Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ca Mammae atau biasa dikenal dengan kanker payudara merupakan keganasan yang paling
banyak menyerang wanita. Ca Mammae juga merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Angka kejadiannya selalu meningkat ditiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, prevalensi
penyakit kanker mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.
Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan bahwa lebih dari 70% pasien kanker di
Indonesia didiagnosis pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat terkait kanker, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan
deteksi dini baik secara mandiri maupun klinis, serta kurangnya pengetahuan tentang penyebab,
tanda gejala umum, dan pilihan terapi atau penanganan kanker payudara yang tepat di kalangan
masyarakat. (DEPKES RI, 2018).
Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun
2012, kanker mammaeadalah kanker dengan persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan
persentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.
Ketua Yayasan Kanker Mammae Indonesia (YLKPI), Linda Gumelar mengatakan kanker
mammae merupakan jenis kanker tertinggi pada klien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh
RS di Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah klien kanker mammae sebanyak 28,7% dari total
penderita kanker. Secara umum prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi. Menurut
data riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4% dari 1000
penduduk atau sekitar 347.000 orang. Di Indonesia kasus baru kanker mammae menjadi kasus
kematian tertinggi dengan angka 21,5% pada setiap 100.000 penduduk, sekitar 70% kasus klien
kanker mammae baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) prevalensi tumor/kanker di
Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2013 yaitu mulai dari 1,4/1000
penduduk menjadi 1,79/1000 penduduk di tahun 2018. Prevalensi penderita kanker pada
penduduk provinsi Jawa Timur sebesar 1,6/1000 penduduk. Prevalensi kanker tertinggi adalah
daerah Yogyakarta 4,86/1000 penduduk, di ikuti oleh Sumatera Barat 2,47/1000 penduduk dan
Gorontalo 2,44/1000 penduduk. Untuk angka kejadian pada perempuan yang tertinggi adalah
kanker payudara atau Ca Mammae yaitu sebesar 42,1/100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 17/100.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia menjadi urutan ke-8 dengan
kasus terbanyak di Asia Tenggara dan peringkat ke 23 se-Asia, berdasarkan estimasi jumlah
penderita kanker payudara yang terbanyak yaitu di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ca mammae?
2. Apa penyebab ca mammae?
3. Bagaimana tanda dan gejala ca mammae?
4. Ada berapa tipe atau jenis ca mammae?
5. Ada berapa tahap stadium ca mamme?
6. Bagaimana cara pencegahan pada ca mammae?
7. Bagaimana penatalaksaan pada ca mammae?
8. Diagnosa Keperawatan apa saja yang muncul pada ca mammae?

1.3 Tujuan
Agar dapat meningkatkan dan mengetahui apa penyebab terjadinya ca mamme, tanda gejala,
jenis ca mammae dan pemeriksaan yang dapat dilakukan serta penatalaksanaan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Secara Teoritis
Hasil literatur ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam memperkaya
wawasan.
2. Secara Praktis
Hasil literature ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit ca
mammae dan dijadikan sebagai kajian ilmu keperawatan yang dapat digunakan sebagai
referensi landasan dan pedoman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi CA Mammae


Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel-sel
abnormal secara cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal. Sel yang mengalami
abnormalitas ini bisa jadi sel organ dalam, sel jaringan otot, sel tulang, sel otak, bahkan sel
darah. Tidak ada satu sel pun di dalam tubuh yang tidak memiliki kemungkinan terserang
kanker. Bahkan yang lebih mengerikan sel yang sudah mengalami penyimpangan atau disebut
sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti aliran darah dan cairan limfa. Sehingga banyak
kasus kanker yang menyerang di berbagai tempat di tubuh manusia, bahkan berpindah tempat
dalam waktu singkat. (Nurcahyo, 2010).
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah momok pembunuh kedua
bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim (Nurcahyo, 2010). Kanker payudara terjadi
karena terganggunya system pertumbuhan di dalam jaringan payudara. Carcinoma mammae
merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari
sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif
& Kusuma, 2015).

2.2 Etiologi CA Mammae


Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian factor
genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone
steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara
(estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth, 2015:
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara sebelahnya
meningkat hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita
dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker
sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi
pada dua orang saudara langsung.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai
anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami
kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada
usia 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk
mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani
ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.88
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk
mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
berisiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause. Bagaimanapun, wanita gemuk
yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi yang paling sering
berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat
setelah penghentian medikasi.
10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen
suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun)
dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesterone terhadap
penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak
menurunkan kanker payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengonsumsi
bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara dimana minuman anggur
dikonsumsi secara teratur misal Prancis dan Itali, angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa
temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk
mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat. Namun, beberapa
risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku. Seperti
kebiasaan merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita
menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015).

2.3 Tanda dan Gejala CA Mammae


Menurut Nurarif & Kusuma, 2015, tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas,
yaitu:
1. Mirip tumor jinak
2. Massa lunak
3. Batas tegas
4. Bentuk bulat dan elips
5. Terkadang tidak ada nyeri dan terkadang nyeri
6. Adanya keluar cairan dari puting susu

Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas menurut Astrid
Savitri, dkk. (2015) antara lain :
1. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi seringkali
menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas. Benjolan yang berhubungan
dengan kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-
kadang dapat menyebabkan sensasi tajam pada beberapa penderita.
2. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa menjadi tanda bahwa
kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah bening. Benjolan ini terasa lunak,
tetapi seringkali terasa menyakitkan dan nyeri.
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa lebih kecil atau
lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga terlihat turun.
4. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan cairan.
Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting susu, terjadi hanya pada salah satu
payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu
merupakan tanda kanker payudara.
5. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama sembuh. Selain
itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah bentuk atau posisi,
memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting susu mungkin merupakan
tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi.
6. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu kulit payudara
terlihat memerah dan terasa panas.
7. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa kanker
telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda
yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan atau luka pada kulit,
penumpukan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan ganda.

2.4 Tipe CA Mammae


Menurut Brunner & Sudarth, 2015, CA Mammae ada beberapa tipe, yaitu:
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Kaker jenis ini biasanya bermetastatis
di nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.
Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi
Kanker ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila
dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, dengan
demikian dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua payudara.
Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai keterlibatan
nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat metastatisnya berbeda., Karsinoma lobular
biasanya bermetastatis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
3. Karsinoma medular.
Kanker medular tumbuh dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi
besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosisnya seringkali lebih baik.
4. Kanker Musinus
Kanker musinus penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini
mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya.
5. Kanker Duktal Tubular
Metastase aksilaris secara histologi tidak lazim, maka prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma Inflamatori
Merupakan tipe kanker yang menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker
payudara lainnya. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan
retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya
mendorong pasien mencari bantuan medis lebih cepat dibanding pasien wanita lainnya
dengan massa kecil pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian
tubuh lainnya. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk mengontrol
penyebaran.

2.5 Stadium CA Mammae


Menurut Jezdic (2018), stadium ca mammae berdasarkan perkembangan penyakit, yaitu ;
1. Ca mammae awal (stadium 0 IIA) yaitu tumor yang belum menyebar di luar payudara
atau kelenjar getah bening aksila. Tipe kanker ini dapat dioperasi untuk mengangkat sel
kanker, namun juga dapat dilakukan terapi sistemik neoadjuvant pra operasi.
2. Ca mammae lanjut-terlokalisir (stadium IIB III) yaitu tumor yang telah menyebar
dari payudara ke jaringan terdekat atau kelenjar getah 10 bening. Pada sebagian besar
pasien, pengobatan untuk tipe kanker ini dimulai dengan terapi sistemik. Bergantung
pada seberapa jauh kanker telah menyebar, tumor yang berkembang secara lokal
mungkin dapat dioperasi atau tidak dapat dioperasi (dalam hal ini pembedahan masih
dapat dilakukan jika tumor menyusut setelah terapi sistemik).
3. Ca mammae metastasis (stadium IV) yaitu ketika tumor telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh, seperti tulang, hati atau paru - paru. Tumor yang menyebar ke tempat yang
jauh disebut metastasis. Kanker payudara metastasis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dilakukan tritmen secara berkelanjutan.
4. Ca mammae lanjut, yaitu istilah yang menggambarkan ca mammae lokal yang tidak
dapat dioperasi dan ca mammae metastasis.

2.6 Pencegahan
Menurut Kemenkes, (2013), ada beberapa cara untuk melakukan pencegahan ca mammae,
yaitu: Periksa Payudara Sendiri (SADARI), Periksa Payudara Klinis (SADANIS), dan Mammografi
skrining
1. SADARI
Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan sekali,
pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita telah
menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan.
2. SADANIS
Pemeriksaan SADANIS, biasanya Tindakan ini dilakukan oleh dokter dengan tangan
kosong. SADANIS bertujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran, warna, dan tekstur
payudara guna mendeteksi kemungkinan kanker. Dokter atau perawat akan memeriksa
payudara dengan gerakan melingkar guna mendeteksi letak benjolan atau tumor pada
payudara. Selain di sekitar payudara, dokter juga akan memeriksa kelenjar getah bening
pada ketiak dan bagian atas tulang selangka. Jika ada pembengkakan atau benjolan,
dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik.
3. Pemeriksaan Radilogi
a. Mamografi
Pemeriksaan mamografi sering kali bisa mendeteksi benjolan pada stadium kanker
payudara awal yang masih kecil atau belum terasa jika disentuh. Mamografi
dilakukan dengan mengambil gambar jaringan payudara dengan sinar-X (rontgen)
dosis rendah. Ketika mamogram (hasil gambar mamografi) menunjukkan jaringan
abnormal, akan dilakukan tes untuk memastikan apakah jaringan abnormal tersebut
kanker atau bukan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan meski Anda tidak memiliki
keluhan apa pun terkait payudara. Bahkan, tes ini direkomendasikan bagi wanita
berusia lanjut sebagai salah satu cara deteksi dini kanker payudara.
b. USG Payudara
USG (ultrasonografi) payudara atau USG mammae merupakan tes kanker payudara
dengan bantuan gelombang suara yang menampilkan gambar di layar komputer.
Pemeriksaan ini bisa mendeteksi perubahan pada payudara, seperti benjolan atau
perubahan jaringan. Selain itu, USG payudara juga bisa membedakan apakah
benjolan tersebut berisikan cairan yang berarti kista payudara atau benjolan padat
yang mungkin menjadi cikal-bakal kanker.
c. MRI Payudara
Magnetic resonance imaging atau MRI payudara merupakan tes kanker payudara
dengan magnet dan gelombang radio. Kombinasi keduanya akan menghasilkan
gambar seluruh bagian payudara dan menunjukkan jaringan lunak dengan sangat
jelas. Pemeriksaan MRI merupakan pemeriksaan lanjutan saat seseorang didiagnosis
kanker payudara dengan tujuan mengetahui ukuran kanker dan mencari kemungkinan
tumor lain pada payudara.
d. Biopsi
Biopsi payudara dilakukan ketika pemeriksaan fisik, mamografi, atau tes pencitraan
kanker payudara lain menunjukkan adanya sel kanker. Prosedur tes ini dilakukan
dengan mengambil sampel jaringan yang dicurigai terdapat sel kanker di dalamnya.
Sampel jaringan ini lantas diperiksa di laboratorium dengan mikroskop.
Dalam ilmu kedokteran, ada empat jenis biopsi yang biasa dilakukan untuk
memeriksa kemungkinan adanya kanker. Berikut empat macam pemeriksaan biopsi
untuk kanker payudara, yaitu :
a) Fine-needle aspiration biopsy:
Fine-needle aspiration (FNA) merupakan jenis biopsi yang paling sederhana.
Biopsi ini dilakukan dengan memasukkan jarum suntik tipis untuk menyedot
sedikit jaringan dari dalam benjolan. Biasanya untuk FNA ini sendiri diberikan
bius lokal, selain itu sampel jaringan yang didapat dari biopsi FNA jumlahnya
terbatas, sehingga pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium pun
terbatas.
b) Core Needle Biopsy (CNB)
Core-needle biopsy (CNB) merupakan jenis biopsi payudara dengan
menggunakan jarum yang lebih besar, tebal, dan berlubang. Jarum biasanya
tersambung pada sebuah alat yang bisa membuatnya bergerak keluar masuk
jaringan lebih mudah dan akurat. Ukuran jarum yang lebih besar memungkinkan
prosedur ini mengambil sampel jaringan yang lebih banyak. Oleh karena itu, jenis
biopsi ini memungkinkan lebih banyak pemeriksaan dapat dilakukan di
laboratorium. Sama seperti FNA, biopsi CNB ini menggunakan bius lokal
sebelum prosedur dilakukan. Biopsi CNB bisa dilakukan hanya dengan
merasakan benjolan melalui tangan atau menggunakan alat bantu. Alat bantu yang
digunakan umumnya, yaitu USG atau MRI payudara, untuk memandu jarum ke
area benjolan yang tepat.
c) Stereotactic Biopsy
Biopsi payudara stereotatik merupakan prosedur biopsi yang dilakukan dengan
menggunakan mamografi untuk menemukan benjolan atau area yang
mencurigakan di payudara. Prosedur ini umumnya dilakukan bila benjolan atau
area abnormal pada payudara anda sangat kecil dan tidak dapat dilihat secara jelas
hanya dengan USG.
Prosedur ini dilakukan dengan cara anda akan diminta untuk berbaring telungkup
di atas meja dengan salah satu payudara berada di lubang, yang ada di atas meja.
Payudara tersebut kemudian akan ditekan sebagaimana proses mamografi pada
umumnya, guna melihat lokasi yang tepat untuk biopsi. Lalu, dokter akan
membuat sayatan kecil di payudara Anda dan kemudian menggunakan jarum
berlubang (seperti pada proses CNB) atau vakum khusus untuk mengambil
sampel jaringan payudara.

d) Surgical biopsy
Surgical biopsy adalah prosedur pengangkatan sebagian benjolan di payudara
lewat operasi. Selanjutnya sampel akan dikirim ke laboratorium untuk diteliti
lebih lanjut. Prosedur ini bisa dilakukan dengan obat bius lokal atau total.
e) Lymph nodes biopsy.
Lymph nodes biopsy adalah prosedur biopsi payudara yang mengambil sampel
jaringan payudara dekat kelenjar getah bening. Lokasi biopsi ini umumnya di
dekat ketiak dan atas tulang selangka. Prosedur ini dilakukan untuk mencari tahu
apakah sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening atau belum.

2.7 Penatalaksaan
Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan penatalaksanaan tersedia. Pasien
dan dokter dapat memutuskan pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi atau terapi hormonal
atau kombinasi terapi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh jaringan
payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus limfe aksila.
2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks puting-aerola tetapi
tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary lymph node dissection, ALND).
3. Pembedahan penyelamatan payudara: lumpektomi, mastektomi eksisi luas, parsial atau
segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan nodus limfe untuk kanker
payudara invasif.
4. Biopsi nodus limfe sentinel: dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi kanker
payudara stadium dini.
5. Terapi radiasi sinar eksternal: biasanya radiasi dilakukan pada seluruh payudara, tetapi
radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini sedang dievaluasi di
beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat.
6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit: siklofosfamid
(Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin misalnya
dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans (paklitaksel seperti Taxol),
dosetaksel (Taxoter).
7. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron: Tamoksifen
(Pasienltamox) adalah agen hormonal; primer yang digunakan untuk menekan tumor
yang bergantung hormonal lainnya adalah inhibitor anastrazol (Arimidex), letrozol
(Femara), dan eksemestan (Aromasin).
8. Terapi target: trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).
9. Rekonstruksi payudara.

2.8 Diagnosis Keperawatan


Diagnosa yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015), adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa tumor
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (tekanan jaringan
mammae).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk tubuh karena proses
penyakit (mammae asimetris).
4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya informasi.
Contoh Kasus:

Kasus I:

Ny. W, 45 tahun, pasien datang dengan keluhan ada benjolan pada payudara sebelah kanan. Benjolan sudah ada sejak 2 tahun yang
lalu. Pasien sempat abai, tetapi semakin lama benjolan semakin membesar dan membuat pasien bingung. Pasien sempat berobat ke RS
sebelumnya, disarankan oleh dokter untuk melakukan tindakan operasi. Pada saat itu pasien merasa belum siap setelah mendengar
penjelasan dari dokter, sehingga pasien menolak untuk dilakukan tindakan tersebut. Tetapi selama 5 bulan terakhir pasien mengatakan
jika payudara sebelah kanan tampak muncul warna lebam, terdapat benjolan, payudara semakin membengkak dan keras. Pada tanggal
20/02/2023 pasien datang ke RS RK Charitas Hospital Palembang untuk berobat, pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil :
TTV : TD : 100/80 mmHg, HR : 85x/menit, RR : 20x/menit, Temp : 36.3ºcelcius, SpO2 : 95%, Skor nyeri : 0 N/R.

Berdasarkan kasus diatas, diagnosa keperawatan apakah yang tepat?


Data
Subjektif Objektif Etiologi Masalah
Pasien mengatakan 5 - Menolak untuk Ketidaktahuan menemukan Defisit pengetahuan
bulan terakhir dilakukan operasi karena sumber informasi
payudara sebelah belum siap
kanan semakin
membesar.
Pasien mengatakan - Tampak pasien terlihat Perubahan gambaran tubuh Ansietas
jika benjolan pada abai.
payudara sebelah - Tampak ada benjolan
kanan sudah ada pada payudara sebelah
sejak 2 tahun yang kanan
lalu

Pasien mengatakan - Tampak payudara Faktor mekanik (tekanan Gangguan integritas jaringan atau
jika payudara sebelah kanan berwarna jaringan mammae) kulit
berwarna lebam lebam, terdapat
benjolan, payudara
semakin membengkak
dan keras
No. Diagnosis Keperawatan Nama
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Ds: Pasien mengatakan 5 bulan terakhir payudara sebelah kanan semakin membesar.
- DO:. Menolak untuk dilakukan operasi karena belum siap
2. Ansietas berhubungan dengan Perubahan gambaran tubuh
DS: Pasien mengatakan jika benjolan pada payudara sebelah kanan sudah ada sejak 2
tahun yang lalu
DO: - Tampak pasien terlihat abai.
- Tampak ada benjolan pada payudara sebelah kanan

3. Gangguan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan fakor mekanik (tekanan
jaringan mammae)
DS: Pasien mengatakan jika payudara sebelah kanan berwarna lebam
DO: Tampak payudara sebelah kanan berwarna lebam, terdapat benjolan, payudara
semakin membengkak dan keras
Diagnosis Keperawatan SLKI SIKI Nama
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi program pengobatan:
Setelah dilakukan
berhubungan dengan - Identiikasi pengetahuan tentang pengobatan yang
intervensi selama 1x24
Ketidaktahuan menemukan jam tingakat pengetahuan direkomendasikan
meningkat, dengan criteria
sumber informasi - Berikan dukungan untuk menjalani program
hasil :
- Kemampuan pengobatan dengan baik dan benar
menjelaskan tentang - Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
suatu topik meningkat pada pasien selama pengobatan
dari skala 3 ke 5 - Anjurkan memonitoring perkembangan ke
- Perilaku sesuai dengan efekifan pengobatan
pengetahuan dari skala - Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
ke 5 - Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
Ansietas berhubungan dengan Tingkat ansietas Terapi relaksasi
Setelah dilakukan
Perubahan gambaran tubuh. - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
intervensi selama 1x24
jam tingakat ansietas digunakan
menurun dengan criteria
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
hasil :
- Perilaku tegang dari - Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
skala 3 ke 5
relaksasi yang tersedia (missal : musik, relaksasi
- Verbalisasi
kebingungan dari skala nafas dalam, dan meditasi)
4 ke 5
- Pola tidur dari skala 2 - Anjurkan mengambil posisi nyaman
ke 5
- Ajarkan pasien untuk melakukan tekhnik
relaksasi
- Anjurkan untuk sering mengulang atau melatih
tekhnik relaksasi yang dipilih
Gangguan integritas jaringan Penyembuhan Luka - Monitor karakteristik luka (missal : drainase,
Setelah dilakukan
atau kulit berhubungan warna, ukuran, bau)
intervensi selama 5x24
dengan fakor mekanik jam penyembuhan luka - Monitor tanda – tanda infeksi
meningkat dengan kriteria
(tekanan jaringan mammae) - Pertahankan tekhnik steril saat melakukan
hasil:
- Penyatuan kulit dari perawatan luka
skala 1 ke skala 5
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Penyatuan tepi luka
dari skala 1 ke 5 - Anjurkan untuk makan tinggi kalori dan tinggi
- Jaringan granulasi dari
protein
skala 1 ke 5
- Drainase Serosanguinis - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
dari skala 1 ke skala 5
terapi antibiotic.
Kasus II :

Ny. P, 35 tahun, dirawat di ruang Pav. Lukas. Pasien dirawat karena pasca operasi tindakan
Mastektomi mammae sin. Pada payudara sebelah kiri tampak lebih datar dibandingkan dengan
payudara sebelah kanan. Terpasang drain NGT 1 buah, tampak cairan drain NGT 40cc. Pasien
mengeluh nyeri pada luka operasi, skor nyeri 8/Nr, wajah pasien tampak meringis kesakitan,
tampak memegangi daerah luka operasi, nyeri dirasakan saat beraktivitas seperti tertusuk dan
hilang timbul. Pasien terpasang fentanyl dan kentamin 2.1cc (syring pump) dan mendapatkan
terapi tambahan dari dokter berupa Maxillan 2x1gr, Dextrofen 3x1 amp, pumpitor 2x1 vial.

Berdasarkan kasus diatas, diagnosa keperawatan apa saja yang akan muncul?

Apa diagnosa keperawatan UTAMA untuk kasus diatas?


A. Analisa data

Data
Subjektif Objektif Etiologi Masalah
Pasien mengatakan - Tampak pasien Agen pecedera fisik Nyeri akut
nyeri pada luka meringis (mis. kondisi
operasi payudara kesakitan. pembedahan)
sebelah kiri, skala - Tampak
nyeri 8/N, nyeri memegangi
seperti di tusuk dan daerah luka
hilang timbul operasi
- Tampak
terpasang
Fentanyl dan
kentamin 2.1 cc
(syring pump)
Pasien mengatakan Tampak payudara Perubahan struktur Gangguan citra tubuh
operasi pasien sebelah kiri atau bentuk tubuh
pengangkatan lebih datar
payudara sebalah dibandingkan
kiri. sebelah kanan.
Pasien mengatakan - Tampak pasien Efek prosedur invasive Risiko infeksi
terpasang selang terpasang drain
pada payudara NGT 1 buah.
sebelah kiri. - Tampak pasien
dapat obat
antibiotic jenis
maxillan
B. Diagnosis Keperawatan

No. Diagnosis Keperawatan Nama


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik (mis. kondisi
pembedahan)
DS:
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi payudara sebelah kiri,
skala nyeri 8/N, nyeri seperti di tusuk dan hilang timbul
DO:
- Tampak pasien meringis kesakitan.
- Tampak memegangi daerah luka operasi
- Tampak terpasang Fentanyl dan kentamin 2.1 cc (syring pump)

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur atau


bentuk tubuh
DS:
Pasien mengatakan operasi pengangkatan payudara sebalah kiri.
DO:
Tampak payudara pasien sebelah kiri lebih datar dibandingkan
sebelah kanan.
3. Risiko ineksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
DS:
Pasien mengatakan terpasang selang pada payudara sebelah kiri.
DO: Tampak pasien terpasang drain NGT 1 buah
- Tampak pasien dapat obat antibiotic jenis maxillan

C. Intervensi

Diagnosis
Keperawatan SKLI SIKI Nama
Nyeri akut Tingkat nyeri: Manajemen nyeri
Setela diilakukan intervensi 1. Identifikasi lokasi,
berhubungan
selama 3x 24 jam tingkat karakteristik, durasi,
dengan agen nyeri menurun dengan frekunsi, kualitas,
criteria hasil intesitas nyeri
pecedera fisik
1. Keluhan nyeri dari 2. Identifikasi skala yeri
(mis. kondisi skala 1 ke 3 3. Identifikasi respon nyeri
2. Meringis dari skala 1 non verbal
pembedahan).
ke 3 4. Brikan tehnik relaksasi
3. Frekunsi nadi dari 5. Fasilitasi istirahat tidur
skala 2 ke 4 6. Kolaborasi pemberian
4. Gelisah dari skala 2 analgetic
ke 4
Gangguan citra Citra tubuh: Promosi citra tubuh:
Setelah diilakukan intervensi
tubuh 1. Monitor apakah pasien
selama 3x 24 jam citra tubuh
berhubungan meningkat dengan criteria bisa melihat begian
hasil
dengan tubuh yang berubah
1. Melihat bagian tubuh
perubahan dari skala 1 ke 4 2. Monitor perubahan citra
2. Menyentuh bagian
struktur /bentuk tubuh yang mengakibatkan
tubuh dari skala 1 ke
tubuh skala 3 isolasi sosial
3. Verbalisasi
3. Diskusikan perbedaan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang penampilan fisik terhadap
lain dari skala 1 ke 2
harga diri
Focus pada penampilan
masa lalu dari skala 1 ke 4. Anjurkan meggunakan alat
3
bantu
5. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung

Risiko ineksi Kontrol infeksi: Perawatan area insisi:


Setelah diilakukan intervensi
berhubungan 1. Periksa lokasi insisi adanya
selama 3x 24 jam citra tubuh
dengan efek meningkat dengan criteria kemerahan, bengkak
hasil:;
prosedur 2. Monitor tanda dan gejala
1. Kemampuan mencari
invasive informasi tentang factor infeksi
resiko dari skala 1 ke 3
3. Bersihkan area insisi
2. Kemampuan mengubah
perilaku dari skala 3 ke dengan pembersih yang
5
tepat
3. Penggunaan system
pendukung dari skala 2 4. Bersihkan area disekitar
ke
pembuangan atau drainase
5. Ganti balutan sesuai jadwal
6. Ajarkan cara merawat area
insisi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenerative yang endemic pada wanita
hampir diseluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam factor diantaranya faktor lifestyle
dan gizi. Setiap orang di dunia ini memiliki resiko untuk terkena kanker payudara, walaupun
wanita lebih berresiko daripada laki-laki. Oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan dini
dimulai dari diri sendiri dengan SADARI, memperbaiki pola makan atau gizi dan gaya hidup
atau lifestyle. Karena menurut penelitian World Cancer Research Fund (WCRF), memperbaiki
gizi dan lifestyle dapat mencegah kanker payudara hingga 42%.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa sebaiknya para
wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara pendeteksian dini agar mengurangi
risiko terkena kanker payudara. Lalu bagi tenaga Kesehatan juga bisa memberi asuhan yang
baik pada seluruh wanita yang mengalami kanker payudara sehingga dapat menentukan
diagnosa yang tepat pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai