PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang menyebabkanperadangandariotak.
tibadankehilanganmemoridapatjugaditemukanpadapasien-pasiendengan encephalitis.
B. Tujuan
1. Tujuanumum
keperawatanpadaanakdengan ensefalitis.
2. Tujuankhusus
a. Melakukanpengkajiankeperawatanpadaanakdengan ensefalitis
b. Menentukanmasalahkeperawatanpadaanakdenganensefalitis
c. Merencanakanasuhankeperawatanpadaanakdengan ensefalitis
d. Melaksanakantindakankeperawatansesuaidenganperencanaanpadaanak dengan
ensefalitis
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KonsepDasarPenyakit
1. Defenisi
kebanyakandarinyadisebabkanolehinfeksi-infeksi.Paling seringinfeksi-infeksiinidisebabkanoleh
menyebabkanperadangandariotak.
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing,
2. Patofisiologi
Virus
masuktubuhpasienmelaluikulit,salurannafasdansalurancerna.setelahmasukkedalamtubuh,virusaka
nmenyebarkeseluruhtubuhdenganbeberapacara:
Permukaanselaputlendirdanmenyebarmelaluisistemsaraf.
Paralisissyarafotak.
2
Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa ensefalitis
Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi kenaikan suhu yang mendadak,
seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada anak besar, menjerit pada anak kecil.
Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek
Manifestasi klinik ensefalitis bakterial, pada permulaan terdapat gejala yang tidak khas
seperti infeksi umum, kemudian timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri
kepala, muntah-muntah, nafsu makan tidak ada, demam, penglihatan kabur, kejang umum atau
fokal dan kesadaran menurun. Gejala defisit nervi kranialis, hemiparesis, refleks tendon
Penyebab kelainan neurologis (defisit neurologis) adalah invasi dan perusakan langsung
pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak; reaksi jaringan saraf terhadap
antigen virus yang akan berakibat demielinisasi, kerusakan vaskular, dan paravaskular; dan
Pada ensefalitis viral gejala-gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi
saluran nafas atas atau gastrointestinal selama beberapa hari kemudian muncul tanda-tanda
radang SSP seperti kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur. Defisit
neurologik yang timbul bergantung pada tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran mulai
menurun sampai koma, dapat terjadi kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi,
4. Komplikasi
cacar.
3
b. Susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,
c. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara
menetap
1. Hidrosefalus
2. Epilepsi
Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein
terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat
dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal,
biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi
6. Penatalaksanaan
organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau
parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat.
Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu
diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
4
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia
dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-
12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb
diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
sakit kepala.
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes
dll. Bakteri
f. Imunisasi
1. Kebiasaan
5
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar di WC,
2. Status Ekonomi
4. Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak
6. Pola Aktivitas
a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi
b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan
positif. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka
gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal, mudah
gangguan pertumbuhan.
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena
C. Diagnosa keperawatan
d. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
6
e. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM
Terbatas.
f. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah.
susunan
saraf pusat.
i. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
4. Perencanaan Keperawatan
a. Dx 1 : Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Kriteria hasil:Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi:
1. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau
2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi. R/. Deteksi dini
3. Berikan antibiotika sesuai indikasi. R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan
sensitivitas individu.
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai
indikasi setelah dilakukan pungsi lumbal. R/. Perubahan tekanan CSS mungkin
merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan
7
2. Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan
3. Pantau tanda vital, seperti tekanan darah. Catat serangan dari/hipertensi sistolik yang
terus-menerus dan tekanan nadi yang melebar. R/. Normalnya, autoregulasi mampu
menimbulkan pengaruh trelaksasi pada beberapa pasien dan mungkin akan dapat
menurunkan TIK.
Intervensi :
tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.R/.
Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma
3. Kolaborasi.
8
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.R/. Merupakan indikasi
4. Abservasi tanda-tanda vitalR/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan
tindakan lanjutan.
5. Dx 4 : Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis,
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai dengan indikasi. R/.
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/rileksasi.
2. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata. R/. Meningkat kan
nyeri.
3. Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting. R/.
4. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit pada
5. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher
7. Dx 5 : Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM
9
memerlukan bantuan/peralatan yang terus-menerus dan alat khusus(nilai 3);
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu
penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian
tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan kognitif, pasien harus diubah posisinya
secara teratur dan posisi dari daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu yang
sangat terbatas.
fungsi sendi/posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.
meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan risiko terjadinya trauma jaringan.
8. Dx6: Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah. Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat dengan
pemberian intervensi.
status nutrisi
3. Berikan intake makanan TKTP, mineral atau vitaminR/. Diet TKTP mineral dan
4. Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet halus, rendah serat. Hindari makan
pedas/terlalu asamR/. Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang
ada pada PEM, untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan
masukan diet
10
6. Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure bila diindikasikanR/. Meningkatkan
10. Dx`8 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
11. Dx 9 : Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap
infeksi turun.
anggota tubuh
dan mau membantu program perawatan.Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari
melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
1. Pelaksanaan
telahditetapkan.Selamapelaksanaankegiatandapatbersifatmandiridankolaboratif.Selamamelak
sanakankegiatanperludiawasidandimonitorkemajuankesehatanklien.
2. Evaluasi
subyektifdanobyektif yang
akanmenunjukkanapakahtujuanpelayanankeperawatansudahdicapaiataubelum.
11
Bilaperlulangkahevaluasiinimerupakanlangkahawaldariidentifikasidananalisamasalahselanju
tnya.
3. Penkes
Pengendalianvektorpenyakitsulitdilakukan.Penyemprotandenganinsektisidadilakukanapabila
terjadiepidemi, namundemikianpenyemprotanhanyabersifatmengurangipopulasivektor,
tidakmenghilangkansamasekali.Vaksininaktifmenggunakan formaldehyde
Dalamjumlahterbatas, immunisasijugadapatdilakukanterhadapparapekerja
digunakanuntukmengimmunisasitentaradandigunakanpadajutaankudasewaktuterjadi
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kebanyakandarinyadisebabkanolehinfeksi-infeksi.Paling seringinfeksi-infeksiinidisebabkanoleh
menyebabkanperadangandariotak.
tibadankehilanganmemoridapatjugaditemukanpadapasien-pasiendengan encephalitis.
B. Saran
Encephalitis ini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada penderita agar
peduli terhadap penyakitnya dengan konsultasikan kepada dokter jika terjadi gejala-gejala yang
13
DAFTAR PUSTAKA
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005 Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan
Medikal
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aesculapius
14