Anda di halaman 1dari 43

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA PADA

WANITA USIA MUDA PERIODE 2016-2018 DI RSUP DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh :
WIRDAWATI C11115359
Pembimbing :
dr. NILAM SMARADHANIA TAUFIX, Sp.B

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis

karena merupakan tahap peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Dianawati, 2003).

Pada usia remaja fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun

psikologisnya. Pada masa ini seharusnya remaja putri mulai memperhatikan perubahan pada

dirinya, khususnya payudara. Saat ini kanker payudara semakin tinggi di usia remaja di

karenakan kurangnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker payudara di kalangaan

remaja, di sertai dengan kurangnya informasi tentang cara melakukan deteksi dini tersebut,

serta dipicu dengan banyaknya perubahan gaya hidup, dan perilaku pada remaja seperti

konsumsi makanan cepat saji serta kurang konsumsi sayur dan buah (Widyastuti, 2009).

Sehingga pengetahuan remaja dalam mendeteksi kanker payudara sangatlah penting dimiliki

oleh setiap remaja agar bisa di tangani dengan cepat dan tepat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, menyatakan bahwa 5 besar

kanker di dunia merupakan kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar,

kanker lambung, dan kanker hati. WHO memperkirakan bahwa 84 juta orang

meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005-2015. Survei yang dilakukan

WHO menyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal ini membuat

kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita

setelah kanker leher rahim.

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang

dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan

salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based

Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif

sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ;

1
Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia

adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita

dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang

dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan

frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada

stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan (Kemenkes RI, 2017).

Insiden Kanker payudara yang sebelumnya banyak menyerang perempuan

paruh baya, kini mulai menjangkiti anak muda. Sebuah penelitian terbaru

menunjukkan, perempuan di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita kanker

payudara mencapai 10.000 kasus per tahun. Kanker payudara pada stadium awal

sangat tinggi angka kesembuhannya jika melakukan pendeteksian dan pengobatan

dini. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), jenis kanker tertinggi

di RS seluruh Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara 18,4

%, disusul kanker leher rahim 10,3 % (Antara, 2011).

Prevalensi kanker payudara di Indonesia tertinggi pada provinsi D.I.

Yogyakarta yaitu sebesar 0,24%, sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan berada pada

urutan ke tujuh yaitu sebesar 0,07% (Kemenkes RI, 2015).Terdapat kecenderungan

dari tahun ke tahun meningkat. Sebagian besar keganasan payudara datang pada

stadium lanjut (Suyatno, 2010).Berdasarkan data rekapan dari Dinas Kesehatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 jumlah kasus kanker

payudara adalah sebanyak 805 kasus, sedangkan pada tahun 2013 menurun

menjadi 749 kasus dan meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 1.051 kasus.

2
Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar jumlah pasien yang dirawat sepanjang tahun 2010 ditemukan 132 kasus

kanker payudara, pada tahun 2011 ditemukan 360 kasus kanker payudara, pada

tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 573 kasus kanker payudara dan pada tahun

2013 sebanyak 592 kasus kanker payudara.

Kanker payudara pada wanita remaja dan dewasa muda didefinisikan

sebagai keganasan payudara pada rentang umur <40 tahun dengan jumlah insiden

18,8 per 100.000 wanita6 menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan

menempati 7% dari seluruh diagnosis kanker payudara pada seluruh umur.

Secara global terdapat peningkatan insiden kanker payudara pada remaja

dan wanita muda yang diakibatkan karena peningkatan populasi dunia itu sendiri8 ,

peningkatan kesadaran baik penderita maupun klinisi dalam mendiagnosis penyakit

dan peningkatan pelaporan kasus. 9 Serta kontribusi faktor – faktor resiko lainnya

seperti halnya faktor internal yang meliputi paritas di usia muda5 , riwayat keluarga

dengan kanker payudara ataupun malignansi lainnya, mutasi gen breast cancer

susceptibility gene 1 (brca 1) atau breast cancer susceptibility gene 2 (brca 2),

mutasi p 53, maupun faktor lingkungan seperti halnya terapi radiasi karena

penyakit Hodgkin, paparan hormon eksternal, penggunaan terapi pengganti hormon

termasuk gaya hidup di dalamnya (merokok, konsumsi alkohol, jarang

berolahraga).10 Puncak insiden kanker payudara pada wanita muda terdapat pada

rentang umur 15 – 39 tahun dan terdapat peningkatan resiko relatif terkena kanker

payudara seiring berjalannya usia pada seorang wanita.

Penyakit kanker payudara pada wanita muda memiliki perbedaan yang

signifikan dalam faktor resiko, derajat klinis, prognosis serta karakteristik biologis

3
tumor seperti halnya jenis histopatologi, subtipe, rekurensi serta berbagai isu

psikososial bila dibandingkan dengan wanita berusia 50 tahun ke atas.5,7,10

Bentuk histopatologis yang cenderung invasif direpresentasikan dengan stadium

lanjut, ukuran tumor yang besar (> 2 cm), adanya keterlibatan nodus limfe dan

adanya perluasan komponen sel kanker intraduktus.

Berdasarkan beberapa studi terdahulu, kanker di usia yang sangat muda

sesungguhnya adalah prediktor independen dari angka survival yang rendah serta

prognosis yang buruk dan diasosiasikan dengan keterlambatan diagnosis serta

kurangnya skrining sehingga sebagian besar pasien datang dengan stadium lanjut

dan grade tinggi. 13 Kanker pada wanita usia kurang dari 35 tahun juga cenderung

mengalami rekurensi lokal 9 kali lebih banyak setelah operasi konservatif dan

radioterapi dibandingkan dengan pasien kanker pada usia yang lebih tua.

Gambaran histopatologi yang didefinisikan sebagai morfologi jaringan

kanker secara mikroskopis dari patologi anatomi, merupakan parameter penting

dan baku emas (gold standard) bersama dengan pemeriksaan fisik payudara dan

pemeriksaan ultrasonografi dalam diagnosis kanker payudara. Pada kasus kanker

payudara usia muda, gambaran histopatologi yang dominan adalah karsinoma

duktal invasif tipe tidak spesifik dengan batas tumor yang tidak tegas, terdapat

invasi ke pembuluh darah, pembuluh limfe dan sangat sedikit kasus ditemukan

karsinoma duktal in situ. Gambaran lain yang memungkinkan seperti halnya

karsinoma lobular invasif, tumor filoides malignan dan jenis karsinoma lainnya.

Sebagian besar kasus kanker payudara pada usia muda adalah dengan

stadium – stadium lanjut (stadium III dan stadium IV). Stadium merupakan sebagai

tingkatan kanker payudara yang dialami oleh pasien berdasarkan kriteria ukuran

4
tumor, keterlibatan nodul dan ekstensi metastase (TNM) oleh American Joint

Committee on Cancer (AJCC) dengan kategori stadium awal (I, IIA, IIB, IIIA) dan

stadium lanjut (IIIB, IIIC dan IV). Pasien kanker payudara pada populasi ini juga

cenderung dengan grade tinggi yang menandakan tingginya tingkat anaplasia pada

sel – sel kanker.

Selain hal tersebut di atas, terdapat isu – isu serius lain pada kelompok usia

ini seperti halnya kehamilan, menopause dini, fertilitas dan kontrasepsi, seksualitas

dan body image hingga isu psikososial yang erat kaitannya dengan karakteristik

kanker yang agresif serta dampak terapi.

Pada penderita kanker payudara perasaan sakit jarang terjadi dan baru

muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut. Penderita kanker payudara merasa

tidak perlu pergi berobat karena tidak merasakan keluhan sakit sehingga tumor

dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak penderita

kanker payudara yang datang untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya

sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita kanker payudara sering tidak

menyadari atau bahkan mengabaikannya karena dianggap tidak mengganggu aktivitas

sehari-hari (khasanah,2013).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam bidang

kedokteran telah menawarkan berbagai pilihan terapi yang dapat digunakan kepada

pasien kanker payudara. Terapi yang diberikan dapat berupa pembedahan,

kemoterapi, radioterapi, hormonal terapi maupun targeting therapy. Pemeriksaan

profil imunohistokimia telah digunakan secara luas sebagai dasar dalam pemilihan

terapi hormonal dan targeting therapy. Pemeriksaan imunohistokimia dapat

mendeteksi jenis reseptor hormon sel kanker, yaitu reseptor estrogen (ER) dan

5
reseptor progesteron (PR), serta ekspresi dari human epidermal growth factor

receptor-2 (HER2).1,6,7 Reseptor hormon ini dapat ditemukan baik pada sel

normal maupun sel kanker dan memiliki peran dalam pertumbuhan sel apabila

berikatan dengan hormon. Sementara itu, HER-2 termasuk dalam golongan

epidermal growth factor receptor (EGFR) dimana ekspresinya berkaitan dengan

proses pertumbuhan dan diferensiasi berbagai epitelial normal. Pada sel kanker

payudara dengan ekspresi HER-2 berlebih, terjadi pertambahan aktivitas

pertumbuhan dan diferensiasi sel. HER-2 positif pada sekitar 18-20% kanker

payudara.8 Tampilan ekspresi dari ER, PR, dan HER-2 pada pemeriksaan

imunohistokimia merupakan dasar klasifikasi molekuler kanker payudara.

Berdasarkan klasifikasi ini, kanker payudara dibagi menjadi beberapa subtipe yaitu

luminal A, luminal B, HER-2 positif dan basal-like/triple negative. Setiap tipe

memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi terapi yang diberikan maupun

prognosisnya. Terapi hormonal diberikan kepada pasien dengan pemeriksaan

reseptor hormon positif seperti pada tipe luminal. Sedangkan targeting therapy

diberikan kepada pasien yang menunjukkan hasil positif HER-2. Sebagai acuan

prognosis, beberapa literatur mengatakan bahwa prognosis cenderung baik jika

terdapat adanya ekspresi ER dan atau PR pada pemeriksaan imunohistokimia.

Sebaliknya, prognosis dikatakan buruk jika didapatkan hasil HER-2 positif dan

reseptor hormonal negative.

Alasan peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP. Dr. Wahidin


Sudirohusodo karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan utama
sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan yang merupakan rumah sakit tipe A,
dimana rumah sakit tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta
angka kejadian kanker payudara di rumah sakit tersebut cukup tinggi.

6
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik pasien penderita kanker payudara pada pada wanita usia muda, jenis
histopatologi, stadium, imunohistikimia dan grade di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo Makassar pada periode 2016-2018.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah


bagaimana karakteristik pasien penderita kanker payudara pada wanita usia muda
berdasarkan jenis histopatologi, stadium, imunohistikimia dan grade di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusudo Makassar pada periode 2016-2018.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pasien penderita kanker
payudara pada wanita usia muda, berdasarkan jenis histopatologi, stadium,
imunohistikimia dan grade di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusudo Makassar pada
periode 2016-2018..

1.3.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara pada
perempuan umur 17-25 tahun berdasarkan histopatologi
b. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara pada

perempuan umur 17-25 tahun berdasarkan grading

c. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara pada

perempuan umur 17-25 tahun berdasarkan imunohistikimia

d. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara pada

perempuan umur 17-25 tahun berdasarkan riwayat keluarga

7
1.4.MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Rumah Sakit


Dapat menjadi sumber informasi bagi instansi terkait untuk
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan
kebijakan-kebijakan kesehatan
1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan
sebagai salah satu referensi dalam menangani pasien penderita kanker
payudara pada perempuan umur 17-25 tahun
1.4.3 Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri, diharapkan akan menjadi pengalaman berharga
dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pasien penderita
kanker payudara pada perempuan umur 17-25 tahun

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kanker Payudara


2.1.1 Pengertian Kanker

Gambar 2.1 Sel kanker ( Lowdermilk, 2000 )

Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan terus membelah diri,
selanjutnya mengenai jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
memalaui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi

9
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut
mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang
ditempatinya (Brunner&Sudart, 2001).

2.1.2 Definisi Kanker Payudara


Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).

Kanker payudara juga dikatakan sebagai suatu proses proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Kanker payudara
adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada
di jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat berasal dari
jaringan itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil dari metastase
dari kanker lain

2.1.3 Epidemiologi Kanker Payudara

Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer


(IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker
dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 2.2 menunjukkan
bahwa kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker
dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu
sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker

10
payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi
akibat kanker (GLOBOCAN, 2012).

Pada Gambar 2.3 dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada penduduk
laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada
penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker payudara
masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu
sebesar 43,3% dan 12,9% (GLOBOCAN, 2012).
Di Indonesia pada setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita kanker per
100.000 penduduk seiring peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi serta
perubahan pola penyakit (Tjiandarbumi, 2000). Kasus baru kanker payudara pada
wanita di Amerika Serikat tahun 2005 adalah 211.240 dengan kematian 40.410 di
Indonesia terdapat 114.649 penderita (National Cancer
Institute, 2005).
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I.
Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yaitu sebesar
4,1%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker
terbanyak yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang. ( RISKESDAS, 2013 ). Kanker
serviks dan payudara merupakan kanker dengan prevalensi yang tertinggi di
Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0.8% dan kanker
payudara sebesar 0.5% ( RISKESDAS, 2013 ).

2.1.4 Faktor Risiko Kanker Payudara

a. Usia
Faktor usia merupakan faktor paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insiden kanker payudara

11
juga akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan
pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia diatas 55 tahun. Usia menarche pun berkolerasi
dengan penurunan risiko sebanyak 5-10%. Usia menarche dini terkait dengan
paparan hormon endogen yang lebih lama. Selain pada individu tersebut, kadar
estrogen relative lebih tinggi sepanjang usia produktif (Sjamsuhidajat, 2012 ).
Wanita dengan usia muda terkena kanker payudara, maka ada
kecenderungan perkembangan kanker tersebut lebih agresif dibandingkan dengan
wanita yang usia lebih tua. Hal inilah yang mngkin dapat menjelaskan angka
harapan hidup wanita usia muda yang terkena kanker payudara lebih rendah.

Tabel 2.1 Angka Harapan Hidup Berdasarkan Usia (American Cancer Society,
2012)
Angka harapan Hidup Berdasarkan Usia
Usia < 45 tahun 81 %
Usia 45 – 64 tahun 85 %
Usia 65 tahun atau lebih 86 %

b. Umur Saat Menarche dan Menopause


Wanita dengan menstruasi pertama di bawah usia 12 tahun atau terlalu lama
menopause ( umur diatas 55 tahun ) meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara ( Sttersten Lori, 2005 ).

c. Umur Saat Hamil Pertama


Kanker payudara pada wanita yang hamil pertama saat berumur diatas 30 tahun
adalah 2 kalinya dibandingkan mereka yang hamil pertama saat berusia dibawah
20 tahun. Risiko paling tinggi adalah pada wanita yang hamil pertamanya diatas
35 tahun. Risiko payudara menurun pada wanita yang hamil kedua pada umur
yang masih muda ( McPherson K, 2000 ).

d. Genetik dan Familial


Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik
terhadap kelainan ini. Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik
herediter sebagai penyebab kanker payudara jika:

1. Menderita kanker payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun dengan


atau tanpa riwayat keluarga
2. Menderita kanker payudara sebelum usia 50 tahun, dan satu atau lebih
kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker
ovarium
3. Menderita kanker payudara bilateral
4. Menderita kanker payudara pada usia berapapun dan dua atau lebih
kerabatnya menderita kanker payudara
5. Laki-laki yang menderita kanker payudara. ( Sjamsuhidajat, 2012 ).

12
e. Reproduksi dan Hormonal
Perempuan yang melahirkan bayi lahir hidup pertama kalinya pada usia diatas 35
tahun mempunyai risiko tinggi mengidap kanker payudara. Selain itu, penggunaan
kontrasepsi hormonal eksogen juga turut membantu peningkatan risiko kanker
payudara, penggunaan alat kontrasepsi oral meningkatkan risiko sebesar 1,24 kali,
penggunaan terapi suli hormon paska menopause meningkatkan risiko sebesar satu
koma tiga kali bila digunakan lebih dari 10 tahun. Sebaliknya menyusui bayi dapat
menurunkan risiko kanker payudara terutama jika masa menyusui dilakukan selama
27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa menyusui mengurangi
masa menstruasi seseorang ( Sjamsuhidajat, 2012 ).
Didalam suatu siklus menstruasi seorang wanita terdapat peran-peran penting dari
hormon estrogen dan progesteron. Karena kedua hormon ini yang memberikan
karakteristik bagi seorang wanita. Siklus menstruasi menjadi faktor risiko yang
berpengaruh didalam perjalanan suatu penyakit kanker payudara, karena di dalam
proses menstruasi banyak melibatkan peran dari hormon tersebut. Pada
pemeriksaan laboratorium pada kanker payudara ditemukan adanya reseptor
hormon estrogen. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang
kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel
yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel
tersebut. ( Guyton and Hall, 1996; Kumar, et al. 2000 ).

f. Gaya Hidup
Obesitas pada masa pasca menopause meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, sebaliknya obesitas pra menopause justru menurunkan risikonya. Hal
ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon
estrogen. Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat globulin dan
menurukan paparan terhadap estrogen, obesitas pra menopause meningkatkan
kejadian anovulasi sehingga menurunkan paparan payudara terhadap progesteron.
Aktifitas fisik pun mengambil peran penting dalam gaya hidup seseorang.
Olahraga selama 4 jam setiap munggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pada paska menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk
mengurangi risiko terkena kanker payudara, American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Selain merokok, alcohol
pun menjadi pemicu dari risiko kanker payudara. Lebih dari 50 penelitian
membuktikan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko
kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga
mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon. ( Sjamsuhidajat, 2012)

13
2.1.5 Anatomi Payudara

Gambar 2.4 Normal Breast Tissue( Dashner, 2012 )

Payudara atau mammae terletak pada regio thorax yang berada di samping
sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara melekat
pada musculus pectoralis major dan digantung oleh ligamentum suspensorium dan
diliputi oleh lapisan lemak yang bervariasi (Dashner, 2012).
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ujung
yang meluas ke axilla (axillari space). Pada payudara terdapat bagian ujung
berupa areola yaitu lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita
yang berkulit coklat. Pada pusat areola mammae costa keempat, terdapat papilla
mammae berlubang-lubang berupaaa ostium papillare yang merupakan muara
ductus lactiferus. Ductus lactiferus ini dilapisi oleh epitel (Dashner, 2012).

Gambar 2.5 Normal Breast Tissue( Dashner, 2012 )


Payudara terususun atas jaringan kelenjar dan lemak dan ditutupi oleh kulit.
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi 15-20 lobus yang dibatasi jaringan fibrosa.
Setiap lobus berisi kumpulan lobulus yang juga berisi banyak alveolus yang

14
dilapisi oleh sel-sel mioepitel yang akan berkontraksi bila diransang oleh oksitosin
sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactiferus (Dashner, 2012).
Air susu yang dihasilkan di alveolus akan diteruskan melalui tubulus laktiferus
yang bermuara pada duktus lactiferus dan terkumpul di ampulla yang merupakan
tempat menyimpan air susu (Dashner, 2012).
Struktur pada payudaradibedakan menjadi struktur internal dan eksternal. Struktur
internal payudara terdiri dari kulit, jaringan di bawah kulit dan korpus. Korpus
terdiri dari parenkim atau kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim
merupakan struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar :duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus
yaitu duktus yang melebar, tempat air susu ibu (ASI) berkumpul
(reservoir), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting.
b. Alveoli terdiri dari kelenjar yang memproduksi ASI
c. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk
lobulus. Sinus, duktus, dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang
dapat berkontrasi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang
membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI.
Stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf,
dan pembuluh limfe (Guiliano, 2001)
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari puting dan areola yaitu bagian
lebih hitam di sekitar puting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar
montogometri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk puting lunak
dan lentur.
2.1.6 Patogenesis Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis, hal ini terus
mengalami perubahan seiring dengan ditemukannya peralatan untuk menguak
pengetahuam tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon steroid
memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Pada tahun 1980
mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen supresor,
keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adhesi antara sel dan
faktor pertumbuhan. Pada abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta
perbaikan DNA dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya. Kemudian pada
abad 21 mulai berkembang pengetahuan yang menganalisa secara mendalam
kegagala terapi kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi,
antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi angiogenesis dan
metastase.
.
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor
tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel
dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia.
Hypotesis Folkam ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan
angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter . Angiogenesis ini

15
diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan
tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan
dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory
peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi
ke jaringan sekitar dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang
diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi,
dan mencegah metastase.

a. Hiperplasia Duktal
Terjadi proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan inti saling
tumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur, sering merupakan tanda awal
keganasan.

b. Hiperplasia Atipik
Perubahan lebih lanjut, sitoplasma menjadi lebih jelas dan tidak tumpang tindih
dengan lumen duktus yang teratur. Secara klinis risiko kanker payudara
meningkat.

c. Karsinoma in situ
Baik duktal dan lobular terjadi proliferasi sel dengan gambaran sitologis sesuai
keganasan. Proliferasi belum menginvasi stroma atau menembus membrane basal.
Karsinoma insitu lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara, bahkan
hingga bilateral dan tidak teraba pada pemeriksaan serta tidak terlihat pada
pencitraan. Karsinoma insitu ductal sifatnya segmental dapat mengalami
kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi.

d. Karsinoma invasif
Terjadi saat sel tumor telah menembus membrane basal dan menginvasi stroma.
Sel kanker dapat menyebar baik secara hematogen maupun limfogen dan dapat
menimbulkan metastasis. ( Sjamsuhidajat, 2012 ).

2.1.6 Klasifikasi Kanker Payudara


Identifikasi subtipe histopatologi kanker payudara penting karena ada
hubungannya dengan aspek klinik yaitu prediksi metastasi, terapi dan prognosis.
Dasar klarifikasi subtipe histopatologi kanker payudara yang sering digunakan
adalah WHO tahun 1981. Menurut WHO subtipe histopatologi kanker payudara
ada 2 macam yaitu :
1) Carcinoma noninvasif
Carcinoma noninvasive merupakan sel yang membahayakan mengikat
kelenjar lain pada lobus, dengan tidak ada bukti penetrasi pada sel tumor
menyambung dengan dasar membran di sekitar 2 tipe pada struktur yang
dikelilingi jaringan fibrous. Umumya kanker payudara adalah
adenocarcinoma yang berasal dari sel epitel pada pembuluh darah atau

16
kelenjar. Ada dua bentuk pada carcinoma noninvasive yaitu ductal
carcinoma in situ dan lobular carcinoma in situ.
2) Carcinoma invasif
Carcinoma invasif merusaknya melewati dasar membran disekeliling
struktur payudara, di mana sel tersebut muncul dan menyebar di sekeliling
jaringan. Ukuran carcinoma bermacam-macam , kurang dari 10mm dan ke
dalam lebih dari 80mm , namun sering dijumpai yakni kedalaman
2030mm. Secara klinis akan terlihat kuat dan jelas serta kulit nampak
bersisik dengan puting susu tertarik ke dalam (Underwood, 2001)
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker
payudara diklasifikasikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Kanker Payudara Menurut WHO ( PERABOI, 2010 ).


1. Non- Invasif

a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ

2. Invasif

a. Karsinoma invasif ductal


b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen
intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma Mucinous
e. Karsinoma Medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
1. Tipe squamous
2. Tipe spindle-cell
3. Tipe cartilaginous dan
4. Mixed type
l. Lain-Lain osseous
3. Paget’s disease of the nipple

2.1.7 Tanda dan Gejala Kanker Payudara


Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skirning
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada

17
payudara akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari puting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tandatanda
metastase pada jaringan lain (Hoskins dkk, 2005). Menurut Depkes (2009) gejala
yang paling sering didapat pada kanker payudara adalah adanya benjolan di
payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :

a) Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya :


1. Benjolan
2. Kecepatan tumbuh
3. Rasa sakit
4. Nipple discharge (keluarnya cairan dari puting susu berupa cairan,
darah atau pus)
5. Retraksi puting
6. Krusta pada aerola
7. Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung
pipit di pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema subkutan),
ulserasi dan venektasi
8. Perubahan warna kulit, kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam
atau berkerut
9. Perubahan bentuk dan besarnya payudara
10. Adanya benjolan di ketiak
11. Edema lengan
b) Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, anatara lain :
1. Rasa nyeri pada tulang (vertebra dan femur)
2. Rasa penuh di ulu hati
3. Batuk
4. Sesak
5. Sakit kepala hebat
2.1.8 Stadium Kanker Payudara
Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas
anatomik malignansi suatu kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya,
sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Sistem universal
penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa.
Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien
individual, evaluasi riset, perbandingan hasil tindakan antara institusi dan
perbandingan statistik dunia (Otto, 2003). Penentuan stadium kanker didasarkan
pada empat karakteristik :
1). Ukuran kanker
2). Sifat kanker invasif atau non invasif
3). Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening
4). Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain

18
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0 sampai
IV. Dengan stadium menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada lokasi
asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah menyebar
keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh yang lain. Stadium kanker berbeda
dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai skalanya.
Stadium kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala 1 sampai
3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk
sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal (Jochelson,
2011).

Berikut adalah grade dalam kanker payudara : (Williams, 2010)


a. Grade 1 :
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang,
biasanya tidak menyebar.
b. Grade 2 :
Ini adalah grade tingkat sedang
c. Grade 3 :
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.
Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari pemeriksaan
fisik, biopsy dan tes pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes tersebut
ditambah hasil dari pembedahan (Lichtenfeld, 2011). Stadium kanker payudara
ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase (TNM) dari the
American Joint Committee on Cancer (AJCC) sebagai berikut :

a. Ukuran tumor (T)


Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T pada sitem TNM ini juga
mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit.
Nilai t dalam centimeter (cm), nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1
cm.
b. Kelenjar getah bening regional (N)
Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB)
regional yang terkena.
c. Metastasis (M)
Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh
atau ke kelenjar getah bening yang tidak langsung berhubungan dengan
kanker (misalnya kelenjar getah bening di leher).
Ukuran Tumor (T) :
Tabel2.3 :KlasifikasiUkuran Tumor BerdasarkanSistem TNM
Ukuran Tumor (T) Interpretasi
T0 Tidakadabuktiadanyasuatu tumor

19
Tis Lobular carninoma in situ (LCIS),
ductuscarninoma in situ (DCIS), atau
Paget’s disease
T1 Diameter tumor ≤ 2cm
T1a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T1b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis

T2 Diameter tumor 2-5 cm


T2a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T2b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis

T3 Diameter tumor ≤ 5 cm
T3a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T3b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis

T4 Bebepa pun diameternya, tumor


T4a telahmelekatpadadinding dada
T4b danmengenaipectoral lymph node
Denganfiksasikedindingtoraks
Dengan edema, infiltrasi, atauulserasi di
kulit

Palpable Lymph Node (N):


Tabel 2.4: Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM
Palpable Lymph Node (N) Interpretasi
N0 Kankerbelummenyebarkelymph node
N1 Kankertelahmenyebarkeaxillary lymph
node
ipsilateraldandapatdigerakkan
N2 Kankertelahmenyebarkeaxillary lymph
node
ipsilateraldanmelekatantarasatusama lain
(konglumerasi)
ataumelekatpadastruktrulengan

N3 Kankertelahmenyebarkemammary lymph
node atausupraclavicular lymph node
ipsilateral

20
Metastase (M) :
Tabel 2.5 Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM
Metastase Interpretasi
M0 Tidakadametastaseke organ yang jauh

M1 Metastaseke organ jauh


Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Tabel 2.6 Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM


Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Metastase
Node
0 Tis N0 M0
1 T1 N0 M0
IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T1, T2 T3 N2 M0
N1 M0
IIIB T4 N3 M0
IV T N M1

Staging kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari


UICC/AJCC tahun 2010. ( PERABOI, 2010 )

Kanker Payudara Stadium 0


Pada stadium 0 kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara serta
kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut.

21
Kanker Payudara Stadium 1

Stadium 1A

Gambar 2.6 Stadium I A Kanker Payudara

Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum


ditemukannya pada pembuluh getah bening.

Stadium 1B

Gambar 2.7 Stadium I B Kanker Payudara

Pada kanker payudara stadium 1B, sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor
dalam payudara, atau tumor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.

22
Kanker Payudara Stadium 2 Stadim IIA

Gambar 2..8 Stadium II A Kanker Payudara

Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak atau kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh
getah bening belum terjadi penyebaran titik-titik sel kanker. Titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada tanda tumor
pada bagian payudara.

23
Stadium II B

Gambar 2.9 Stadium II B Kanker Payudara

Kanker berukuran 2-5 cm. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak
telah tersebar sel-sel kanker payudara. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum
terjadi penyebaran

Kanker Payudara Stadium 3 Stadium III A

Gambar 2.10 Stadium III A Kanker Payudara

24
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak.

Gambar 2.11 Stadium III A Kanker Payudara

Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di
kelenjar getah bening.

Gambar 2.12 Stadium III A Kanker Payudara

Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar hingga ke 3 kelenjar getah


bening di ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.

25
Stadium III B

Gambar 2.13 Stadium III B Kanker Payudara

Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai


adanya luka yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebaran sel kanker bisa
sudah mengenai getah bening di ketiak dan lengan atas.

Stadium III C

Gambar 2.14 Stadium III C Kanker Payudara

Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke titik-titik


pembuluh getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening, tepatnya dibawah
tulang selangka.

26
Kanker Payudara Stadium IV

Gambar 2.15 Stadium IV Kanker Payudara

Tidak diketahui secara pasti ukuran sel kanker pada fase ini. Karena sel
kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker
mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang
rusuk.

2.1.9 Diagnosa Kanker Payudara


Diagnosa kanker payudara ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

a.Anamnesis
Keluhan dan gejala yang telah dituliskan dalam manifestasi klinis serta pengaruh
siklus menstruasi terhadap gejala yang timbul. Faktor-faktor risiko yang dimiliki.
Kemungkinan metastasis ke organ otak, paru, hati, dan tulang dengan menanyakan
gejala seperti adanya sesak napas, nyeri tulang dan sebagainya ( Desen
Wang, 2008 ).

b.Pemeriksaan Fisis
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan antara 7-10 hari setelah hari pertama haid.
Pemeriksaan fisis payudara adalah sebagai berikut:

1. Posisi Duduk
Inspeksi pada saat kedua tangan pasien jatuh ke bawah, apakah payudara
simetris, adanya kelainan letak atau bentuk papilla, retraksi puting, retraksi kulit,
ulserasi, tanda radang. Kemudian pasien diminta angkat kedua tangan lurus ke
atas, lihat apakah ada bayangan tumor yang ikut bergerak atau tertinggal. ( Desen
Wang, 2008 ).

27
2. Posisi Berbaring
Punggung di belakang payudara diganjal dengan bantal sesuai dengan sisi
yang akan diperiksa. Palpasi payudara dimulai dari area luar memutar hingga
kedalam dan mencapai puting. Nilai apakah ada cairan yang keluar, jika teraba
tumor, tetapkan lokasi dan kuadran, ukuran, konsistensi, batas dan mobilitas.
Palpasi pula kelenjar getah bening regional sesuai kelompok kelenjar, yaitu area
aksilla, mamaria dan klavikula ( Desen Wang, 2008 ).

3. Kelenjar Getah Bening


Dilakukan dalam posisi duduk dari depan pasien dan kedua tangan di
kedua sisi tubuh. Lakukan pemeriksaan kelenjar getah bening aksillaris,
infraklavikula dan supraklavikula. Pada aksilaris terdapat 4 kelompok nodus yang
harus dipalpasi antara lain nodus aksilaris sentral pada apeks aksilla kemudian
sepanjang garis midaksillaris dinding dada untuk nodus pektoralis. Ke arah lateral
untuk nodus brakial dan ke arah kaput humerus untuk nodus subskapular. ( Desen
Wang, 2008 ).

c.Pemeriksaan Penunjang
Untuk deteksi kanker payudara, digunakan mammografi dan ultrasonografi,
sementara untuk melihat adanya metastasis digunakan Roentgen thoraks, USG
abdomen ( hepar ) dan bone scanning. ( Desen Wang, 2008 ).

1. Mammografi
Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit di
palpasi atau terpalpitasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi
payudara yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi,
kadangkadang terdapat distorsi jaringan payudara sekitar massar tumor ( Neal
Anthony J, 2003 ). Dapat digunakan untuk analisis diagnostic dan rujukan
tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80% ( Desen Wang, 2008 ).

2. Ultrasonografi ( USG ) Mammae


Tranduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan Doppler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tetapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan disekitarnya. Dapat juga
dipakai untuk panduan pemeriksaan FNA, menjadi dasar diagnostic yang sangat
baik, karena sensitivitasnya menjadi lebih baik dimana massa tumor langsung
terlihat. ( Desen Wang, 2008 ).

3. Magentic Resonance Imaging ( MRI ) Payudara


Karena tumor payudara mempunyai densitas mikrovaskuler abnormal,
MRI payudara dengan kontras mempunyai sensibilitas dan spesifitas tinggi dalam
diagnosis kanker payudara stadium dini, pemeriksaan ini cukup mahal, sulit
digunakan secara luas hanya menjadi satu pilihan diagnosis banding terhadap
mikro tumor. ( Desen Wang, 2008 ).

28
4. Imunohistokimia
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat jenis kanker dan sensitvitasnya
terhadap terapi hormonal. Reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan c-erbB2 (
HER-2 neu ) merupakan komponen yang diperiksa. Pasien dengan reseptor
estrogen positif atau reseptor progesteron positif diperkirakan akan berespons
terhadap terapi hormonal. Pasien dengan HER-2 neu positif akan berespons
terhadap terapi target denga trastuzumab. Pasien dengan reseptor estrogen,
progesteron dan HER-2 neu yang negative cenderung berprognosis buruk. ( Chris
Tanto dkk, 2014

5. Biopsi
Diagnosis pasti keganasan ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis
melalui biopsi. Biopsi terbagi menjadi 3 yaitu biopsi aspirasi jarum halus (
BAJAH ), Core biopsy dan biopsi terbuka. ( Chris Tanto dkk, 2014 ).

2.1.10 Penatalaksanaan

Penanganan kanker payudara harus digunakan secara kombinasi terhadap setiap


kasus kanker payudara serta harus ditentukan secara strategis penanganan yang
menyeluruh, strategi yang menyeluruh akan langsung berpengaruh pada hasil
terapi. Modalitas terapi dari kanker payudara adalah pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, terapi hormonal, serta terapi biologis atau immunoterapi ( Desen
Wang, 2008, Jeal Anthony K, 2003 ).

a.Pembedahan
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar payudara
dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor, kelenjar limfe
kadar I, II, dan III. Mastektomi jenis ini hanya digunakan hingga tahun 1950-an
(Chris Tanto dkk, 2014).

Mastektomi radikal modifikasi yaitu sama dengan radikal klasik namun otot
pektoralis mayor dan minor dipertahankan, hanya kelenjar limfe I dan II yang
diangkat (Chris Tanto dkk, 2014).

Pada mastektomi sederhana, seluruh kelenjar payudara diangkat, tanpa


pengangkatan kelenjar limfe aksilla dan otot pektoralis. Dilakukan jika dipastikan
tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe. Kini dikenal metode lain yaitu skinsparing
mastectomy yaitu membuang seluruh payudara dan kompleks area, namun
menyisakan sebanyak mungkin kulit (Chris Tanto dkk, 2014).
Breast Conversing Surgery, prosedir ini membuang massa tumor dengan
memastikan batas bebas tumor dan diseksi aksilla kadar I dan II atau dilakukan
sentinel mode biopsi terlebih dahulu ( Chris Tanto dkk, 2014 ).

29
b.Radioterapi
Radioterapidilakukan sebagai terapi adjuvant pada pasien yant telah menjalani
BCS atau mastektomi radika klasik atau dimodifikasi dengan ukuran tumor awal
lebih atau sama T3 dan batas atau dasar sayatn tidak bebas dengan tumor serta jika
terdapat metastasis (Chris Tanto dkk, 2014).

c.Terapi Sistemik

Terapi hormonal, obat-obatan anti estrogen seperti tamoksifen dan


toremifen, penyakit aromatase selektif seperti anastrazol dan letrozol, atau agen
progestasional seperti megesterol asetat. Diberikan terutama untuk pasien dengan
reseptor estrogen positif atau reseptor progesteron positif.

Kemoterapi seperti CMF ( siklofosfamid, metotreksat dan5-fluorourasil ),


FAC ( siklofosfamid, adriamistin, 5-fluorourasil ), texone, cispatin dan lain lain (
Chris Tanto dkk, 2014 ).

2.1.11 Pencegahan Kanker Payudara

a. Pencegahan Primer
1. Promosi dan edukasi mengenai pola hidup sehat
2. Menghindari faktor risiko seperti riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak
menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan
tinggi lemak kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat
hormonal selama lebih dari 5 tahun. ( Rasjidi, 2010 )
b.Pencegahan Sekunder
1. SADARI ( periksa payudara sendiri )
2. Pemeriksaan klinis payudara ( Clinical Breast Examination ) untuk
menemukan benjolan ukuran kurang dari 1 cm
3. USG untuk mengerahui batas-batas tumor dan jenis tumor
4. Mammografi untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala
tumor dan keganasan ( Rasjidi, 2010 ).
c.Pencegahan Tersier
1.Pelayanan di rumah sakit ( diagnosis dan terapi
)2.Perawatan paliatif ( Rasjidi, 2010 ).
d.Skrining
Mammografi dapat digunakan sebagai skrining kanker payudara, terutama
pada perempuan yang berada dalam masa pasca menopause atau 50 tahun ke atas
terbukti menurunkan 33% angka mortalitas kanker payudara. Jika terjadi densitas
payudara pada mammografi, risiko kanker payudara meningkat (Sjamsuhidajat,
2012).

2.1.12 Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal
seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, level stres, imunitas,

30
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara
merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan
hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dengan five-year
survive rate (Imagnis, 2009).

31
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Teori
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka kerangka teori pada
penelitian ini adalah:

Definisi:
Kanker payudara adalah tumor
ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran
kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat
bermetastase
Gejala Klinis: Faktor Resiko:
a) Keluhan di payudara atau a. Usia
ketiak dan riwayat b. Umur Saat Menarche dan
penyakitnya : Menopause
c. Umur Saat Hamil Pertama
1. Benjolan
d. Genetik dan Familial
2. Kecepatan tumbuh e. Reproduksi dan
3. Rasa sakit Kanker Payudara
Hormonal
4. Nipple discharge f. Gaya Hidup
5. Retraksi puting
6. Krusta pada aerola
7. Kelainan kulit
8. Perubahan warna kulit
9. Perubahan bentuk dan Penatalaksanaan:
besarnya payudara a. Pembedahan
10. Adanya benjolan di ketiak b. Radioterapi
c. Terapi sistemik
11. Edema lengan

32
3.2.Kerangka Konsep

pasien penderita kanker


payudara pada Profil Penderita Kanker
perempuan umur 17-25 Payudara
tahun 1.Umur
2.Riwayat tumor
payudara sebelumnya
3.Riwayat keluarga
4.Riwayat melahirkan
5.Keluhan utama
6.Lokasi Kanker
7.Stadium Klinik
8.Klasifikasi
Histopatologi
9.Penatalaksanaan
Medis

: Variabel independen : Variabel Dependen

3.3.Definisi Operasional

a.Pasien Kanker Payudara yang Metastase ke Tulang


1. Definisi : Pasien kanker payudara adalah semua pasien yang
didiagnosis kanker payudara yang bermetastase ke tulang berdasarkan
gejala klinis dan hasil pemeriksaan radiologi pada data rekam medik di
Bagian Rekam Medik RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo
2. Hasil Ukur : Menderita kanker payudara yang bermetastase ke
tulang

33
b.Gejala klinis
1. Definisi : perubahan fungsi yang dapat dinilai secara objektif dan
tercatat dalam rekam medik di Bagian Rekam Medik RSUP. DR.
dr. Wahidin Sudirohusodo
2. Hasil Ukur : sesuai yang tercatat dalam rekam medik

c.Lokasi Metastase ke Tulang


1. Definisi : lokasi tulang tempat kanker payudara bermetastase dan
tercatat dalam rekam medik berdasarkan hasil radiologi
2. Hasil ukur : tulang humerus, tulang femur, dan tulang vertebra

d.Jenis Lesi
1. Definisi : jenis lesi tumor yang dapat dinilai dari hasil radiologi dan
tercatat dalam rekam medik
2. Hasil ukur : osteolitik, osteosklerotik, atau campuran

3.4.Alat dan Cara Ukur


a.Alat Ukur
Data rekam medik RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo.

b.Cara Ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat data-data sesuai variabel yang
dibutuhkan dengan data yang tertulis pada data rekam medik.

34
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode cross
sectional untuk mengetahui karakteristik pasien kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi dengan menggunakan
data sekunder yang diambil dari rekam medis pasien yang didiagnosis kanker
payudara di RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari
hingga Juni 2017.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi penelitian ini akan dilakukan di RSUP. Dr. dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar pada bulan Oktober-November 2018

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Semua penderita dengan penyakit kanker payudara di RSUP. Dr. dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar

4.3.2. Sampel
Sampel yang diambil adalah penderita kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang di RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada
periode 2015-2017.

35
4.4. Cara pengambilan sampel
4.4.1. Kriteria Inklusi
1. Terdaftar sebagai penderita kanker payudara di RSUP. Dr. dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar kunjungan 2016-2018.
2. Memiliki rekam medik dengan pengisian yang lengkap.
3. Pasien kanker payudara dengan hasil pemeriksaan radiologi yang
menunjukkan gambaran metastase tulang.

4.4.2. Kriteria Ekslusi


1. Tidak terbacanya rekam medik.
2. Terdapat data yang tidak lengkap dari variable yang dibutuhkan.

4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian


4.5.1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian adalah data yang diperoleh melalui
rekam medik.

4.5.2. Intrumen Penelitian


Alat pengumpul data dan instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari lembar rekam medik yang berisi tabletabel
tertentu yang merekam dan mencatat data yang dibutuhkan.

4.6. Manajemen Penelitian


4.6.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan mengajukan surat permohonan
izin penelitian kepada Direktur Utama RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kemudian mengisi pernyataan dan biodata penelitian serta menyelesaikan
biaya administrasi. Setelah itu, data pasien kanker payudara pada
perempuan umur 17-25 tahun dalam periode yang telah ditentukan
dikumpulkan untuk memperoleh data medis di bagian Rekam Medik
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

4.6.2. Teknik Pengolahan Data

36
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan
melalui beberapa tahap, yaitu editing untuk memeriksa data responden,
kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan melakukan
tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan (entry) data ke
komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
komputerisasi.

Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis


univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari
masingmasing variabel penelitian. Data tersebut meliputi karakteristik
penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang (gejala
klinis, lokasi metastase, dan jenis lesi). Data-data tersebut akan dijelaskan
dengan nilai jumlah dan persentase masing-masing variabel dengan
menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang
diperoleh.

4.6.3.Penyajian Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian yang telah


dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan sistem pengolahan
data yaitu SPSS lalu dilakukan analisis. Hasil akan disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi sesuai pustaka yang ada.

4.7. Etika Penelitian


Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah :

4.7.1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak RSUP.


Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar sebagai permohonan izin untuk
melakukan penelitian.

4.7.2. Menjaga kerahasiaan identitas penderita yang terdapat pada rekam


medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan.

4.7.3. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua


pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang diharapkan.

37
38
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2011. Kanker Payudara Fakta & Angka 2009 -2010.
Atlanta: American Cancer Society, Inc

Anonim, 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini. RS. Dharmis Pustaka


Populer Obor, Jakarta.

Azamris. 2006. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP


Dr. M. Djamil Padang, Sumatra Barat

Breien O, Horgan P et all. CA15-3:a reliable indicator of metastatic bone disease


in breast cancer patiens. Annals of the Royal Collage of Surgeons of England
(1992) vol.74, 9-12

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2.


Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.

Cipolle, R.S, Stand. L.M and Morley, P.C., 1998. Pharmaceutical Care Practise,
Mc Graw-Hill. New York, 73-111

Fielda Djuwita, et al. 2007. Radiasi pada Metastasis Tulang. Staf Medik
Fungsional Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais

Finberg, R, 2005. Infection in Patient with Cancer in Horrison’s principle of


Internal medicine. 16th Edition, part five.

Guiliano, M.D.A.E. 2002.Breast in Current Medical Diagnosis & treatment. 41th


Edition, chapter XVI.

Hoskins, William J., Robert C Young, et al. 2005. Breast Cancer in : Principles
and Practice of Gynecologic Oncology. Fourth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams&Wilkins

International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012).


GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence
worldwide in 2012.

Jochelson, Maxine, 2010. Understanding Breast Cancer. Diakses pada tanggal 20


Juni 2017 dari http://www.Breastcancer.org

Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, 180-179, Salemba Medika,
Jakarta.
Koda kimble, M.A., Young, L.Y., 2001. Applied Therapeutic The Clinical use of
drugs. 7th Edition, Lippincount Williams & Wilkins. Baltimon, Ch 8.

39
Kojiro Shimozuma, Hiroshi Sonoo. Biochemical Maekers of Bone Turnover in
Breast Cancer Patients with Bone Metastase; A Preliminary Report. Japanese
journal of Clinical Oncology. 2008: Vol 29:1

Lichtenfeld, J Leonard (Len), 2010. Staging. Diakses pada tanggal 20 Juni 2017
darihttp://www.cancer.org/Treatment/UnderstandingYourDiagnosis/staging.
Lippman, M.E..1998. Breast Cancer in Horrison’s Principle of Internal Medicine.
16th edition. Part six.

Mahindocht K., Soheila N. Serum CA 15-3 measurement in breast cancer patients


before and after mastectomy. Arch Iranian med. 2005 : 8 (4): 263.266

National Breast and Ovarian cancer Center.2009

Noowati. 2003. Farmakologi Obat-Obat Kemoterapi dan Hubungannya dengan


Siklus Sel. RS. Dharmais : Jakarta.

Otto, Shirley E, Jane F, 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta :EGC

Parkway Cancer Center. 2011. Cancer Facts and Figure. Diunduh : 2 Juli 2017.
http://www.parkwaycancercenter.com/about-cance/cancer-facts-and-figure.

Roodman GD. Mechanism of bone metastasis. N Engl J Med 2004; 350:1655-64.

Rugo, S.H.MD. 2001. Cancer in Current Mesical Diagnosis & Treatment 2002.
41th Edition, Chapter IV.

Savelli G, Maffioli L, Maccauro M, Deckere E, Bombardieri E. Bone Scintigraphy


and The added value of SPECT in detecting skeletal lesions. Q J Nucl Med
2001; 45 p 27-37.

Setiabudy, R. Dan Gan V.H.S. 1995. Pengantar Antimikroba. Farmakologi dan


Terapi, Edisis 4, 571-572. Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Shigesawa, Toshirou MD. Bone Metastasis Detected by FDG PET in a Patient


With Breast Cancer and Fibrous Dysplasia. August 2005- Volume 30-Issue 8pp
571-573

Sujatha Muthuswamy. 2009 Clinical Significance of Cancer Antigen, CA 15,3 in


Breast Cancer. Indian J Med Sci
Sukardja, I.D.G. 1995. Terapi Paliatif kanker Payudara .Pertemuan Ilmiah
nasional ke-1 Perhimpunan Onkologi Indonesia. Bandung
Sutan, Saut. 2009. Kadar Ca 15-3 Dalam Darah Sebagai Fator Perdikator kejadian
Metastase Tulang pada kanker payudar. Surabaya

40
Tjingdarbumi. 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Penanggulangannya,Dalam : deteksi Dini Kanker Payudara, fakultas
Kedokteran UI, jakarta.

Underwood JEC, 2001. House Officer Series Hematology. EGC, Jakarta.

Walker, R. Dan Edwards, 1999. Clinical Pharmacy and therapeutics. 2nd Edition,
58-63 dan 742-743, Churchill Livingstone IN, UK.

WHO(2004). Insidens kanker Payudara. http://www.WHO.go.org.

Williams, Christine, 2010. Staging and Grading for Breast Cancer. Diakses pada
tanggal 20 Juni 2017.
http://www.cancer.ca/Canadawide/About%20cancer/Types%20of%20cancer/S
taging%20ang%20grading%20for%20breast%20cancer.aspx?sc_lang=en

41
xv

Anda mungkin juga menyukai