Oleh :
WIRDAWATI C11115359
Pembimbing :
dr. NILAM SMARADHANIA TAUFIX, Sp.B
MAKASSAR
2018
BAB I PENDAHULUAN
karena merupakan tahap peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Dianawati, 2003).
Pada usia remaja fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun
psikologisnya. Pada masa ini seharusnya remaja putri mulai memperhatikan perubahan pada
dirinya, khususnya payudara. Saat ini kanker payudara semakin tinggi di usia remaja di
karenakan kurangnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker payudara di kalangaan
remaja, di sertai dengan kurangnya informasi tentang cara melakukan deteksi dini tersebut,
serta dipicu dengan banyaknya perubahan gaya hidup, dan perilaku pada remaja seperti
konsumsi makanan cepat saji serta kurang konsumsi sayur dan buah (Widyastuti, 2009).
Sehingga pengetahuan remaja dalam mendeteksi kanker payudara sangatlah penting dimiliki
oleh setiap remaja agar bisa di tangani dengan cepat dan tepat.
kanker di dunia merupakan kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar,
kanker lambung, dan kanker hati. WHO memperkirakan bahwa 84 juta orang
meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005-2015. Survei yang dilakukan
WHO menyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal ini membuat
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita
sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ;
1
Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)
dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada
stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan (Kemenkes RI, 2017).
paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Sebuah penelitian terbaru
payudara mencapai 10.000 kasus per tahun. Kanker payudara pada stadium awal
dini. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), jenis kanker tertinggi
di RS seluruh Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara 18,4
Yogyakarta yaitu sebesar 0,24%, sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan berada pada
dari tahun ke tahun meningkat. Sebagian besar keganasan payudara datang pada
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 jumlah kasus kanker
payudara adalah sebanyak 805 kasus, sedangkan pada tahun 2013 menurun
menjadi 749 kasus dan meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 1.051 kasus.
2
Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar jumlah pasien yang dirawat sepanjang tahun 2010 ditemukan 132 kasus
kanker payudara, pada tahun 2011 ditemukan 360 kasus kanker payudara, pada
tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 573 kasus kanker payudara dan pada tahun
sebagai keganasan payudara pada rentang umur <40 tahun dengan jumlah insiden
18,8 per 100.000 wanita6 menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan
dan wanita muda yang diakibatkan karena peningkatan populasi dunia itu sendiri8 ,
dan peningkatan pelaporan kasus. 9 Serta kontribusi faktor – faktor resiko lainnya
seperti halnya faktor internal yang meliputi paritas di usia muda5 , riwayat keluarga
dengan kanker payudara ataupun malignansi lainnya, mutasi gen breast cancer
susceptibility gene 1 (brca 1) atau breast cancer susceptibility gene 2 (brca 2),
mutasi p 53, maupun faktor lingkungan seperti halnya terapi radiasi karena
berolahraga).10 Puncak insiden kanker payudara pada wanita muda terdapat pada
rentang umur 15 – 39 tahun dan terdapat peningkatan resiko relatif terkena kanker
signifikan dalam faktor resiko, derajat klinis, prognosis serta karakteristik biologis
3
tumor seperti halnya jenis histopatologi, subtipe, rekurensi serta berbagai isu
lanjut, ukuran tumor yang besar (> 2 cm), adanya keterlibatan nodus limfe dan
sesungguhnya adalah prediktor independen dari angka survival yang rendah serta
kurangnya skrining sehingga sebagian besar pasien datang dengan stadium lanjut
dan grade tinggi. 13 Kanker pada wanita usia kurang dari 35 tahun juga cenderung
mengalami rekurensi lokal 9 kali lebih banyak setelah operasi konservatif dan
radioterapi dibandingkan dengan pasien kanker pada usia yang lebih tua.
dan baku emas (gold standard) bersama dengan pemeriksaan fisik payudara dan
duktal invasif tipe tidak spesifik dengan batas tumor yang tidak tegas, terdapat
invasi ke pembuluh darah, pembuluh limfe dan sangat sedikit kasus ditemukan
karsinoma lobular invasif, tumor filoides malignan dan jenis karsinoma lainnya.
Sebagian besar kasus kanker payudara pada usia muda adalah dengan
stadium – stadium lanjut (stadium III dan stadium IV). Stadium merupakan sebagai
tingkatan kanker payudara yang dialami oleh pasien berdasarkan kriteria ukuran
4
tumor, keterlibatan nodul dan ekstensi metastase (TNM) oleh American Joint
Committee on Cancer (AJCC) dengan kategori stadium awal (I, IIA, IIB, IIIA) dan
stadium lanjut (IIIB, IIIC dan IV). Pasien kanker payudara pada populasi ini juga
cenderung dengan grade tinggi yang menandakan tingginya tingkat anaplasia pada
Selain hal tersebut di atas, terdapat isu – isu serius lain pada kelompok usia
ini seperti halnya kehamilan, menopause dini, fertilitas dan kontrasepsi, seksualitas
dan body image hingga isu psikososial yang erat kaitannya dengan karakteristik
Pada penderita kanker payudara perasaan sakit jarang terjadi dan baru
muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut. Penderita kanker payudara merasa
tidak perlu pergi berobat karena tidak merasakan keluhan sakit sehingga tumor
dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak penderita
sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita kanker payudara sering tidak
sehari-hari (khasanah,2013).
kedokteran telah menawarkan berbagai pilihan terapi yang dapat digunakan kepada
profil imunohistokimia telah digunakan secara luas sebagai dasar dalam pemilihan
mendeteksi jenis reseptor hormon sel kanker, yaitu reseptor estrogen (ER) dan
5
reseptor progesteron (PR), serta ekspresi dari human epidermal growth factor
receptor-2 (HER2).1,6,7 Reseptor hormon ini dapat ditemukan baik pada sel
normal maupun sel kanker dan memiliki peran dalam pertumbuhan sel apabila
proses pertumbuhan dan diferensiasi berbagai epitelial normal. Pada sel kanker
pertumbuhan dan diferensiasi sel. HER-2 positif pada sekitar 18-20% kanker
payudara.8 Tampilan ekspresi dari ER, PR, dan HER-2 pada pemeriksaan
Berdasarkan klasifikasi ini, kanker payudara dibagi menjadi beberapa subtipe yaitu
memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi terapi yang diberikan maupun
reseptor hormon positif seperti pada tipe luminal. Sedangkan targeting therapy
diberikan kepada pasien yang menunjukkan hasil positif HER-2. Sebagai acuan
Sebaliknya, prognosis dikatakan buruk jika didapatkan hasil HER-2 positif dan
6
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik pasien penderita kanker payudara pada pada wanita usia muda, jenis
histopatologi, stadium, imunohistikimia dan grade di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo Makassar pada periode 2016-2018.
1.3.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara pada
perempuan umur 17-25 tahun berdasarkan histopatologi
b. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara pada
7
1.4.MANFAAT PENELITIAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan terus membelah diri,
selanjutnya mengenai jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
memalaui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
9
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut
mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang
ditempatinya (Brunner&Sudart, 2001).
Kanker payudara juga dikatakan sebagai suatu proses proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Kanker payudara
adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada
di jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat berasal dari
jaringan itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil dari metastase
dari kanker lain
10
payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi
akibat kanker (GLOBOCAN, 2012).
Pada Gambar 2.3 dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada penduduk
laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada
penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker payudara
masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu
sebesar 43,3% dan 12,9% (GLOBOCAN, 2012).
Di Indonesia pada setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita kanker per
100.000 penduduk seiring peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi serta
perubahan pola penyakit (Tjiandarbumi, 2000). Kasus baru kanker payudara pada
wanita di Amerika Serikat tahun 2005 adalah 211.240 dengan kematian 40.410 di
Indonesia terdapat 114.649 penderita (National Cancer
Institute, 2005).
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I.
Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yaitu sebesar
4,1%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker
terbanyak yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang. ( RISKESDAS, 2013 ). Kanker
serviks dan payudara merupakan kanker dengan prevalensi yang tertinggi di
Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0.8% dan kanker
payudara sebesar 0.5% ( RISKESDAS, 2013 ).
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insiden kanker payudara
11
juga akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan
pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia diatas 55 tahun. Usia menarche pun berkolerasi
dengan penurunan risiko sebanyak 5-10%. Usia menarche dini terkait dengan
paparan hormon endogen yang lebih lama. Selain pada individu tersebut, kadar
estrogen relative lebih tinggi sepanjang usia produktif (Sjamsuhidajat, 2012 ).
Wanita dengan usia muda terkena kanker payudara, maka ada
kecenderungan perkembangan kanker tersebut lebih agresif dibandingkan dengan
wanita yang usia lebih tua. Hal inilah yang mngkin dapat menjelaskan angka
harapan hidup wanita usia muda yang terkena kanker payudara lebih rendah.
Tabel 2.1 Angka Harapan Hidup Berdasarkan Usia (American Cancer Society,
2012)
Angka harapan Hidup Berdasarkan Usia
Usia < 45 tahun 81 %
Usia 45 – 64 tahun 85 %
Usia 65 tahun atau lebih 86 %
12
e. Reproduksi dan Hormonal
Perempuan yang melahirkan bayi lahir hidup pertama kalinya pada usia diatas 35
tahun mempunyai risiko tinggi mengidap kanker payudara. Selain itu, penggunaan
kontrasepsi hormonal eksogen juga turut membantu peningkatan risiko kanker
payudara, penggunaan alat kontrasepsi oral meningkatkan risiko sebesar 1,24 kali,
penggunaan terapi suli hormon paska menopause meningkatkan risiko sebesar satu
koma tiga kali bila digunakan lebih dari 10 tahun. Sebaliknya menyusui bayi dapat
menurunkan risiko kanker payudara terutama jika masa menyusui dilakukan selama
27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa menyusui mengurangi
masa menstruasi seseorang ( Sjamsuhidajat, 2012 ).
Didalam suatu siklus menstruasi seorang wanita terdapat peran-peran penting dari
hormon estrogen dan progesteron. Karena kedua hormon ini yang memberikan
karakteristik bagi seorang wanita. Siklus menstruasi menjadi faktor risiko yang
berpengaruh didalam perjalanan suatu penyakit kanker payudara, karena di dalam
proses menstruasi banyak melibatkan peran dari hormon tersebut. Pada
pemeriksaan laboratorium pada kanker payudara ditemukan adanya reseptor
hormon estrogen. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang
kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel
yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel
tersebut. ( Guyton and Hall, 1996; Kumar, et al. 2000 ).
f. Gaya Hidup
Obesitas pada masa pasca menopause meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, sebaliknya obesitas pra menopause justru menurunkan risikonya. Hal
ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon
estrogen. Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat globulin dan
menurukan paparan terhadap estrogen, obesitas pra menopause meningkatkan
kejadian anovulasi sehingga menurunkan paparan payudara terhadap progesteron.
Aktifitas fisik pun mengambil peran penting dalam gaya hidup seseorang.
Olahraga selama 4 jam setiap munggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pada paska menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk
mengurangi risiko terkena kanker payudara, American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Selain merokok, alcohol
pun menjadi pemicu dari risiko kanker payudara. Lebih dari 50 penelitian
membuktikan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko
kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga
mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon. ( Sjamsuhidajat, 2012)
13
2.1.5 Anatomi Payudara
Payudara atau mammae terletak pada regio thorax yang berada di samping
sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara melekat
pada musculus pectoralis major dan digantung oleh ligamentum suspensorium dan
diliputi oleh lapisan lemak yang bervariasi (Dashner, 2012).
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ujung
yang meluas ke axilla (axillari space). Pada payudara terdapat bagian ujung
berupa areola yaitu lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita
yang berkulit coklat. Pada pusat areola mammae costa keempat, terdapat papilla
mammae berlubang-lubang berupaaa ostium papillare yang merupakan muara
ductus lactiferus. Ductus lactiferus ini dilapisi oleh epitel (Dashner, 2012).
14
dilapisi oleh sel-sel mioepitel yang akan berkontraksi bila diransang oleh oksitosin
sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactiferus (Dashner, 2012).
Air susu yang dihasilkan di alveolus akan diteruskan melalui tubulus laktiferus
yang bermuara pada duktus lactiferus dan terkumpul di ampulla yang merupakan
tempat menyimpan air susu (Dashner, 2012).
Struktur pada payudaradibedakan menjadi struktur internal dan eksternal. Struktur
internal payudara terdiri dari kulit, jaringan di bawah kulit dan korpus. Korpus
terdiri dari parenkim atau kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim
merupakan struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar :duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus
yaitu duktus yang melebar, tempat air susu ibu (ASI) berkumpul
(reservoir), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting.
b. Alveoli terdiri dari kelenjar yang memproduksi ASI
c. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk
lobulus. Sinus, duktus, dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang
dapat berkontrasi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang
membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI.
Stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf,
dan pembuluh limfe (Guiliano, 2001)
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari puting dan areola yaitu bagian
lebih hitam di sekitar puting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar
montogometri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk puting lunak
dan lentur.
2.1.6 Patogenesis Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis, hal ini terus
mengalami perubahan seiring dengan ditemukannya peralatan untuk menguak
pengetahuam tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon steroid
memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Pada tahun 1980
mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen supresor,
keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adhesi antara sel dan
faktor pertumbuhan. Pada abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta
perbaikan DNA dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya. Kemudian pada
abad 21 mulai berkembang pengetahuan yang menganalisa secara mendalam
kegagala terapi kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi,
antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi angiogenesis dan
metastase.
.
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor
tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel
dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia.
Hypotesis Folkam ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan
angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter . Angiogenesis ini
15
diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan
tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan
dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory
peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi
ke jaringan sekitar dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang
diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi,
dan mencegah metastase.
a. Hiperplasia Duktal
Terjadi proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan inti saling
tumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur, sering merupakan tanda awal
keganasan.
b. Hiperplasia Atipik
Perubahan lebih lanjut, sitoplasma menjadi lebih jelas dan tidak tumpang tindih
dengan lumen duktus yang teratur. Secara klinis risiko kanker payudara
meningkat.
c. Karsinoma in situ
Baik duktal dan lobular terjadi proliferasi sel dengan gambaran sitologis sesuai
keganasan. Proliferasi belum menginvasi stroma atau menembus membrane basal.
Karsinoma insitu lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara, bahkan
hingga bilateral dan tidak teraba pada pemeriksaan serta tidak terlihat pada
pencitraan. Karsinoma insitu ductal sifatnya segmental dapat mengalami
kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi.
d. Karsinoma invasif
Terjadi saat sel tumor telah menembus membrane basal dan menginvasi stroma.
Sel kanker dapat menyebar baik secara hematogen maupun limfogen dan dapat
menimbulkan metastasis. ( Sjamsuhidajat, 2012 ).
16
kelenjar. Ada dua bentuk pada carcinoma noninvasive yaitu ductal
carcinoma in situ dan lobular carcinoma in situ.
2) Carcinoma invasif
Carcinoma invasif merusaknya melewati dasar membran disekeliling
struktur payudara, di mana sel tersebut muncul dan menyebar di sekeliling
jaringan. Ukuran carcinoma bermacam-macam , kurang dari 10mm dan ke
dalam lebih dari 80mm , namun sering dijumpai yakni kedalaman
2030mm. Secara klinis akan terlihat kuat dan jelas serta kulit nampak
bersisik dengan puting susu tertarik ke dalam (Underwood, 2001)
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker
payudara diklasifikasikan dalam tabel berikut :
a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ
2. Invasif
17
payudara akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari puting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tandatanda
metastase pada jaringan lain (Hoskins dkk, 2005). Menurut Depkes (2009) gejala
yang paling sering didapat pada kanker payudara adalah adanya benjolan di
payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :
18
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0 sampai
IV. Dengan stadium menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada lokasi
asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah menyebar
keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh yang lain. Stadium kanker berbeda
dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai skalanya.
Stadium kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala 1 sampai
3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk
sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal (Jochelson,
2011).
19
Tis Lobular carninoma in situ (LCIS),
ductuscarninoma in situ (DCIS), atau
Paget’s disease
T1 Diameter tumor ≤ 2cm
T1a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T1b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T3 Diameter tumor ≤ 5 cm
T3a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T3b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
N3 Kankertelahmenyebarkemammary lymph
node atausupraclavicular lymph node
ipsilateral
20
Metastase (M) :
Tabel 2.5 Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM
Metastase Interpretasi
M0 Tidakadametastaseke organ yang jauh
21
Kanker Payudara Stadium 1
Stadium 1A
Stadium 1B
Pada kanker payudara stadium 1B, sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor
dalam payudara, atau tumor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
22
Kanker Payudara Stadium 2 Stadim IIA
Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak atau kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh
getah bening belum terjadi penyebaran titik-titik sel kanker. Titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada tanda tumor
pada bagian payudara.
23
Stadium II B
Kanker berukuran 2-5 cm. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak
telah tersebar sel-sel kanker payudara. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum
terjadi penyebaran
24
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak.
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di
kelenjar getah bening.
25
Stadium III B
Stadium III C
26
Kanker Payudara Stadium IV
Tidak diketahui secara pasti ukuran sel kanker pada fase ini. Karena sel
kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker
mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang
rusuk.
a.Anamnesis
Keluhan dan gejala yang telah dituliskan dalam manifestasi klinis serta pengaruh
siklus menstruasi terhadap gejala yang timbul. Faktor-faktor risiko yang dimiliki.
Kemungkinan metastasis ke organ otak, paru, hati, dan tulang dengan menanyakan
gejala seperti adanya sesak napas, nyeri tulang dan sebagainya ( Desen
Wang, 2008 ).
b.Pemeriksaan Fisis
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan antara 7-10 hari setelah hari pertama haid.
Pemeriksaan fisis payudara adalah sebagai berikut:
1. Posisi Duduk
Inspeksi pada saat kedua tangan pasien jatuh ke bawah, apakah payudara
simetris, adanya kelainan letak atau bentuk papilla, retraksi puting, retraksi kulit,
ulserasi, tanda radang. Kemudian pasien diminta angkat kedua tangan lurus ke
atas, lihat apakah ada bayangan tumor yang ikut bergerak atau tertinggal. ( Desen
Wang, 2008 ).
27
2. Posisi Berbaring
Punggung di belakang payudara diganjal dengan bantal sesuai dengan sisi
yang akan diperiksa. Palpasi payudara dimulai dari area luar memutar hingga
kedalam dan mencapai puting. Nilai apakah ada cairan yang keluar, jika teraba
tumor, tetapkan lokasi dan kuadran, ukuran, konsistensi, batas dan mobilitas.
Palpasi pula kelenjar getah bening regional sesuai kelompok kelenjar, yaitu area
aksilla, mamaria dan klavikula ( Desen Wang, 2008 ).
c.Pemeriksaan Penunjang
Untuk deteksi kanker payudara, digunakan mammografi dan ultrasonografi,
sementara untuk melihat adanya metastasis digunakan Roentgen thoraks, USG
abdomen ( hepar ) dan bone scanning. ( Desen Wang, 2008 ).
1. Mammografi
Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit di
palpasi atau terpalpitasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi
payudara yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi,
kadangkadang terdapat distorsi jaringan payudara sekitar massar tumor ( Neal
Anthony J, 2003 ). Dapat digunakan untuk analisis diagnostic dan rujukan
tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80% ( Desen Wang, 2008 ).
28
4. Imunohistokimia
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat jenis kanker dan sensitvitasnya
terhadap terapi hormonal. Reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan c-erbB2 (
HER-2 neu ) merupakan komponen yang diperiksa. Pasien dengan reseptor
estrogen positif atau reseptor progesteron positif diperkirakan akan berespons
terhadap terapi hormonal. Pasien dengan HER-2 neu positif akan berespons
terhadap terapi target denga trastuzumab. Pasien dengan reseptor estrogen,
progesteron dan HER-2 neu yang negative cenderung berprognosis buruk. ( Chris
Tanto dkk, 2014
5. Biopsi
Diagnosis pasti keganasan ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis
melalui biopsi. Biopsi terbagi menjadi 3 yaitu biopsi aspirasi jarum halus (
BAJAH ), Core biopsy dan biopsi terbuka. ( Chris Tanto dkk, 2014 ).
2.1.10 Penatalaksanaan
a.Pembedahan
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar payudara
dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor, kelenjar limfe
kadar I, II, dan III. Mastektomi jenis ini hanya digunakan hingga tahun 1950-an
(Chris Tanto dkk, 2014).
Mastektomi radikal modifikasi yaitu sama dengan radikal klasik namun otot
pektoralis mayor dan minor dipertahankan, hanya kelenjar limfe I dan II yang
diangkat (Chris Tanto dkk, 2014).
29
b.Radioterapi
Radioterapidilakukan sebagai terapi adjuvant pada pasien yant telah menjalani
BCS atau mastektomi radika klasik atau dimodifikasi dengan ukuran tumor awal
lebih atau sama T3 dan batas atau dasar sayatn tidak bebas dengan tumor serta jika
terdapat metastasis (Chris Tanto dkk, 2014).
c.Terapi Sistemik
a. Pencegahan Primer
1. Promosi dan edukasi mengenai pola hidup sehat
2. Menghindari faktor risiko seperti riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak
menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan
tinggi lemak kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat
hormonal selama lebih dari 5 tahun. ( Rasjidi, 2010 )
b.Pencegahan Sekunder
1. SADARI ( periksa payudara sendiri )
2. Pemeriksaan klinis payudara ( Clinical Breast Examination ) untuk
menemukan benjolan ukuran kurang dari 1 cm
3. USG untuk mengerahui batas-batas tumor dan jenis tumor
4. Mammografi untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala
tumor dan keganasan ( Rasjidi, 2010 ).
c.Pencegahan Tersier
1.Pelayanan di rumah sakit ( diagnosis dan terapi
)2.Perawatan paliatif ( Rasjidi, 2010 ).
d.Skrining
Mammografi dapat digunakan sebagai skrining kanker payudara, terutama
pada perempuan yang berada dalam masa pasca menopause atau 50 tahun ke atas
terbukti menurunkan 33% angka mortalitas kanker payudara. Jika terjadi densitas
payudara pada mammografi, risiko kanker payudara meningkat (Sjamsuhidajat,
2012).
2.1.12 Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal
seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, level stres, imunitas,
30
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara
merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan
hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dengan five-year
survive rate (Imagnis, 2009).
31
BAB III
Kerangka Teori
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka kerangka teori pada
penelitian ini adalah:
Definisi:
Kanker payudara adalah tumor
ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran
kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat
bermetastase
Gejala Klinis: Faktor Resiko:
a) Keluhan di payudara atau a. Usia
ketiak dan riwayat b. Umur Saat Menarche dan
penyakitnya : Menopause
c. Umur Saat Hamil Pertama
1. Benjolan
d. Genetik dan Familial
2. Kecepatan tumbuh e. Reproduksi dan
3. Rasa sakit Kanker Payudara
Hormonal
4. Nipple discharge f. Gaya Hidup
5. Retraksi puting
6. Krusta pada aerola
7. Kelainan kulit
8. Perubahan warna kulit
9. Perubahan bentuk dan Penatalaksanaan:
besarnya payudara a. Pembedahan
10. Adanya benjolan di ketiak b. Radioterapi
c. Terapi sistemik
11. Edema lengan
32
3.2.Kerangka Konsep
3.3.Definisi Operasional
33
b.Gejala klinis
1. Definisi : perubahan fungsi yang dapat dinilai secara objektif dan
tercatat dalam rekam medik di Bagian Rekam Medik RSUP. DR.
dr. Wahidin Sudirohusodo
2. Hasil Ukur : sesuai yang tercatat dalam rekam medik
d.Jenis Lesi
1. Definisi : jenis lesi tumor yang dapat dinilai dari hasil radiologi dan
tercatat dalam rekam medik
2. Hasil ukur : osteolitik, osteosklerotik, atau campuran
b.Cara Ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat data-data sesuai variabel yang
dibutuhkan dengan data yang tertulis pada data rekam medik.
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Sampel yang diambil adalah penderita kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang di RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada
periode 2015-2017.
35
4.4. Cara pengambilan sampel
4.4.1. Kriteria Inklusi
1. Terdaftar sebagai penderita kanker payudara di RSUP. Dr. dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar kunjungan 2016-2018.
2. Memiliki rekam medik dengan pengisian yang lengkap.
3. Pasien kanker payudara dengan hasil pemeriksaan radiologi yang
menunjukkan gambaran metastase tulang.
36
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan
melalui beberapa tahap, yaitu editing untuk memeriksa data responden,
kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan melakukan
tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan (entry) data ke
komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
komputerisasi.
4.6.3.Penyajian Data
37
38
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2011. Kanker Payudara Fakta & Angka 2009 -2010.
Atlanta: American Cancer Society, Inc
Cipolle, R.S, Stand. L.M and Morley, P.C., 1998. Pharmaceutical Care Practise,
Mc Graw-Hill. New York, 73-111
Fielda Djuwita, et al. 2007. Radiasi pada Metastasis Tulang. Staf Medik
Fungsional Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais
Hoskins, William J., Robert C Young, et al. 2005. Breast Cancer in : Principles
and Practice of Gynecologic Oncology. Fourth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams&Wilkins
Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, 180-179, Salemba Medika,
Jakarta.
Koda kimble, M.A., Young, L.Y., 2001. Applied Therapeutic The Clinical use of
drugs. 7th Edition, Lippincount Williams & Wilkins. Baltimon, Ch 8.
39
Kojiro Shimozuma, Hiroshi Sonoo. Biochemical Maekers of Bone Turnover in
Breast Cancer Patients with Bone Metastase; A Preliminary Report. Japanese
journal of Clinical Oncology. 2008: Vol 29:1
Lichtenfeld, J Leonard (Len), 2010. Staging. Diakses pada tanggal 20 Juni 2017
darihttp://www.cancer.org/Treatment/UnderstandingYourDiagnosis/staging.
Lippman, M.E..1998. Breast Cancer in Horrison’s Principle of Internal Medicine.
16th edition. Part six.
Otto, Shirley E, Jane F, 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta :EGC
Parkway Cancer Center. 2011. Cancer Facts and Figure. Diunduh : 2 Juli 2017.
http://www.parkwaycancercenter.com/about-cance/cancer-facts-and-figure.
Rugo, S.H.MD. 2001. Cancer in Current Mesical Diagnosis & Treatment 2002.
41th Edition, Chapter IV.
40
Tjingdarbumi. 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Penanggulangannya,Dalam : deteksi Dini Kanker Payudara, fakultas
Kedokteran UI, jakarta.
Walker, R. Dan Edwards, 1999. Clinical Pharmacy and therapeutics. 2nd Edition,
58-63 dan 742-743, Churchill Livingstone IN, UK.
Williams, Christine, 2010. Staging and Grading for Breast Cancer. Diakses pada
tanggal 20 Juni 2017.
http://www.cancer.ca/Canadawide/About%20cancer/Types%20of%20cancer/S
taging%20ang%20grading%20for%20breast%20cancer.aspx?sc_lang=en
41
xv