di rawat di rumah sakit (Di & Djamil, n.d.).


Nyeri merupakan pengalaman sensori yang tidak menyenangkan baik fsik

maupun emosional karena rusaknya jaringan3. Pada pasien kanker kolorektal

nyeri bersifat kronik.. Insidensi nyeri sejumlah 28% dari penderita kanker

pada awal diagnosis dan akan meningkat menjadi 40% hingga 80% 4–6.

Nyeri pada pasien kanker kolorektal disebabkan oleh penekanan sel kanker,

pembedahan, kemoterapi, radiasi, dan infeks. Pada saat kemoterapi pasien

memperoleh obat kemoterapi yang mempunyai efek samping terhadap

kerusakan jaringan syaraf sehingga pasien akan mengalami nyeri. Kualitas

nyeri yang dirasakan oleh pasien kanker kolorektal yaitu nyerti tumpul

hingga kolik (Beck, DE. 2011). Lokasi nyeri dapat terjadi dibeberapa tempat

antara lain, tungkai atau kaki, punggung, pelvis/rektum/genitalia,

lengan/tangan, abdomen dan leher (Lowerry, dkk. 2011).

Dampak dari nyeri secara fisik antara lain; kelelahan, nafsu makan

menurun, muntah, penurunan kekuatan otot (Beck& Dudley, 2005; Ovayolu,

Ovayolu, & Aytaç, 2014). Adanya dampak tersebut mengakibatkan

terjadinya gangguan aktivitas sehari-hari. Aktivitas pada pasien kanker

kolorektal yang sering mengalami gangguan antara lain duduk, berjalan, dan

buang air besar. Efek jangka panjang dari adanya gangguan aktivitas adalah

kualitas hidup pasien akan menurun

Hipnosis 5 jari merupakan suatu terapi yang sangat efektif untuk

mengurangi nyeri dan stres, karena dalam hipnosis 5 jari ini terdapat

beberapa konsep penyembuhan yang dapat menyeimbangkan dan merelaksasi

pikiran negatif seseorang. Hipnosis 5 jari merupakan suatu terapi

7
nonfarmakologi yang dapat memberikan efek relaksasi serta mengurangi

ketegangan akibat nyeri maupun stres. Prinsip yang mendasari pemberian

hipnosis 5 jari ini adalah untuk menenangkan pikiran, meregangkan dan

mengendorkan otot, sekaligus mengatur pernapasan sehingga didapatkan

respons relaksasi.

Berdasarkan uraian diatas, kelompok tertarik apakah tingkat nyeri yang

dirasakan pasa pasien dengan kanker rektum dapat berkurang jika dilakukan

terapi hipnosis 5 jari? Khususnya di ruangan Kana RSUP Hasan Sadikin

Bandung.

B. Rumusan masalah

Apakah terdapat pengaruh terapi hipnosis 5 jari terhadap tingkat nyeri yang

dirasakan pasien dengan Kanker Rektum?

C. Tujuan Tutorial In Clinic

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh terapi hipnosis 5 jari terhadap tingkat nyeri

pada pasien dengan kanker rektum

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi nyeri yang terjadi pada pasien dengan kanker

rektum
b. Menganalisis pengaruh terapi hipnosis 5 jadi pada pasien kanker

rektum sebelum dan sesudah diberikan terhadap tingkat

nyeri yang dirasakan di RSUP Hasan Sadikin Kota Bandung

9
BAB II

KONSEP TEORI

1. Konsep Dasar Medis Ca Rektum

A. Definisi

Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam

permukaan usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2009). Kanker rektum

merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus

menyerang bagian rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel

dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2011). Kanker

rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah rektum

(Sodikin, 2011).

B. Anatomi Fisiologi Rektum

Fungsi utama dari rektum dan kanali anal ialah untuk mengeluarkan masa

feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut

dengan cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu beperan

dalam proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain itu sel-

sel goblet mukosa mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin untuk

keluarnya masa feses. Pada saat rektum tidak berisi feses hal ini sebagian

diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat terdapat pada

rectosigmoid junction kirakira 29 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam

dari tempat ini juga member tambahan penghalang masuknya feses ke rektum.
Akan tetapi, bila suatu gerakan mendorong feses ke arah rektum, secara normal

hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek kontraksi dari

rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-menerus

dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter

ani interna dan externa (sobiston, 2009) dalam (Paulista, 2017).

Gambar 2.1 Anatomi Rektum (Sumber : Fauziyyah, 2015)

C. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebab Kanker rektum masih belum diketahui pasti,namun telah

dikenali beberapa faktor predisposisi. Faktor predisposisi lain mungkin

berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi

serkitar sepuluh kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang

11
mengkonsumsi lebih banyak makanan mengandung karbohidrat murni dan

rendah serat,dibandingkan produk primitif (Misalnya,di Afrika) yang

mengkonsumsi makanan tinggi serat (Arderson S, 2006).

Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut

(Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010) sebagai berikut:

a. Diet rendah serat

Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, (Price Sylvia A,

2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined

mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam-

garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian

dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan

pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume

lebih kecil. Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang

berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.


b. Lemak

Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid

menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.

c. Polip (colorectal polyps)

Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan

sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip

bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat

menjadi kanker.

d. Inflamatory Bowel Disease

Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada rectum

(misalnya colitis ulcerativa) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang

lebih besar.

e. Riwayat kanker pribadi

Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena kanker

kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker

di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat

risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.

f. Riwayat kanker rektal pada keluarga

Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka kemungkinan

terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia

muda.

13
g. Faktor gaya hidup

Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan

sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar

terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi

yang sering.

h. Usia di atas 50

Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih

dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia

50 tahun ke atas.

D. Manifestasi klinis

Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari

bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan

defekasi atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,

tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang

paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010):

a. Perubahan kebiasaan defekasi

b. Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua

c. Gejala anemia tanpa diketahui penyebabnya

d. Anoreksia

e. Penurunan berat badan tanpa alas an

f. Keletihan
g. Mual dan muntah-muntah

h. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB

i. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)

j. Perut sering terasa kembung atau keram perut

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang

tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya

konstipasi), serta feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum

dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena menimbulkan

gejala gejala pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian

bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai

akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Semua karsinoma kolorektal dapat

menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi

menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional, terkadang bisa

terjadi perforasi dan menimbulkan abses peritoneum (Fauziyyah, 2015).

15
Pathway

17
E. Patofisiologi

Kanker Rektum terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari lapisan

epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan

menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur

sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar

kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) (Oliver, 2013).

Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur

dan fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna merupakan peroses

perubahan sel normal menjadi sel kanker. Transformasi maligna diduga

mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler yaitu inisiasi merupakan

perubahan dalam bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas, promosi

yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu tahap akhir

terbentuknya sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010).

F. Klasifikasi dan Stadium Kanker Rektum

Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):

a. Stadium 0 (carcinoma in situ)

Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau

rektum.

b. Stadium I

Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau

ketiga (submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/

rektum tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rectum.


c. Stadium II

Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari

dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum

menyebar pada kelenjar getah bening.

d. Stadium III

Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi

belum pada organ tubuh lainnya.

e. Stadium IV

Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainny

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Fecal Occulat blood test

Pemeriksaan darah samar pada feses dibawah mikrosop

b. Endoskopi

Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan

dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau

dengan kolonoskopi total.

c. Biopsi

Tindakan pembedahan untuk pengambilan sel atau jaringan abnormal .

d. Ultrasonografi (USG)

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada rektum, tetapi USG

digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker kekelenjar

getah bening di abdomen dan hati.

e. Laboratorium

19
Pemeriksaankimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin

dapat meninggi , indikasi telah mengenai hepar.

H. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Tujuan

utama ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun

nonkuratif. Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan

kelenjar limf regional. Bila sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer akan

di reseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi


perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri

(Sjamsuhidayat & de Jong, 2011).

b. Kolostomi

Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus

besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak

bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena

gangguan fungsi anus (Suratun & Lusianah, 2010).

c. Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan menggunakan

x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma. Terdapat 2 cara

pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal.

Radiasi eksternal (external beam radiation therapy) merupakan penanganan

dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma.

Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung

menit (American Cancer Society, 2013).

d. Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi

ajuvan, neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk

kanker rektum stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi

(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

21
2. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Rektum

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan

(Dermawan, 2012).

a) Pengumpulan Data

1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,

alamat, tempat tinggal

2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji

adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran

3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang

diderita pasien dengan timbulnya kanker rektum.

4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota

keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya

5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien

dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum


maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit,

karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasien menggunakan

koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

b) Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual

1) Pola Nutrisi

Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa

saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi

makanannya.

2) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar

darah atau tidak, keras, lembek, cair ?

3) Pola personal hygiene

Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau

tidak, menyikat gigi.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan istirahat tidur berapa jam?

Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?

5) Pola aktivitas dan latihan

23
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar

kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan

sekitarnya.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,

ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

7) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman

sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?

8) Pola persepsi dan konsep diri

Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,

kebersamaan dengan keluarga.

9) Pola nilai kepercayaan

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap

agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan

patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.

10) Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan

keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.

c) Riwayat pengkajian nyeri


P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias

memperberat? apa yang bias mengurangi?

Q: QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala

dirasakan

R: Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?

S: Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala

berapah?

T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan?

tiba-tiba atau bertahap? seberapa lama gejala dirasakan?

d) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5

C, nadi 60

2) 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.

3) Pemeriksaan head totoe

Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi:

Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,

penekanan

Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bauh ?

25
Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak mata,

adanya benda asing, skelera putih ?

Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi akibat

trauma?

Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering? Bibir: Perlukaan, pendarahan,

sianosis, kering? Rahang: Perlukaan, stabilitas ?

Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid

c. Patofisiologi

Kanker Rektum terutama (95%) adenokarisinoma

(muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai

sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas

dan menyusup serta merusak jaringan normal

serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel

kanker dapat terlepas dari tumor primer dan

menyebar kebagian tubuh yang lain (paling

sering ke hati) (Oliver, 2013). Karsinogen adalah

substansi yang mengakibatkan perubahan pada

struktur dan fungsi sel menjadi bersifat maligna.

Maligna merupakan peroses perubahan sel

normal menjadi sel kanker. Transformasi maligna

diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses


seluler yaitu inisiasi merupakan perubahan dalam

bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas,

promosi yaitu perubahan sel menjadi ganas dan

progresi yaitu tahap akhir terbentuknya sel

kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever,

2010).

B. Manifestasi Klinis

Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka

waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila

mereka menemukan perubahan pada kebiasaan

defekasi atau perdarahan rektum. Gejala sangat

ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan

fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala

yang paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle

& Cheever, 2010):

i. Perubahan kebiasaan defekasi

j. Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua

27
k. Gejala anemia tanpa diketahui penyebabnya

l. Anoreksia

m. Penurunan berat badan tanpa alasan

n. Keletihan

o. Mual dan muntah-muntah

p. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB

q. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)

r. Perut sering terasa kembung atau keram perut

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal

adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah

defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya

konstipasi), serta feses berdarah. Pertumbuhan pada

sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,

pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala

pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri pinggang

bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering

berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada


alat-alat tersebut. Semua karsinoma kolorektal dapat

menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila

membesar atau invasi menembus dinding usus dan

kelenjar-kelenjar regional, terkadang bisa terjadi

perforasi dan menimbulkan abses peritoneum

(Fauziyyah, 2015).

6. Klasifikasi Dan Stadium Kanker Rektum

Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):

i. Stadium 0 (carcinoma in situ)

Kanker belum menembus membran basal dari

mukosa kolon atau rektum.

ii. Stadium I

Kanker telah menembus membran basal hingga

lapisan kedua atau ketiga (submukosa/ muskularis

propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi

belum menyebar keluar dari dinding kolon/rectum.

iii. Stadium II

Kanker telah menembus jaringan serosa dan

menyebar keluar dari dinding usus kolon/rektum

29
dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada

kelenjar getah bening.

iv. Stadium III

Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening

terdekat tetapi belum pada organ tubuh lainnya.

v. Stadium IV

Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainny


7. Pemeriksaan penunjang

i. Fecal occulat blood test

Pemeriksaan darah samar pada feses di bawah mikroskop

ii. Endoskopi

Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan

dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau

dengan kolonoskopi total.

iii. Biopsi

Tindakan pembedahan untuk pengambilan sel atau jaringan abnormal .

iv. Ultrasonogrsfi(USG)

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada rektum, tetapi USG

digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker kekelenjar

getah bening di abdomen dan hati.

v. Laboratorium

Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar

bilirubin dapat meninggi , indikasi telah mengenai hepar.

8. Penatalaksanaan

31
a. Pembedahan

Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah.

Tujuan utama ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif

maupun nonkuratif. Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma

primer dan kelenjar limf regional. Bila sudah terjadi metastasis jauh,

tumor primer akan di reseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi,


perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri (Sjamsuhidayat &

de Jong, 2011).

b. Kolostomi

Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau

permanen dari usus besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah

bila jalan ke anus tidak bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran

feses dari kolon karena gangguan fungsi anus (Suratun & Lusianah,

2010)

c. Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan

menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma.

Terdapat 2 cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal

dan radiasi internal. Radiasi eksternal (external beam radiation therapy)

merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat

diarahkan pada sel karsinoma. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan

pemberian radiasi hanya berlangsung menit (American Cancer Society,

2013).

d. Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi

ajuvan, neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk

kanker rektum stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi

33
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015
9. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau

lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah

sekitar kolon dan rektum yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat

terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis

dapat menimbulkan syok (Smeltzer dan Bare, 2002) (Nursalam, 2016).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Rektum

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social

dan lingkungan (Dermawan, 2012).

a. Pengumpulan Data

1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,

alamat, tempat tinggal

2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji

adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran

3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang

diderita pasien dengan timbulnya kanker rektum.

4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota

keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya

35
5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien

dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar

sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan,

rasa sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana

pasien menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya.

b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual

1) Pola Nutrisi

Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis

makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling

disukai, frekwensi makanannya.

2) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK,

adakah keluar darah atau tidak, keras, lembek, cair ?

3) Pola personal hygiene

Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan

sabun atau tidak, menyikat gigi.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan istirahat tidur berapa jam?

Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?

5) Pola aktivitas dan latihan


Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan,

aktivitas diluar kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat

di kampung dan sekitarnya.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman

keras, ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

37
7) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga,

teman-teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan

adat?

8) Pola persepsi dan konsep diri

Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap

keluarga, kebersamaan dengan keluarga.

9) Pola nilai kepercayaan

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan

terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di

anut dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.

10) Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan

dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.

c. Riwayat pengkajian nyeri

P: Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang

bias memperberat? apa yang bias mengurangi?

Q: QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana

gejala dirasakan

R: Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?


S: Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada

skala berapah?

T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala

dirasakan? tiba-tiba atau bertahap? seberapa lama gejala

dirasakan?

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu

37,5 C, nadi 60

2) 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.

3) Pemeriksaan head totoe

Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi:

Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,

penekanan

Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bauh ?

Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak

mata, adanya benda asing, skelera putih ?

Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan

anatomi akibat trauma?

Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering?

39
Bibir: Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?

Rahang: Perlukaan, stabilitas ?

Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar

tiroid
e. Pemeriksaan dada

1) Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi

pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara

napas tambahan bentu dada?

2) Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama

antara kanan kiri dinding dada.

3) Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup

pada batas paru dan hipar.

4) Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan

paru, suara ronchi dan wheezing

f. Kardiovaskuler

1) Inspeksi: Bentuk dada simetris

2) Palpasi: Frekuensi nadi,

3) Parkusi: Suara pekak

4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur,

g. System pencernaan/abdomen

1) Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen

membuncit atau datar , tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus

41
menonjol atau tidak, apakah ada benjolanbenjolan / massa.
2) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor,

teses) turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi

pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?

3) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat

atau cair akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,

vesika urinaria, tumor)

4) Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5-

35 kali permenit.

h. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:

1) Warna dan suhu kulit

2) Perabaan nadi distal

3) Depornitas extremitas alus

4) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif

5) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi

6) Derajat nyeri bagian yang cidera

43
7) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh

8) Reflek patella

i. Pemeriksaan pelvis/genitalia

1) Kebersihan, pertumbuhan rambut

2) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter,

terdapat lesi atau tidak

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada

masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada proses

kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam

menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien

mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016):

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

b. Gangguan defekasi

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

e. Gangguan konsep diri

f. Kecemasan pemenuhan

g. Resiko infeksi

h. Resiko tinggi injury

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan

pemulihan kesehatan pasien individu, keluarga, dan komunitas (PPNI,

2018).

Pada perumusan tujuan antara pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka

perencanaan menggunakan kriterial hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan.

Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran, dalam intervensinya

dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan pasien dan keluarga dalam

pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (Kognitif),

keterampilan mengenai masalah (afektif) dan perubahan tingkah laku pasien

(Psikomotor).

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus

nyata keadaan pasien secara langsung. Intervensi diagnose keperawatan yang ditampilkan

antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun masing-masing

intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Nyeri akut berhubungan denganAgen Pecendera Fisik. Setelah dilakukan tindakan

45
asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Nyeri Akut menjadi menurun, Tanda –

tanda vital kembali normal. Pada rencana tindakan dilakukan dengan mengkaji

karakteristik nyeri. Mengajarkan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam untuk

mengurangi rasa nyeri.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,

1994, dalam (Potter & Perry, 2011).

Pelaksanaan adalah perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan pada tinjauan

pustaka mengacu pada teori. Pelaksaan tinjauan kasus mengacu pada kasus nyata atau

kasus sebenarnya yang dapat disusun dan direncanakan dalam tindakan keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan terkoordinasi untuk pelaksana diagnosis

kasus dan tidak semua sama dengan keadaan pasien yang sebenarnya.

Komponen tahap implementasi:

a. Tindakan keperawatan mandiri

b. Tindakan keperawatan kolaboratif

c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran

dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan

dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi

dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap

pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam

Wardani, 2013):

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif. P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,

menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan

47
penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan

asuhan keperawatan (Nurhayati, 2011).

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu:

a. Masalah teratasi

Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan

tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi

Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan

perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari

kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak

menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan

atau bahkan timbul masalah yang baru.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

I. Pengkajian

a) Identitas Pasien

1) Nama Inisial : Ny.M

2) No.RM : 2260208

3) Usia : 45 tahun

4) Status Perkawinan : Menikah

5) Pekerjaan : MRT

6) Agama : Islam

7) Pendidikan : SLTA

8) Suku : Sunda

9) Alamat rumah : Kp.Karet jajar 18/05 Surade

Kab.Sukabumi

10) Sumber biaya : JKN PBI

11) Tanggal masuk RS : 29 Desember 2023

12) Diagnosa Medis : Tumor Rektum

b) Identitas Penanggungjawab

1) Nama : Ny.F

2) Umur :

3) Hubungan dengan pasien : Adik

49
4) Pendidikan : SLTA

5) Alamat : Kp.Karet jajar


II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Nyeri

b. Riwayat Kesehatan Saat pengkajian

Pasien mengatakan nyeri sejak 7 bulan terakhir sering merasakan sakit di

abdomen ,sakit yang dirasakan seperti di tusuk dan diremas dengan skala nyeri 8

dan lalu gangguan BAB dan pernah mengalami BAB berdarah dan dibawa ke

faskes terdekat.terlebih dahulu lalu di rujuk ke RSUP Hasan Sadikin Bandung

untuk pemeriksaan lanjutan.

c. Riwayat Kesehatan yang lalu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama,sebelum di rujuk ke

RSHS pasien sempat dirawat di beberapa rumah sakit,pasien tidak memiliki

Riwayat alergi obat ataupun makanan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit yang sama

e. Riwayat psikososial dan spiritual

1) Support Sistem

Keluarga dan kerabat terdekat pasien mendukung atas kesembuhan pasien

2) Komunikasi

Pasien masih bisa berkomunikasi bila nyeri di abdomen tidak sedang kambuh

3) Sistem nilai kepercayaan

Pasien selalu berdo’a dan beribadah

51
f. Lingkungan

1) Rumah

 Kebersihan : bersih

 Polusi : bersih tidak terpapar lingkungan pabrik

2) Pekerjaan

 Kebersihan :-

 Polusi :-

 Bahaya :-
g. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit

Kebiasaan Sebelum masuk RS Di RS

1. Pola Nutrisi

a. Asupan  Oral  Oral

b. Frekuensi makan b. 3x/hari b. Hanya minum susu

c. Nafsu makan c. Baik c. Berkurang,karena hanya

d. Makanan tambahan d. Tidak ada makanan bisa meminum susu saja

e. Makanan alergi tambahan d. Tidak ada makanan

f. Perubahan BB e. Tidak ada alergi tambahan

makanan e. Tidak ada alergi makanan

f. 65 kg f. Dari 65 kg ke 59kg

2. Pola Cairan

a. Asupan cairan  Oral  Oral

b. Jenis  Parenteral

c. Frekuensi b. air mineral b. Air mineral, cairan RL,susu

d. Volume c. 6x/hari c. 5-6x/hari

d. 1500-1700ml/hari d. 1000ml/hari

3. Pola Eliminasi

BAK

a. Frekuensi a. 6-7x/hari a. 5-6x/hari

b. Jumlah output b. 700ml/hari b. 500-600ml/hari

53
c. Warna c. Kuning jernih c. Kuning jernih

d. Bau d. Bau khas urine d. Bau khas urine

e. Keluhan e. Tidak ada e. Tidak ada

BAB

a. Frekuensi a. 1x/hari a. 4-5x/hari

b. Warna b. Kuning b. Kuning

c. Bau c. Bau khas c. Bau khas

d. Konsistensi d. Lembek padat d. Cair

e. Keluhan e. Tidak ada e. Sakit di abdomen,sering BAB

f. Penggunaan obat f. Tidak menggunakan obat dan BAB cair

pencahar pencahar f. Tidak menggunakan obat

pencahar

4. Insensible Water 350 ml/hari 250ml/hari

Loss

5. Pola Personal Hygiene

a. Mandi a. 2x/hari a. Di seka

b. Oral hygiene b. 3x/hari ,pagi dan malam b.1x/hari, kadang pagi/siang

 Frekuensi c. 2-3x/minggu c. Selama di rs belum cuci rambut

 Waktu

c. Cuci rambut

6. Pola Istirahat Tidur

a. Lama tidur a. 8-9 jam/hari a. Tidak menentu

b. Waktu b. Siang= 1 jam,Malam=7/8 b. Siang = 2 jam,Malam = tidak


 Siang jam menentu

 Malam c. Tidak ada c. Tidak ada

c. Kebiasaan sebelum d. Tidak ada d. Sulit tertidur karena nyeri di

tidur abdomen timbul pada malam

d. Kesulitan dalam hari sampai sering tidak bisa

tidur tidur

7. Aktivitas dan Latihan

a. Kegiatan dalam a. Pasien sehari-hari ada di a. Tidak bisa beraktivitas seperti

pekerjaan rumah biasanya

b. Waktu bekerja b. Tidak ada b. Tidak ada

c. Kegiatan waktu c. Berkumpul Bersama c. Tidak ada

luang keluarga d. Sesudah sakit aktivitas pasien

d. Keluhan dalam d. Sebelum mengalami terganggu karena mengalami

beraktivitas sakit,beraktivitas seperti nyeri hebat

e. Olahraga biasa e. Tidak bisa berolahraga

f. Keterbatasan dalam e. 1x/seminggu f. Mandi (karena terpasang infus)

hal f. Tidak ada

8. Pola Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan

a. Merokok a. Tidak merokok a. Tidak merokok

b. Minuman Keras b. Tidak meminum b.Tidak meminum minuman keras

c. Ketergantungan obat minuman keras c. Tidak ketergantungan obat-

c. Tidak ketergantungan obatan terlarang

obat-obatan terlarang

55
III. Pengkajian Fisik

Kesadaran : Composmentiss GCS (15) E:4 V:6 :M:5

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 89x/menit

Respirasi rate : 21x/menit

Suhu : 36,6 C

TB/BB : 59 kg

Pemeriksaan Fisik Persistem :

a. Sistem Penglihatan

Mata simetris,kelopak mata normal,pergerakan bola mata normal,konjungtiva tidak

anemis,sklera berwarna putih,pupil merangsang terhadap Cahaya,lapang pandang

normal,penglihatan normal,tidak ada tanda-tanda radang,tidak menggunakan alat bantu

lihat dan tidak ada keluhan yang lainnya

b. Sistem Pendengaran

Telinga simetris,tidak ada seumen,tidak ada tanda radang,tidak ada cairan di

telinga,fungsi pendengaran baik,tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

c. Sistem Wicara

Tidak ada kesulitan dalam berbicara dan tidak ada gangguan wicara

d. Sistem Pernafasan
Tidak ada sumbatan jalan nafas,Respirasi Rate=21x/menit,Irama pernafasan

teratur,kedalaman,suara nafas vesikuler,tidak ada batuk,tidak ada penggunaan otot bantu

nafas,tidak menggunakan alat bantu nafas

e. Sistem Kardiovaskuler

1) Sirkulasi Perifer

Nadi= 89x/menit, tidak ada distensi vena jugularis,temperature kulit normal,warna kulit

sawo matang merata di seluruh tubuh,CRT <2 detik,tidak ada flebitis,tidak ada varises

dan tidak ada edema

2) Sirkulasi Jantung

Bunyi jantung lub dub,tidak ada kelainan bunyi jantung,tidak ada keluhan dalam

palpitasi,gemetaran,kesemutan dll. , tidak ada nyeri dada, ictus cordis tidak tampak

teraba di ICS 5 dan tidak ada kardiomegali.

f. Sistem neurologi

1) Glascow Coma Scale

15= E:4 V:6 M:5

2) Tanda Peningkatan TIK

Tidak ada peningkatan TIK

3) Gangguan neurologis Nervous I samapai XII

Tidak ada gangguan neurologis

4) Pemeriksaan reflek

Normal

5) Kekuatan otot

5 5

57
5 5

g. Sistem pencernaan

Keadaan mulut bersih,tidak ada kesulitan menelan,tidak ada muntah,nyeri di daerah

abdomen,bising usus 12x/menit,tidak ada massa pada abdomen,lingkar 82 cm,tidak ada

asites,tidak ada pembesaran hepar,terdapat nyeri tekan di abdomen,tidak ada nyeri

lepas,tidak ada pemasangan colostomy dan tidak menggunakan NGT

h. Sistem Imunologi

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

i. Sistem Endokrin

Nafas tidak berbau keton,tidak ada luka,tidak ada exopthalamos,tidak ada tremor,tidak

ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada peniingkatan gula darah

j. Sistem Urogenital

Tidak ada distensi kandung kemih,tidak ada nyeri tekan,,urine normal,tidak

menggunakan kateter dan keadaan genital baik

k. Sistem Integumen

1) Keadaan rambut

warna rambut hitam,kekuatan rambut baik,tidak terlalu bersih karena sealam di rs

belum di cuci rambut

2) Keadaan kuku

Kekuatan kuku baik,warna kuku merah muda dan bersih,tidak ada tanda radang pada

kuku

3) Keadaan kulit
Turgor kulit <2 detik,warna kulit sawo matang,tidak ada luka ,tidak ada tanda

radang,tidak ada decubitus dan tidak ada luka bakar

l. Sistem musculoskeletal

Keterbatas gerak bila nyeri sedang timbul,tidak ada deformitas,rentang gerak baik,tidak

ada sakit pada tulang atau sendi,tidak ada tanda-tanda fraktur,tidak ada kontraktur pada

sendi ekstremitas,tidak ada kelainan bentuk tulang ataupun otot,tidak ada tanda radang

sendi,dan tidak menggunakan alat bantu penggunaan traksi,gips,splak,ORIF/OREF.

B. PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAAN

I. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan foto thoraks AP pada tanggal : 29-12-2023

Dengan hasil tidak tampak bronkopneumonia/pneumonia, tidak tampak kardiomegali

2) Pemeriksaan Laboratorium : tanggal 6-1-2024

Nama Flag Hasil Satuan Nilai normal


Hematologi 10 parameter
Hemoglobin L 10,6 g/dl 12.3-15.3
Hematokrit L 33.3 % 36.0-45.0
Leukosit H 15.88 10^3/U 4.4-11.3
Eritrosit L 3.90 Juta/ 4.5-5.1
Trombosit H 492 ribu/Ul 150-450
Index Eritrosit
MCV L 85.4 fL 80-96
MCH L 27.2 Pg 27.5-33.2
MCHC H 31.8 % 33.4-35.5
RDW-CV H 14.7 % 11.5-14.5
RDW-SD 45.2 fL 36.4-46.3
Glukosa Sewaktu 134 mg/dL <
Albumin L 2.87 g/dL 3.5-5.2
Ureum L 6.4 mg/dL 15-40
Kreatiinin L 0.54 mg/dL 0.57-1.11

II. Penatalaksanaan Medis

59
1) Tindakan medis yang sudah dilakukan

 Pemasangan infus

2) Pemberian Obat

No. Nama Obat Rute Dosis Tujuan


1. Ceftriaxone 1 x 2gr Ceftriaxone adalah obat yang bisa
kamu gunakan untuk mengobati
infeksi bakteri di berbagai bagian
tubuh
2. Omeprazole 2 x 1gr Omeprazole adalah obat untuk
mengatasi asam lambung berlebih
dan keluhan yang mengikutinya.
3. Vitamin K 3 x 1gr Vitamin K berfungsi untuk
membantu proses pembekuan
darah. Hal ini akan terkait dengan
pencegahan perdarahan yang
berlebihan pada tubuh. Perdarahan
tidak hanya terjadi pada bagian luar
tubuh, tetapi juga dalam tubuh.
4. Kalnex 3 x 500 mg untuk membantu menghentikan
pendarahan pada sejumlah kondisi,
misalnya mimisan, cedera,
pendarahan akibat menstruasi
berlebihan, dan pendarahan pada
penderita angio-edema turunan.
5. Dexa Extra 1 amp banyak digunakan untuk mengobati
berbagai kondisi penyakit,
seperti radang sendi, gangguan
darah/hormon/sistem kekebalan
tubuh, reaksi alergi, kondisi kulit
dan mata tertentu, masalah
pernapasan, gangguan usus
tertentu, serta kanker tertentu.

C. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : pasien mengeluh nyeri, pasien Ca rectum Nyeri kronis
mengatakan sedikit gelisah dengan ↓
keadaan saat ini Pre operasi
Do : ↓
- Pasien tampak gelisah Infiltrasi membrane basal
- P : ca kolorektal ↓
Q : seperti di tusuk- tusuk dan di Hiperglasia sel-sel
remas ↓
R : kuadran kanan bawah Tumor semakin
abdomen membesar
S : skala nyeri 8 ↓
T : nyeri hilang timbul Mendesak ujung-ujung
saraf bebas

Nyeri

Nyeri kronis
2. Ds : pasien mengatakan defekasi lebih Ca rectum Diare
dari 5x dalam 24 jam, pasien ↓
mengatakan feses cair, pasien Pre operasi
mengatakan nyeri dibagian abdomen ↓
Ketika defekasi dengan skala 8 Memerlukan O2 dan
Do : nutrisi untuk
- bising usus 15x/ menit perkembangan tumor
- pasien tampak lemah ↓
- TD : 120/80 mmHg Hipermetabolik
N : 89 x/menit ↓
S : 36,6o C Peningkatan bunyi usus
Rr : 21x/ menit ↓
Peningkatan bunyi usus

Penurunan absorpsi air

Feses cair

Diare
3. Ds : keluarga pasien tidak mengetahui Ca rectum Defisit
tentang penyakit apa yang sedang ↓ pengetahuan b.d
diderita oleh pasien Pre operasi kurang terpapar
Do : setiap dilakukan pengkajian ulang ↓ pengetahuan
keluarga menjawab pertanyaan dengan Infiltrasi membrane basal
nada yang bingung ↓
Hiperglasia sel-sel

Tumor semakin
membesar

Mendesak ujung-ujung
saraf bebas

61
Nyeri

Ketidaktahuan keluarga&
pasien mengenai tanda
dan gejala penyakit yang
diderita

Kurang terpapar
informasi dan tidak
mengenal sumber
infromasi

Defisit pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
b.d gangguan Tindakan keperawatan Observasi
fungsi selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
metabolik Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
(D.0078) (L.08066)menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Meringis meurun 3. Indentifikasi respon
3. Sikap protektif nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor
4. Gelisah menurun yang memperberat
5. Kesulitan tidur dan memperingan
menurun nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengeruh
nyeri pada kualitas
hidup
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
9. Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS,
hypnosis, akupresure,
terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, compress
hangat/dingin, terapi
bermain)
10. Control lingkungan
yang memperberat

69
rasa nyeri failitasi
istirahat dan tidur
11. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
12. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
13. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
14. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
15. Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
16. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu
Diare b.d Setelah dilakukan Manajemen diare (I.03101)
inflamasi Tindakan keperawatan Observasi
gastrointestinal selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab
(D.0020) eliminasi fekal diare
(L.04033) membaik 2. Identifikasi penyebab
dengan kritera hasil : Riwayat pemberian
1. Kontrol makanan
pengeluaran 3. Monitor warna,
feses menurun volume, frekuensi dan
2. Keluhan konsistensi tinja
defekasi 4. Monitor tanda dan
menurun gejala hypovolemia
3. Konsistensi feses 5. Monitor iritasi dan
membaik ulserasi kulit didaerah
4. Frekuensi perianal
defekasi 6. Monitor jumlah
membaik pengeluaran diare
7. Monitor keamanan
penyiapan makanan
Terapeutik
8. Berikan asupan cairan
oral
9. Pasang jalur intravena
10. Berikan cairan
intravena jika perlu
11. Ambil sample darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
12. Ambil sample feses
untuk culture jika
perlu
Edukasi
13. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
14. Anjurkan
menghindari makanan
pembentuk gas,
pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
obat anti motilitas
16. Kolaborasi pemberian
obat anti spasmodic
atau spasmolitik
17. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
Deficit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.12383)
pengetahuan Tindakan keperawatan Observasi
b.d kurang selama 3x24 jam 1. Identidikasi kesiapan
terpapar diharapkan Tingkat dan kemampuan
informasi pengetahuan (L.12111) menerima informasi
(D.01333) meningkat dengan 2. Identifikasi faktor-
kriteria hasil : faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai meningkatkan dan
anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
2. Verbalisasi dan sehat
minat dalam Terapeutik
belajar 3. Sediakan materi dan
meningkat media Pendidikan
3. Pertanyaan Kesehatan
tentang masalah 4. Jadwalkan Pendidikan
yang dihadapi Kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
4. Persepsi yang 5. Berikan kesempatan

71
keliru terhadap untuk bertanya
masalah Edukasi
meningkat 6. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
7. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
b.d gangguan Tindakan keperawatan Observasi
fungsi selama 3x24 jam 18. Identifikasi lokasi,
metabolik Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
(D.0078) (L.08066)menurun frekuensi, kualitas, dan
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
6. Keluhan nyeri 19. Identifikasi skala nyeri
menurun 20. Indentifikasi respon
7. Meringis meurun nyeri non verbal
8. Sikap protektif 21. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
9. Gelisah menurun memperingan nyeri
10. Kesulitan tidur 22. Identifikasi
menurun pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
23. Identifikasi pengeruh
nyeri pada kualitas
hidup
24. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
25. Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
26. Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
27. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri failitasi istirahat
dan tidur
28. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
29. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
30. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
31. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
32. Anjurkan
menggunakan analgetic
secara tepat
33. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
34. Kolaborasi pemberian
analgetic jika perlu
Diare b.d Setelah dilakukan Manajemen diare (I.03101)
inflamasi Tindakan keperawatan Observasi
gastrointestinal selama 3x24 jam 18. Identifikasi penyebab
(D.0020) eliminasi fekal diare
(L.04033) membaik 19. Identifikasi penyebab
dengan kritera hasil : Riwayat pemberian
5. Kontrol makanan
pengeluaran 20. Monitor warna,
feses menurun volume, frekuensi dan
6. Keluhan konsistensi tinja
defekasi 21. Monitor tanda dan
menurun gejala hypovolemia
7. Konsistensi 22. Monitor iritasi dan
feses membaik ulserasi kulit didaerah
8. Frekuensi perianal
defekasi 23. Monitor jumlah
membaik pengeluaran diare
24. Monitor keamanan

73
penyiapan makanan
Terapeutik
25. Berikan asupan cairan
oral
26. Pasang jalur intravena
27. Berikan cairan
intravena jika perlu
28. Ambil sample darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
29. Ambil sample feses
untuk culture jika perlu
Edukasi
30. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
31. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
32. Kolaborasi pemberian
obat anti motilitas
33. Kolaborasi pemberian
obat anti spasmodic
atau spasmolitik
34. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
Deficit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.12383)
pengetahuan Tindakan keperawatan Observasi
b.d kurang selama 3x24 jam 9. Identidikasi kesiapan
terpapar diharapkan Tingkat dan kemampuan
informasi pengetahuan menerima informasi
(D.01333) (L.12111) meningkat 10. Identifikasi faktor-
dengan kriteria hasil : faktor yang dapat
5. Perilaku sesuai meningkatkan dan
anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
6. Verbalisasi dan sehat
minat dalam Terapeutik
belajar 11. Sediakan materi dan
meningkat media Pendidikan
7. Pertanyaan Kesehatan
tentang 12. Jadwalkan Pendidikan
masalah yang Kesehatan sesuai
dihadapi kesepakatan
meningkat 13. Berikan kesempatan
8. Persepsi yang untuk bertanya
keliru terhadap Edukasi
masalah 14. Jelaskan faktor risiko
meningkat yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
15. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
16. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

N Diagnosa Implementasi Respon pasien


o keperawatan
1 Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
b.d gangguan lokasi, mengatakan
fungsi karakteristik, nyeri di bagian
metabolik durasi, frekuensi, abdoen seperti
(D.0078) kualitas, dan di remas

75
intensitas nyeri 2. Skala nyeri 7
2. Mengidentifikasi 3. Pasien
skala nyeri mengatakan
3. Mengidentifikasi nyeri semakin
faktor yang terasa jika
memperberat dan banyak
memperingan nyeri pergerakan dan
4. Mengidentifikasi aktivitas, nyeri
pengeruh nyeri berkurang jika
pada kualitas hidup tuhunya tidak
5. Memantau Monitor banyak
efek samping pergerakan.
penggunaan 4. Pasien merasa
analgetic terganggu
6. ajarkan tehnik non untuk
farmakologis untuk melakukan
mengurangi rasa kegiatan
nyeri beraktivitas
7. mengontrol 5. Susah buang
lingkungan yang air besar dan
memperberat rasa sulit tidur
nyeri failitasi 6. Pasien
istirahat dan tidur mengikuti
8. Mengidentifikasi yang di
penyebab, periode, arahkan
dan pemicu nyeri perawat dan
9. Menganjurkan pasien
strategi meredakan mengatakn
nyeri cukup
10. Menganjurkan membantu
menggunakan mengurai nyeri
analgetic secara 7. Pasien
tepat mengatakn
11. Menganjurkan lingkungan
tehnik non nyaman
farmakologis untuk 8. Pasien
mengurangi rasa mengatakan
nyeri cukup
mengerti yang
di jelaskan
oleh perawat
9. Pasien
mengatakan
paham cara
meredakan
nyeri yang
telah di
jelaskan oleh
perawat
10. Pasien
mengatakan
selalu tepat
waktu
penggunaan
analgetic
11. Pasien
mengatakan
nyeri sedkit
berkurang
2 Diare b.d 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
inflamasi penyebab diare mengatakan
gastrointestina 2. Meonitor warna, tidak
l volume, frekuensi mengetahui
(D.0020) dan konsistensi penyebab diare
tinja yang di alami
3. Memonitor tanda 2. Pasien
dan gejala mengatakan
hypovolemia warana BAB
4. Memonitor iritasi kekuningan
dan ulserasi kulit kuningan
didaerah perianal untuk
5. Memonitor jumlah frequensi
pengeluaran diare pengeluar
6. Menganjurkan BAB 10-11 /
asupan cairan oral hari dan
7. Melakukan konsistensi
pemasangan jalur BAB cair
intravena 3. Pasien
8. Menganjurkan mengatakan
makanan porsi kecil tubuhnya
dan sering secara lemas
bertahap 4. Pasien
9. Menganjurkan mengatakan
menghindari bagian kulit
makanan sekitar perianal
pembentuk gas, cukup perih
pedas, dan dan sakit
mengandung 5. Pasien
laktosa mengatan
10. Menganjurkan BAB 10-11
pemberian obat anti kali / hari
motilitas 6. Pasien

77
mengatakan
mengkonsumsi
susu dan air
putih
7. Pasien merasa
terbantu untuk
memenuhi
volume cairan
dalam tubuh
8. Pasien
mengatakan
hanya
mengkonsumsi
susu yang
anjurkan
9. Pasien
mengatakan
tidak
mengkonsumsi
makanan iya
hanya minum
susu
10. Pasien merasa
terbantu
dengan obat
yang telah di
berikan
3 Deficit 1. Mengidentidikasi 1. Pasien dan
pengetahuan kesiapan dan keluarga
b.d kurang kemampuan mengatakn
terpapar menerima siap untuk
informasi informasi menerima
(D.01333) 2. Menyediakan informasi yang
materi dan media di dapatkan
Pendidikan tentang
Kesehatan kesehatannya
3. Menjadwalkan 2. Keluarga dan
Pendidikan klien melihat
Kesehatan sesuai media yang di
kesepakatan berikan
4. Menganjurkan 3. Keluarga
kesempatan untuk pasien
bertanya berpartisipasi
5. Menjelaskan faktor 4. Keluarga klien
risiko yang dapat bertannya
mempengaruhi 5. Keluarga
Kesehatan pasien cukup
mengerti dan
paham yang di
sampaikan
perawat

4 Nyeri kronis 1. Mengidentifikasi 1. Pasien


b.d gangguan lokasi, mengatakan
fungsi karakteristik, nyeri di bagian
metabolik durasi, frekuensi, abdoen seperti
(D.0078) kualitas, dan di remas cukup
intensitas nyeri berkurang
2. Mengidentifikasi 2. Skala nyeri 5
skala nyeri 3. Pasien
3. Mengidentifikasi mengatakan
faktor yang nyeri semakin
memperberat dan terasa jika
memperingan nyeri banyak
4. Mengidentifikasi pergerakan dan
pengeruh nyeri aktivitas, nyeri
pada kualitas hidup berkurang jika
5. Memantau Monitor tuhunya tidak
efek samping banyak
penggunaan pergerakan.
analgetic 4. Pasien merasa
6. ajarkan tehnik non terganggu
farmakologis untuk untuk
mengurangi rasa melakukan
nyeri kegiatan
7. mengontrol beraktivitas
lingkungan yang 5. Susah buang
memperberat rasa air besar dan
nyeri failitasi sulit tidur
istirahat dan tidur 6. Pasien
8. Mengidentifikasi mengikuti
penyebab, periode, yang di
dan pemicu nyeri arahkan
9. Menganjurkan perawat dan
strategi meredakan pasien
nyeri mengatakn
10. Menganjurkan cukup
menggunakan membantu
analgetic secara mengurai nyeri
tepat 7. Pasien
11. Menganjurkan mengatakn
tehnik non lingkungan

79
farmakologis untuk nyaman
mengurangi rasa 8. Pasien
nyeri mengatakan
cukup
mengerti yang
di jelaskan
oleh perawat
9. Pasien
mengatakan
paham cara
meredakan
nyeri yang
telah di
jelaskan oleh
perawat
10. Pasien
mengatakan
selalu tepat
waktu
penggunaan
analgetic
11. Pasien
mengatakan
nyeri cukup
berkurang
5 Diare b.d 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
inflamasi penyebab diare mengatakan
gastrointestina 2. Meonitor warna, penyebab diare
l volume, frekuensi yang di alami
(D.0020) dan konsistensi karena factor
tinja penyakit yang
3. Memonitor tanda di alaminya
dan gejala 2. Pasien
hypovolemia mengatakan
4. Memonitor iritasi warana BAB
dan ulserasi kulit kekuningan
didaerah perianal kuningan
5. Memonitor jumlah untuk
pengeluaran diare frequensi
6. Menganjurkan pengeluar
asupan cairan oral BAB 6-7 / hari
7. Melakukan dan konsistensi
pemasangan jalur BAB cair
intravena 3. Pasien
8. Menganjurkan mengatakan
makanan porsi kecil tubuhnya
dan sering secara masih terasa
bertahap lemas
9. Menganjurkan 4. Pasien
menghindari mengatakan
makanan bagian kulit
pembentuk gas, sekitar perianal
pedas, dan cukup perih
mengandung dan sakit
laktosa 5. Pasien
10. Menganjurkan mengatan
pemberian obat anti BAB 6-7 kali /
motilitas hari
6. Pasien
mengatakan
mengkonsumsi
susu dan air
putih
7. Pasien merasa
terbantu untuk
memenuhi
volume cairan
dalam tubuh
8. Pasien
mengatakan
hanya
mengkonsumsi
susu yang
anjurkan
9. Pasien
mengatakan
tidak
mengkonsumsi
makanan iya
hanya minum
susu
10. Pasien merasa
terbantu
dengan obat
yang telah di
berikan

Catatan perkembangan

81
Diagnosa Hari/tgl/jam SOAP
keperawatan
Nyeri kronis b.d S : pasien mengatakan nyeri sedikit
gangguan fungsi berkurang
metabolik
(D.0078) O: Pasien masih tampak gelisah dan
lemas
Ttv :
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi :89x/ meneit
Respirasi : 21x/ menit
Suhu : 36,6 C
Spo : 97%

A: Nyeri teratasi Sebagian

P: intervensi di lanjutkan
Diare b.d
inflamasi S: Pasien mengatakan diare
gastrointestinal berkurang
(D.0020)
O: Pasien masih tampak lemas
Frekuensi BAB : 5x/hari
Konsistensi BAB: cair
Turgor kulit <2 detik

A: Diare belum teratasi

O: intervensi di lanjutkan

Deficit S : Pasien&keluarga paham tentang


pengetahuan b.d edukasi verbal yang kami berikan
kurang terpapar
informasi O: Pasien dapat menyebutkan dan
(D.01333) menjelaskan apa penyakit yang iya
alami dan menjelaskan penyebab,
akibat, dan penanganan penyakitnya

A: Deficit pengetahuan teratasi

P: intervensi di hentikan
Nyeri kronis b.d
gangguan fungsi S : pasien mengatakan nyeri
metabolik berkurang
(D.0078)
O: Pasien masih tampak gelisah dan
lemas
Ttv :
Tekanan Darah : 110/80 mmhg
Nadi : 89x/ meneit
Respirasi : 21x/ menit
Suhu : 36,6 C
Spo : 97

A: Nyeri teratasi Sebagian

P: intervensi di lanjutkan
Diare b.d
inflamasi S: Pasien mengatakan diare
gastrointestinal berkurang
(D.0020)
O: Pasien masih tampak lemas
Ttv :
Tekanan Darah : 110/80 mmhg
Nadi :89x/ meneit
Respirasi : 21x/ menit
Suhu : 36,6 C
Spo : 97

A: Diare teratasi Sebagian

O: intervensi di lanjutkan

83
BAB IV
EBP DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Jurnal
 Review journal

No Judul Peneliti Publikasi Metode penelitian Hasil

1 Pelatihan hipnosis 5 jari Elvira sari Publikasi : Tujuan : Hasil :


pada perawat komunitas: dewi, ayu widia Tujuan penelitian ini adalah
Volume 8, nomor 4, Hasil menunjukkan rerata tingkat
Strategi untuk menurunkan kusuma, titin memberdayakan perawat komunitas
desember 2021 pemahaman perawat meningkat dari 75
tingkat nyeri dan stres andri wihastuti, di sekitar kic untuk menangani
menjadi 88 (p = 0,000). Seluruh perawat
Warga kawasan industri Yulian wiji keluhan nyeri dan stres yang dialami
menerapkan 100% spo yang telah diberikan
candi semarang utami, shila warga.
dan didapatkan skala tingkat nyeri dan stres
wisnasari,
warga sekitar kic adalah 6,80+1,32 dan
akhiyan hadi
4,34+1,64 untuk pretest dan 4,34+1,64 dan
susanto, tamrin Metode :
2,40+1,10 untuk posttest. Didapatkan
Metode yang digunakan adalah penurunan bermakna tingkat nyeri dan stres
rancangan quasi-eksperimental yang setelah diberikan hipnosis 5 jari (p = 0,000; p
No Judul Peneliti Publikasi Metode penelitian Hasil

terdiri atas dua tahap. Tahap pertama = 0,000, secara berurutan). Kesimpulan,
memberikan pelatihan keperawatan pelatihan hipnosis 5 jari pada perawat
dasar berupa teknik hipnosis 5 jari komunitas dapat menurunkan tingkat nyeri
kepada 13 perawat komunitas untuk dan stres pada warga di sekitar kic semarang.
menurunkan tingkat nyeri dan stres.

Penurunan tingkat nyeri warga di sekitar kic


Sampel : setelah diberikan terapi hipnosis 5 jari
dapat diketahui bahwa rerata tingkat nyeri
Sebanyak 65 warga dikumpulkan di
warga di sekitar kic sebelum diberikan terapi
balai kelurahan purwoyoso,
hipnosis 5 jari adalah 6,80 dengan standar
kecamatan ngaliyan semarang.
deviasi 1,32 dan rerata tingkat nyeri setelah
diberikan terapi hipnosis 5 jari adalah 4,00
dengan standar deviasi 1,33. Data dianalisis
menggunakan uji wilcoxon signed rank dan
didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti
terdapat penurunan bermakna pada tingkat
nyeri se-telah diberikan terapi hipnosis 5 jari.

85
No Judul Peneliti Publikasi Metode penelitian Hasil

Penurunan tingkat stres warga di sekitar kic


setelah diberikan terapi hipnosis 5 jari
Hasil pengambilan data menunjukkan rata-
rata tingkat stres warga di sekitar kic
sebelum diberikan terapi hipnosis 5 jari
adalah 4,34 dengan standar deviasi 1,64 dan
nilai rerata tingkat stres setelah diberikan
terapi hipnosis 5 jari adalah 2,40 dengan
standar deviasi 1,10. Data dianalisis
menggunakan uji wilcoxon signed rank dan
didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti
terdapat penurunan bermakna pada tingkat
stres setelah diberikan terapi hipnosis 5 jari.

2. Pengaruh hipnosis lima Alvian Jppni vol. Tujuan : Hasil:


jari terhadap tingkat nyeri harisandy1, 08/no.01/april – juli Mengevaluasi penurunan skala nyeri
Studi kasus ini menunjukkan bahwa pasien
dan kecemasan pada nurlelasari 2023 dan kecemasan setelah dilakukan
mengalami penurunan skala nyeri rata-rata 1
pasien kanker kolorektal: harahap1, intervensi hipnosis lima jari.
poin setelah dilakukan intervensi dan
studi kasus nurmalasari1,
penurunan tingkat kecemasan sebanyak 6
No Judul Peneliti Publikasi Metode penelitian Hasil

dewi gayatri2, Metode : poin setelah dilakukan intervensi selama 1


minggu. Diskusi: hipnosis lima jari dapat
Studi kasus ini menggunakan
memengaruhi sistem limbik dan saraf
demonstrasi secara langsung dan
otonom, menciptakan suasana rileks, aman,
teknik purposive sampling bertujuan
dan menyenangkan sehingga merangsang
untuk mengambil sampel berdasarkan
pusat rasa ganjaran dan pelepasan substrat
seleksi khusus dengan kriteria inklusi
kimia gamma amino butyric acid (gaba),
pasien lansia yang mengalami kanker.
enkephalin, dan β endorphin yang
Sampel : mengeliminasi neurotransmiter rasa nyeri.

Intervensi ini diberikan kepada tn. A Kesimpulan: perawat diharapkan dapat

(63 tahun) dengan diagnosis medis memberikan intervensi hipnosis lima jari

kanker kolorektal. Instrumen hamilton kepada pasien kanker kolorektal untuk

anxiety rating scale (hars) dan visual membantu mengurangi tingkat nyeri dan

analogue scale (vas) digunakan kecemasan

sebagai pre-test dan post-test setelah


dilakukan hipnosis lima jari selama 10
- 15 menit setiap kali pertemuan
selama 1 minggu.

3. Mengurangi tingkat Dudi Jil. 5 (3) JULI 2021 | Tujuan : Hasil :

87
No Judul Peneliti Publikasi Metode penelitian Hasil

keemasan melalui Hartono¹, Jurnal Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk


intervensi integrative Unang Arifin Medis Malaysia
Mengetahui pengaruh integratif Penelitian menunjukkan 60 responden, 30
hypnosis 5 jari Hidayat¹,
hipnosis lima jari dan aromaterapi responden kelompok kontrol mendapatkan
Yanti
terhadap tingkat kecemasan pasien di perlakuan
Cahyati¹*,
Poliklinik Jiwa dr.
Sandeep Hypnosis Lima Jari dan Aromaterapi
Poddar² Soekardjo Kota Tasikmalaya. sebanyak 4 kali seminggu selama 3 minggu,
sedangkan kelompok intervensi sebanyak
Metode :
30 orang mendapatkan kombinasi Hypnosis
Metode yang digunakan adalah Lima Jari dan Aromaterapi sebanyak 4 kali
penelitian kuantitatif dengan desain seminggu selama 3 minggu. Sebelum
penelitian quasi eksperimen
Dan sesudah intervensi dilakukan, tingkat
Pre-test dan post-test dengan desain kecemasan diukur menggunakan Hamilton
kontrol. Analisis bivariat pada Anxiety Rating Scale (HARS). Hasil
variabel sebelum dan sesudah
Analisis menunjukkan terdapat perbedaan
intervensi menggunakan uji
rata-rata skor kecemasan sebelum dan
T berpasangan, dan uji t independen sesudah intervensi pada kelompok intervensi.
untuk melihat perbandingan skor
Analisis lebih lanjut menemukan bahwa
No Judul Peneliti Publikasi Metode penelitian Hasil

kecemasan setelah intervensi pada terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata


kelompok kontrol skor kecemasan setelah intervensi antara

Dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol dan kelompok intervensi.


Terapi Hipnosis lima jari dan aromaterapi
Sampel :
sebaiknya dijadikan sebagai intervensi
Pasien di Poliklinik Jiwa dr.
Keperawatan mandiri dalam mengatasi
Soekardjo Kota Tasikmalaya. masalah kecemasan.

89
B. Pembahasan Jurnal dan Kasus
Di dapatkan pada jurnal 1 terapi hypnosis 5 jari menurunkan Tingkat kecemasan,
pada jurnal 2 di dapatkan setelah dilakukan intervensi hypnosis 5 jari Tingkat
nyeri pada pasien berkurang 1 poin bahkan ada yang 6 poin dan pada jurnal 3 di
dapatkan setelah dilakukan intervensi terapi hypnosis 5 jari cukup berpengaruh
mengurangi rasa nyeri.
Berdasarkan hasil analisis dari ketiga jurnal diatas didapatkan hasil bahwa terapi
hipnosis 5 jari efektif digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri pada
pasien,Tingkat nyeri nya pun minimal berkurang 1 poin dari pada sebelumnya.

Setelah kami melakukan intervensi hypnosis 5 jari kepada pasien kurang lebih
selama 5 menit, menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada pasien berkurang 1
poin. Hal diatas menunjukkan bahwa terapi hipnosis 5 jari efektif digunakan
untuk menurunkan intensitas dan skala nyeri pada pasien,dengan catatan pasien
harus rutin untuk melakukan terapi tersebut agar inntensitas nyeri terus menurun
di setiap harinya, terapi hipnosis 5 jari ini bisa terus dilakukan secara berkala jika
pasien masih mengeluh nyeri ,jadi intervensi hypnosis yang telah di
implementasikan dengan hasil yang efektif menurunkan intensitas nyeri sesuai
dengan jurnal yang sudah kita analisis.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan terapi komplementer yang digunakan yaitu terapi
hipnosis 5 jari untuk meredakan nyeri. Implementasi ini digunakan untuk
pasien yang mengalami keluhan nyeri dari mulai nyeri ringan sampai nyeri
berat,setelah dilakukan asuhan keperawatan yang menggunakakan
intervensi hypnosis 5 jari untuk meredakan nyerinya didapatkan hasil
adanya pengurangan nyeri sebanyak 2 poin,,maka hasil ini selaras dengan
jurnal yang telah di analisis yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh
dan pengurangan nyeri setelah dilakukan intervensi terapi hypnosis lima
jari.

B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
masukan dalam bahan belajar dan dapat memberikan sumbangan pikiran
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyakit yang dibahas
di atas dengan melihat dari aspek yang berbeda dan sebagai informasi bagi
penulis selanjutnya
2. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan informasi ini menjadi bahan atau materi pembelajaran baik
kalangan mahasiswa pendidikan sarjana maupun diploma-III agar dapat
melaksanakan penatalaksanaan pada pasien yang mengalami keluhan nyeri
.
3. Bagi perawat
Disarankan untuk memberikan intervensi ini sebagai penanganan pada
pasien yang mengalami keluhan nyeri, dan bisa menyalurkan informasi ini
kepada perawat sejawat manapun karena sudah terbukti secara evidance
base.

DAFTAR PUSTAKA

91
Beck DE, Roberts, Patricia L. Saclarides, Theodore J. Senagore, Anthony J.
Stamos MJ , Wexner SD. (2011). The ASCRS Textbook of Colon and Rectal
Surgery. second edi. New York: Spinger

Di, K., & Djamil, R. M. (n.d.). Profil Dan Kesintasan Penderita Kanker. 45–49.

Indarti, A. F., Sekarutami, S. M., & Matondang, S. (2015). DEPARTEMEN


RADIOTERAPI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO Abstrak/Abstract
Informasi Artikel. 1–9.

Lowery AE, Starr T, Dhingra LK, Rogak L, Hamrick-price JR, Farberov M, et al.
(2011). Frequency , Characteristics , and Correlates of Pain in a Pilot Study of
Colorectal Cancer Survivors 1 – 10 Years Post-Treatment. journal Pain Med. vol
14:1673–8

Rizkiya K, Livana Ph, Susanti Y. Pengaruh Teknik 5 Jari Terhadap Tingkat


Ansietas Klien Gangguan Fisik yang Dirawat Di RSU Kendal. J Kep
Muhammadiyah. 2017; 2(1):1-9.

Sayuti, M., & Nouva, N. (2019). Kanker Kolorektal. AVERROUS: Jurnal


Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 5(2), 76.
https://doi.org/10.29103/averrous.v5i2.2082

Wahyudi B. Pengaruh Intervensi Auditori Hipnosis Lima Jari terhadap Vital Sign:
Tekanan Darah, Frekuensi Nadi, Frekuensi Pernapasan, dan Nyeri pada Klien
Fraktur Ekstremitas. (Skripsi). Surabaya: Fakultas Keperawatan, Universitas
Airlangga. 201
Joyce, B., & Hokanson,H.J. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.
PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia definisi dan indikator
diagnostik (II).
PPNI. (2018). Standar Intervensi keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1sted.).
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal
Wijaya, andra saferi, & Putri, yessie mariza. (2019). Keperawatan Medikal Bedah
2. Nuha Medika.
Di, K., & Djamil, R. M. (n.d.). Profil Dan Kesintasan Penderita Kanker. 45–49

93

Anda mungkin juga menyukai