Anda di halaman 1dari 17

391

LIMFOMA NON-HODGKIN (LNH)


A. Harryanto Reksodiputro, Cosphiadi Irawan

PEN DAH U LUAN KELENJAR LlMFE

Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan Untuk dapat memahami penggolongan histologis LNH,
primer limfosit yang dapat berasal dad limfosit B, limfosit marilah kita bahas secara sing kat perihal arsitektur kelenjar
T dan kadang (amat jarang) berasal da.ri sel NK ("natural limfe, yaitu organisasi struktur, asal dan migrasi limfosit,
kilter") yang berada dalam sistem limfe; yang sangat serta transformasi limfosit. Sistem Iimfe adalah jaringan
heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, tubuli yang amat tipis dan bercabang-cabang seperti
respon terhadap pengobatan, maupun prognosis. Pada pembuluh darah. Pembuluh limfe berisi cairan bening yang
LNH sebuah sellimfosit berproliferasi secara tak terkendali berisi sellimfosit dan merupakan sarana yang mengalirkan
yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH sel limfosit keseluruh tubuh.
berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam
tumor pasien LNH sel B memiliki imunoglobulin yang sama
pad a permukaan selnya.
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.100 orang meninggal
karena LNH. Di Amerika Serikat, 5% kasus LNH baru
terjadi pada pria, dan 4% pada wanita per tahunnya.
Pada tahun 1997, LNH dilaporkan sebagai penyebab
kematian akibat kanker utama pada pria usia 20-39
tahun. Insidensi LNH di Amerika Serikat menurut
National Cancer Institute tahun 1996 adalah 15.5 per .
100.000. LNH secara umum lebih sering terjadi pada pria.
Insidensi LNH meningkat seiring dengan bertambahnya Gambar 1. Struktur kelenjar getah bening. Folikel-folikel dihuni
padat oleh sel-sel B yang membentuk pusat germinal. Sel B
usia dan mencapai puncak pada kelompok usia 80-84
juga menghuni daerah medula sedangkan daerah parakorteks
tahun. Sa at ini angka pasien LNH di Amerika semakin terutama mengandung sel T. Modifikasi dari Fudenberg HH.
meningkat dengan pertambahan 5-10% per tahunnya Stities DE, Caldwell JL, Wells JV. Basic and Clinical Immunology.
,menjadikannya urutan ke lima tersering dengan angka Los Altos California: Lange Publications, 1979;82.
kejadian 12-15 per 100.000 penduduk. Di Perancis
penyakit ini merupakan keganasan ketujuh tersering. Di Gambar 1 memperlihatkan bagan struktur kelenjar
Indonesia sendiri LNH bersama sama dengan penyakit limfe, yang terbagi dalam tiga bagian utama yaitu: korteks,
Hodgkin dan leukemia menduduki urutan ke enam para korteks dan medula. Di dalam korteks didapati
tersering. Sampai sa at ini belum diketahui sepenuhnya folikel-folikel yang berbentuk sferis, yang terisi penuh
mengapa angka kejadian LNH terus meningkat. Adanya limfosit B. Di tengah folikel-folikel ini dapat ditemukan
hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan LNH daerah yang berwarna agak pucat yang dinamakan pusat
kiranya memperkuat dugaan adanya hubungan antara germinal (centrum germinativum) yang di dalamnya dapat
LNH dengan infeksi. ditemukan sel blast, sel besar dan makrofag; yang memberi
2976 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

gambaran seperti langit berbintang. Daerah parakorteks bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit T aktif menjalankan
berisi limfosit T. sedang daerah medula pada dasarnya fungsi respon imunitas selular, sedangkan limfosit B aktif
dihuni oleh sel B. menjadi imunoblas yang kemudian menjadi 5el plasma
yang membentuk imunoglobulin. Terjadi perubahan
morfologi yang mencolok pada perubahan ini, dimana
PATOGENESIS TRANFORMASI DAN MIGRASI sitopla5ma yang sedikit/ kedl pada limfosit B "tua" menjadi
LlMFOSIT bersitoplasma banyak! luas pada sel plasma, perubahan ini
terjadi pada sellimfosit B disekitar atau di dalam centrum
Berbeda dengan sel hematopoietik yang lain, limfosit kedl germinativum; sedangkan limfosit T aktif berukuran lebih
(matang/tua) bukanlah merupakan sel tahap akhir dari besar dibanding limfosit T "tua". (Gambar 2 )
perkembangannya, tetapi dapat merupakan permulaan Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma
limfopoiesis baru yang timbul sebagai reaksi terhadap merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu
rangsangan antigen yang tepat. Hal ini dibuktikan sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada
oleh Nowell pada tahun 1960 dan peneliti lain yang dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi
memperlihatkan sel limfosit kedl (matang) mampu akibat adanya rangsangan imunogen). Hal yang perlu
me'"lgadakan perubahan morfologi (transformasi) dan diketahui adalah proses ini terjadi di dalam kelenjar getah
berproliferasi sebagai reaksi terhadap rangsangan lektin bening, dimana sel limfosit tua berada diluar centrum
nabati (plant lectin) germinativum sedangkan imunoblas berada di bagian
Seperti sel darah lainnya, sel limfosit dalam kelenjar paling sentral dari centrum germinativum Beberapa
limfe juga berasal dari sel-sel induk multipotensial di perubahan yang terjadi pad a limfosit tua antara lain: 1).
dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial pada Ukurannya makin besar; 2). Kromatin inti menjadi lebih
tahap awal bertransformasi menjadi sel progenitor halus; 3). Nukleolinya terlihat; 4). Protein permukaan sel
limfosit yang kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur. mengalami perubahan (reseptor ?).
Sebagian mengalami pematangan dalam kelenjar timus Hal mendasar lain yang perlu diingat adalah bahwa
untuk menjadi 5el limfosit T, dan sebagian lagi menuju sel yang berubah menjadi sel kanker seringkali tetap
kelenjar limfe atau tetap berada dalam sumsum tulang mempertahankan sifat dasarnya. Misalnya sel kanker dad
dan berdiferensiasi menjadi sellimfosit B. limfosit tua tetap mempertahankan sifat mudah masuk
Apabila ada rangsangan oleh antigen yang sesuai aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang rendah,
maka limfosit T maupun B akan bertransformasi menjadi sedangkan sel kanker dari imunoblas amatjarang masuk

Inti
Tidak Melekuk
Keeil

lr;:)
... ·.• ' l..
.,
• :i I

..... ; ..

PUli\at f9Ukular

LimpositB

Gambar 2. Transformasi limfosit B dan T menurut konsep Lukes. Modifikasi dari Lukes RJ. Boerhave Committee for Postgraduate
Medical Edcuation. International Course on Malignant Lymphomas, Noorwijkerhout, 1979, V-2.
LIMFOMA NON-HODGKIN 2977
----------------------------------------------.-----------------

Memhri

~ ~~C,
g

• o""'r.;;.,c_._._ ..... ..... ' ..•..


EAC
E

LimpositT ~ T2 Ly Imunitas
Imunoblas T seluler

/ ~

~
. . . . f:.E-
~
Selplasma
sekutu selT
"

Ag

o EAC· ,
S-Ig.
Imunitas
Umfosit 81 humoral

EAC.
S- Ig.
Iimfosit 82

Gambar 3. Transformasi limfosit B dan T menurut konsep Lennert. E= Sheep E receptor, EA(= complement receptor, S-Ig= Surface
Immunoglobulin, (-Ig= Intacytopiasmic Immunoglobulin, Ag=Antigenic stimulation. Modifikasi dari Lennert K, Stein H, Mohri N,
Katserling E, Muller-Hermelink HK.Malignant Lymphomas other than Hogkin's disease. Berlin. Springer-Verlag, 1978: 99.

ke dalam aliran darah, namun dengan tingkat mitosis Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV
yang tinggi. dan faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah
prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan risiko
terjadinya kerusakan genetik. Virus Epstein-Barr (EBV) juga
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO dihubungkan dengan posttransplant lymphoproliferative
disorders (PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun
Paparan Lingkungan dan Pekerjaan: Beberapa pekerjaan
terdapat beberapa faktor risiko terjadinya LNH, antara
yang sering dihubungkan dengan risiko tinggi adalah
lain:
peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
Imunodefisiensi: 25% kelainan herediter langka yang disebabkan adanya papa ran herbisida dan pelarut organik.
berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain
Diet dan Paparan Lainnya: risiko LNH meningkat pada
adalah: severe combined immunodeficiency, hypogamma
orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak hewani,
globulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott-
merokok, dan yang terkena paparan ultraviolet.
Aldrich syndrome, dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang
berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubungkan pula dengan Virus Epstein-Barr (EBV) dan
jenisnya beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B
KLASIFIKASI LIMFOMA NON HODGKIN
hingga limfoma monoklonal.
Penggolongan histologis LNH merupakan masalah yang
Agen Infeksius: EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma rumt dan sukar, yang kerap mengunakan istilah-istilah
Burkit endemik, dan lebihjarang ditemukan pada limfoma yang dimaksudkan untuk tujuan yang berbeda beda
Burkit sporadik. Karena tidak pada semua kasus limfoma sehingga tidak memungkinkan diadakannya perbandingan
Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV yang bermakna antara hasil hasil berbagai pusat penelitian.
terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
2978 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

Tabel1. P.rkembang~r'UtamaPenggolongan Limfoma Tabel 2. Klasifikasi Limfoma Non-Hodgkin Menurut


Non Hodgkin REAL/WHO
Penulis Tahun Nama Klasifikasi B-cell neoplasms
1. Rappaport 1966dan Modified Rappaport I. Precursor B-cell neoplasm: precursor B-acute
1976 lymphoblastic leukemia/lymphoblastic lymphoma
., (B-ALL, LBL)
2. Lukes 1974 Lukes-Collins
II. Peripheral B-cell neoplasms
3. Lennert 1974 Lennert a. B-cell chronic lymphocytic leukemia/small
4. Gerard Marchant 1974 Kiel lymphocytic lymphoma
5. Bennet 1974 BNLC* b. B-cell pro lymphocytic leukemia
6. Dorfman 1974 Dorfman c. Lymphoplasmacytic Iymphoma/immuno-cytoma
7. WHO 1976 WHO** d. Mantle cell lymphoma
e. Follicular lymphoma
8. Formulasi Praktis 1982 Formulasi Praktis /
f. Extranodal marginal zone B-cell lymphoma or
Working Formulation MALT type
/WF g. Nodal marginal zone B-ceillymphoma (± mono-
9. REAL revised 1993 REAL cytoid B-cells)
10WHO / REAL 1997 WHO / REAL h. Splenic marginal zone lymphoma (.±villous
lymphocytes)
* British National Lymphoma Classification i. Hairy cell leukemia
** World Health Organization
j. Plasmacytoma/plasma cell myeloma
k. Diffuse large B-ceillymphoma
Perkembangan terakhir klasifikasi yang banyak I. Burkitt's lymphoma
dipakai dan diterima dibanyak pusat kesehatan adalah I. T-cell and putative NK-cell neoplasms Precursor T-cell
formulasi praktis (Working Formulation/WF) dan ~EAL/ neoplasm: precursor T-acute lymphoblastic leukemia/
WHO. Working Formulation menjabarkan karakteristik lymphoblastic lymphoma (T -ALL, LBl)
II. Peripheral T-cell and NK-cell neoplasms
klinis dengan deskriptif histopatologis, namun belum
a. T-cell chronic lymphocytic leukemia/
menginformasikan jenis sel limfosit B atau T, maupun pro lymphocytic leukemia
berbagai patologis klinis yang baru. WF membag LNH b. T-cell granular lymphocytic leukemia
atas derajat keganasan rendah, menengah dan tinggi c. Mycosis fungoides/Sezary syndrome
yang mencerminkan sifat agresifitas mereka. Klasifikasi d. Peripheral T-cell lymphoma, not otherwise
chaacterized
WHO/REAL beranjak dari karakter imunofenotip (sel B, sel e. Hepatosplenic gamma/delta lymphoma
T dan sel NK) dan analisa "lineage" sellimfoma. Klasifikasi f. Subcutaneus panniculitis-like T-cell lymphoma
terakhir ini diharapkan menjadi patokan baku dan cara g. Angiommunoblastic T-cell lymphoma
berkomunikasi di antara ahli hematologi-onkologi h. Extranodal T-/NK-ceillymphoma, nasal type
i. Enteropathy-type intestinal T -cell lymphoma
medik.
j. Adult T-cell lymphoma/leukemia (HTLV 1 +)
Hal yang perlu dicatat adalah 25% pasien LNH k. Anaplastic large cell lymphoma, primary systemic
menunjukkan gambaran sel limfoma yang bermacam type
macam pada satu lokasi yang sama; maka dalam hal ini I. Anaplastic large cell lymphoma, primary
pengobatannya harus berdasarkan gambaran histologis cutaneous type
m. Aggressive NK-ceilleukemia
yang paling dominan. Oleh karena itu diagnosis klas:fikasi
LNH harus selalu berdasarkan biopsi KGB dan bukan
evaluasi 5itologi atau biopsi sumsum tulang semata.
Keluhan anemia
Keluhan organ (misalnya lambung, nasofaring)
Riwayat Penggunaan obat Diphantoine
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Khusus:
Anamnesis Penyakit autoimun (SLE, Sjogren, reuma)
Umum: Kelainan darah
Pembesaran kelenjar getah bening dan malaise Penyakit infeksi (toksoplasma, mononukleosis,
umum tuberkulosis, lues, penyakit cakar kucing)
Berat badan menu run 10% }
dalam waktu 6 bulan Pemeriksaan Fisis
Demam tinggi 380C 1 Gejala sistemik Pembesaran KGB
minggu tanpa sebab Kelainan/pembesaran organ
Keringat malam Performace status: ECOG atau WHO/Karnofsky
LlMFOMA NON-HODGKIN 2979

Tabel 3. Working TailMl~4~perbandlngan· Antara K1asifikasi Working Formulation.twFli~_n RevistadEuropean-


Formulation American Lymphoma (REAL)
Low grade lymphomas Neoplasma sel B (REAL) WF Neoplasma T-cell (REAL) WF
a. Small lymphocytic, con-
sistent with CLL plasma- CLL/PLL limfositik kedl A Sel T CLL/PLL A,E
cytoid
b. Follicular, predominantly
Umfoplasmasitoid-imunositoma
Plasmasitoma/mieloma
A,F
Lainnya
LGL
ATL/L (tipe kronik)
A,E
A,E
,.
small cleaved cell Leukemia sel rambut Lainnya Mikosis fungoides/ sindrom Sezary
c. Follicular, mixed small
cleaved and large cell Limfoma zona marginal A,B,C,E,F
Intermed late -g rade · Splenik
lymphomas
d. Follicular, large cell
·· Eksranodal/MALT
Nodal
Pusat folikel, folikular
e. Diffuse, small cleaved
cell · Derajat I B
f. Diffuse, mixed small and · Derajat II C
large cell
g. Diffuse large cell
· Derajat III
Pusat folikel, sel kedl difus
D
E,F Limfoma sel T Periper (+/- HTLV-l) E,F,G,H,J
· Tidak terspesifikasi
High-grade lymphomas
h. Large cell, immunoblas-
Limfoma sel manel
Sel besar difusl, termasuk :
A,B,E,F
·· Angiosentrik
Angioimmunoblastik E,F,G,H
E,F,G,H .
tic
i. Lymphoblastic ·· Banyak sel T
Immunoblastik
F
G,H · Intestinal E,G,H
j. Sma", non-cleaved cell
Burkitt's, Non-Burkitt's · Mediastinal G,H

Sel B Prekursor (limfoblastik) Limfoma sel besar anaplastikl


Limfoma Burkitt's Sel T Prekursor (Iimfoblastik) H
Burkitt's-like (Limfoma sel B derajat I

Referensi : Rosenberg SA, Berard CW, Brown BW et al. National Cancer Institute Sponsored study of Classification of Non-Hodgkin's Lym-
phomas. Cancer 1982;49(10):2112-35. Harris NL, Jaffe ES, Stein H et aL Revised European-American Classification of Lymphoid neoplasms
: a proposal from the International Lymphoma study group, Blood 1994 ;84(5)1361-92. Shipp MA, Mauch PM, Harris NL. Non Hodgkin's
Lymphoma. In DeVita VT Jr, Hellman S, Rosenberg SA, editors. Cancer: Principles and Practice of Oncology, 5th edition. Philadhelphia :
Lippincott-Raven, 1997.pp 2165-220.

Pemeriksaan Diagnostik b. Biopsi


a. Laboratorium Biopsi KGB dilakukan hanya 1 kelenjar yang paling
Rutin representatif, superfisial, dan perifer. Jika terdapat
Hematologi: kelenjar perifer/superfisial yang representatif,
Darah perifer lengkap (DPL) maka tidak perlu biopsi intra abdominal atau
Gambaran darah tepi (GDT) intratorakal. Spesimen kelenjar diperiksa:
Urinalisis: Rutin
Urin lengkap Histopatologi: REAL-WHO dan Working
Kimia klinik: Formulation
SGOT, SGPT, LDH, protein total, albumin, Khusus .
asam urat Imunoglobulin permukaan
Alkali fosfatase Histo/sitokimia
Gula darah puasa dan 2jam pp Diagnosis ditegakkan berdasarkan histopatologi
Elektrolit: Na, K, CI, Ca, P dan sitologi. FNAB dilakukan atas indikasi
Khusus tertentu.
Gamma GT Tidak diperlukan penentuan stadium laparatomi.
Kolinesterase (CHE) c. Aspirasi sumsum tulang (BMP)dan biopsi sumsum
LDH/fraksi tulang dari 2 sisi spina iliaka dengan hasil spesimen
Serum Protein Elektroforesis (SPE) 5epanjang 2 em.
Imuno Elektroforese (IEP) d. Radiologi
Tes Coombs Rutin:
B2 Mikroglobulin Foto toraks PA dan lateral
CT scan seluruh abdomen (atas dan bawah)
2980 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

"

Khusus: FAKTOR PROGNOSTIK


CT scan toraks
USG Abdomen LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok prognostik:
Limfografi, limfosintigrafi Limfoma indolen dan Limfoma agresif. LNH Indolen
e. Konsultasi THT: Bila cincin Waldeyerterkena, dilakukan memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median
., gastroskopi atau foto saluran cerna atas dengan kesintasan 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat
kontras. disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar tipe
f. Cairan tubuh lain: cairan pleura, asites, cairan Indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma
serebrospinal jika dilakukan punksi/aspirasi diperiksa agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek,

, . sitologi dengan cara cytospin, di samping pemeriksaan


rutin lainnya.
namun lebih dapat disembuhkan secara signifikan dengan
kemoterapi kombinasi intensif. Risiko kambuh lebih tinggi
g. Immunophenotyping: Parafin panel: CD 20, CD 3. pada pasien dengan gambaran histologis divergen baik
pada kelompok indolen maupun agresif.
International Prognostik Index (IPI) digunakan untuk
STADIUM PENYAKIT memprediksi luaran pasien dengan LNH agresif difus
yang mendapatkan kemoterapi regimen kombinasi yang
Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan mengandung Antrasiklin, namun dapat pula digunakan
sebelum pengobatan dan setiap lokasi jangkitan harus pada hampir semua subtipe LNH. Terdapat 5 prediktor
didata dengan cermat, digambar secara skematik dan yang mempengaruhi prognosis, yaitu usia, LDH serum,
didatajumlah dan ukurannya. Hal ini sangat penting untuk status performa, stadium anatomis, dan jumlah lokasi
menilai hasil pengobatan. ekstra nodal. Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap
luaran, sehingga abnormalitas dijumlahkan untuk
mendapatkan indeks prognostik. Skor yang didapat antara
0-5. Pada pasien usia kurang dari 60 tahun, indeks yang
digunakan lebih sederhana yaitu hanya meliputi faktor
Stadium Keterangan
stadium anatomis, serum LDH, dan status "performance",
I Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
tanpa status ekstra nodal.
hanya 1 regio
I E: jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik
'" tidak difus / batas tegas
II Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi TERAPI
masih sat\.! sisi diafragma
II 2: pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi LNH Indolen
diafragma
II 3:pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi Indolen. Stadium I dan Stadium II. Kontrol penyakit
diafragrr'ia' jangka panjang atau perbaikan masa bebas penyakit
II f: pelTibesaran 1 regio atau lebih KGB aalam (disease free survival) secara bermakna dapat dicapai pada
1 sisi diafragma dan 1 organ ekstra limfatik sejumlah pasien LNH indolen stadium I atau stadium 1\
tidakdifus / batas tegas dengan menggunakan dosis radiasi 2500-4000 cGy pada
III Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma tokasi yang terlibat atau pada lapangan yang lebih luas
IV Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau yang mencakup lokasi nodal yang berdekatan. (termasuk
lebih tetapi secara difus
sistem KGB terkait dengan ekstra nodal yang terlibat)
Catatan: 1. Untuk kesepakatan kode S: Spleen (jika terkena Standar pilihan terapi: 1). Radioterapi 2). Kemoterapi
limfa) H: Hepar (jika terkena hati) P: Pulmo (jika terkenc paru/ dengan radioterapi 3). Radioterapi Extended (regional),
pleura) c: Cerebral (jika terkena susunan saraf pusat) 0: Os (jika untuk mencapai nodal yang bersebelahan. 4). Kemoterapi
terkena tulang) I: Intestinal (jika terkena saluran cerna) 2.Yang saja atau "Wait and see" jika radioterapi tidak dapat
dimaksud dengan organ limfatik adalah: KGB, timus, limpa, plak dilakukan. 5). Radioterapi limfoid subtotal! total (jarang).
peyer, apendiks 3. Cervical dan supraklavikula disisi yang sama
Radioterapi luas tak meningkatkan angka kesembuhan
adalah 1 lokalisasi 4. Aksila dan infraclavicula disisi yang sama
dan dapat menurunkan toleransi terhadap kemoterapi
adalah 1 lokalisasi 5. Mediastinum dan hilus adalah 1 lokamsasi 6.
Pertumbuhan jaringan paru sekitar hilus atau paket KGB Med astinal lanjutan nantinya
adalah ekstra nodal tetapi bukan stadium IV 7. Bulky Mass adalah Indolen. Stadium II/III/IV. Pengelolaan optimal LNH
massa tumor dengan diameter terpanjang lebih atau sama eengan
indolen stadium lanjut masih kontroversial dan masih
10 em dan ratio mediastinum: thoraks > 0,35. Setiap pemoosaran
KGB dicatat ukurannya. Stadium Abila tidak ditemui gejala sistemik melalui berbagai penelitian klinis. Pilihan terapi standar:
dan B bila ditemui 1 atau lebih gejala sistemik. Tanpa terapi/Wait and see: pada pasien asimtomatik
...

LlMFOMA NON-HODGKIN 2981

~~~(\~~t~'l<!i(; . ,'::~,:t,n~~~fJ:Unt~kSeluruh Umllr


Umur ~ 60 tahun = 0
> 60 tahun =1
TUMOR STAGE ANN ARBOR I atau II ::: 0
III atau IV = 1
Serum LDH Normal == 0
Meningkat = 1
Status performa menu rut ECOG Tak ada gejala
== 0-- } =0
Ada gejala == 1--
Tirah baring < 1/2 aktivitas dalam sehari = 2---}
Tirah baring ~ 1/2 aktivitas dalam sehari 3 =1
Tirah baring kronik = 4----
Keterlibatan ekstranodal ~ 1 tempat = 0
> 1 tempat = 1
Skor Total
Penilaian skor
risiko rendah == 0-1 risiko sedang-tinggi == 3
risiko sedang = 2 =
risiko tinggi 4,5

dilakukan penundaan terapi dengan observasi. Pasien kambuh.


stadium lanjut dapat diobservasi dan dilaporkan tidak Alkylating Agent Oral (dengan atau tanpa steroid)
memengaruhi harapan hidup. Remisi spontan dapat Siklofosfamid
terjadi. Terapi diberikan bila ada gejala sistemik, Klorambusil
perkembangan tumor yang cepat dan komplikasi Kemoterapi Kombinasi. Terutama untuk memberikan
akibat perkembangan tumor.(misalnya: obstruksi hasil yang cepat. Biasanya digunakan kombinasi
atau efusi) klorambusil atau siklofosfamid plus kortikosteroid,
Rituximab (antibodi monoklonal anti CD20; Rituxan, dan fludarabin plus mitoksantron. Kemoterapi tunggal
Mab Thera) sebagai terapi lini pertama, diberikan atau kombinasi menghasilkan res pons cukup baik
tunggal atau kombinasi. Rituximab merupakan (60-80%). Terapi diteruskan sampai mencapai hasil
antibodi monoklonal (anti CD20) kimera yang telah maksimum. Terapi maintenance tidak meningkatkan
disetujui untuk terapi lNH indolen yang relaps harapan hidup, bahkan dapat memperlemah
atau refrakter. Obat ini bekerja dengan cara aktivasi respons terapi berikut dan mempertinggi efek
antibodi-dependent sitotoksik T-sel, mungkin melalui leukemogenik
aktivasi komplemen dan memperantarai sinyal Beberapa protokol kombinasi antara lain:
intraseluler: CVP :Siklofosfamid + Vinkristin +
Untuk lNH indolen, dihasilkan ORR 50% dengan Prednison
lama respons bertahan sekitar 1 tahun. Pada C(M)OPP :Siklofosfamid + Vinkristin + Prokarbazin
large cell lymphoma, dihasilkan respons sekitar + Prednison
30%. Kombinasi kemoterapi dengan rituximab CHOP :Siklofosfamid + Doksorubisin +
bersifat sinergis. Vinkristin + Prednison
Dosis baku rituximab 375 mg/m2 IV setiap minggu FND :Fludarabin+Mitoksantron ±
selama 4 sampai 8 minggu dan dosis maksimum Deksametason
yang bisa ditoleransi belum ditentukan. Terapi Antibodi Monoklonal Radioaktif. Angka respons
ulang memberikan respons 40%. berkisar antara 50-80% pada kasus yang pernah
Efek samping berupa demam dan menggigil biasa diterapi. Sediaan yang tersedia antara lain :131 I-anti
dijumpai terutama pada infus pertama kali. Efek CD20 (tositumomab, 8exxar®) dan gOY-anti CD20
samping yang fatal (seperti anafilaksis, ARDS (lbritumomabtiuxetan,Zevalin ®), digunakan pada
dan sindrom lisis tumor) pernah juga dilaporkan pasien relaps dengan/tanpa keterlibatan sumsum
terutama pada pasien dengan sellimfoma dalam tulang minimal « 25%). Suatu penelitian acak yang
sirkulasi atau Cll membandingkan tiuxetan vs rituximab menunjukan
Purine nucleoside analogs (Fludarabin atau tingkat respon pengobatan (80% vs 55%) dan remisi
2-klorodoksiadenosin; kladribin) memberikan lengkap (30% vs 15%) untuk keuntungan radio imuno-
respons sampai 50% pada pasien yang telah diobati! konjugasi.
2982 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

Kemoterapi intensif dengan/tanpa tota!-body sedikit 6 bulan berikutnya. Penyebaran ke kaki memberikan
irradiation diikuti dengan transplantasi sumsum prognosis yang lebih jelek. CBCL yang terlokalisir
tulang/stem cell perifer autologous atau allogenic/ diobati dengan radioterapi, juga untuk yang multifokal.
PBSCT (masih dalam evaluasi klinis). Kemoterapi dicadangkan untuk kasus dengan lesi anatomik
Kemoterapi dibandingkan dengan kemoterapi diikuti "non-contiguous" atau penyebaran ekstrakutan.
anti-idiotype vaccine (penelitian fase III)
Terapi eksperimental. Beberapa antibodi monoklonal
IFN-<x. Penggunaan IFN-alpha pad a limfoma folikular
dengan target antigen CD23, CD19, CD20, CD22 atau
sampai sekarang belum jelas. Hasil beberapa
untuk beberapa antigen yang lebih umum sifatnya seperti
penelitian menunjukkan efek potensiasi angka
CDS, CD25, CD80, CD40.
respons, perpanjangan waktu remisi dan kemungkinan
Alemtuzumab (Campath -1 H), antibodi terhadap CD52
pengaruhnya pada harapan hidup.
untuk terapi Cll, prolimfositik leukemia dan beberapa
Radioterapi paliatif. Diberikan pada kasus tumor besar
jenis limfoma sel T.
(bulky) atau untuk mengurangi obstruksi dan nyeri.
Imunotoksin
Konversi histologis. lNH indolen yang bertransformasi Vaksin idiotipe
menjadi agresif memiliki prognosis jelek dan dapat Antisense oligonukleotida
melibatkan sistem saraf pusat (terutama: meningen). Inhibitor selektif
Biasanya memberikan respons terapi yang baik cengan Transplantasi sumsum tulang autologus atau
protokol pengobatan lNH derajat keganasan merengah dukungan terapi sel induk perifer, setelah kemoterapi
atau tinggi. Kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sel dosis tinggi sedang diteliti secara mendalam.
induk untuk kasus ini harus dipertimbangkan. Transplantasi sumsu m tulang alogenik atau transplantasi
sel induk. Dianjurkan pad a pasien usia muda yang
Primary Cutaneous 8-Cell Lymphoma (CBCl).
refrakter dengan donor yang masih ada ikatan keluarga
Didefinisikan sebagai limfoma tanpa penyebaran
dan digunakan sebagai cadangan terakhir.
ekstrakutan pad a waktu didiagnosis dan selama paling

TabeI7.lhdeks;Pro.gnostiklnternasionaluntuk Limfoma Sel Besar Difus


Jumlah faktor risiko Persentase Complete 5-Y Disease-free 5- Y Survival
pasien Response Rate (%) survival (%) (%)
Seluruh pasien (faktor risiko buruk, usia >60y; status
performa :<::2 LDH lebih tinggi dari nilai normal; Ann
Arbor Stage III atau IV; :<:: 2 lokasi ekstranodal)
0.1 Rendah 35 87 70 73
2 Menengah bawah 27 67 50 51
3 Menengah atas 22 55 49 43
4.5 Tinggi 16 44 40 26
Pasien ;s;60 tahun (faktor risiko buruk: Ann Arbor
stage III atau IV, lDH lebih tinggi dari nilai normal,
status performa :<::2
o Rendah 22 92 86 83
1 Menengah bawah 32 78 66 69
2 Menengah atas 32 57 53 46
3 Tinggi 14 46 58 32

Kelenjar getah Massa pada kelenjar


" Kategori respons Pemeriksaan fisik Sumsum tulang
bening getah bening
CR Normal Normal Normal Normal
Normal. r-Jormal Normal Tidak pasti
Cru Penurunan >75% Normal atau tidak pasti
Normal I-Jormal
Normal Normal Normal Positif
PR Normal Penurunan :<:: 50% Penurunan ~ 50% Tidak relevan
Penurunan pada hati/limpa Penurunan :<:: 50% Penurunan :<:: 50% Tidak relevan
Relapse/ Pembesaran hati/limpa, lokasi
Baru atau bertamoah Baru atau bertambah Muncul kembali
Progression baru

"
lIMFOMA NON-HODGKIN 2983

Tabel 8. Gambaran Umum Pengobatan LNH Sistem Klasifikasi WHO LNH B ILw Grade
Premier!
Penelitian
Terapi dalam ..
WHO Stadium Umur
Residif penelitian
LNH limfoplasmasiter W & 5, chloorambucil,
makroglobulinemia fludarabine atau CVP
LNH ektranodal Lambung I dan HP + P/R Eradikasi HP
Sel B zone Marginal jenis Lambung I dan HP P/R RT, chloorambucil, CVP
MALT I IV P/R W & 5, RT, (chirurgie);
chloorambucil, CVP
LNH sel , zona marginal P/R Chloorambudl, CVP,
nodal fludarabine
LNH sel B zona marginal Splenectomi,
pada limpa chloorambudl
LNH follicular derajat 1-2 1/11 > 15 P EORTC 209715 IF-RT IF-RT
+/- low dose TBI
1/11 R W & S, chlorambucil,
CVp, RT
III/IV > 18 P HOVaN 48** W & S, chlorambucil,
(bila CRlPRsetelah 8x CVp, fludarabine
CVP oral / bila tidak
90y ibritumomab
tiuxetan (Zevalin)
III/IV > 65 P HOVaN 47 W & S, chloorambucil,
chloorambucil vs 2 CVp, fludarabine, RT
x 2 Gy IF-RT
III/IV > 18 R of refractair EORTC 20981/ CVp, chloorambucil,
HOVaN 39*' fludarabine, RT,
R-CHOP vs CHOP, CHOP; p.m. non-
+/ rituximab myeloablative allo
"maintenance" SCT**
LNH folikular derajat 3 P/R Lihat LNH difus
R-CHOP :::: CHOP + rituximab
* hanya bila CD 20 +
** bila residif / refrakter pada berbagai pengobatan
S dalam waktu dekat
11 setelah 1 atau 2 protokol yang tanpa antrasiklin
W & S Wait and see

Indolen, rekuren. 5tandar Pili han terapi: Stadium I-II (Bulky), III dan IV. diterapi dengan CHOP
Terapi radiasi paliatif siklus lengkap atau CHVmP/BV 8 siklus (dalam penelitian).
Kemoterapi Untuk daerah "bulky" IFRT dapat diberikan guna
Rituximab (anti CD 20-monoclonal antibodies) meningkatkan lokal kontrol. Mc Kelvey melaporkan pada
Transplantasi sumsum tulang (masih dalam tahap kasus yang diterapi dengan regimen CHOP 50% sampai
evaluasi klinis) 71% pasien mencapai remisi lengkap dan 75% diantaranya
bertahan hidup lebih dari tiga tahun. Harryanto R dan
LNH Agresif Djumhana melaporkan di Indonesia kejadian remisi dan
kesintasan ini lebih rendah, belum diketahui faktor pasti
LNH Intermediate/High Grade Terlokalisir. Non
penyebabnya. Penelitian secara acak terhadap protokol
bulky stadium IA dan IIA, dengan keterlibatan
CHOP (generasi pertama) dibandingkan dengan beberapa
ekstranodal (E), dapat diterapi dengan regimen yang
protokol generasi II/III seperti: m-BACOD, MACOP-B,
mengandung doksorubisin (CHOP/CHVmP/BV) minimal
dan ProMACE-CVtaBOM oleh The Inter Group Study
3 siklus, dilanjutkan dengan involved field radiotherapy
melaporkan tidak ada perbedaan bermakna dari sudut
(IFRT) (ekuivalen dengan 3000 cGy dalam 10 fraksi).
angka harapan hidup dan masa bebas penyakit. Harapan
Kombinasi kemoterapi dan radioterapi pada stadium
hidup aktuarial berkisar antara 40% sampai 45%. Dengan
awal memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
demikian protokol CHOP tetap merupakan protokol baku
kemoterapi saja.
terapi awal LNH agresif.
2984 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

Selain itu, hasil GELA study (Coiffier et al) menunjukkan Mel (Mantle Cell lymphoma) agresif. Terapi yang
bahwa para pasien usia tua dengan LNH agresif, diberikan adalah Hyper CVAD alternating dengan
penambahan rituximab pada setiap siklus CHOP metotreksat dosis tinggi plus sitarabin dosis tinggi.
meningkatkan overall survival dalam 3 tahun dari 49% Rituximab ditambahkan untuk regimen ini. Pasien <65
menjadi 62% bila dibandingkan dengan CHOP saja. Selain tahun dipertimbangkan dilakukan transplantasi autologus
itu, regimen yang sama dapat menghasilkan "disease atau alogenik setelah dua atau empat siklus kemoterapi.
control" (cure) sekitar 30-40% pada pasien stadium lanjut Siklus regimen ini diulang setiap 21 hari. Protokol Leiden
LNH derajat keganasan menengah dan tinggi khususnya untuk stadium III dan IV, mengikuti "European
Intergroup Trio/" yang membandingkan mieloablatif
LNH intermediate/high grade yang refrakterl radiokemoterapi diikuti dengan transplantasi sumsum
relaps: tulang atau dosis pemeliharaan dengan INF-a setelah
pasien refrakter yang gagal mencapai complete re- tercapai remisi dan sitoreduksi dengan kemoterapi yang
spans diberikan terapi salvage dengan radioterapi mengandung kombinasi antrasiklin
jika area yang terkena tidak ekstensif. Terapi :Jilihan Terapi induksi 1: (R-Hyper VCAD)
bila memungkinkan adalah kemoterapi salvage diikuti Rituximab 375 mg/m2 IV hari I dan 8
dengan transplantasi stem cell autologus/PBSCT Siklofosfamid 300mg/m21V setiap 12jam hari 1-3
Kemoterapi salvage terdiri dari high-dose sitosin Vinkristin 2 mg IV hari ke 4 dan 11
arabinose, kortikosteroid dan sisplatin dengan atau Doksorubisin 25 mg/m2, infus selama 24 jam hari
tanpa etoposid. Pilihan lain ICE, MINE, dan yang lain ke 4 dan 5
seperti CEPP/B, EVA, miniBEAM, VAPEC B dan infus Deksametason 40 mg IV atau PO, hari 1-4 dan hari
EPOCH. ke 11-14
Kemoterapi dosis tinggi dengan radioterapi diikuti Granulosit Colony-stimulating factor (G-CSF), 51-1g/
PBSCT kg IV atau SC setiap hari, dimulai hari ke 6 sampai
Allogenic BMT neutropil >4500/I-IL

Tabel 9. LNH "Intermediate Grade"


. WHO Stadium Umur
Premier/
Trial Terapi dalam trial
Residif
LNH sel B sel P/R 3 x CHVmP/BV + RT
besar difus II < 66 P HOVON 26: 8 x CHVmP/BV
LDH > 1.5 x ULN) CHOP vs i-CHOP
III/IV < 66 P HOVON 26: 8 x CHVmP/BV
(LDH < 1.5 x ULN)
II - IV > 65 P HOVON 46*: 8 x CHVmP/BV
(aa-IPI** ~ LI) CHOP - 14 +/-
rituximab
II - IV 18 R HOVON 44*: HOVON 44, tanpa rituximab
65 DHAP-VIM-DHAP +/- rituximab, p.m. non-myeloablatieve allo
diikuti SCT auto SCT
" > 65 R DHAp, (CHOP), RT; p.m. non-
myeloablatieve allo SCT
Mediastinal P 6 x CHVmP/BV + IF-RT
LNH sel B besar 11- IV P Lihat LNH sel B besar difus + IF-RT
I - IV R Lihat LNH sel B besar difus
LNH mantel sel II-IV < 66 P HOVON 45*$: 8 X CHVmP/BV¥ + auto SCT;
3 x R-CHOp, HD-Ara-C + auto SCT p.m. nyeloablatieve pada usia
muda
~ 66 P HOVON 46*¥ 8 x CHVmP/BV·
(lihat LN H sel B sel besar)

.. * hanya apabila CD 20 +
** aa-IPI = age-adjusted IPI
$ dalam waktu dekat dibuka
¥ ingat criteria inklusi pada penelitian P35
ULN = upper limit of normal
R-CHOP '" CHOP + rituximab
LlMFOMA NON-HODGKIN 2985

20-30 % selama perjalanan hidupnya untuk menyebar


ke SSP; pemberian metotreksat intratekal (4- 6 kali)
Terapi Dalam
WHO Stadium Trial direkomendasikan untuk semua pasien. Beberapa pusat
Trial
kesehatan mempertimbangkan konsolidasi dengan
LNH limfoblastik I -IV ALL-4 ALL-4
transplantasi sumsum tulang.
LNH Burkitt I-IV ALL 3-95 ALL 3-95

Terapi Induksi 2: (dimulai setelah pulih dari siklus 1) REFERENSI


Rituximab 375mg/m 2 iv infus hari 1
Adult Non-Hodgkin's Lymphoma (PDQ"') Treatment- Health
Metotreksat 200 mg/m 2 iv bolus hari 1, diikuti Professional Version. National Cancer Institute.U.S. National
800mg/m2 infus IV selam 24 jam; berikan larutan IV Institutes of Healt
alkalin Armitage J 0, et al. Non Hogkin Lymphomas. Cancer, principal
and practice of oncology. Editor: DeVita VT, Hellman S,
Leukovorin, 50mg PO diberikan 24 jam setelah infus Rosenberg SA. 2001;2256-303. /.

metotreksat selesai diikuti 15mgPO setiap 6 jam Atmakusuma D. Aspek Selular dan Molekular Limfoma
total 8 dosis (dosis disesuaikan berdasarkan kadar NonHodgkin.Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM.
serum metotreksat)
Childhood NonHodgkin's Lymphoma (PDQ"'). National Cancer
Sitarabin 3000mg/m 2 iv selama 1 jam setiap 12 jam Institute
total 4 dosis dimulai hari ke 2 (dosis dikurangi men Coiffier B, Herbrecht R, Tilly H, Sebban C. et al. Gela Study
jadi 1000mg/m< perdosis untuk pasien >60 tahun Comparing CHOP and R-CHOP in elderly patients with
DLCL:3-year median follow-up with an analysis according
dengan serum kreatinin lebih dari 1,5mg/dl) to comorbidity factors.Presentation at the 39'" Annual Meeting
of the American Society ofClinical Oncology, 31 May-3 June 2003,
Limfoblastik limfoma. Terapi sama dengan ALL Chicago, USA
(misal: protokol ALL-4 ). Pasien dengan prognosis jelek Complete Summary of GUIDELINE:The use of chemotherapy
dipertimbangkan untuk transplantasi sumsum tulang and growth factors in older patients with newly diagnosed,
awal atau regimen kemoterapi awal yang lebih intensif. advanced-stage, aggressive histology non-Hodgkins'
lymphoma. 1998-2004 National Guideline Clearinghouse
Universitas Stanford mengusulkan regimen: Czuczman MS, Weaver R, A1kuzweny B, Berlfein J, Grillo-Lopez
Terapi induksi 1 bulan AJ. Prolonged Clinical and Molecular Remission in Patients
Profilaksis susunan saraf pusat (SSP) 1 bulan With Low-Grade or Follicular Non-Hodgkin's Lymphoma
Treated With Rituximab Plus CHOP Chemotherapy: 9-year
Terapi konsolidasi 3 bulan Follow-Up. Journal of Clinical Oncology. Volume 22. Number
Terapi maintenance 7 bulan. 23. December 1 2004
Davis TA, Grillo-Lopez A, White CA, et.a!. Rituximab Anti-
" CD20 Monoclonal Antibocy Therapy in Non-Hodgkins's
Regimen
Lymphoma: Safety and Efficacy of Re-Treatment. Journal of
Siklofosfamid 400 mg/m2 PO untuk 3 hari pada ClinicalOncologtj, Vol 18 No. 17, 2000:pp 3135-43.
minggu 1,4,9,12,15 dan 18 Emmanouillides C, Casciato DA. Hodgkin and non-Hodgkin
Doksorubisin 50 mg/m2 iv pada minggu 1A,9, 12, 15 Iymphoma.ln Manual of clinical oncolOgy, 5th Ed. Edited by
Casciato DA. Lippincot Williams & Wilkins, 2004 : 435-56.
dan 18 Fisher RI, Mauch PM, Harris LN, Friedberg JW. Non Hodgkins
Vinkristin 2 mg IV minggu 1,2,3,4,5,6,9,12,15, dan 18 lymphomas.ln Cancer priciples & practice of oncology 7"'
Prednison 40 mg/m2 setiap hari selama 6 minggu Ed. Edited by DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA. 2005
:195793/
(tappering om, dilanjutkan selama 5 hari pad a minggu
Fisher RI, Gaynour ER, Dahlberg S et al. Comparison of standart
9, 12,15,dan 18 regimen (CHOP) with three intensive chemotherapy regimen
Profilaksis SSP dengan radioterapi whole-brain (2400 for advanced NHL. NEngl J Med 1993; 328: 1002-6.
cGy dalam 12 fraksi) dan metotreksat intratekal (12 Forspoinlner R, Dreyling M, Repp R, et all. The summary: the
addition of rituximab to a combination of fludarabine,
mg setiap kali untuk 6 dosis) diberikan antara minggu cyclophosphamide, mitoxantrone (FCM) significantly
4 dan 9. increases the response rate and prolongs survival as compared
L-asparaginase 6000 U/m2 (maximum 10.000 U) untuk to FCM alone in patients with relapsed and refractory
follicular and mantle cell lymphomas - results from a
5 dosis pada awal peberian profilaksis SSP.
prospective randomized study of the German Low Grade
Terapi maintenance terdiri dad metotreksat (30 mg/ Lymphoma Study Group (GLSG). Blood 2004;104:3064-71.
m2 PO setiap minggu) dan 6-merkaptopurin (75 mg/ Ghiemilmini Michele, Schmitz Shu-Fang Hsu, Cogliatti Sergio
B.et.aJ. Prolonged treatment with rituximab in patients with
m2 PO setiap hari) dari minggu 23 sampai 52.
follicular lymphoma significantly increases event-free survival
Difuse Small Cleaved Cell/Burkitt's Limfoma. Terapi and response duration compared with the standard weekly x
jenis ini sama dengan limfoma agresif (sel besar difus) 4 schedule. Blood, 14 June 2004. Volume 103, Number 12
Gordon LI. Non-Hodgkin lymphoma. Manual of clinical
stadium lanjut; mengunakan regimen kombinasi yang Hematology, 3,d Ed. Edited by Mazza JJ. Lippincot Williams
agresif. Pasien dengan limfomajenis ini mempunyai risiko & wilkins, 2002 : 318-33.
2986 ONKOLOGI MEOIK KHUSUS

Gutierrez Martin, Wilson WHo Non-Hodgkin lymphoma. In


Bethesda handbook of clinical oncology. Edited by Abraham
J, Allegra CJ. Lippincot williams & wilkins, 2001: 319-31.
Hematologie klapper.Editor Ottolander cr, Wiliemze R. Non-
Hodgkin lymphoma (NHL). Hematologie leids universitair
medisch centrum.Leiden ,1999 :82-98
http://wv..W.nci.nih.gov/ cancer: Adult Non-Hodgkin lymphoma,
2004.
International Non-Hodgkin's Lymphoma Prognostic ?actors
Project A predictive model for aggressive non-Hcdgkins
lymphoma. N Engl J Med 1993; 329 : 987-94,
McLaughlin P, Grillo-Lopez AJ et. AI. Rituximab Chimenc Anti-
CD 20 Monoclonal Antibody Therapy for Relapsed Indolent
Lymphoma: Half of Patients Respond to a Four-Dose
Treatment Program. Journal of Clinical Oncology, Vol 16, No
8, 1998:pp2825-33
Mounier N, Brier J, Gisselbrecht C, et.al. Rituximab plus
CHOP (R-CHOP) overcomes bcl2-associated resistance to
chemotherapy in elderly patients with diffuse large B-cell
lymphoma (DLBDCL).Blood, 1 June 2003. Volume 101, number 11.
National Comprehensive Cancer Network, Clinical Practice
Guidelines in Oncology-v.1.2004.
Non-Hodgkin's Lymphoma Version1.2004. National Comprehensive
Cancer Network
Pathology and genetis tumours of haematopoeitic and lymphoid
tissues. WHO classification of tumours. Edited by Jaffe ES,
Harris NL, Steir H, Vardiman JW. 2001
Pettengell Ruth, Linch David. Position paper on the therapeutic
use of rituximab in CD20-positive diffuse large B-cell
non-Hodgkin's lymphoma. British Journal of Haematology,
2003.121.44-48
Pfreundschuh M, et al. Frist AnalySis of the completed MabThera'"
International (MInT) Trial in young patients with low
risk diffuse large B-ceU lymphoma (DLBCL): Addition of
rituximab to a CHOP-like regimen significantly improves
outcome of all patie!1ts with the identification of a very
favorable subgroup with IPI=O and no bulky disease. Oral
presentation at ASH 2004.
Protokol Limfoma Non Hodgkin.Timja Kanker Darah dar. KGB.
Reksodiputro H, Cosphiadi I. Limfoma non-Hodgkin.Buku ajar
Ilmu penyakit dalam .Jilid II.Ed 3.Balai penerbit FKUI,2001:
607-20.
Rituximab plus chemotherapy: expanding first-line treatment
options in indolent non-Hodgkin's lymphoma. Highlight from
Ash 2003. Roche Pharmaceuticals
Rituximab for Aggressive Non-Hodgkin's Lymphoma. lv-ational
Institute for Clinical Excellence. Technology Appraisal 65.
September 2003
Robinson AS and Goldstone A. Clinical Use of Rituximab in
Haematological Malignancies. Britisth Journal ofCancer (2003)
89,1389-1394
Stein RS, John Pc. Non Hodgkin lymphoma. In Hand book of
cancer chemotherapy, 6th Ed. Editor Skeel RT. Lippincot
williams & wilkins, 2003: 503-23
The Use of Chemotherapy and Growth Factors in Older P3.tients
with Newly Diagnosed, Advance-Stage, Aggressive Histology
Non-Hodgkin's Lymphoma. Patience Guideline Report #6-7,
June 25, 2003. Program in Evidence-Based Care - A Cancer Cilre
Ontario Program.

,"
392
PENYAKIT HODGKIN
Rachmat Sumantri

PENDAHULUAN cangkok sumsum tulang. Keluarga dari pasien Hodgkin


(adik-kakak) juga mempunyai risiko untuk terjadi penyakit
Penyakit Hodgkin termasuk dalam keganasan limforetikular Hodgkin.
yaitu limfoma malignum,yang terbagi dalam limfoma
malignum Hodgkin dan limfoma lalignum non Hodgkin.
Kedua penyakit tersebut dibedakan secara histopatologis, RIWAYAT PENYAKIT
di mana pada limfoma Hodgkin ditemukan sel Reed-
Sternberg. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening yang tidak
Penyakit ini dilaporkan pertama kali oleh Thomas nyeri.
Hodgkin pada tahun 1832,kemudian gambaran Gejala sistemik yaitu demam (tipe Pel-Ebstein),
histopatologis dilaporkan oleh Langerhans tahun berkeringat malam hari,penurunan berat badan, lemah
1872,disusul oleh laporan terpisah dari Sternberg dan Reed badan dan pruritus terutama padajenis Nodular Sklerosis.
yang menggambarkan suatu sel raksasa yang kemudian Selain itu terdapat nyeri di daerah abdomen akibat
diberi nama Sel Reed-Sternberg. splenomegali atau pembesaran kelenjar yang masif.
Analisis peR menunjukkan bahwa sel Reed Sternberg nyeri tulang akibat destruksi lokal atau infiltrasi sumsum
berasal dari folikel sel B yang mengalami gangguan tulang
struktur pada imunoglobulin,sel ini juga mengandung
suatu faktor transkripsi inti sel (NFK:B), kedua hal tersebut
menyebabkan gangguan apoptosis. GEJALA KLINIS

Limfadenopati dengan konsistensi rubbery dan tidak


EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO nyeri
Demam, tipe Pel-Ebstein
Di Amerika Serikat terdapat 7500 kasus baru Penyakit Hepatosplenomegali
Hodgkin setiap tahunnya,rasio kekerapan antara laki-Iaki Neuropati
dan perempuan adalah 1,3-1 A berbanding 1 Terdapat Tanda-tanda obstruksi seperti edema ekstremitas,
distribusi umur bimodal,yaitu pada usia 15-34 tahun dan sindrom vena kava, kompresi medula spinalis, disfungsi
usia di atas 55 tahun. hollow viscera.
Faktor risiko untuk penyakit ini adalah infeksi
virus;infeksi virus onkogenik diduga berperan dalam
menimbulkan lesi genetik,virus memperkenalkan gen PEMERIKSAAN PENUNJANG
asing ke dalam sel target. Virus-virus tersebut adalah
virus Epstein-Barr, Sitomegalovirus, HIV dan Human Laboratorium
Herpes Virus-6 (HHV-6). Faktor risiko lain adalah Pemeriksaan darah: anemi, eosinofilia, peningkatan laju
defisiensi imun, misalnya pada pasien transplantasi organ endap darah, pada flow cytometry dapat terdeteksi limfosit
dengan pemberian obat imunosupresif atau pada pasien abnormal atau limfositosis dalam sirkulasi.

----~·-----------2987-·--------------
2988 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

Pada pemeriksaan faal hati terdapat gangguan fual hati PENTAHAPAN (STAGING)
yang tidak sejalan dengan keterlibatan limfoma pada hati.
Peningkatan alkali fosfatase dan adanya ikterus kolestatik Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan
dapat merupakan gejala paraneoplastik tanpa keterlibatan menilai prognosis. Staging dilakukan menu rut Cotswolds
hati. Dapat terjadi obstruksi biliaris ekstrahepatik karena (1990) yang merupakan modifikasi dari klasifikasi Ann
pembesaran kelenjar getah bening porta hepatis. Arbor (1971).
Pemeriksaan faal ginjal: peningkatan kreatinin
Stadium I keterlibatan satu regio kelenjar getah bening
dan ureum dapat diakibatkan obstruksi ureter. Adanya
atau struktur jaringan limfoid (Iimpa, timus, einein
nefropati urat dan hiperkalsemi dapat memperberat fungsi
Waldeyer) atau keterlibatan 1 organ ekstralimfatik.
ginjal. Sindroma nefrotik sebagai fenomena paraneoplastik
dapat terjadi pada limfoma Hodgkin. Hiperurisemi Stadium II Keterlibatan .2:.2 regio kelenjar getah bening
merupakan manifestasi peningkatan turn-over akibat pada sisi diafragma yang sama (kelenjar hilus bila terkena
limfoma. Hiperkalsemi dapat disebabkan sekunder karena pada kedua sisi termasuk stadium II); keterlibatan lokal1
produksi limfotoksin (osteoclast activating factor) oleh organ ekstranodal atau 1 tempat dan kelenjar getah bening
"
jaringan Iimfoma.Kadar LDH darah yang meningkat dapat pada sisi diafragma yang sama (lIE). Jumlah regio anatomik
menggambarkan massa tumor dan turn-over. Poliklonal yang terlibat ditulis dengan angka (contoh :11).
hipergamaglobulinemi sering didapatkan pad a limfoma Stadium III Keterlibatan regio kelenjar getah bening
Hodgkin dan Non Hodgkin. pada kedua sisi diafragma (III), dapat disertai lien (Ills),
atau keterlibatan 1 organ ekstranodal (I II E) atau keduanya
Biopsi Sumsum Tulang (IIISE).
Dilakukan pada stadium lanjut untuk keperluan staging,
keterlibatan sumsum tulang pada limfoma Hodgk n sulit 1111 Dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening
didiagnosis dengan aspirasi sumsum tulang. splenik, hilar,seliak atau portal.

1112 Dengan keterlibatan kelenjar getah bening paraaorta,


Radiologis iliaka dan mesenterika.
Pemeriksaan foto toraks untuk melihat limfode1opati
Stadium IV Keterlibatan difus/diseminata pada1 atau
hilardan mediastinal, efusi pleura atau lesi parenkim paru.
lebih organ ekstranodal atau jaringan dengan atau tanpa
Obstruksi aliran limfotik mediastinal dapat menyebabkan
keterlibatan kelenjar getah bening.
efusi chylous (seperti susu).
USG abdomen kurang sensitif dalam mendiagnosis Keterangan yang dieantumkan pada setiap stadium:
adanya limfodenopati. Pemeriksaan CT Scan :oraks A A Tanpa gejala
untuk mendeteksi abnormalitas parenkim paru dan B Demam (suhu >38 oC), keringat malam, penurunan
mediastinal sedangkan CT Scan abdomen memberi berat badan > 10 % dalam waktu 6 bulan sebelumnya)
jawaban limfodenopati retro peritoneal, mesenterik, X Bulky disease (pembesaran mediastium > 1/3, adanya
portal, hepatosplenomegali atau lesi di ginjal. massa kelenjar dengan diameter maksimal 10 em)
.
Llmfoma non Hodgkin
Karakteristik Limfoma Hodgkin Intermediate/
Lowgl'dde
highgl'dde

Tempat a~al Nodal Ekstranodal (10%) Ekstranodal (35%)


Distr.ibusi,nodal Sentripetal (aksial) Sentrifugal Sentrifugal
Penyebaran nodal Contiguous Noncontiguous Noncontiguous
Keterlibatan susunan saraf pusat Jarang « 1 %) Jarang « 1 %) Jarang «10%)
Keterlibatan hepar Jarang Sering (> 50 %) Jarang
Keterlibatan sumsumtulang Jarang « 10%) Sering(>50 %) Jarang « 20 %)
Keterlibatan sumsum tularig mempengaruhi buruknya Va Tidak Va
prognosis
Sembuh dengan kemoterapi Va Tidak Va
PENYAKIT HODGKIN 2989

Jackson dan Lukes dan Butler Konferensi Rye Klasifikasi REAL Klasifik~~i WHO
Parker
Paragranuloma Limfositik atau histiositik Predominan limfosit HD klasik nodular HD nodularpredominan-
Limfositik atau histiositik - predominan-limfosit limfosit
nodular, difus HD klasik padat-limfosit HDklasik padat,limfosit
Granuloma Sklerosis nodular Sklerosis nodular Sklerosis nodular Sklerosis: nodular
Selularitas campuran Selularitas campuran Selularitas campuran selularitas campuran
Sarkom,l Fibrosis difus Deplesi limfosit Deplesi limfosit Deplesi limfosit
Retikular HD klasik yang tidak
terklasifikasi

E Keterlibatan 1 organ ekstranodal yang contiguous


Tabel!l~fJel~!,t~~'t~!fjjll
atau proksimal terhadap regio kelenjar getak bening
CS Clinical stage
Kelompok
Stadium dini
Stadium Rekomendasi
CS I-IIA /B tanpa EFRT(30-36 Gy) atau
,.
PS Pathologic stage (misalnya ditentukan pada laparotomi) (favorable) faktor risiko 4"6 siklus kemoterapi
+ IFRT 20-36 Gy
Stadium dini CS HI A/B + RF 4~6 siklus kemoterapi
KLASIFIKASI LlMFOMA HODGKIN (unfavorable) + IfRT 20-36 Gy
S tad i u m CS liB +RF;CS 6-8. siklus kemoterapi
Biopsi kelenjar secara eksisi biasanya memberi hasH lanjut IIIA/B + RT 20-36 Gy
gambaran histopatologis lebih jelas dari biopsi cucuk CS IV A/B pad~.limfoma residual
jarum (fine needle biopsy); dan· bulky disease

Klasifikasi Rye:
Lymphocyte Predominant Massa mediastinal yang besar
Nodular sclerosis Ekstranodal
Mixed cellularity Peningkatan laju endap darah, 2:. 50 untuk tanpa gejala
Lymphocyte depletion atau 2:. 30 untuk dengan gejala (B)
Tiga atau lebih regio yang terkena
Klasifikasi WHO: Menu'ut EORTC/GELA (European Organization for
Nodular lymphocyte predominance Hodgkin Lymphoma Resear.::h and Treatment of Carcinoma/Groupe d'Etude des
(Nodular LPHL):Saat ini dikenal sebagai indolent B-cell Lymphomes de l:Adulte) faktor risiko yaitu:
Non Hodgkin Lymphoma dan bukan true Hodgkin Massa mediastinal yang besar
Disease. Tipe ini mempunyai sellimfosit dan histiosit, Usia 50 tahun atau lebih
CD 20 positif tetapi tidak memberikan gambaran sel Peningkatan laju endap darah
Reed-Stenberg. KEterlibatan 4 regio atau lebih ,.
Classic Hodgkin Limphoma: Lymphocyte rich, Nodular
Dalam guideline yang dikeluarkan oleh National
sclerosis, Mixed celiuraritYt Lymphocyte depleted.
Comprehensive Cancer Network (2004) regiman kemoterapi
yang direkomendasikan adalah ABVD dan Stanford V
sebagai kemoterapi terpilih.
TERAPI
Terapi lain Penyakit Hodgkin yang masih diteliti adalah:
Pengobatan limfoma Hodgkin adalah radioterapi ditambah Imunoterapi dengan antibodi monoklonal anti CD
kemoterapi, tergantung dari staging (Clinical stage CS) 20, imunotoksin anti CD 25, bispesifik monoklonal
dan faktor risiko. antibodi CD 16/CD 30 bispesifik antibodi dan radio
Radioterapi meliputi extended field radiotherapy immunoconjugates.
(EFRT), involved field radiotherapy (lFRT) dan radioterapi
(RT) pada Limfoma Residual atau Bulky Disease.

Faktor risiko untuk terapi menurut German Hodgkin's PENYAKIT HODGKIN DAN KEHAMILAN
Lymphoma Study Group (GHSG) meliputi:
Penyakit Hodgkin dapat dijumpai pada kehamilan,
2990 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS

Tab~14.:lt"irnel'll(emoterapi Penyakit Hodgkin


Dosis Siklus
Regimen Pemberian Jadwal (hari)
(mg/m2) (hari)
MOPP 21
.. Mechloretamine 6 IV 1.8
- Oncovin 1,4 IV 1,8
" - Procarbazine 100 PO 1-14
- Prednisone 40 PO 1-14

COPP 28
., - Cyclophosphamide 650 IV 1,8
- Oncovin 1,4 IV 1,8
- Procarbazine 100 PO 1-14
- Prednisone 40 PO 1-14

ASVD 28
.. Adriamycin 25 IV 1,15
- Bleomycin 10 IV 1,15
- Vinblastine 6 IV 1,15
- Dacarbazine 375 IV 1,15

Stanford V
- Mechlorethamine 6 IV minggu 1,5,9 12 minggu
- Adtiamycin 25 IV minggu 1.3,5,9,11
- Vinblastine 6 IV minggu 1.3,5,9,11
- Vincristine 1,4 IV minggu 2,4,6,8,10,12
- Bleomycin 5 IV minggu 2,4.6,8,10,12
- Etoposide 60)( 2 IV minggu 3,7,11
- Prednisone 40 PO minggu 1-9, tappering
minggu 10 -12
- G-CSF SC

Tabel 5. R,ekom,endasi Terapi untuk Limfoma Hodgkin Relaps dan Progresif Primer
Relaps Terapi
• Relaps setelah radioterapi Kemoterapi
• Nodal relaps CS I - II
tanpa gejala S, Radioterapi salvage
tanpa radioterapi sebelumnya
• Progresif primer '-Ugh dose chemotherapy (HDCT)
• Relaps dini ::liikuti oleh transplantasi sel asal "Autologous Stem Cell
} Transplantation" (ASCn
• Relaps lanjut

beberapa hal penting yang perlu diketahui: PROGNOSIS


Tidak ada transmisi penyakit Hodgkin ke bay
Bila memerlukan radiasi sebaiknya ditunda sampai Ada tujuh faktor risiko independen untuk memprediksi
melahirkan kecuali pada "Bulky Disease" dan diberikan masa bebas progresi penyakit FFR (Freedom From
dengan pelindung. Progression), yaitu : 1). Jenis Kelamin, 2). Usia >45 tahun;
Bila diperlukan radiasi pada semester pertam3 dapat 3). Stadium IV; 4). Hb < 10 gr%; 5). Leukosit > 15000/
dipertimbangkan abortus terapeutik. Malformasi fetus mm'; 6). Limfosit <600/mm' atau <8 % leukosit; 7). Serum
terjadi pada 15% kasus bila kemoterapi diberikan albumin <4 gr%
pada semester pertama, tidak terjadi pada semester Pasien tanpa faktor risiko FFP =: 84%, dengan satu
berikutnya. faktor risiko FFP 77%, dengan dua faktor risiko FFP
"
Hindarkan kemoterapi dalam 3 minggu sebelum 67%, tiga faktor risiko FFP =: 60%, empat faktor risiko FFP
melahirkan untuk menghindari netropeni pada bayi. 51%, lima faktor risiko atau lebih FFP =: 42%.
PENYAKIT HODGKIN 2991

REFERENSI

Hodgkin's Disease; National Comprehensive Cancer Network,


Clinical Practice Guidelines in Oncology, Version 1,2004
Diehl V, Mauch PV, Harris NL : Hodgkin's Disease in Vincent T
Devita Jr Eds, Cancer, Principles and Practice of Oncology,
Lippincot Williams & Wilkins, 6'" Ed" 2001, pp 2339-87.
Stein RS and Morgan D5 : Hodgkin's Disease in Wintrobe's Oinical
Hematology, Lippincott Williams & Wilkins, 11"' Ed., 2004,
pp 2521-54.
Iman Supandiman, Rachmat Sumantri, Heri Fadjari, Pandji Irani
Fianza, Amaylia Oehadian : Pedoman Diagnosis dan Terapi
Hematolog Onkologi Medik, Bandung, 2003.

"

Anda mungkin juga menyukai