BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Kanker Payudara
Payudara adalah salah satu daripada ciri-ciri seks sekunder yang
mempunyai arti penting bagi wanita, tidak saja sebagai salah satu identitas
bahwa ia seorang wanita, melainkan mempunyai nilai tersendiri baik dari segi
biologik, psikologik, psikoseksual maupun psikososial (Dadang Hawari, 2004:
77).
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul
dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya
(dekstrutif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika
dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi
besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk
semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker yang
tumbuh cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. Penjalarannya ke jaringan lain disebut sebagai metastasis. Kanker
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat,
ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification
of Diseases (ICD) dengan nomor kode 174. Kanker ini mulai tumbuh di dalam
jaringan payudara, jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar
pembuat air susu) saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang
payudara.
1
Price (2005) mendefinisikan kanker payudara adalah kanker yang
sering terjadi pada kaum wanita (diluar kanker kulit). Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasi yang kemudian
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Sedangkan
menurut Ramli (1995) kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu
pertumbuhan jaringan payudara yang abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase. Tumor ini
tumbuh progresif dan relatif cepat membesar.
Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian pada wanita, kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada
gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan
berkembang biak tanpa dapat dikendalikan.Sel-sel kanker payudara ini dapat
menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
2
Tengah, kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 22.857 kasus (7,13
per 1000 penduduk).
Menurut survey sentinel dari Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
menemukan kanker payudara menempati urutan pertama, disusul kanker
genitalia interna perempuan, kanker serviks dan kanker kulit.
3
Di Asia, insidens berdasarkan Age Standardized Ratio (ASR) masih
rendah di kebanyakkan negara walaupun angka mencakupi lebih dari 50 per
100.000 penduduk (world standardized rate) di Manila, Philippines dan
South Karachi, Pakistan (Bray, 2004). Menurut Park (2008) salah satu
perkara yang harus diberi perhatian adalah dimana penderita kanker
payudara di negara-negara Asia relatif lebih muda.
4
menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara
menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun
1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.
Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang jumlah penderita kanker
payudara pada tahun 2007 sebanyak 634 orang, tahun 2008 sebanyak 493
orang dan pada tahun 2009 sampai bulan September sebesar 310 orang (Data
diperoleh dari bagian Catatan Medik RSDK tahun 2009 ). Di Ruang Bedah
Wanita dan Anak pada tahun 2007 sebanyak 327, Tahun 2008 sebanyak 133
dan Tahun 2009 sampai bulan September sebesar 160. (Data diperoleh dari
bagian Tata Usaha ruang Bedah Wanita dan Anak).
B. Tujuan Penulisan
5
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor determinan penyakit kanker payudara.
2. Untuk mengetahui pencegahan kanker payudara dan pengobatannya.
3. Untuk mengetahui kebijakan atau program pemerintah dalam menangani
masalah kanker payudara.
BAB II
METODE PENULISAN
Dari hasil penelitian case control dalam jurnal Breast Cancer and Selected
Lifestyle Variables yang dilaksanakan di Al-Sadar Teaching Hospital dan Pusat
Onkologi, Universitas Basrah pada tanggal 1 Januari sampai 30 Oktober 2006 dapat
diketahui bahwa faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan
resiko terjadinya kanker payudara, yaitu tingkat pendidikan, menarche awal, usia
yang lebih tua pada kelahiran anak pertama, pantang pemberian ASI, kurangnya
konsumsi buah-buahan dan sayuran, serta mengkonsumsi lemak hewan.
6
Dari jurnal penelitian tentang Risiko Penggunaan Pil Kontrasepsi Kombinasi
terhadap Kejadian Kanker Payudara pada Reseptor KB di Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo oleh Harianto, Rina Mutiara, dan Hery Surachmat yang dilakukan
dengan metode survai yang bersifat observasional berdimensi retrospektif dan dengan
desain kasus-kontrol secara hospital based , dapat diketahui bahwa Pengguna pil
kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker
payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi. Namun
demikian risiko tersebut tidak signifikan sebagai faktor risiko utama terjadinya
kanker payudara. Pil kontrasepsi kombinasi hanya sebagai peningkat risiko yang
ringan terhadap kejadian kanker payudara di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo.
7
Jurnal penelitian tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Para Wanita Dewasa Awal dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara
sendiri di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten oleh Dwi Sri Handayani
menggunakan desain penelitian korelasional dengan Crosssectional yaitu hubungan
pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan perilaku. Sampel penelitian 90
responden. Analisis yang digunakan adalah analisis Univariat dan Bivariat dengan uji
Chi square dengan taraf signifikasi 0,05 (5%). Hasil penelitian yaitu tingkat
pengetahuan responden tentang pemeriksaan payudara sendiri cukup yaitu 83,3%,
sikap responden tidak mendukung yaitu 98,9%, sedangkan perilaku responden adalah
perilaku salah yaitu 97,8%. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku responden, p-value =0,022 dan terdapat hubungan antara sikap dengan
perilaku responden, p-value=0,033. Pemeriksaan payudara sendiri berhubungan
dengan tingkat pengetahuan dan sikap responden.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashar Bugis dengan tujuan untuk mengetahui
Hubungan Faktor Risiko Menyusui dengan Kejadian Kanker Payudara pada Pasien
yang Dirawat Inap di RS Dr. Kariadi Semarang, menggunakan desain penelitian
cross sectional yang dilaksanakan bulan Maret - Juni 2007, didapatkan hasil bahwa
72 pasien. Menyusui merupakan faktor risiko terjadinya kanker payudara di RS
Dr.Kariadi Semarang (RP = 2,09 ;CI 95%=1,634 - 2,675).
8
Jambi oleh Sri Yun Utami menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 146 responden (72,6%), sebagian besar
responden memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 102 responden (50,7%). Untuk itu
disarankan agar berbagai pihak dapat ikut berperan serta dalam meningkatkan
pengetahuan remaja putri khususnya tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI), sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
9
BAB III
PEMBAHASAN
a. Hormon
Hubungan antara resiko kanker payudara dengan menarche,
menopause dan umur kehamilan yang pertama kali menunjukkan bahwa
hormon diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara.
Tapi lebih berperan sebagai promoter dibandingkan sebagai inisiator.
Aktifitas estrogen tampak penting, dengan pemberian estrogen dan
kekurangan progesterone merupakan faktor yang bermakna. Menarche awal
dan mundurnya menopause akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus
haid dan penutupan estrogen yang berulang-ulang mempunyai efek
rangsangan terhadap epitel mammae. Pengaruh yang menguntungkan dari
kehamilan aterm yang pertama kali mungkin diakibatkan kadar progesterone
yang meningkat atau prolaktin yang melindungi epitel mammae terhadap
pengaruh esterogen yang kurun waktu lama. Resiko yang berhubungan
dengan obesitas berhubungan dengan kemampuan sel lemak mensintesis
esterogen atau perubahan kadar hormone sex yang mengikat protein.
10
b. Kontrasepsi oral
Pil dengan esterogen dosis tinggi berhubungan dengan
meningkatnya resiko kanker endometrium dan mungkin juga dengan kanker
payudara.
c. Reseptor hormon
Hormon mempunyai efek pada sel hanya setelah terjadinya
interaksi dengan reseptor spesifik pada sel sasaran, steroid sex, esterogen
berinteraksi dengan reseptor inti. Selanjutnya interaksi dengan DNA
menimbulkan pembentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
diferensiasi dan poliferasi prolaktin dan polipeptida lainnya berinteraksi
dengan permukaan sel, hanya terbentuk bila terdapat reseptor estrogen yang
terdapat pada 35% kasus tumor.
11
dalam rentang 1,5 – 2,0 kali untuk hyperplasia, 4 – 5 kali untuk hyperplasia
atypicall. Peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita
dengan riwayat tumor jinak berhubungan dengan adanya proses proliferasi
yang berlebihan. Proses proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa
adanya pengendalian kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis
mengakibatkan timbulnya keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk
mendeteksi kerusakan pada DNA.
3. Aktifitas fisik
Dengan aktifitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat
dicapai keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar.
Aktifitas fisik / berolahraga yang cukup akan mengurangi risiko kanker
payudara tetapi tidak ada mekanisme secara biologik yang jelas sehingga.
Olahraga dihubungkan dengan rendahnya lemak tubuh dan rendahnya semua
kadar hormon yang berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Aktifitas fisik atau berolahraga yang
cukup akan berpengaruh terhadap penurunan sirkulasi hormonal sehingga
menurunkan proses proliferasi dan dapat mencegah kejadian kanker
payudara. Wanita yang melakukan olahraga pada waktu yang lama akan
menurunkan risiko kanker payudara sebesar 37%. Studi prospektif pada
wanita umur 30 - 55 tahun yang diikuti selama 16 tahun dilaporkan mereka
yang berolahraga sedang dan keras ≥ 7 jam/minggu memiliki risiko yang
lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang
berolahraga hanya 1 jam/minggu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
lama berolahraga < 4 jam/minggu signifikan meningkatkan risiko kanker
payudara.
4. Pola Konsumsi Makanan Berlemak
Beberapa Case control study menunjukkan bahwa pola diet
makanan berlemak dengan frekuensi yang tinggi akan dapat meningkatkan
risiko terkena kanker payudara serta penelitian beberapa penelitian yang
lainnya. Pada diet lemak yang tinggi akan meningkatkan produksi estrogen
karena meningkatnya pembentukan jaringan adipose. Peningkatan
konsentrasi estrogen dalam darah akan meningkatkan risiko terkena kanker
payudara karena efek proliferasi dari estrogen pada duktus ephitelium
payudara. Pada percobaan binatang didapatkan bukti adanya suatu proses
berkembangbiaknya sel yang lebih cepat akibat diet lemak tinggi dari tahap
promosi ke tahap progresi. Hubungan pengaruh frekuensi mengkonsumsi
makanan berlemak ini didukung oleh studi perpindahan penduduk (migrasi)
dari wilayah dengan diet lemak rendah ke wilayah dengan diet lemak
12
tingggi. Wanita Jepang atau Eropa Timur yang bermigrasi ke Amerika atau
ke Australia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kanker
payudara, sama peluangnya dengan wanita penduduk setempat pada generasi
yang sama. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa frekuensi
tinggi mengkonsumsi makanan berlemak signifikan meningkatkan risiko
kanker payudara.
13
dari suatu sistem dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Wanita yang
memiliki riwayat pernah menderita kanker ovarium kemungkinan akan
terkena kanker payudara. Wanita dengan kanker payudara menunjukkan
hiperplasi korteks ovarium. Terdapat hubungan positif antara kanker
payudara dan kanker ovarium, keduanya dianggap terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan hormon estrogen. Peningkatan risiko terkena kanker
payudara pada wanita yang pernah menderita kanker ovarium diduga
berhubungan dengan pengaruh peningkatan hormon estrogen, dan wanita
yang menderita atau pernah menderita kelainan proliferatif memiliki
peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara.
14
biphenyls (PCBs) dalam darah pada penderita kanker payudara. Adanya
kandungan estrogen pada pestisida diduga akan menyebabkan peningkatan
proses proliferasi sel. Pada penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa
pestisida sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kanker
payudara (OR = 1,74 ; 95% 95% CI : 0,39 – 7,68).
15
12. Kanker Ovarium pada Keluarga
Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar
bila anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker
ovarium. Terdapat juga hubungan positif antara kanker payudara dan kanker
ovarium, keduanya dianggap terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
hormon estrogen. Diperkirakan 15% sampai dengan 20% kanker payudara
dihubungkan dengan adanya riwayat kanker pada keluarga. Keluarga yang
memiliki gen BRCA1 yang diturunkan memiliki risiko terkena kanker
payudara lebih besar. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat
kanker ovarium pada keluarga secara signifikan meningkatkan risiko kanker
payudara.
16
8) dianjurkan mencukupi zat gizi dari natural food, tubuh tidak memerlukan
suplement bila makanan seimbang dan dikonsumsi sesuai kebutuhan.
17
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung
estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya tamoksifen, senyawa ini
mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada
reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel
payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara. Selain
menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan
berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh. Selain dalam
kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-kacangan lainnya.
c. Perilaku
d. Exercise / Olahraga
Dalam paragraph sebelumnya sangat dianjurkan untuk
memperhatikan kontrol berat badan untuk mencegah kanker payudara.
Sebagai implementasi untuk mengontrol berat badan adalah dengan cara
melakukan aktivitas yang sehat seperti melakukan olahraga yang teratur.
Sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan yang teratur selama 30-
45 menit setiap harinya. Penelitian AICR memaparkan bahwa rata-rata
wanita yang melakukan aktivitas fisik yang teratur dengan intensitas yang
tinggi dapat mengurangi kemungkinan serangan penyakit mematikan kanker
payudara dengan peresentase antara 14-20%.
18
Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur juga dapat membantu
peningkatan imun tubuh sedangkan seperti yang kita ketahui dengan baik
imun tubuh yang baik dapat membantu tubuh dengan sendirinya mencegah
tubuh dari serangan penyakit termasuk penyakit kanker payudara. Dengan
melakukan aktivitas fisik secara teratur maka dapat membantu tubuh untuk
mengurangi pemproduksian hormon yang berhubungan dengan hormon
insulin dan juga mengurangi pemproduksian hormon reproduktif.
2. Pengobatannya
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara
menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih
setelah biopsi.
Pola pengobatan kanker payudara tergantung pada stadium tumor.
Keberhasilan pengobatan kanker payudara bergantung pada stadiumnya.
Semakin dini ditemukan semakin mudah disembuhkan. Pengobatan kanker
payudara meliputi :
a. Operasi
Tindakan pengobatan dapat diakukan dengan Operasi yang
dilakukan dengan mengambil sebagian atau seluruh payudara. Cara
pengobatan ini bertujuan untuk membuang sel-sel kanker yang ada di dalam
payudara. Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker
payudara adalah sebagai berikut:
1) Lumpektomi
Lumpektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari
payudara dimana pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung
sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan
pemberian radioterapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir
payudara.
2) Mastektomi
Mastektomi merupakan operasi yang dilakukan untuk
mengangkat seluruh payudara beserta kankernya, kadang-kadang beserta
otot dinding dada.
a) Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot
dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk
menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah
dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan
19
utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif
yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika
dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
b) Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau
modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat
dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar
getah bening ketiak.
c) Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya
diangkat.
b. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran
kedaerah yang terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel
kanker. Pemilihan jenis radioterapi yang digunakan didasarkan pada lokasi
kanker, hasil diagnosis, dan stadium kanker. Radioterapi dapat dilakukan
sesudah operasi ataupun sebelum operasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair, kapsul atau infus yang bertujuan membunuh sel kanker tidak
hanya pada payudara tapi juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Efek samping ini dapat
dikontrol dengan pemberian obat. Kemoterapi biasanya diberikan 1-2
minggu sesudah operasi. Namun untuk tumor yang terlalu besar, sebaiknya
dilakukan kemoterapi praoperasi.
Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai macam cara sebagai
berikut :
1) Kemoterapi sebagai terapi primer
Sebagai terapi utama yang dilaksanakan tanpa radiasi dan pembedahan
terutama pada kasus kanker jenis koriokarsinoma, leukemia dan limfoma.
2) Kemoterapi adjuvant
Pengobatan tambahan pada pasien yang telah mendapatkan terapi lokal
atau paska pembedahan atau radiasi.
20
3) Kemoterapi neoadjuvant
Pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi lokal atau
mendahului pembedahan dan radiasi.
4) Kemoterapi kombinasi
Kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus
karsinoma lanjut.
d. Terapi Hormonal
Terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik berupa
metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum
kemotherapinya karena efek lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi
tidak semua kanker peka terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal
merupakan terapi utama pada stadium IV.
e. Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti
ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang
HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi.
Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab.
21
pemantauan dan pengolahan datanya. Sementara pemerintah kabupaten/kota
lebih berperan sebagai pelaksana di lapangan.
Dalam Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna yang
disusun sebagai pedoman penanggulangan kanker, kebiasaan hidup sehat dan
deteksi dini memang menjadi acuan utama.
Selain itu, sebagai bentuk komitmen program pengendalian kanker
nasional, Kemkes dan semua stakeholder terkait telah menyusun rencana kerja
5 tahun (2010-2014) berisi kebijakan nasional, strategi, rencana kerja 5 tahun
dari seluruh stakeholder terkait. Rencana kerja ini menjadi rekomendasi bagi
seluruh pemerintah daerah dalam pengembangan program pengendalian kanker,
serta mengembangkan kemitraan internasional.
Tujuan pengendalian kanker di Indonesia yaitu untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas hidup
penderita. Hal ini dilaksanakan secara komprehensif, diantaranya melalui
pencegahan primer (promosi, gaya hidup sehat, vaksinasi), pencegahan
sekunder (deteksi dini dan pengobatan segera), dan pencegahan tertier
(pengobatan, pelayanan paliatif). Kegiatan penting lainnya adalah, surveilans,
penelitian, dan support dan rehabilitasi.
Upaya pencegahan dilakukan melalui penyusunan pedoman,
kampanye dan promosi (komunikasi, informasi, edukasi/KIE) tentang
pengendalian faktor risiko, peningkatan komitmen pemerintah dan pemerintah
daerah, vaksinasi Hepatitis B (pencegahan kanker hati).
Diagnosis dan pengobatan dilakukan dengan penyediaan sarana dan
prasarana diagnosis dan pengobatan, penyediaan pelayanan kanker, RS, dan
sistem rujukan.
Sedangkan Pelayanan paliatif dilakukan dengan membentuk unit
pelayanan paliatif di RS dan memberikan pelayanan kepada pasien kanker.
2. Sudah Berlangsung
Sejak tahun 2007 hingga 2010, Indonesia telah mengembangkan upaya
pengendalian kanker leher rahim dan payudara melalui deteksi dini di 14
provinsi. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode Single Visit
Approach yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan
krioterapi untuk IVA positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara
menggunakan metode Clinical Breast Examination (CBE). Provinsi Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Bali telah melaksanakan program ini
dengan baik.
22
Hasil deteksi dini/skrining 2007-2010 sebanyak 291.473 perempuan
usia (30-50) tahun telah diskrining, dengan jumlah IVA positif yang ditemukan
4,3%; suspek kanker leher rahim 0,27%, dan tumor payudara 0,47%.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel payudara.
Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara adalah
Hormon, Kontrasepsi oral, dan Reseptor hormon. Faktor resiko yang
berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara berdasarkan hasil penelitian
secara case control oleh Rini Indrati, Henry Setyawan S, dan Djoko Handojo
di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang pada bulan September 2004 sampai
dengan Februari 2005, yaitu Tumor Jinak pada Payudara, Aktifitas Fisik, Pola
Konsumsi Makanan Berlemak, Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga,
Lama Menyusui, Lama Menggunakan Kontrasepsi Oral, Umur Janin pada
Saat Aborsi, Riwayat Kanker Payudara dan Kanker Ovarium, Umur
Menstruasi Pertama, Perokok Pasif, dan Kanker Ovarium pada Keluarga.
2. Mencegah kanker payudara dapat dilakukan dengan pola hidup yang baik
seperti membiasakan diri mengkonsumsi makanan seimbang (Healthy Diet),
banyak makan buah dan sayur yang mengandung vitamin A, C, E dan mineral
selenium, menjaga berat badan, tidak merokok, menghindari alkohol, serta
melakukan aktivitas yang sehat seperti melakukan olahraga yang teratur.
Sedangkan pengobatan kanker payudara meliputi Operasi, Radioterapi,
Kemoterapi, Terapi Hormonal, dan Terapi Imunologi.
3. Dalam Program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna yang disusun
sebagai pedoman penanggulangan kanker, kebiasaan hidup sehat dan deteksi
dini memang menjadi acuan utama. Tujuan pengendalian kanker di Indonesia
yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan
meningkatkan kualitas hidup penderita. Hal ini dilaksanakan secara
komprehensif, diantaranya melalui pencegahan primer (promosi, gaya hidup
sehat, vaksinasi), pencegahan sekunder (deteksi dini dan pengobatan segera),
dan pencegahan tertier (pengobatan, pelayanan paliatif). Kegiatan penting
lainnya adalah, surveilans, penelitian, dan support dan rehabilitasi.
B. Saran
23
1. Setiap wanita berisiko mengalami kanker payudara. Karena itu, kenali dan
pahami payudara Anda. Semakin dini Anda tahu adanya kelainan, semakin
besar harapan kesembuhannya.Terdapat tiga cara utama untuk melakukan
deteksi dini terhadap kanker payudara, yaitu SADARI (Periksa Payudara
Sendiri) atau breast selfexamination, sebaiknya mulai biasa dilakukan pada
sekitar usia 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah
haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid Anda. Kedua, lakukan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau (clinical breast examination). Dan
ketiga, lakukan Mamografi, yaitu pemeriksaan penunjang dengan X-ray pada
payudara. Tujuannya untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda
kanker payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini
cukup efektif untuk wanita berusia di atas 40 tahun.
2. Peran pemerintah dalam penanggulangan kanker payudara besar sekali, tentu
diperlukan alokasi dana untuk upaya upaya tersebut diatas, yang perlu disertai
dengan ketersedian tenaga terlatih dan dokter spesialis serta akses pengobatan
sebagai tindak lanjut, setelah diagnosis ditegakkan. Oleh karena itu,pemerintah
diharapkan dapat mengembangkan perencanaan penanggulangan kanker dengan
benar.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Mangunkusumo.http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2005/v02n02/harianto0202.
pdf. Diakses tanggal 12 April 2011.
Karyono, dkk. 2008. Jurnal: Penanganan Stres dan Kesejahteraan Psikologis Pasien
Kanker Payudara yang Menjalani Radioterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7.penangananstres.pdf.
Diakses tanggal 12 April 2011.
Masdalina Pane. 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm. Diakses tanggal 19
April 2011.
Meshram II, dkk. 2009. Jurnal: Reproductive Risk Factors for Breast Cancer: A Case
Control Study. http://openmed.nic.in/3518/01/2009-3-5.pdf. Diakses tanggal
13 April 2011.
M. Budi. 2009. Kanker Payudara. http://mbudiu.blogspot.com/2009/03/kanker-
payudara.html. Diakses tanggal 19 April 2011.
News Medical. 2011. Epidemiologi Kanker Payudara. http://www.news-
medical.net/health/Breast-Cancer-Epidemiology-%28Indonesian%29.aspx.
Diakses tanggal 20 April 2011.
Nadia Felicia. 2009. Langkah-Langkah Pencegahan Kanker Payudara
http://female.kompas.com/read/2009/11/19/11445482/Langkahlangkah.Penc
egahan.Kanker.Payudara. Diakses tanggal 21 April 2011.
Rilis Sehat. 2011. 14 Provinsi Kembangkan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan
Kanker Payudara. http://sehatnegeriku.com/14-provinsi-kembangkan-
deteksi-diini-kanker-leher-rahim-dan-kanker-payudara/. Diakses tanggal 19
April 2011.
Rini Indrati, dkk. 2005. Jurnal: Faktor - Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap
Kejadian Kanker Payudara Wanita.
http://eprints.undip.ac.id/5248/1/Rini_Indarti.pdf. Diakses tanggal 12 April
2011.
Salisa Haryanti. 2006. Skripsi: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Penderita Kanker Payudara Wanita.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01df/82f1e1ed.d
ir/doc.pdf. Diakses tanggal 20 April 2011.
26