Anda di halaman 1dari 9

Lp ca mammae

3.1.1 Latar Belakang


Ca Mammae atau bisa disebut dengan kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada kantung dan saluran
penghasil air susu. Terjadinya perubahan sel kelenjar air susu dan saluran kelenjar air susu dalam payudara normal menjadi
sel yang bersifat buruk, sifat timbulnya sangat cepat, menyebar, dan menyebabkan kegagalan fungsi organ lainnya.
Penderita kanker payudara mengalami rasa nyeri apabila sel kanker sudah membesar, timbul luka atau sudah metastase ke
tulang-tulang (Kurniawan et al, 2019).
Menurut WHO kanker payudara adalah kanker yang paliing sering terjadi pada wanita, yang berdampak pada lebih dari
1,5 juta setiap tahunnya. Data dari NCI memperkirakan kasus kanker payudara tahun 2017 adalah 252,710 kasus atau
sekitar 15% dari semua kasus kanker, dan perkiraan angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara adalah 40.610
kasus atau sekitar 6,8% dari semua kasus kanker.
Dalam pengobatan kanker payudara yang banyak penerapannya dan bisa dilakukan adalah pembedahan, radioterapi,
dan hormonal. Salah satu pilihan dalam pengobatan kanker payudara tersebut adalah kemoterapi. Berbagai tenaga
kesehatan telah melaporkan bahwa mual dan muntah merupakan efek samping yang paling menakutkan bagi pasien dari
kemoterapi, meskipun dalam pengobatan kanker dapat memperbaiki hasil terapi, pasien kanker tetap mengalami dampak
utama dari kanker dan pengobatannya (Juwita et el, 2018).
Akibat dari kemoterapi adalah rambut rontok, hemoglobin, trombosit dan sel darah putih berkurang, tubuh lemah,
merasa lelah, sesak nafas, mudah mengalami perdarahan, kulit membiru/menghitam, kering, serta gatal, mulut dan
tenggorokan terasa kering dan sulit menelan, sariawan, mual, muntah, nyeri pada perut, dan kesuburan hormon (Setiawan,
2015).
Dampak kanker payudara jika tidak segera ditangani akan menyebar ke organ tubuh lainnya dan menyebabkan
komplikasi. Hal ini sangat berbahaya dan dapat mengancam kehidupan penderitanya. Jika beberapa waktu yang lalu pernah
mengalami penyakit kanker payudara, ada kemungkinkan sel kanker yang tadinya sudah hilang kemudian muncul kembali
dan menyebabkan penyakit kanker payudara tersebut menyerang kembali. Penderita kanken payudara secara praktis
tentunya akan mengalami guncangan. Hal tersebut sangat berdampak bagi kehidupan dan keluiarganya (Anggraeni, 2018).

3.2 Konsep Dasar

3.2.1 Pengertian
Ca mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalampertumbuhan sel normal mammae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembangbiak dan menginfiltrasi jaringan limfe danpembuluh darah. Ca
Mammaemerupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian danmekanisme normalnya, sehingga
terjadi pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. (Nurarif,2015)

3.2.2 Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal
dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Beberapa faktor resiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat. Namun, beberapa resiko dapat
dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan prilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol,
dan pengaturan pola makan. Resiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu.
(Astrid Savitri, 2015)

3.2.3 Manifestasi Klinis


Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas menurut Astrid Savitri, dkk (2015)
antara lain:
- Munculnya benjolan pada payudara
- Munculnya benjolan diketiak
- Perubahan bentuk dan ukuran payudara
- Keluarnya cairan dari puting
- Perubahan pada puting susu
- Kulit payudara berkerut
- Tanda-tanda kanker menyebar

3.2.4 Klasifikasi
Menurut Putra, 2015 secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Kanker payudara non-invasive
Jenis kanker ini biasanya disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum menyebar
kebagian luar jaringan kantong susu.
- Kanker payudara invasive
Sel kanken merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan disekitarnya. Pada tahap ini kanker
telah menyebar keluar dari kantong susu dan menyebar jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase
seperti kejaringan limfe.
- Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh disaluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola dan puting. Tandanya terlihat kulit
pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan, penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai
dengan massa.

3.2.5 Patofisiologi
Untuk dapat menegakan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk melakukan pengobatan yang tepat,
diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Sel kanker dapat menyebar
melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker akan berkembang pada
jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis
merupakan media yang baik untuk pembunuhan bakteri, bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap, selain itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas
kapiler kemudian menimbulkan cairan luka yang banyak, cairan yang banyak akan menimbulkan iritasi sekitar lika dan
juga gatal-gatal.
Sel kanker itu sendiri juga merupakan sel yang bersifat rapuh dan merusak pembuliuh darah kapiler yang
menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan
menyebabkan masalah psikologis pada pasien. Akhirnya pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah atau
tersinggung, menarik diri dan membatasi kegiatan. Hal tersebut yang akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker.
(Astuti, 2013)

3.2.6 Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, (Nurarif, 2015) sebagai berikut:
- Scan dilakukan untuk diagnostik, identifikasi,, metastatik, dan evaluasi
- Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red
- Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat dipalpasi
- Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCAI dan BRCAI2 (Breast Cancer Susceptibiliti Gane)
- Usg untuk membedakan lesi solid dan kistik
- Pemeriksaan labolatorium berupa darah lengkap dan kimia darah

3.2.7 Penatalaksanaan Umum


Penanganan pada pasien kanker payudara meliputi:

- Mastektomi
- Radioterapi
- Kemoterapi
- Terapi Hormonal
- Lintas Metabolisme

3.2.8 Komplikasi
Komplikasi kanker payudara biasa terjadi akibat pengobatan yang diberikan, baik kemoterapi, radiasi, terapi
hormonal, maupun pembedahan. Komplikasi pembedahan antara lain infeksi, rasa sakit, berdarah, jaringan parut
permanen, perubahan atau hilangnya sensasi di area dada dan payudara yang di rekontruksi.
Sementara kemoterapi bisa menyebabkan komplikasi berupa mual/muntah, rambut rontok, kehilangan memori,
vagina kering, gejala monopouse atau masalah kesuburan, dan sakit saraf. Sedangkan komplikasi terapi hormonal
meliputi keputihan kering, kelelahan, mual. Ada juga komplikasi akibat radioterapi, antara lain nyeri dan perubahan
kulit, kelelahan, mual, rambut rontok, masalah jantung dan paru-paru sakit saraf.

3.2.9 Pencegahan
Risiko kanker payudara dapat dikurangi dengan menjalani gaya hidup yang sehat, seperti:
- Mempertahankan berat badan ideal atau menurunkan berat badan untuk mencapai berat badan yang ideal
- Menghentikan atau setidaknya membatasi konsumsi minuman beralkohol
- Mengkonsumsi makanan bergizi setiap harinya
- Berolahraga rutin minimal 30 menit setiap hari
- Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika berencana terapi pengganti hormon pascamonopouse, karena
terapi ini dapat meningkatkan risiko kanker payudara

DAFTAR PUSTAKA CA MAMMAE


Anggraeni, NH. 2018. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada
Remaja Putri di Desa Batu-Batu Muara Badak. Kalimantan Timur: Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Astuti, Y. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Ny. C dengan Perawatan Luka kanker payudara Di RSPAD Gatot Soebroto. Depok: FIK
Universitas Indonesia.
Juwita D A & et al. 2018. Pengaruh Karakteristik Pasien Terhadap Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Pada Pasien Kanker Payudara di
RSUP Dr .M. Djamil Padang. Jurnal Farmasi, 5(2), 126–133.
Kurniawan, R., Ramadhani, E., Rakhmawati, R., & Eka, P. E. J. 2019. M-Health- Based Technology for Handling Cancer in Women:
A Literature Review. AIP Conference Proceedings, 1977(1), 1-7. https://doi.org/10.1063/1.5042888
Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. 2018. Cancer Mammae. http://www.perawatciamik.com/2018/03/laporan-pendahuluan-ca-mamae-
nanda-nic.html?view=timeslide
Putra, Sitiatava R. 2015. Buku Lengkap Kanker Payudara. Yogyakarta : Laksana.
Savitri, Astrid., et al. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim & Rahim. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Setiawan, S.D. 2015. The Effect of Chemotherapy In Cancer Patient To Anxiety. J MAJORITY, 4(4):94-99.
WHO. Breast cancer. Who. 2017;1(1):1-15.
Lp DHF

Latar Belakang
DHF atau Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue.
Menurut data WHO virus dengue menginfeksi sekitar 50 sampai 100 juta jiwa pertahunnya denga 500.000 diantaranya
berkembang menjadi DHF. Pada tahun 2013 diketahui ada sedikitnya 3 juta jiwa twrdiagnosis dengan infeksi virus dengue
di Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat (Sanyaolu, 2017)

Di Indonesia, infeksi virus dengue sangat sering terjadi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
menyebabkan Indonesia termasuk negara endemis DHF. Jumlah penderita DHF tercatat sekitar 14.756 kasus DHF dengan
incidence rate (IR) 43,4 per 100.000 penduduk. Sedangkan di kabupaten surakarta tercatat sekitar 751 kasus DHF pada
tahun 2016 dengan IR tertinggi yaitu 146,06 per 100.000 penduduk.

Menurut beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan gejala klinis antara penderita DHF anak dan dewasa.
Pada anak, seringkali ditemukan gejala anoreksia, tes tourniquet yang positif, dan ruam kulit, serta efusi pluera dan asites
yang menyebabkan terjadinya komplikasi berupa shock (Namvongsa, 2013). Sedangkan pada pasien dewasa lebih sering
ditemukan mual, myalgia, atralgia, dan nyeri retro-orbita. Selain itu, pasien dewasa cenderung mengalami penyakit yang
lebih berat dan perdarahan mukosa yang lebih sering apabila dibandingkan denga pasien anak (Souza, 2013)

Tingginya kejadian DHF di Indonesia dan terdapat perbedaan gejala klinis antara pasien anak dan dewasa,
membuat peneliti ingin mengetahui apakah juga dapat perbedaan komplikasi yang timbil pada pasien anak dan dewasa.
Sisi kebaharuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin meneliti apakah terdapat perbedaan komplikasi antara pasien DHF
anak dan dewasa, namun bukan dilihat dari perbedaan gejala klinis pasien seperti penelitian-penelitian sebelumnya.

1. Konsep Dasar
A. Pengertian
Demam berdarah Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aides (Aides albipices dan Aedes aegypti)
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dangue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina), terutama menyerang
anak, remaja, dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita.
Dangue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot, atau tanpa tanda ruam dan limfadenopati.
B. Etiologi
Menurut (Warsidi E, 2009) karakteristik nyamuk aedes aegypti yang menyebabkan penyakit demam berdarah
antara lain:
- Badannya kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
- Hidup di dalam dan sekitar rumah ditempat yang bersih dan sejuk
- Biasanya nyamuk aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari
C. Manifestasi Klinis
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu demam tinggi dan mendadak yang mencapai 40 derajat
celcius atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang, demam, sakit kepala, mual muntah. Selain itu, pendarahan
kulit dapat terwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petekie dan eksternitas, tubuh, dan muka.
D. Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kiranya dengan pengolahan dan prognosis
(WHO) membagi dalam 4 derajat, yaitu:
- Derajat 1: demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu satunya manifestasi pendarahan dan tes
tourniquet positif
- Derajat 2: derajat 1 dan disertai pendarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain
- Derajat 3: ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, gelisah, sianosis
mulut, hidung dan ujung jari
- Derajat 4: syok hebat dengan darah atau nadi tidak terdeteksi
E. Patofisiologi

Demam berdarah tidak terturlar langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun melalu perantara gigitan
nyamuk aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum
panas sampai demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap
darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari,
biasanya 4-7 hari.

Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan
antibody dan terbentuknya komplek virus antibody dalam sirkulasi akan mengaktifkan sistem komplemen. Terjadinya
trombositopenia, menurutnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X, dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastroinstestinal pada
DHF yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembulih darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah dan
dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik, apabila tidak diatasi bisa terjadi anoreksia dan kematian
(Warsidi, E 2009).

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menskirining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpell leede, pemeriksaan kadar
hemoglobin, kabar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositisis relatif disertai gambar limfosit
plasma biru. Pada DD terdapat leukopenia pada - hari kedua atau hari ke tiga, pada DBD terjadi leukopenia dan
hemokonsentrasi: hematokrit saat MRS >20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi viris dangue (metode cell culture) ataupun deteksi antigen virus
RMA dangue dengan tektik RT-PCR (reverse transcriptosi polymerase chain reachon). Namun ketika teknik yang
rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi adanya antibody spesifik terhadap antibody total (Warsidi E, 2009).
G. Penatalaksanaan Umum
Menurut (Meitany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut:
a. Tirah baring
b. Makanan lunak, dan bila belum bisa nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam atau air tawar yang
ditambah garam
c. Medika metosa yang bersifat simtomatis, seperti hipertermi diberikan asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena
bahaya pendarahan.
H. Komplikasi
Menurut (Warsidi E, 2009) komplikasi dari penyakit DBD diantaranya:
a. Ensepalopati: demam tinggi, gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
b. Disorientasi dan penurunan kesadaran
c. Pendarahan luas
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoreksia jaringan
I. Pencegahan
Menurut (Warsidi E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang terbaik, murah, mudah, dan dapat pula
dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya pencegahan tersebut adalah:
a. Pencegahan dengan prinsip 3M
- Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi sekurang-kurangnya seminggu sekali
- Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang
- Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk
b. Lipatlah pakaian/kain yang tergantung agar nyamuk tidak hinggap
c. Memberantas nyamyk aedes aegypti dengan cara menyemprotkan dengan bahan kimia, pengesapan dengan bahan
insektisa
d. Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbut abete

DAFTAR PUSTAKA DHF


Namvongsa, V., Sirivichayakul, C., Songsithichok, S., Chanthavanich, P., Chokejindachai, W., Sitcharungsi, R., 2013. Differences in
Clinical Features Between Children and Adults with Dengue. Southeast Asian J Trop Med Public Health, 44(5), pp. 772-9.
Sanyaolu A, Okorie C, Badaru O, Adetona K, Ahmed M, Akanbi O, et al. 2017. Global Epidemiology of Dengue Hemorrhagic Fever:
An Update. Journal of Human Virology & Retrovirology;5(6).
Souza, L. J., Pessanha, L. B., Mansur. L. C., Souza, L. A., Ribeiro, M. B., Silveira, M. V., Filho, J. T., 2013. Comparison of Clinical
and Laboratory Characteristics Between Children and Adults with Dengue. Brazilian Journal Infectious Disease, 17(1), pp. 27–
31.
Warsidi E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama
WHO. Dengue guidelines for diagnosis , treatment, prevention and control . 2013 Diunduh dari
http://apps.who.int/tdr/svc/publications/training- guidelinepublications/dengue-diagnosis-treatment
Lp Colic Abdomen
1. Latar Belakang
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang
terdapat dalam abdomen atau perut, yang disebabkan oleh infeksi di dalam organ perut. Faktor penyebab colic
abdomen adalah konstipasi yang tidak dapat terobati dan gejala klinis nyeri tekan pada abdomen atau perut. Akhir-aktir
ini, peningkatan coloc abdomen meningkat sangat pesar. Kejadian penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup
yang tidak sehat sehingga berdampak pada kesehatan tubuh (Bare, 2011)
Menurut WHO pada tahun 2012 kurang lebih 7 miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama dengan
pendrita colic abdomen terbanyak 47% dari 810.000 orang penduduk. Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ
abdomen termasuk nyeri viseral dan dari lapisan dinding perut. Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab
nyeri, walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain (Barbara, 2011)
Penatalaksanaan colic abdomen dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologi yang didalamnya terdapat
aspirasi abses abdomen dan terapi antibiotik. Pada akhirnya, penanganan pasien coloc abdomen secara umum adalah
dengan menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau tidak
(Crown, 2011)
Pencegahan colic abdomen yang dilakukan pada pasien adalah mengurangi dan menghindari makanan pedas,
bersifat asam, makanan instan, dan jenis sayuran tertentu misalnya kol dan sawi, serta menghindari melakukan aktifitas
yang berat (Suyetno, 2011)

2. Konsep Dasar
I. Pengertian
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepamjang traktus intestinal. Obstruksi terjadi
ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran usus ke depan tapi peristaltiknya normal (Amin Huda,
2015)
Kolik Abdomen adalah nyeri perut yang terkadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan
variasi kondisi dari yang sangat ringan samoai bersifat fatal (Amin Huda, 2015)

II. Etiologi
Menurut Reeves 2011 penyebab kolik abdomen antara lain:
- Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
- Karsinoma
- Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus didalam usus)
- Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
- Polip (perubahan pada mukosa hidung)
- Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)

III. Manifestasi Klinis


a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising us
us (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat). Nyeri tekan difusi minimal
b. Mekanika sederhana –usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen distensi berat, muntah sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampa
s, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difusi terminal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah, peningkatan
bising usus, nyeri tekan difusi
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringa
n dan diare
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat nyeri parah, terus – menerus dan terlokalisir, distensi sedang, muntah persist
en. Biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gela
p atau berdarah mengandung darah samar.
IV. Klasifikasi
Pada dasarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik
(berulang) yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi ber
dasarkan umur penderita yang dibawah 2 tahun dan yang diatas 2 tahun yang masing-masing dapat dikelompokkan
menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.

V. Patofisiologi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus sepanjang traktus intesinal. Rasa nyeri pada perut yan
g sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat didalam abdomen. Hal yang mendasari adalah
infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung empedu, batu ginjal).
Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang
dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam. Kolik
abdomen terkait pada nyeri serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik.
Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan
dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi obat yang akan menjadi penyebab nyeri
tersebut. Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri
yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder.

VI. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Amin Huda (2015), pemeriksaan penunjang kolik abdomen adalah:
a. Sinar x abdomen menunjukan gas atau cairan didalam usus
b. Balirium enema menunjukan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatansigmoid yang tertutup
c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah:
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase kare
na iritasi pankreas olehlipatan usus
d. Arteri gas darah dapat mengidentifikasikan asidosis atau alkalosis Metabolic

VII. Penatalaksanaan Umum


a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
b. Terapi Na+. K+, komponen darah
c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan intersisial
d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
e. Dekompresi selang nasonteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukan
dengan lebih efektif dengan pasien berbaring sebelah kanan
f. Implementasikan pengobatan untuk syok dan peritonitis
g. Reseksi usus dengan anastomisi dari ujung ke ujung

VIII. Komplikasi
a. Sepsis
b. Fistula
c. Peritonitis
DAFTAR PUSTAKA COLIC ABDOMEN
Barbara, K., Glenora, E., Audrey, B., & Shirlee J, S. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik Volume
2. (D. Widiarti, Ed.) (7th ed.). Jakarta: EGC.
Bare BG., Smeltzer SC. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal : 45-47.
Crown, elizabeth, J. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA jilid 1.
Jakarta : Mediaction
Reeves, charlene, J., et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika
Suyetno, Slamet,dkk. 2011. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai