BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
KANKER PAYUDARA
2.1 Epidemiologi
Kanker Payudara adalah keganasan yang paling sering ditemukan
pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika Serikat kanker payudara memiliki
insiden sebesar 29% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada wanita,
terbesar kedua setelah kanker paru. Prediksi yang telah dilakukan di Amerika
Serikat, pada tahun 2013 didapatkan 232.340 kasus baru untuk kanker
payudara invasive, dan 2240 kasus pada pria. Pada tahun 2011 di AS sendiri
didapatkan 57.650 kasus baru kanker payudara in situ dengan perkiraan 83%
diantaranya adalah DCIS dan 11% adalah LCIS.
Gambar 2.1. Estimasi kasus kanker baru dan kematian sepuluh jenis
kanker terkemuka menurut jenis kelamin di Amerika Serikat, 2013.8
4
2.4 Diagnosis
Evaluasi umum dikenal dengan triple assessment breast cancer yang
meliputi pemeriksaan klinis, imaging (mamografi, ultrasonografi, atau
keduanya) dan biopsi jarum halus. Peningkatan kewaspadaan masyarakat
terhadap skrining awal membantu penegakan diagnosis lebih dini, sehingga
memungkinkan tercapainya terapi pembedahan dan kuratif secara
komplit.7,8,9,19
Pemeriksaan klinis yang dilakukan diantaranya perubahan pada
bentuk dan permukaan payudara, kulit yang tertarik, inversi puting payudara,
vena dilatasi, ulkus, penyakit Paget, udem atau peau d’orange. Jika ditemukan
area inflamasi, maka dapat menjadi indikasi kanker payudara jika disertai
konsistensi yang mengeras, bentuk ireguler, nodul fokal, fiksasi pada kulit
atau otot.
Skrining untuk deteksi awal yang dapat dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan klinis payudara, mamografi,
ultrasonografi dan MRI. USG dan MRI lebih sensitif jika dibandingkan
dengan mamografi untuk kanker invasive pada payudara tanpa jaringan
lemak. Kombinasi antara mamografi, pemeriksaan klinis dan MRI adalah
pemeriksaan yang paling sensitif jika dibandingkan dengan tes lainnya.9
7
2.6 Stadium
Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke 7,
berikut ini adalah staging kanker payudara:15
T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama.
Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm. (gambar 2.2)
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan
ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b
: Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang
terbatas pada 1 payudara.
10
2.7 Marker
Marker molekular pada kanker payudara stadium awal terdiri dari ER,
PR dan Her2. Ekspresi ER merupakan prediksi kuat dari respon anti-estrogen
terapi. ER+ memiliki prognosis 10 tahun yang baik. Tetapi memiliki potensi
rekurensi setelah 10-20 tahun setelah diagnosis awal. Hal ini yang
menjadikan ER faktor prognosis lemah. Overekspresi/ amplifikasi Her2
merupakan predictor respon terhadap trastuzumab (monoclonal anti-Her2
antibody).
Luminal A
Kanker payudara sub tipe luminal A adalah tipe yang paling banyak
ditemui mencapai 50-60%. Tipe ini muncul karen ekspresi gen yang
diaktivasi oleh transkripsi ER yang khas pada lapisan epitel luminal dari
duktus mamaria. Tipe ini juga menunjukkan ekspresi rendah dari gen yang
berhubungan dengan proliferasi sel. Berdasarkan profil molekular, semua
kasus LCIS merupakan tumor luminal A.
Luminal B
HER2 positive
Ada tiga obat yang bekerja pada Her2 positif yaitu trastuzumab
(hercetin), lapatinib (tykerb) dan pertuzumab (Perjeta)
Dari segi klinis, sub tipe HER2 memiliki sifat prognosis buruk,
meskipun penggunaan anti-HER2 menunjukkan peningkatan survival selama
dekade terakhir pada pasien dengan metastasis maupun pada stadium awal.
Sub tipe HER2 dan basal-like sensitifitas terhadap kemoterapi tinggi dengan
response rate lebih tinggi dibandingkan dengan sub tipe luminal A dan B.20,21
14
Basal-like
Normal breast
Claudin-low
Sub tipe intrinsik baru ini ditemukan pada tahun 2007. Karakteristik
kelompok ini ditandai dengan ekspresi lemah gen pada adesi interseluler dan
tight junctions termasuk claudin-3, -4, -7 cingulin, ocludin dan E-cadherin,
sehingga diberi namaclaudin-low. Yang membedakan dengan sub tipe basal-
like adalah kelompok ini memberikan ekspresi sangat kuat pada 40 gen yang
berhubungan dengan respon imun pada infiltrasi yang tinggi terhadap sel-sel
sistem imun tumor. Tumor ini menunjukkan prognosis jangka panjang yang
buruk dan respon buruk terhadap kemoterapi neoadjuvant dengan nilai
intermediet antara tipe basal dan luminal.17,18
15
BAB 3
TERAPI TARGET
Terdapat dua tipe terapi target utama, yaitu tipe monoclonal antibody
dan small molecule inhibitors. Keduanya memiliki mekanisme aksi dan
toksisitas yang berbeda sehinggga merubah banyak aspek penting dalam
pengobatan kanker.
1. Monoclonal antibody
Monoclonal antibody memiliki efek anti kanker dengan berbagai
mekanisme, yaitu dengan memanfaatkan fungsi imunitas host, termasuk
NK sel dan jaras komplemennya untuk melawan sel-sel target; dengan
melakukan ikatan dengan ligan atau reseptor sehingga mengganggu proses
perkembangan sel kanker; cara lainnya dengan membawa bahan yang
mematikan seperti radioisotope atau racun ke sel target. Karena struktur
protein mengalami denaturasi pada traktus digestivus, maka pemberian
monoclonal antibody dilakukan secara intravena, tidak melewati
metabolisme hepar sehingga tidak mengalami interaksi dengan obat
19
2. Target angiogenesis
Pada kanker payudara, inisiasi fenotip angiogenik dihubungkan dengan
progresifitas penyakit dari tipe DCIS sampai invasif karsinoma. Jaras
sinyal VEGF dan HER2 berhubungan pada level molekular untuk
proliferasi sel. Level VEGF intratumor brhubungan dengan resistensi
terhadap kemoterapi dan tamoxifen. Beberapa agen antiangiogenik telah
dicoba pada percobaan klinis fase I/II untuk terapi kanker payudara, baik
secara tunggal maupun kombinasi dengan carboxyamidotriazole,
interleukin-12, thalidomide, celecoxib, soy isoflavone, anti avb3 integrin
monoclonal antibody and MMPs inhibitors.
Pada studi klinis fase I menunjukkan bevacizumad aman digunakan
tanpa dosis minimal untuk menghindari toksisitas, dan dapat juga
dilakukan kombinasi tanpa terjadi toksisitas. Pada percobaan klinis fase
II didapatkan bevacizumab sebagai terapi tunggal ditoleransi dengan
baik, dengan efek samping minimal berupa hipertensi, proteinuria dan
epistaksis.3
4. Target farnesylation
BAB 4
PEMILIHAN TERAPI TARGET PADA KANKER PAYUDARA
Terapi lain juga tersedia untuk bentuk lain dari tipe kanker payudara
yang tidak hormone dependent. HER2 protein merepresentasikan reseptor
yang paling umum diekspresikan dalam kanker payudara dan dianggap
sebagai biomarker yang relevan untuk perawatan. Transtuzumab antibodi
rekombinan (Herceptin) menargetkan HER2 dan merupakan obat pertama
yang disetujui oleh FDA pada tahun 1998 untuk pengobatan kanker payudara
dengan HER2 positif. Agen terapi lain yang mengikuti seperti pertuzumab
dan lapatinib belum menunjukkan kekebalan terhadap pengembangan
mekanisme resistensi dengan efek samping yang signifikan untuk pasien.
Antibodi monoklonal yang terkonjugasi TDM1 (trastuzumab emtansine) juga
dapat digunakan dalam kanker payudara dengan HER2 positif. Hal ini
dikarenakan trastuzumab secara efisien mengangkut obat DM1, suatu
penghambat mikrotubulus, langsung ke dalam sel-sel kanker payudara untuk
menghambat pertumbuhannya.
24
Inhibitor pada jalur hilir seperti PI3K / AKT / mTOR dan RAS / MEK
/ ERK juga dapat digunakan untuk tujuan terapi seperti halnya agen yang
ditujukan bekerja terhadap tirosin kinase, seperti SRC, insulin like growth
factor [IGF / IGF-reseptor ( IGFR)], penghambat poli-ADP ribose
polymerase (PARP) dan juga matriks metalloproteases (MMP) yang terlibat
dalam invasi sel kanker dan metastasis.
Transtuzumab
Antibodi rekombinan pertama yang disetujui oleh FDA untuk terapi
target kanker payudara HER2-positif adalah trastuzumab atau Herceptin
,diikuti oleh agen lain seperti pertuzumab dan lapatinib.
Trastuzumab mengikat ke wilayah juxtamembrane dari reseptor
tirosin kinase HER2 yang menghasilkan uncoupling dari heterodimer HER2
/ HER3 dan konsekuensi penghambatan signaling hilir dan sitotoksisitas.
Efektifitas trastuzumab dalam menghambat proliferasi sel-sel kanker
payudara mungkin tergantung pada keberadaan HER reseptor endogen yang
mengaktifkan ligan EGF dan heregulin-β1.
Kelemahan utama dalam terapi trastuzumab direpresentasikan oleh
efek samping yang serius pada jantung. Hal ini diakibatkan dari administrasi
antibody monoklonal ini. Analisis mutasi spesifik HER2 mungkin dapat
memprediksi efek toksik pada jantung.
HER-2 diekspresikan pada miokard manusia dewasa dan terapi
trastuzumab sayangnya membawa risiko menginduksi disfungsi jantung dan
gagal jantung kongestif. Ketika kemoterapi lain diterapkan sebagai tambahan
dari terapi trastuzumab, salah satunya harus dipertimbangkan efek
kardiotoksisitas yang terkait dengan anthracyclin diikuti dengan
penghambatan reseptor HER-2 / erbB2 untuk memastikan keamanan bagi
pasien. Beberapa efek samping kardiotoksik dari trastuzumab dapat
reversibel dari waktu ke waktu dan dalam beberapa kasus, pemberian antibodi
monoklonal setelah kemoterapi atau radioterapi dapat menurunkan potensi
risiko efek samping pada jantung.
27
4.1.3 VEGF
VEGF dan reseptornya pada permukaan sel, merepresentasikan
modulator utama dalam munculnya angiogenesis tumor. Avastin atau
bevacizumab (antibodi anti-VEGF manusia) telah memainkan peran kunci
dalam terapi anti-angiogenik untuk pengobatan kanker bersamaan dengan
penghambat reseptor kinase VEGF molekul kecil.
Ligan VEGF mempresentasikan dirinya sebagai struktur
homodimerik antiparallel, di mana setiap monomer dibuat sebagian besar dari
helai β yang distabilkan oleh simpul disulfide dan dua jembatan disulfida
intermolekular yang dilepaskan secara simetris, yang bertanggung jawab
untuk menghubungkan monomer bersama. Pada domain ekstraseluler
masing-masing dari tiga VEGF reseptor (VEGF-1, VEGF-2, VEGF-3) ada
tujuh struktur seperti imunoglobulin (domain Ig).
Keempat anggota keluarga VEGF dan faktor pertumbuhan plasenta,
berikatan dengan ketiga sel endotel tirosin kinase reseptor yang masing-
masing memiliki fungsi yang berbeda beda.
VEGFR1 berfungsi untuk memulai diferensiasi dan mempertahankan
serta menjaga pembuluh darah.
VEGFR2 menginduksi proliferasi sel endotel dan permeabilitas
pembuluh darah
VEGFR3 untuk menstimulasi lynphangiogenesis.
Reseptor isoform spesifik neuropilin-1 dan neuropilin-2 dapat berikatan
dengan kelas 3 semaphorins dan terlibat dalam pertumbuhan aksonal dan juga
untuk beberapa isoform dari VEGF1 sebagai ko-reseptor yang menghasilkan
ikatan tambahan VEGF terhadap VEGFR2.
Beberapa jalur lain diimplikasikan oleh fungsi VEGF sebagai
proteolitik dan aktivator heparin ,lebih lanjut memodulasi situs reseptor
menghasilkan berbagai efek seluler seperti peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, proliferasi sel endotel, pembentukan dan kelangsungan
hidup tubular. VEGFR biasanya berasal dari endotel tetapi pada beberapa
kasus mereka mungkin terletak di stroma sebagai makrofag dan sel-sel tumor
itu sendiri. Di bawah kondisi oksigen rendah yang abnormal (Hipoksia),
29
oleh peningkatan kadar enzim PARP dan sering berasal dari sel seperti tipe
basal. TNBC merupakan fenotip agresif yang paling banyak pada kanker
payudara, tanpa tersedianya terapi target yang spesifik. Dua belas persen dari
TNBC dicirikan oleh subtipe claudin-low; ini dapat diidentifikasi dengan
ekspresi DNA microarray profiling, suatu metode yang muncul secara
perlahan dalam praktek klinis untuk mendeteksi bentuk langka kanker
payudara ini. Jenis tumor ini tampaknya merespon molekul yang
menargetkan system perbaikan DNA untuk menginduksi letalitas sintetis jika
digunakan dalam kombinasi dengan obat lain. Inhibitor PARP adalah suatu
contoh pilihan terapeutik ketika salah satu gen dalam pasangan mematikan
sintetis, dengan satu gen yang sudah rusak, adalah
ditargetkan menghasilkan kematian sel. PARP iso-enzim termasuk
sekelompok 18 molekul yang merupakan pusat perbaikan jalur perpecahan
DNA rantai tunggal. Sebagai contohnya adalah mutasi BRCA1-2 pada kanker
payudara, skenario ini memungkinkan untuk inhibitor PARP untuk
menargetkan dan memblokir hanya fungsi sistem perbaikan DNA, karenanya,
selektif membunuh sel tumor bersamaan dengan menyelamatkan sel yang
sehat dan membatasi toksisitas untuk pasien. Nukelus dasar fibroblast faktor
pertumbuhan (bFGF) adalah protein yang ditemukan dalam subset TNBC
yang berkontribusi pada munculnya resistensi setelah kemoterapi. Studi in
vitro menunjukkan bahwa sisa sub-populasi TNBC tetap ada setelah
kemoterapi jangka pendek dan melanjutkan proliferasi seiring berjalannya
waktu. Ketika bFGF dilumpuhkan pada sel kanker residual menggunakan
short hairpin RNA, jumlah sisa sel TNBC menurun. Fenomena ini terkait
dengan penurunan regulasi protein yang bergantung pada DNA kinase (DNA-
PK) bertanggung jawab untuk mempercepat perbaikan DNA. Studi ini
mungkin menunjukkan bahwa ekspresi bFGF di sel TNBC bisa menjadi
prediktor prognostik dari respon kemoterapi yang tidak lengkap dan
kekambuhan tumor di masa depan pada pasien TNBC.
Sunitinib tampaknya terbukti dapat menekan angiogenesis, proliferasi
tumor, migrasi dan pertumbuhan sel basal kanker payudara; Model xenograft
menunjukkan bahwa volume tumor menurun di bawah pengaruh dari
sunitinib , namun karena efeknya pada ekspresi protein Notch-1 dan hipoksia
31
Gambar 4.2 Panduan terapi pada hormone reseptor positif dan HER2
positif (NCCN)
Gambar 4.3. Panduan terapi pada hormon reseptor positif dan HER2
negatif (NCCN)
Trastuzumab
Trastuzumab adalah suatu humanized monoclonal antibody dengan
spesifisitas tinggi terhadap protein HER2 yang digunakan sebagai agen
tunggal pada terapi lini pertama atau kedua pada kanker payudara dengan
metastasis (MBC). Kombinasi trastuzumab dengan kemoterapi meningkatkan
time to progression (TTP), response rate (RR), duration of response and
overall survival (OS) jika dibandingkan dengan penggunaan kemoterapi
28
tunggal. Penggunaan kombinasi trastuzumab dengan doxorubicin
menimbulkan kardiotoksisitas sehingga jarang digunakan. Beberapa studi
klinis menunjukkan kombinasi yang dapat ditoleransi dengan baik adalah
dengan garam platina, paclitaxel, doxetaxel, vinorelbine, atau triple dengan
taxanes dan garam platinum.
35
Untuk pasien dengan ERþ / HER-2þ MBC, untuk siapa terapi CT-
anti-HER2 dipilih sebagai terapi lini pertama dan menyediakan
bermanfaat, masuk akal untuk menggunakan terapi anti-HER2 ET
sebagai terapi pemeliharaan, setelah menghentikan CT, meskipun ini
strategi belum diteliti dalam uji coba secara acak.
Pasien yang menjalani terapi anti-HER-2 dikombinasikan dengan
agen sitotoksik atau endokrin harus ditawarkan
terapi anti-HER-2 tambahan dengan pengobatan selanjutnya karena
bermanfaat untuk melanjutkan supresi HER-2 jalan. Durasi optimal
terapi anti-HER-2 untuk MBC (yaitu kapan harus menghentikan
agen-agen ini) saat ini tidak diketahui
Pada pasien yang mencapai remisi lengkap, durasi optimal terapi anti-
HER2 pemeliharaan tidak diketahui dan perlu diimbangi dengan
toksisitas pengobatan, beban logistik dan biaya. Menghentikan terapi
anti-HER2 setelah beberapa kali tahun remisi lengkap berkelanjutan
dapat dipertimbangkan pada beberapa pasien, terutama jika tantangan
ulang pengobatan tersedia dalam kasus perkembangan.
Pasien yang telah menerima terapi anti-HER-2 jenis (neo) apa pun
tidak boleh dikecualikan dari uji klinis untuk MBC HER-2þ. Pasien-
pasien ini tetap kandidat untuk terapi anti-HER-2.
Pada pengaturan baris pertama, untuk HER-2þ MBC yang
sebelumnya telah diterapi (dalam pengaturan adjuvant dengan DFI>
12 bulan) atau tidak diobati dengan trastuzumab, kombinasi CT þ
trastuzumab lebih unggul dari kombinasi CT þ lapatinib dalam hal
PFS dan OS
Terapi lini pertama standar untuk pasien yang sebelumnya tidak
diobati dengan terapi anti-HER-2 adalah kombinasi dari
CT þ trastuzumab dan pertuzumab, karena telah terbukti lebih unggul
dari CT þ trastuzumab dalam hal OS dalam hal ini populasi
Untuk pasien yang sebelumnya diobati (dalam pengaturan adjuvant
(neo)) dengan terapi anti-HER-2, kombinasi dari CT þ trastuzumab
dan pertuzumab merupakan pilihan penting untuk terapi lini pertama.
38
Beberapa (88) dari pasien ini dirawat dalam sidang Cleopatra dan
semua dengan interval bebas trastuzumab> 12 bulan
Saat ini tidak ada data yang mendukung penggunaan blokade ganda
dengan trastuzumab þ pertuzumab dan CT di luar perkembangan
(yaitu melanjutkan blokade ganda di luar perkembangan) dan oleh
karena itu 3 rejimen obat ini tidak boleh diberikan di luar
perkembangan di luar uji klinis
Pada pasien HER-2þ MBC, yang sebelumnya tidak diobati dengan
kombinasi CT þ trastuzumab þ pertuzumab, itu adalah dapat diterima
untuk menggunakan perawatan ini setelah baris pertama
Setelah terapi berbasis trastuzumab baris pertama, T-DM1
memberikan efikasi superior dibandingkan dengan terapi berbasis
HER-2 lainnya di baris ke-2 (versus lapatinib þ capecitabine) dan
seterusnya (versus perawatan pilihan dokter).
T-DM1 harus lebih disukai pada pasien yang telah berkembang
melalui setidaknya 1 lini terapi berbasis trastuzumab, karena
memberikan manfaat OS
Namun, tidak ada data tentang penggunaan T-DM1 setelah blokade
ganda dengan trastuzumab þ pertuzumab
Dalam kasus perkembangan terapi berbasis trastuzumab, kombinasi
trastuzumab þ lapatinib adalah wajar pilihan pengobatan untuk
beberapa pasien. Namun demikian, tidak ada data tentang penggunaan
kombinasi ini setelah pengembangan pertuzumab atau T-DM1.
Semua pasien dengan HER-2þ MBC yang kambuh setelah adjuvan
atau terapi anti-HER-2 metastasis garis harus
dipertimbangkan untuk terapi anti-HER-2 lebih lanjut, kecuali dengan
adanya kontraindikasi. Pilihan anti-HER-2 agen akan tergantung pada
ketersediaan khusus negara, terapi anti-HER-2 spesifik yang
sebelumnya diberikan, dan interval bebas kambuh. Urutan optimal
dari semua terapi anti-HER-2 yang tersedia saat ini tidak diketahui.
Mengenai komponen CT pengobatan MBC positif HER-2
Ketika pertuzumab tidak diberikan, rejimen lini pertama untuk HER-
2 MBC dapat mencakup trastuzumab dikombinasikan dengan
39
Terapi endokrin (ET) adalah pilihan yang lebih disukai untuk penyakit
positif reseptor hormon, bahkan di hadapan visceral
penyakit, kecuali ada krisis visera atau kekhawatiran / bukti resistensi
endokrin.
Garis ET yang lebih disukai untuk pasien pascamenopause tergantung
pada jenis dan durasi adjuvan ET serta waktu berlalu dari ujung
40
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2004 and 2005.
Atlanta, Ga American Cancer Society; 2004 and 2005.
2. Sharial MSN, Crown, J, Hennessy BT. Overcoming resistance and
restoring sensitivity to HER2-targeted therapies in breast cancer.
Annals of Oncology, 2011; 35: pp.1-10
3. Bray F, McCarron P, Parkin DM., (2004), The changing global
patterns of female breast cancer incidence and mortality, Breast
Cancer Res 2004;6:229–39.
4. 4. Bhoo-Pathy N et al., (2013), Breast cancer research in Asia: adopt
or adapt Western knowledge? European Journal of Cancer, 49 (2013)
703–709.
5. Seow A, et al. (1996), Breast cancer in Singapore: trends in incidence
1968–1992, Int J Epidemiol 1996;25:40–5.
6. Trends of female breast cancer in Singapore 2006-2010, National
Registry of Diseases Office, Singapore (2012), Available from:
https://www.nrdo.gov.sg/publications/cancer.
7. Coughlin SS., Ekwueme DU., (2009), Breast cancer as a global health
concern. Cancer Epidemiol 2009;33:315–8.
8. Dickman PW, Adami HO. Interpreting trends in cancer patient
survival. J Intern Med2006; 260(2): pp.103–17
9. Gasparini G, Longo R, Torino F, Morabito A. Therapy of breast
cancer with molecular targeting agents. Annals of Oncology 2006; 16:
pp.28-34
10. Higgins MJ, Baseiga J. Targeted therapies for breast cancer. The
Journal of Clinical Investigation 2011; 121: pp.3797-3801
11. Wicki A, Rochlitz C. Targeted therapies in breast cancer. Swiss Med
Wkly 2012;142: pp.1350-55
12. Dowset M, Smith I. Targeted therapies for breast cancer. Cancer
Therapeutics – Breast Cancer 2011 ; 56:pp.875-907
13. Siegel R, Naishadham D, Jemal A. Cancer Statistics. CA Cancer J
Clin 2013;63:pp.11–30
14. Warner E. Breast Cancer Screening. New England Journal Medicine
2011;365:pp.1025-32
15. Kalogerakos K, Sofaudis C, Baltayiannis N. Early Breast Cancer :
a review. Cancer Therapy 2008 ;6:pp. 463-476
16. Abeloff MD, Wolff AC, Weber BL. Cancer of the Breast. In: Abeloff
MD, Armitage JO, Lichter AS, (eds). Clinical Oncology. 4th ed.
Philadelphia, Pa: Elsevier; 2008: 5: pp.1875–1943.
17. American Cancer Society. Breast Cancer Facts and Figures 2011-
2012. Atlanta, Ga: American Cancer Society. 2011.
18. American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2013. Atlanta,
Ga: American Cancer Society; 2013.
19. American Cancer Society. Cancer Treatment & Survivorship Facts &
Figures, 2012- 2013. Atlanta, Ga: American Cancer Society, 2012.
20. American Joint Committee on Cancer. Breast. In: AJCC Cancer
47