PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan masalah global dan isu kesehatan internasional yang
penting, termasuk dalam keganasan paling sering pada wanita di Negara maju.
Menurut World Health Organization (WHO), 8-9% wanita akan mengalami kanker
Cancer (IARC) tahun 2012, kasus baru kanker payudara adalah sebesar 43,1 per
100.000 perempuan, dengan angka kematian sebesar 12,9 per 100.000 perempuan
(Sobri et al., 2017). Berdasarkan data yang dimiliki Yayasan Kanker Payudara
Jakarta, 10 dari 10.000 penduduk Indonesia terkena kanker payudara, 70% pasien
datang ke dokter atau rumah sakit pada keadaan stadium lanjut. Tingkat kesadaran
Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di seluruh Indonesia yaitu 21,69% dari seluruh pasien kanker. Di bagian
subdivisi bedah onkologi RSUP H. Adam Malik sendiri jumlah kasus keganasan
payudara yang tercatat dalam kurun waktu tahun 2012-2014 adalah sebanyak 1.107
Kanker payudara pada wanita remaja dan dewasa muda didefinisikan sebagai
keganasan payudara pada rentang umur ≤ 35 tahun dengan jumlah insiden 18,8 per
100.000 wanita menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan menempati 7% dari
1
seluruh diagnosis kanker payudara pada seluruh umur. Secara global terdapat
peningkatan insiden kanker payudara pada remaja dan wanita muda yang diakibatkan
karena peningkatan populasi dunia itu sendiri, peningkatan kesadaran baik pasien
maupun klinisi dalam mendiagnosis penyakit dan peningkatan pelaporan kasus serta
kontribusi faktor – faktor risiko lainnya (Partidge, 2009). Kanker payudara pada
wanita muda cenderung lebih agresif secara biologis, dengan triple negative reseptor
yang lebih besar, insidensi histopatologi high grade yang lebih tinggi, dan laju
Dari rujukan di atas peneliti ingin mengetahui bagaimanakah perilaku biologis pada
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku biologis pada
2
1.4 Manfaat Penelitian
Sebagai informasi mengenai perilaku biologis pada kanker payudara triple negative
mengenai perilaku biologis pada kanker payudara triple negative terhadap respon
kemoterapi.
perilaku biologis pada kanker payudara triple negative terhadap respon kemoterapi.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang perilaku biologis pada kanker payudara triple negative
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Menurut The American Cancer Society (2012), kanker payudara adalah tumor ganas
yang dimulai pada sel di payudara. Tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker
area yang jauh di badan. Penyakit ini kebanyakan menyerang wanita, namun laki-
Payudara wanita dewasa terletak di antara tulang rusuk kedua dan keenam
dan antara tepi sternal dan linea midaxillaris. Payudara terdiri dari kulit, jaringan
subkutan, dan jaringan payudara, dengan jaringan payudara termasuk elemen epitel
dan stroma. Elemen epitel membentuk 10% sampai 15% dari massa payudara,
Setiap payudara terdiri terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari kelenjar yang
didukung oleh jaringan ikat fibrosa. Ruang antara lobus diisi dengan jaringan
payudara. Pasokan darah di payudara berasal dari interna payudara dan arteri
torakalis lateral (DeVita et al., 2008). Kanker payudara dapat tumbuh dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara (Pane,
2002).
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (DeVita et al.,
4
2008). Kedua tahap tersebut diperjelas melalui gambar 2.1. Beberapa agen bertindak
sebagai inisiator, agen ini disebut karsinogen yang bisa berupa bahan kimia, virus,
pada sel-sel namun tidak secara langsung menyebabkan kanker. Tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kontak dengan inisiator
terjadi terus-menerus pada sel yang telah diinisiasi oleh agen lain. Dari pandangan
klinik, kanker muncul akibat paparan jangka lama oleh suatu agen (DeVita et al.,
5
2.1.2 Tipe Kanker
itu, tipe kanker ini selalu tidak teraba dan hampir tidak mungkin dilakukan diagnosis
Tipe ini lebih sering ditemukan dibanding kanker tipe lobular in situ dengan rasio
sekitar 6 hingga 3:1. Terdapat lima perbedaan pola histologi dari kanker ini yaitu:
Pada awalnya kanker muncul sebagai proliferasi atipikal dari ductal epithelium
yang akhirnya mengisi dan menyumbat pembuluh dengan sel neoplastik. Kanker
tipe duktal in situ terlokalisasi tak dapat dirasakan dengan rabaan namun lebih sering
Tidak semua kanker tipe duktal in situ akan berkembang secara pasti, tetapi
al., 2002).
Tipe ini terdapat pada 75% kanker payudara. Sel-sel ganas berasosiasi dengan
stroma fibrosa sehingga berubah menjadi cairan kental (kanker scirrhous). Tumor
6
mendapatkan akses menuju noda regional (aksila dan, terkadang, internal mammae)
dan sirkulasi sistemik. Tingkatan histologis tumor dinilai dari tiga fitur
perilaku tumor (Cassidy et al.,2002). Tipe ini sering kali mengalami metastasis ke
Kanker tipe lobular terjadi sekitar 5-10 % pada tumor payudara. Presentasi yang
khas dari tipe ini adalah adanya penebalan di payudara, berbeda dengan adanya
gumpalan yang menonjol pada kanker tipe duktal. Tipe ini lebih umum mengalami
1. Usia
Menurut The American Cancer Society (2012), sekitar 1 dari 8 kanker payudara
noninvasif ditemukan pada wanita yang lebih muda dari 45 tahun, sementara sekitar
2 dari 3 kanker payudara invasif ditemukan pada wanita dengan umur 55 tahun atau
lebih tua. Dibandingkan dengan kanker paru-paru, kejadian kanker payudara lebih
7
2. Jenis Kelamin
dapat terkena kanker payudara namun penyakit ini 100 kali lebih sering terjadi
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga pada kanker payudara diketahui berhubungan secara kuat dengan
risiko terjadinya kanker payudara pada wanita. Perkiraan empiris dari risiko
tersebut berhungan dengan pola tertentu pada riwayat keluarga, yaitu (Dipiro et
al., 2009):
pada usia lebih muda dari 45 tahun pada satu atau lebih garis keturunan
pertama.
c. Memiliki lebih dari satu garis keturunan pertama yang menderita kanker
e. Keluarga dari sisi maternal maupun paternal memiliki risiko yang hampir
sama.
4. Gaya Hidup
Diet dan berat badan merupakan beberapa faktor gaya hidup yang berhubungan
dengan risiko kanker payudara. Terdapat korelasi antara kejadian kanker payudara
dengan dietary fat intake, namun korelasi ini tidak kuat. Obesitas berhubungan
8
dengan kenaikan dua kali lipat risiko kanker payudara pada wanita postmenopause
5. Hormonal
Menarch pada usia di bawah 12 tahun risiko 1,7- 3,4 kali dan menopause usia di
atas 55 tahun risiko 1,5 kali. Penggunaan oral kontrasepsi lebih dari 8-10 tahun juga
6. Riwayat Kanker
The American Cancer Society pada tahun 2012 menjelaskan bahwa wanita dengan
kanker pada salah satu sisi payudara memiliki peningkatan risiko 3 hingga 4
kali untuk kembali menderita kanker pada sisi lain dari payudaranya.
2.1.4 Diagnosis
a. Pemeriksaan Klinik
pada wanita dengan risiko menengah kanker payudara dan dimulai sejak
atas 40 tahun hendaknya melakukan pemeriksaan ini setiap tahun dan lebih
ideal bila dilakukan sebelum mamografi rutin tiap tahun (Cassiato et al.,
2009).
9
b. Teknik Imaging
Mamografi
mikrokalsifikasi. Payudara relatif lebih padat pada wanita yang lebih muda
Ultrasonografi (USG)
diubah menjadi gambar. USG payudara aman, tanpa rasa sakit, dan cocok
untuk digunakan di segala usia. Pada pasien kanker, teknik ini berguna
untuk memandu biopsi inti dan menilai ukuran, multifokalitas, dan adanya
10
c. Biopsi
menjalankan biopsi. Ada dua cara unutk mendapatkan biopsi yang dilakukan
sampel jaringan yang lebih besar dari area yang terlihat mencurigakan.
Untuk melakukan metode ini, ahli bedah harus membuat sayatan kecil.
Hal tersebut akan meninggalkan bekas luka kecil yang nyaris tak terlihat
2.1.5 Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
pada tumor ganas atau kanker dan tidak pada tumor jinak. Banyak sekali
cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat
11
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer) atau
AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada sistem TNM ini dinilai
Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
atau dinding dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar
tumor
- N2 ada metastasis ke KGB aksila yang sulit digerakkan atau hanya pada
mammari interna
12
- N3 ada metastasis ke KGB di atas/ di bawah tulang selangka
dan aksila
stadium, yaitu: stadium 0, IA dan IB, IIA dan IIB, IIIA IIIB dan IIIC, dan IV.
N2 M0
Selain menggunakan metode TNM untuk menilai ekspansi tumor, para dokter
juga menggunakan metode grading dalam menilai suatu keganasan. Cara yang paling
umum digunakan untuk menilai kanker payudara adalah cara Nottingham atau
13
Elston-Ellis (modifikasi dari sistem grading Scarff-Bloom-Richardson). Cara
tersebut dalam menilai grading adalah dengan menggunakan kategori dibawah ini
- Nuclear grade: evaluasi mengenai ukuran dan bentuk inti sel pada sel-sel
tumor
- Mitotic rate: seberapa banyak jumlah sel yang terlihat sedang membelah diri,
terkait dengan kecepatan sel-sel tumor dalam bertumbuh dan membelah diri.
Setiap kategori memiliki nilai 1 sampai dengan 3. Skor 1 berarti sel-sel dan
jaringan tumor terlihat sama dengan sel-sel dan jaringan yang normal, dan skor 3
berarti sel-sel dan jaringan tumor terlihat sangat tidak normal. Kemudian total skor
ketiga kategori tersebut dijumlahkan dan akan menghasilkan skor 3 sampai dengan 9.
2.1.6 Terapi
a. Terapi Loko-Regional
Pembedahan
dengan pembedahan. Dua tipe pembedahan yang paling umum adalah breast
14
Kuadrantektomi diperkenalkan pada awal 1970-an merupakan breast conserving
surgery dengan menghilangkan kanker primer yang memiliki margin 2,0 cm dari
massa tumor dengan jaringan normal yang terbatas (1 cm). Percobaan acak
conserving surgery tidak selalu cocok untuk wanita dengan penyakit multifokal
dan tumor besar pada payudara yang kecil. Beberapa pasien memilih
2002)
Terapi radiasi
dinding dada, atau limfa nodi setelah pembedahan (NCCN, 2012). Iradiasi
payudara dari sekitar 30% sampai < 10% pada 10 tahun (Cassidy et al., 2002).
b. Terapi Sistemik
Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi dengan obat yang dapat membunuh sel kanker yang
dapat diberikan secara intravena atau peroral. Obat tersebut mengikuti aliran
darah untuk mencapai sel kanker pada semua bagian tubuh. Kemoterapi
15
Efek samping umum dari kemoterapi diantaranya kelesuan, mual dan
Pasien kanker payudara yang bebas penyakit setelah pengobatan lokal dan
kecil dan noda negatif, risiko semakin meningkat dengan ukuran kanker primer
lokal kanker payudara pada pasien dengan prognosis kanker moderat dan buruk.
digunakan dalam pengaturan neo adjuvant untuk pengobatan awal pada kanker
payudara dengan ukuran besar atau stadium lanjut, dalam upaya untuk
2008)
Terapi hormonal
Enam puluh persen dari kanker payudara memiliki estrogen reseptor positif.
et al., 2002).
16
Tamoxifen adalah modulator reseptor estrogen selektif yang memiliki aksi
mengurangi risiko kematian akibat kanker payudara sekitar 25% dan efektif
payudara kontralateral antara 40 dan 50%, tetapi kurang efektif terhadap tumor
HER2 diekspresikan secara berlebihan pada sekitar 20% dari kanker payudara.
HER2 telah lama dikenal sebagai penanda prognosis yang buruk pada kanker
2008).
17
2.2 Kanker Payudara pada Usia Sangat Muda
Kanker payudara pada wanita remaja dan dewasa muda didefinisikan sebagai
keganasan payudara pada rentang umur < 35 tahun dengan jumlah insiden 18,8 per
100.000 wanita menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan menempati 7% dari
Secara global terdapat peningkatan insiden kanker payudara pada remaja dan
wanita muda yang diakibatkan karena peningkatan populasi dunia itu sendiri,
peningkatan kesadaran baik pasien maupun klinisi dalam mendiagnosis penyakit dan
peningkatan pelaporan kasus (Partidge, 2009). Serta kontribusi faktor – faktor risiko
lainnya seperti halnya faktor internal yang meliputi paritas di usia sangat muda,
breast cancer susceptibility gene 1 (BRCA 1) atau breast cancer susceptibility gene
2 (BRCA 2), mutasi p 53, maupun faktor lingkungan seperti halnya terapi radiasi
berolahraga) (Gnerlich, 2009). Puncak insiden kanker payudara pada wanita muda
terdapat pada rentang umur 15 – 39 tahun dan terdapat peningkatan risiko relatif
terkena kanker payudara seiring berjalannya usia pada seorang wanita (Keegan,
2012).
signifikan dalam faktor risiko, derajat klinis, prognosis serta profil biologis tumor
18
yang lebih agresif seperti halnya jenis histopatologi, subtipe, rekurensi serta
berbagai isu psikososial bila dibandingkan dengan wanita berusia 50 tahun ke atas.
lanjut, ukuran tumor yang besar (> 2 cm), adanya keterlibatan nodus limfe dan
sesungguhnya adalah prediktor independen dari angka harapan hidup yang rendah
serta prognosis yang buruk dan diasosiasikan dengan keterlambatan diagnosis serta
kurangnya skrining sehingga sebagian besar pasien datang dengan stadium lanjut
dan high grade. Kanker pada wanita usia kurang dari 35 tahun juga cenderung
mengalami rekurensi lokal 9 kali lebih banyak setelah operasi konservatif dan
radioterapi dibandingkan dengan pasien kanker pada usia yang lebih tua (Keegan,
2013).
progesterone-receptor negatif, HER2 negatif, dan ekspresi Ki-67 yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita usia tua (>50 tahun). Gambaran histopatologi yang
anatomi, merupakan parameter penting dan baku emas (gold standard) bersama
kanker payudara. Pada kasus kanker payudara usia sangat muda, gambaran
histopatologi menunjukkan hasil dengan grading yang lebih tinggi disertai invasi
pembuluh limfe. Tipe kanker yang dominan ditemukan adalah kanker tipe duktal
invasif tipe tidak spesifik dengan batas tumor yang tidak tegas, terdapat invasi ke
19
pembuluh darah, pembuluh limfe dan sangat sedikit kasus ditemukan kanker tipe
duktal in situ. Gambaran lain yang memungkinkan seperti halnya kanker tipe lobular
invasif, tumor filoides malignan dan jenis kanker lainnya. Sebagian besar kasus
kanker payudara pada usia sangat muda adalah dengan stadium – stadium lanjut
(stadium III dan stadium IV). Stadium merupakan tingkatan kanker payudara yang
dialami oleh pasien berdasarkan kriteria ukuran tumor, keterlibatan nodul dan
dengan kategori stadium awal (I, IIA, IIB, IIIA) dan stadium lanjut (IIIB, IIIC dan
IV). Pasien kanker payudara pada populasi ini juga cenderung dengan grade tinggi
yang menandakan tingginya tingkat anaplasia pada sel – sel kanker (Keegan, 2012).
Selain hal tersebut di atas, terdapat isu – isu serius lain pada kelompok usia
ini seperti halnya kehamilan, menopause dini, fertilitas dan kontrasepsi, seksualitas
dan body image hingga isu psikososial yang erat kaitannya dengan profil kanker
20
balok, atau pertumbuhan syncytial yaitu sel-sel tumor membentuk sarang-sarang
tanpa membran sitoplasma membentuk satu syncytial yang besar. Infiltrasi limfosit
paling sering ditemukan pada kanker TNBC atau HER2 positif, dan kanker payudara
proliferatif lainnya terkait dengan peningkatan pCR, kelangsungan hidup bebas
penyakit yang lebih lama, dan peningkatan hasil kelangsungan hidup secara
keseluruhan. Penderita tumor ini sulit untuk diterapi dan sering tumpang tindih
dengan subtipe basal-like, dimana TNBC juga memiliki karateristik basal pada profil
molekulernya. Baik TNBC dan basal-like cenderung memiliki grade histologis yang
tinggi dengan pilihan terapi yang terbatas dan sering tumpang tindih antara
karateristik biologis dan klinis.Sebanyak 86% TNBC sesuai dengan subtipe seperti
basal-like.Kemoterapi sitotosik adalah satu-satunya pilihan terapi pada
TNBC.Tingkat pCR setelah kemoterapi anthracycline/taxane adalah 25-35%, dan
pasien yang mencapai pCR memiliki hasil yang lebih baik dari pasien dengan TNBC.
Perbedaan antara subtipe basal dan non-basal seperti TNBC penting untuk pilihan
kemoterapi, karena carboplatin itu sama efektifnya dengan docetaxel pada subtipe
basal, namun kurang pada subtipe intrinsik lainnya.
Karakteristik molecular TNBC yang terbaru memperlihatkan adanya
heterogenitas yang tinggi, yang terdiri dari lima kelas mayor: (i) subtype “basal-like”
yang mencakup sekitar 25% sampai 80% kasus TNBC, yang ditandai dengan jalur
biologis yang melibatkan siklus sel dan respon kerusakan DNA (contoh,:
ATR/BRCA, dll); (ii) subtype “mesenchymal” yang ditandai dengan gen yang terlibat
dalam EMT (epithelial-mesenchymal transition) dan pada regulasi biologis kanker
stem cell; (iii) subtype “immunomodulatory” yang terdapat dalam gen ontology pada
proses sel imun yang mencakup sinyal sel imun (sel B, T dan NK) dan sinyal
sitokin; (iv) subtype “luminal AR” yang terdapat dalam jalur hormonal oleh
overekspresi AR; dan (v) subtype “HER2 enriched” yang mencakup sekitar 6%
sampai 8% kasus TNBC, yang ditandai dengan imuno positivitas untuk reseptor
HER2 tetapi tanpa amplifikasi gen. (Botti et al, 2017)
21
diperiksa dengan berbagai cara, termasuk indeks proliferasi, grade hitologi, status
reseptor hormonal, ekspresi onkogen, dan profil ekspresi gen. Cara paling awal untuk
mengevaluasi diferensiasi tumor adalah melalui pemeriksaan grade histologinya.
Sebuah analisis data oleh SEER menunjukkan bahwa grade histologi merupakan
faktor prognostik yang penting, dan tidak bergantung pada ukuran dan jumlah
penyebaran kelenjar getah bening.
Grade histologi tumor berdasarkan pada derajat diferensiasi jaringan tumor.
Pada kanker payudara, grade histologi merupakan evaluasi semi kuantitatif terhadap
karakteristik morfologi yang relatif mudah untuk digunakan dan murah. Pemeriksaan
ini hanya membutuhkan pewarnaan Hematoksilin eosin terhadap jaringan tumor
untuk dinilai oleh ahli patologi anatomi sesuai protokol yang sudah terstandarisasi.
22
Cancer (AJCC), European Union (EU), dan Royal College of Pathologist (UK-
RCPath).( Rakha, et al,. 2010)
Seluruh kanker payudara seharusnya diperiksa grade histologinya. Hal-hal
yang dievaluasi mencakup tiga fitur morfologi, yaitu derajat pembentukan tubular
atau kelenjar, pleomorfisme nukleus, dan jumlah mitosis. Pembentukan tubular atau
kelenjar diperiksa [ada seluruh bagian tumor, begitu juga dengan pleomorfisme
nukleus. Penilaian jumlah mitosis dilakukan pada daerah dengan aktifitas mitosis
yang paling aktif pada daerah karsinoma. Pemeriksaan dilakukan dengan
meggunakan nilai 1 sampai 3 untuk setiap poin yang diperiksa. Jumlah nilai 3-5
menunjukkan grade 1, nilai 6-7 merupakan grade 2, dan nilai 8-9 merupakan grade 3.
(AJCC, 2018)
Dalam sebuah studi, Henson dkk yang menilai tingkat kelangsungan hidup
22.616 kasus kanker payudara, dengan grade histologi 1, penyakit stadium II
memiliki angka kelangsungan hidup yang sama dengan pasien grade histologi 3,
penyakit stadium I. Pasien dengan tumor grade histologi 1 dengan ukuran kurang dari
2 cm memiliki prognosis yang sangat baik, dengan 99% pasien akan bertahan hidup
selama 5 tahun, walaupun pasien tersebut dengan metastasis kelenjar getah bening
yang positif. (Henson, et al,. 1991) Hasil ini didukung oleh studi terbaru dari Grup
Nottingham, penelitian terhadap 2.219 pasien kanker payudara yang dapat dioperasi
23
menunjukkan bahwa grade histologi merupakan penentu penting hasil terapi kanker
payudara disampimg pengaruh dari adanya metastasis kelenjar getah bening. Hasil
ini memberikan bukti bahwa grade histologi bila digunakan bersamaan dengan
adanya metastasis kelenjar getah bening, dapat meningkatkan prediksi terhadap hasil
tatalaksana pada pasien kanker payudara. (Rakha, et al,. 2007) Pengamatan jangka
panjang pada kanker payudara yang terdeteksi saat proses skrining pada dua provinsi
di Swedia, menunjukkan bahwa grade histologi tumor, status kelenjar getah bening,
dan ukuran tumor pada saat diagnosis awal memiliki pengaruh jangka panjang pada
kelangsungan hidup pasien.(Warwijk J, et al,. 2004) Ada bukti kuat dan logis yang
menunjukkan bahwa grade histologi dapat secara akurat memprediksi perilaku
tumor, khususnya pada tumor yang kecil, lebih akurat dibanding faktor prognosis
lainya yang bergantung pada waktu.
Studi juga menunjukkan bahwa grade histologi merupakan faktor
prognostik independen dalam subkelompok spesifik kanker payudara, termasuk
kanker payudara ER positif pasien yang belum atau yang telah menerima terapi
endokrin neoadjuvan , dan pasien dengan metastasis kelenjar getah bening negatif
atau positif. Baru-baru ini, Desmedt dkk menunjukkan bahwa pada pasien dengan
ER-positif/HER2-negatif (n = 628), hanya grade histologis yang menunjukkan
hubungan dengan masa bebas kambuh. (Desmedt C, et al,. 2008) Penelitian oleh
Nottingham group menunjukkan bahwa grade histologi merupakan prediktor
independen masa bebas kambuh pada pasien dengan ER-positif/HER2-negatif(n =
1.077) HR = 2,13, 95% CI 1,79 hingga 2,53;P <0,0001). (Rakha EA, et al,. 2008)
Hubungan yang sama antara grade histologi dan angka kelangsungan hidup
ditemukan pada (a) subkelompok dengan metastasis kelenjar getah bening-negatif (n
= 797), yang hanya menerima terapi hormon adjuvan 95% CI 1,46 hingga 2,34; P
<0,0001, memiliki angka resiko kambuh dalam 10 tahun sebesar 7% untuk grade
histologi 1, 14% untuk grade histologi 2, dan 31% untuk grade histologi 3, dan pada
(b) tumor ER-positif dengan metastasis kelenjar getah bening dengan jumlah yang
kecil volume (pN1; 1-3 kelenjar getah bening positif)(n = 316) (95% CI ;P <0,0001,
dengan angka resiko kambuh dalam 10 tahun sebesar 5% untuk grade histologi 1,
24% untuk grade histologi 2, dan 43% untuk grade histologi 3.(Rakha EA, et al,.
2008) Oleh karena itu, nilai histologis dapat memberikan informasi penting tehadap
24
prognostik suatu subkelompok kanker payudara dan bermanfaat terhadap
pertimbangan kemoterapi. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang konsisten
terhadap perilaku biologis dan grade histologi kanker payudara, mempengaruhi
angka ketahanan hidup. Seperti limfoma dengan grade histologi yang tinggi, kanker
payudara grade histologi yang tinggi cenderung kambuh dan mengalami metastasis
lebih cepat, biasanya dalam 8 tahun pertama. Tumor dengan grade histologi rendah
cenderung menunjukkan hasil yang lebih baik, dan sedikit yang mengalami
kekambuhan ataupun metastasis. Tumor dengan grade histologi 2 menunjukkan hasil
yang bervariasi selama tahun-tahun awal pengobatan. Namun, dalam pengobatan
jangka panjang, grade ini menunjukkan rekurensi dan prognosis yang kurang baik.
Observasi ini menambah wawasan yang lebih lanjut tentang strategi manajemen yang
tepat pasien dengan kanker payudara. Tumor dengan grade histologi yang tinggi,
dengan risiko kambuh dan kematian yang lebih cepat, perlu dipertimbangkan untuk
segera menggunakan kemoterapi adjuvan, sedangkan pasien dengan grade histologi
yang rendah, yang hampir selalu memiliki reseptor hormonal yang positif, dapat
ditindaklanjuti dengan pemilihan terapi sistemik yang toksisitasnya lebih rendah,
yaitu terapi hormonal.( Rakha EA, et al,. 2008)
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
perilaku biologis pada triple negative breast cancer terhadap respon kemoterapi
USU RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan setelah proposal
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara dengan triple
Desember 2019.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh wanita pasien kanker payudara dengan triple
26
Kriteria Inklusi:
Kriteria Eksklusi:
Data dikumpulkan dari rekam medik dari RSUP H. Adam Malik Medan selama 2
minggu. Data yang diambil dari penelitian ini adalah: usia, tempat tinggal, riwayat
Data yang dikumpulkan akan diolah dan disajikan dengan tabel distribusi
27
Grading tumor menggunakan kategori “low grade atau well differentiated”,
poorly differentiated”.
Usia yaitu usia pasien di rekam medik saat terdiagnosis kanker payudara.
28
c.7 Alur Penelitian
29
DAFTAR PUSTAKA
Barber, M. D., Thomas, J., Dixon, M., 2008, An Atlas of Investigation and
Oxford.
Cassidy, J., Bisset, D., Obe, R. A., 2002, Oxford Handbook of Oncology,
DeVita, Vincent T., Lawrence, Theodore S., Rosenberg, Steven A., 2008,
Wilkins, Baltimore.
Gnerlich, J.L., Deshpande, A.D., Donna, B.J., Allison, S., White, N., Julie,
30
A.M., 2009. Elevated Breast Cancer Mortality in Women
Keegan, T.H., DeRouen, M.C., Press, D.J., Kurian, A.W., Clarke, C.A.,
Keegan, T.H., DeRouen, M.C., Press, D.J., Kurian, A.W., Clarke, C.A.,
McPherson, K., Steel, C. M., Dixon, J. M., 2000, ABC of Breast Diseases:
321(7261):624-8.
Payudara,
Partridge, A.H., Aron, G., Gelber, R.D., 2009. Breast Cancer in Young
Piccart, M., Wood, W.C., Hung, C.M, Solin, L.J., Cardoso, F., 2006.
31
Breast Cancer Management and Molecular Medicine: Towards
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, 2015. Data Kasus
Aesculapius. Jakarta.
Tobias, J., and Hochhauser, D., 2010, Cancer and its Management, 6th
32