Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan Untuk dapat memahami penggolongan histologis LNH,
primer limfosit yang dapat berasal dad limfosit B, limfosit marilah kita bahas secara sing kat perihal arsitektur kelenjar
T dan kadang (amat jarang) berasal da.ri sel NK ("natural limfe, yaitu organisasi struktur, asal dan migrasi limfosit,
kilter") yang berada dalam sistem limfe; yang sangat serta transformasi limfosit. Sistem Iimfe adalah jaringan
heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, tubuli yang amat tipis dan bercabang-cabang seperti
respon terhadap pengobatan, maupun prognosis. Pada pembuluh darah. Pembuluh limfe berisi cairan bening yang
LNH sebuah sellimfosit berproliferasi secara tak terkendali berisi sellimfosit dan merupakan sarana yang mengalirkan
yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH sel limfosit keseluruh tubuh.
berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam
tumor pasien LNH sel B memiliki imunoglobulin yang sama
pad a permukaan selnya.
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.100 orang meninggal
karena LNH. Di Amerika Serikat, 5% kasus LNH baru
terjadi pada pria, dan 4% pada wanita per tahunnya.
Pada tahun 1997, LNH dilaporkan sebagai penyebab
kematian akibat kanker utama pada pria usia 20-39
tahun. Insidensi LNH di Amerika Serikat menurut
National Cancer Institute tahun 1996 adalah 15.5 per .
100.000. LNH secara umum lebih sering terjadi pada pria.
Insidensi LNH meningkat seiring dengan bertambahnya Gambar 1. Struktur kelenjar getah bening. Folikel-folikel dihuni
padat oleh sel-sel B yang membentuk pusat germinal. Sel B
usia dan mencapai puncak pada kelompok usia 80-84
juga menghuni daerah medula sedangkan daerah parakorteks
tahun. Sa at ini angka pasien LNH di Amerika semakin terutama mengandung sel T. Modifikasi dari Fudenberg HH.
meningkat dengan pertambahan 5-10% per tahunnya Stities DE, Caldwell JL, Wells JV. Basic and Clinical Immunology.
,menjadikannya urutan ke lima tersering dengan angka Los Altos California: Lange Publications, 1979;82.
kejadian 12-15 per 100.000 penduduk. Di Perancis
penyakit ini merupakan keganasan ketujuh tersering. Di Gambar 1 memperlihatkan bagan struktur kelenjar
Indonesia sendiri LNH bersama sama dengan penyakit limfe, yang terbagi dalam tiga bagian utama yaitu: korteks,
Hodgkin dan leukemia menduduki urutan ke enam para korteks dan medula. Di dalam korteks didapati
tersering. Sampai sa at ini belum diketahui sepenuhnya folikel-folikel yang berbentuk sferis, yang terisi penuh
mengapa angka kejadian LNH terus meningkat. Adanya limfosit B. Di tengah folikel-folikel ini dapat ditemukan
hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan LNH daerah yang berwarna agak pucat yang dinamakan pusat
kiranya memperkuat dugaan adanya hubungan antara germinal (centrum germinativum) yang di dalamnya dapat
LNH dengan infeksi. ditemukan sel blast, sel besar dan makrofag; yang memberi
2976 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS
gambaran seperti langit berbintang. Daerah parakorteks bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit T aktif menjalankan
berisi limfosit T. sedang daerah medula pada dasarnya fungsi respon imunitas selular, sedangkan limfosit B aktif
dihuni oleh sel B. menjadi imunoblas yang kemudian menjadi 5el plasma
yang membentuk imunoglobulin. Terjadi perubahan
morfologi yang mencolok pada perubahan ini, dimana
PATOGENESIS TRANFORMASI DAN MIGRASI sitopla5ma yang sedikit/ kedl pada limfosit B "tua" menjadi
LlMFOSIT bersitoplasma banyak! luas pada sel plasma, perubahan ini
terjadi pada sellimfosit B disekitar atau di dalam centrum
Berbeda dengan sel hematopoietik yang lain, limfosit kedl germinativum; sedangkan limfosit T aktif berukuran lebih
(matang/tua) bukanlah merupakan sel tahap akhir dari besar dibanding limfosit T "tua". (Gambar 2 )
perkembangannya, tetapi dapat merupakan permulaan Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma
limfopoiesis baru yang timbul sebagai reaksi terhadap merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu
rangsangan antigen yang tepat. Hal ini dibuktikan sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada
oleh Nowell pada tahun 1960 dan peneliti lain yang dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi
memperlihatkan sel limfosit kedl (matang) mampu akibat adanya rangsangan imunogen). Hal yang perlu
me'"lgadakan perubahan morfologi (transformasi) dan diketahui adalah proses ini terjadi di dalam kelenjar getah
berproliferasi sebagai reaksi terhadap rangsangan lektin bening, dimana sel limfosit tua berada diluar centrum
nabati (plant lectin) germinativum sedangkan imunoblas berada di bagian
Seperti sel darah lainnya, sel limfosit dalam kelenjar paling sentral dari centrum germinativum Beberapa
limfe juga berasal dari sel-sel induk multipotensial di perubahan yang terjadi pad a limfosit tua antara lain: 1).
dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial pada Ukurannya makin besar; 2). Kromatin inti menjadi lebih
tahap awal bertransformasi menjadi sel progenitor halus; 3). Nukleolinya terlihat; 4). Protein permukaan sel
limfosit yang kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur. mengalami perubahan (reseptor ?).
Sebagian mengalami pematangan dalam kelenjar timus Hal mendasar lain yang perlu diingat adalah bahwa
untuk menjadi 5el limfosit T, dan sebagian lagi menuju sel yang berubah menjadi sel kanker seringkali tetap
kelenjar limfe atau tetap berada dalam sumsum tulang mempertahankan sifat dasarnya. Misalnya sel kanker dad
dan berdiferensiasi menjadi sellimfosit B. limfosit tua tetap mempertahankan sifat mudah masuk
Apabila ada rangsangan oleh antigen yang sesuai aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang rendah,
maka limfosit T maupun B akan bertransformasi menjadi sedangkan sel kanker dari imunoblas amatjarang masuk
Inti
Tidak Melekuk
Keeil
lr;:)
... ·.• ' l..
.,
• :i I
..... ; ..
PUli\at f9Ukular
LimpositB
Gambar 2. Transformasi limfosit B dan T menurut konsep Lukes. Modifikasi dari Lukes RJ. Boerhave Committee for Postgraduate
Medical Edcuation. International Course on Malignant Lymphomas, Noorwijkerhout, 1979, V-2.
LIMFOMA NON-HODGKIN 2977
----------------------------------------------.-----------------
Memhri
~ ~~C,
g
LimpositT ~ T2 Ly Imunitas
Imunoblas T seluler
/ ~
~
. . . . f:.E-
~
Selplasma
sekutu selT
"
Ag
o EAC· ,
S-Ig.
Imunitas
Umfosit 81 humoral
EAC.
S- Ig.
Iimfosit 82
Gambar 3. Transformasi limfosit B dan T menurut konsep Lennert. E= Sheep E receptor, EA(= complement receptor, S-Ig= Surface
Immunoglobulin, (-Ig= Intacytopiasmic Immunoglobulin, Ag=Antigenic stimulation. Modifikasi dari Lennert K, Stein H, Mohri N,
Katserling E, Muller-Hermelink HK.Malignant Lymphomas other than Hogkin's disease. Berlin. Springer-Verlag, 1978: 99.
ke dalam aliran darah, namun dengan tingkat mitosis Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV
yang tinggi. dan faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah
prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan risiko
terjadinya kerusakan genetik. Virus Epstein-Barr (EBV) juga
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO dihubungkan dengan posttransplant lymphoproliferative
disorders (PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.
Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun
Paparan Lingkungan dan Pekerjaan: Beberapa pekerjaan
terdapat beberapa faktor risiko terjadinya LNH, antara
yang sering dihubungkan dengan risiko tinggi adalah
lain:
peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
Imunodefisiensi: 25% kelainan herediter langka yang disebabkan adanya papa ran herbisida dan pelarut organik.
berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain
Diet dan Paparan Lainnya: risiko LNH meningkat pada
adalah: severe combined immunodeficiency, hypogamma
orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak hewani,
globulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott-
merokok, dan yang terkena paparan ultraviolet.
Aldrich syndrome, dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang
berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubungkan pula dengan Virus Epstein-Barr (EBV) dan
jenisnya beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B
KLASIFIKASI LIMFOMA NON HODGKIN
hingga limfoma monoklonal.
Penggolongan histologis LNH merupakan masalah yang
Agen Infeksius: EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma rumt dan sukar, yang kerap mengunakan istilah-istilah
Burkit endemik, dan lebihjarang ditemukan pada limfoma yang dimaksudkan untuk tujuan yang berbeda beda
Burkit sporadik. Karena tidak pada semua kasus limfoma sehingga tidak memungkinkan diadakannya perbandingan
Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV yang bermakna antara hasil hasil berbagai pusat penelitian.
terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
2978 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS
Referensi : Rosenberg SA, Berard CW, Brown BW et al. National Cancer Institute Sponsored study of Classification of Non-Hodgkin's Lym-
phomas. Cancer 1982;49(10):2112-35. Harris NL, Jaffe ES, Stein H et aL Revised European-American Classification of Lymphoid neoplasms
: a proposal from the International Lymphoma study group, Blood 1994 ;84(5)1361-92. Shipp MA, Mauch PM, Harris NL. Non Hodgkin's
Lymphoma. In DeVita VT Jr, Hellman S, Rosenberg SA, editors. Cancer: Principles and Practice of Oncology, 5th edition. Philadhelphia :
Lippincott-Raven, 1997.pp 2165-220.
"
Kemoterapi intensif dengan/tanpa tota!-body sedikit 6 bulan berikutnya. Penyebaran ke kaki memberikan
irradiation diikuti dengan transplantasi sumsum prognosis yang lebih jelek. CBCL yang terlokalisir
tulang/stem cell perifer autologous atau allogenic/ diobati dengan radioterapi, juga untuk yang multifokal.
PBSCT (masih dalam evaluasi klinis). Kemoterapi dicadangkan untuk kasus dengan lesi anatomik
Kemoterapi dibandingkan dengan kemoterapi diikuti "non-contiguous" atau penyebaran ekstrakutan.
anti-idiotype vaccine (penelitian fase III)
Terapi eksperimental. Beberapa antibodi monoklonal
IFN-<x. Penggunaan IFN-alpha pad a limfoma folikular
dengan target antigen CD23, CD19, CD20, CD22 atau
sampai sekarang belum jelas. Hasil beberapa
untuk beberapa antigen yang lebih umum sifatnya seperti
penelitian menunjukkan efek potensiasi angka
CDS, CD25, CD80, CD40.
respons, perpanjangan waktu remisi dan kemungkinan
Alemtuzumab (Campath -1 H), antibodi terhadap CD52
pengaruhnya pada harapan hidup.
untuk terapi Cll, prolimfositik leukemia dan beberapa
Radioterapi paliatif. Diberikan pada kasus tumor besar
jenis limfoma sel T.
(bulky) atau untuk mengurangi obstruksi dan nyeri.
Imunotoksin
Konversi histologis. lNH indolen yang bertransformasi Vaksin idiotipe
menjadi agresif memiliki prognosis jelek dan dapat Antisense oligonukleotida
melibatkan sistem saraf pusat (terutama: meningen). Inhibitor selektif
Biasanya memberikan respons terapi yang baik cengan Transplantasi sumsum tulang autologus atau
protokol pengobatan lNH derajat keganasan merengah dukungan terapi sel induk perifer, setelah kemoterapi
atau tinggi. Kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sel dosis tinggi sedang diteliti secara mendalam.
induk untuk kasus ini harus dipertimbangkan. Transplantasi sumsu m tulang alogenik atau transplantasi
sel induk. Dianjurkan pad a pasien usia muda yang
Primary Cutaneous 8-Cell Lymphoma (CBCl).
refrakter dengan donor yang masih ada ikatan keluarga
Didefinisikan sebagai limfoma tanpa penyebaran
dan digunakan sebagai cadangan terakhir.
ekstrakutan pad a waktu didiagnosis dan selama paling
"
lIMFOMA NON-HODGKIN 2983
Tabel 8. Gambaran Umum Pengobatan LNH Sistem Klasifikasi WHO LNH B ILw Grade
Premier!
Penelitian
Terapi dalam ..
WHO Stadium Umur
Residif penelitian
LNH limfoplasmasiter W & 5, chloorambucil,
makroglobulinemia fludarabine atau CVP
LNH ektranodal Lambung I dan HP + P/R Eradikasi HP
Sel B zone Marginal jenis Lambung I dan HP P/R RT, chloorambucil, CVP
MALT I IV P/R W & 5, RT, (chirurgie);
chloorambucil, CVP
LNH sel , zona marginal P/R Chloorambudl, CVP,
nodal fludarabine
LNH sel B zona marginal Splenectomi,
pada limpa chloorambudl
LNH follicular derajat 1-2 1/11 > 15 P EORTC 209715 IF-RT IF-RT
+/- low dose TBI
1/11 R W & S, chlorambucil,
CVp, RT
III/IV > 18 P HOVaN 48** W & S, chlorambucil,
(bila CRlPRsetelah 8x CVp, fludarabine
CVP oral / bila tidak
90y ibritumomab
tiuxetan (Zevalin)
III/IV > 65 P HOVaN 47 W & S, chloorambucil,
chloorambucil vs 2 CVp, fludarabine, RT
x 2 Gy IF-RT
III/IV > 18 R of refractair EORTC 20981/ CVp, chloorambucil,
HOVaN 39*' fludarabine, RT,
R-CHOP vs CHOP, CHOP; p.m. non-
+/ rituximab myeloablative allo
"maintenance" SCT**
LNH folikular derajat 3 P/R Lihat LNH difus
R-CHOP :::: CHOP + rituximab
* hanya bila CD 20 +
** bila residif / refrakter pada berbagai pengobatan
S dalam waktu dekat
11 setelah 1 atau 2 protokol yang tanpa antrasiklin
W & S Wait and see
Indolen, rekuren. 5tandar Pili han terapi: Stadium I-II (Bulky), III dan IV. diterapi dengan CHOP
Terapi radiasi paliatif siklus lengkap atau CHVmP/BV 8 siklus (dalam penelitian).
Kemoterapi Untuk daerah "bulky" IFRT dapat diberikan guna
Rituximab (anti CD 20-monoclonal antibodies) meningkatkan lokal kontrol. Mc Kelvey melaporkan pada
Transplantasi sumsum tulang (masih dalam tahap kasus yang diterapi dengan regimen CHOP 50% sampai
evaluasi klinis) 71% pasien mencapai remisi lengkap dan 75% diantaranya
bertahan hidup lebih dari tiga tahun. Harryanto R dan
LNH Agresif Djumhana melaporkan di Indonesia kejadian remisi dan
kesintasan ini lebih rendah, belum diketahui faktor pasti
LNH Intermediate/High Grade Terlokalisir. Non
penyebabnya. Penelitian secara acak terhadap protokol
bulky stadium IA dan IIA, dengan keterlibatan
CHOP (generasi pertama) dibandingkan dengan beberapa
ekstranodal (E), dapat diterapi dengan regimen yang
protokol generasi II/III seperti: m-BACOD, MACOP-B,
mengandung doksorubisin (CHOP/CHVmP/BV) minimal
dan ProMACE-CVtaBOM oleh The Inter Group Study
3 siklus, dilanjutkan dengan involved field radiotherapy
melaporkan tidak ada perbedaan bermakna dari sudut
(IFRT) (ekuivalen dengan 3000 cGy dalam 10 fraksi).
angka harapan hidup dan masa bebas penyakit. Harapan
Kombinasi kemoterapi dan radioterapi pada stadium
hidup aktuarial berkisar antara 40% sampai 45%. Dengan
awal memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
demikian protokol CHOP tetap merupakan protokol baku
kemoterapi saja.
terapi awal LNH agresif.
2984 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS
Selain itu, hasil GELA study (Coiffier et al) menunjukkan Mel (Mantle Cell lymphoma) agresif. Terapi yang
bahwa para pasien usia tua dengan LNH agresif, diberikan adalah Hyper CVAD alternating dengan
penambahan rituximab pada setiap siklus CHOP metotreksat dosis tinggi plus sitarabin dosis tinggi.
meningkatkan overall survival dalam 3 tahun dari 49% Rituximab ditambahkan untuk regimen ini. Pasien <65
menjadi 62% bila dibandingkan dengan CHOP saja. Selain tahun dipertimbangkan dilakukan transplantasi autologus
itu, regimen yang sama dapat menghasilkan "disease atau alogenik setelah dua atau empat siklus kemoterapi.
control" (cure) sekitar 30-40% pada pasien stadium lanjut Siklus regimen ini diulang setiap 21 hari. Protokol Leiden
LNH derajat keganasan menengah dan tinggi khususnya untuk stadium III dan IV, mengikuti "European
Intergroup Trio/" yang membandingkan mieloablatif
LNH intermediate/high grade yang refrakterl radiokemoterapi diikuti dengan transplantasi sumsum
relaps: tulang atau dosis pemeliharaan dengan INF-a setelah
pasien refrakter yang gagal mencapai complete re- tercapai remisi dan sitoreduksi dengan kemoterapi yang
spans diberikan terapi salvage dengan radioterapi mengandung kombinasi antrasiklin
jika area yang terkena tidak ekstensif. Terapi :Jilihan Terapi induksi 1: (R-Hyper VCAD)
bila memungkinkan adalah kemoterapi salvage diikuti Rituximab 375 mg/m2 IV hari I dan 8
dengan transplantasi stem cell autologus/PBSCT Siklofosfamid 300mg/m21V setiap 12jam hari 1-3
Kemoterapi salvage terdiri dari high-dose sitosin Vinkristin 2 mg IV hari ke 4 dan 11
arabinose, kortikosteroid dan sisplatin dengan atau Doksorubisin 25 mg/m2, infus selama 24 jam hari
tanpa etoposid. Pilihan lain ICE, MINE, dan yang lain ke 4 dan 5
seperti CEPP/B, EVA, miniBEAM, VAPEC B dan infus Deksametason 40 mg IV atau PO, hari 1-4 dan hari
EPOCH. ke 11-14
Kemoterapi dosis tinggi dengan radioterapi diikuti Granulosit Colony-stimulating factor (G-CSF), 51-1g/
PBSCT kg IV atau SC setiap hari, dimulai hari ke 6 sampai
Allogenic BMT neutropil >4500/I-IL
.. * hanya apabila CD 20 +
** aa-IPI = age-adjusted IPI
$ dalam waktu dekat dibuka
¥ ingat criteria inklusi pada penelitian P35
ULN = upper limit of normal
R-CHOP '" CHOP + rituximab
LlMFOMA NON-HODGKIN 2985
metotreksat selesai diikuti 15mgPO setiap 6 jam Atmakusuma D. Aspek Selular dan Molekular Limfoma
total 8 dosis (dosis disesuaikan berdasarkan kadar NonHodgkin.Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM.
serum metotreksat)
Childhood NonHodgkin's Lymphoma (PDQ"'). National Cancer
Sitarabin 3000mg/m 2 iv selama 1 jam setiap 12 jam Institute
total 4 dosis dimulai hari ke 2 (dosis dikurangi men Coiffier B, Herbrecht R, Tilly H, Sebban C. et al. Gela Study
jadi 1000mg/m< perdosis untuk pasien >60 tahun Comparing CHOP and R-CHOP in elderly patients with
DLCL:3-year median follow-up with an analysis according
dengan serum kreatinin lebih dari 1,5mg/dl) to comorbidity factors.Presentation at the 39'" Annual Meeting
of the American Society ofClinical Oncology, 31 May-3 June 2003,
Limfoblastik limfoma. Terapi sama dengan ALL Chicago, USA
(misal: protokol ALL-4 ). Pasien dengan prognosis jelek Complete Summary of GUIDELINE:The use of chemotherapy
dipertimbangkan untuk transplantasi sumsum tulang and growth factors in older patients with newly diagnosed,
awal atau regimen kemoterapi awal yang lebih intensif. advanced-stage, aggressive histology non-Hodgkins'
lymphoma. 1998-2004 National Guideline Clearinghouse
Universitas Stanford mengusulkan regimen: Czuczman MS, Weaver R, A1kuzweny B, Berlfein J, Grillo-Lopez
Terapi induksi 1 bulan AJ. Prolonged Clinical and Molecular Remission in Patients
Profilaksis susunan saraf pusat (SSP) 1 bulan With Low-Grade or Follicular Non-Hodgkin's Lymphoma
Treated With Rituximab Plus CHOP Chemotherapy: 9-year
Terapi konsolidasi 3 bulan Follow-Up. Journal of Clinical Oncology. Volume 22. Number
Terapi maintenance 7 bulan. 23. December 1 2004
Davis TA, Grillo-Lopez A, White CA, et.a!. Rituximab Anti-
" CD20 Monoclonal Antibocy Therapy in Non-Hodgkins's
Regimen
Lymphoma: Safety and Efficacy of Re-Treatment. Journal of
Siklofosfamid 400 mg/m2 PO untuk 3 hari pada ClinicalOncologtj, Vol 18 No. 17, 2000:pp 3135-43.
minggu 1,4,9,12,15 dan 18 Emmanouillides C, Casciato DA. Hodgkin and non-Hodgkin
Doksorubisin 50 mg/m2 iv pada minggu 1A,9, 12, 15 Iymphoma.ln Manual of clinical oncolOgy, 5th Ed. Edited by
Casciato DA. Lippincot Williams & Wilkins, 2004 : 435-56.
dan 18 Fisher RI, Mauch PM, Harris LN, Friedberg JW. Non Hodgkins
Vinkristin 2 mg IV minggu 1,2,3,4,5,6,9,12,15, dan 18 lymphomas.ln Cancer priciples & practice of oncology 7"'
Prednison 40 mg/m2 setiap hari selama 6 minggu Ed. Edited by DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA. 2005
:195793/
(tappering om, dilanjutkan selama 5 hari pad a minggu
Fisher RI, Gaynour ER, Dahlberg S et al. Comparison of standart
9, 12,15,dan 18 regimen (CHOP) with three intensive chemotherapy regimen
Profilaksis SSP dengan radioterapi whole-brain (2400 for advanced NHL. NEngl J Med 1993; 328: 1002-6.
cGy dalam 12 fraksi) dan metotreksat intratekal (12 Forspoinlner R, Dreyling M, Repp R, et all. The summary: the
addition of rituximab to a combination of fludarabine,
mg setiap kali untuk 6 dosis) diberikan antara minggu cyclophosphamide, mitoxantrone (FCM) significantly
4 dan 9. increases the response rate and prolongs survival as compared
L-asparaginase 6000 U/m2 (maximum 10.000 U) untuk to FCM alone in patients with relapsed and refractory
follicular and mantle cell lymphomas - results from a
5 dosis pada awal peberian profilaksis SSP.
prospective randomized study of the German Low Grade
Terapi maintenance terdiri dad metotreksat (30 mg/ Lymphoma Study Group (GLSG). Blood 2004;104:3064-71.
m2 PO setiap minggu) dan 6-merkaptopurin (75 mg/ Ghiemilmini Michele, Schmitz Shu-Fang Hsu, Cogliatti Sergio
B.et.aJ. Prolonged treatment with rituximab in patients with
m2 PO setiap hari) dari minggu 23 sampai 52.
follicular lymphoma significantly increases event-free survival
Difuse Small Cleaved Cell/Burkitt's Limfoma. Terapi and response duration compared with the standard weekly x
jenis ini sama dengan limfoma agresif (sel besar difus) 4 schedule. Blood, 14 June 2004. Volume 103, Number 12
Gordon LI. Non-Hodgkin lymphoma. Manual of clinical
stadium lanjut; mengunakan regimen kombinasi yang Hematology, 3,d Ed. Edited by Mazza JJ. Lippincot Williams
agresif. Pasien dengan limfomajenis ini mempunyai risiko & wilkins, 2002 : 318-33.
2986 ONKOLOGI MEOIK KHUSUS
,"
392
PENYAKIT HODGKIN
Rachmat Sumantri
----~·-----------2987-·--------------
2988 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS
Pada pemeriksaan faal hati terdapat gangguan fual hati PENTAHAPAN (STAGING)
yang tidak sejalan dengan keterlibatan limfoma pada hati.
Peningkatan alkali fosfatase dan adanya ikterus kolestatik Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan
dapat merupakan gejala paraneoplastik tanpa keterlibatan menilai prognosis. Staging dilakukan menu rut Cotswolds
hati. Dapat terjadi obstruksi biliaris ekstrahepatik karena (1990) yang merupakan modifikasi dari klasifikasi Ann
pembesaran kelenjar getah bening porta hepatis. Arbor (1971).
Pemeriksaan faal ginjal: peningkatan kreatinin
Stadium I keterlibatan satu regio kelenjar getah bening
dan ureum dapat diakibatkan obstruksi ureter. Adanya
atau struktur jaringan limfoid (Iimpa, timus, einein
nefropati urat dan hiperkalsemi dapat memperberat fungsi
Waldeyer) atau keterlibatan 1 organ ekstralimfatik.
ginjal. Sindroma nefrotik sebagai fenomena paraneoplastik
dapat terjadi pada limfoma Hodgkin. Hiperurisemi Stadium II Keterlibatan .2:.2 regio kelenjar getah bening
merupakan manifestasi peningkatan turn-over akibat pada sisi diafragma yang sama (kelenjar hilus bila terkena
limfoma. Hiperkalsemi dapat disebabkan sekunder karena pada kedua sisi termasuk stadium II); keterlibatan lokal1
produksi limfotoksin (osteoclast activating factor) oleh organ ekstranodal atau 1 tempat dan kelenjar getah bening
"
jaringan Iimfoma.Kadar LDH darah yang meningkat dapat pada sisi diafragma yang sama (lIE). Jumlah regio anatomik
menggambarkan massa tumor dan turn-over. Poliklonal yang terlibat ditulis dengan angka (contoh :11).
hipergamaglobulinemi sering didapatkan pad a limfoma Stadium III Keterlibatan regio kelenjar getah bening
Hodgkin dan Non Hodgkin. pada kedua sisi diafragma (III), dapat disertai lien (Ills),
atau keterlibatan 1 organ ekstranodal (I II E) atau keduanya
Biopsi Sumsum Tulang (IIISE).
Dilakukan pada stadium lanjut untuk keperluan staging,
keterlibatan sumsum tulang pada limfoma Hodgk n sulit 1111 Dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening
didiagnosis dengan aspirasi sumsum tulang. splenik, hilar,seliak atau portal.
Jackson dan Lukes dan Butler Konferensi Rye Klasifikasi REAL Klasifik~~i WHO
Parker
Paragranuloma Limfositik atau histiositik Predominan limfosit HD klasik nodular HD nodularpredominan-
Limfositik atau histiositik - predominan-limfosit limfosit
nodular, difus HD klasik padat-limfosit HDklasik padat,limfosit
Granuloma Sklerosis nodular Sklerosis nodular Sklerosis nodular Sklerosis: nodular
Selularitas campuran Selularitas campuran Selularitas campuran selularitas campuran
Sarkom,l Fibrosis difus Deplesi limfosit Deplesi limfosit Deplesi limfosit
Retikular HD klasik yang tidak
terklasifikasi
Klasifikasi Rye:
Lymphocyte Predominant Massa mediastinal yang besar
Nodular sclerosis Ekstranodal
Mixed cellularity Peningkatan laju endap darah, 2:. 50 untuk tanpa gejala
Lymphocyte depletion atau 2:. 30 untuk dengan gejala (B)
Tiga atau lebih regio yang terkena
Klasifikasi WHO: Menu'ut EORTC/GELA (European Organization for
Nodular lymphocyte predominance Hodgkin Lymphoma Resear.::h and Treatment of Carcinoma/Groupe d'Etude des
(Nodular LPHL):Saat ini dikenal sebagai indolent B-cell Lymphomes de l:Adulte) faktor risiko yaitu:
Non Hodgkin Lymphoma dan bukan true Hodgkin Massa mediastinal yang besar
Disease. Tipe ini mempunyai sellimfosit dan histiosit, Usia 50 tahun atau lebih
CD 20 positif tetapi tidak memberikan gambaran sel Peningkatan laju endap darah
Reed-Stenberg. KEterlibatan 4 regio atau lebih ,.
Classic Hodgkin Limphoma: Lymphocyte rich, Nodular
Dalam guideline yang dikeluarkan oleh National
sclerosis, Mixed celiuraritYt Lymphocyte depleted.
Comprehensive Cancer Network (2004) regiman kemoterapi
yang direkomendasikan adalah ABVD dan Stanford V
sebagai kemoterapi terpilih.
TERAPI
Terapi lain Penyakit Hodgkin yang masih diteliti adalah:
Pengobatan limfoma Hodgkin adalah radioterapi ditambah Imunoterapi dengan antibodi monoklonal anti CD
kemoterapi, tergantung dari staging (Clinical stage CS) 20, imunotoksin anti CD 25, bispesifik monoklonal
dan faktor risiko. antibodi CD 16/CD 30 bispesifik antibodi dan radio
Radioterapi meliputi extended field radiotherapy immunoconjugates.
(EFRT), involved field radiotherapy (lFRT) dan radioterapi
(RT) pada Limfoma Residual atau Bulky Disease.
Faktor risiko untuk terapi menurut German Hodgkin's PENYAKIT HODGKIN DAN KEHAMILAN
Lymphoma Study Group (GHSG) meliputi:
Penyakit Hodgkin dapat dijumpai pada kehamilan,
2990 ONKOLOGI MEDIK KHUSUS
COPP 28
., - Cyclophosphamide 650 IV 1,8
- Oncovin 1,4 IV 1,8
- Procarbazine 100 PO 1-14
- Prednisone 40 PO 1-14
ASVD 28
.. Adriamycin 25 IV 1,15
- Bleomycin 10 IV 1,15
- Vinblastine 6 IV 1,15
- Dacarbazine 375 IV 1,15
Stanford V
- Mechlorethamine 6 IV minggu 1,5,9 12 minggu
- Adtiamycin 25 IV minggu 1.3,5,9,11
- Vinblastine 6 IV minggu 1.3,5,9,11
- Vincristine 1,4 IV minggu 2,4,6,8,10,12
- Bleomycin 5 IV minggu 2,4.6,8,10,12
- Etoposide 60)( 2 IV minggu 3,7,11
- Prednisone 40 PO minggu 1-9, tappering
minggu 10 -12
- G-CSF SC
Tabel 5. R,ekom,endasi Terapi untuk Limfoma Hodgkin Relaps dan Progresif Primer
Relaps Terapi
• Relaps setelah radioterapi Kemoterapi
• Nodal relaps CS I - II
tanpa gejala S, Radioterapi salvage
tanpa radioterapi sebelumnya
• Progresif primer '-Ugh dose chemotherapy (HDCT)
• Relaps dini ::liikuti oleh transplantasi sel asal "Autologous Stem Cell
} Transplantation" (ASCn
• Relaps lanjut
REFERENSI
"