PENDAHULUAN
(Zega dan Siregar, 2013). Preedy dan Watson mendefinisikan kualitas hidup
kualitas hidup yang diterima secara universal atau secara umum (Zega dan
Siregar, 2013).
makro dan lingkungan sekitar, sedangkan faktor pribadi meliputi faktor biologis
Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang dapat berasal dari
Jong, 2005).
payudara, Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum
wanita, meskipun berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena
payudara ini, walaupun sangat jarang terjadi (Mangan, 2009). Jaringan payudara
terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran
air susu), dan jaringan penunjang payudara. Oleh Word Health Organization
1
2
berasal dari kelenjar, saluran, dan jaringan penunjang payudara tetapi tidak
karena kanker paru pada wania.Risiko selama hidup untuk menderita kanker
terakhir, mortalitas pada wanita dengan kanker payudara menurun dari 30%
menjadi 20% berkat upaya penapisan yang membaik dan terapi (Kumar, 2007).
angka mortalitas menurun pada beberapa negara, kanker payudara tetap berperan
diperkirakan dijumpai 35.000 kasus baru tiap tahunnya (Baum M 2005).Di India
kanker payudara terus meningkat, dengan perkiraan jumlah kasus baru yang
wanita. Angka kematian spesifik per 100.000 penduduk meningkat dari 3,7%
(1982) menjadi 5.8% (1990). Prevalensi kanker payudara di Malaysia 86,2 per
100.000 wanita pada tahun 1996, dan pada tahun 2002 kanker payudara
mencapai 30,4% dari seluruh kanker pada wanita (Norsa’adah dkk, 2005)
3
insidens tertinggi kedua setelah kanker leher Rahim atau kanker Serviks dengan
kasus baru tiap tahunnya dimana kira-kira 50% kasusberada pada kondisi
Indonesia diRumah Sakit Dharmais Jakarta tercatat sebanyak 115 orang, namun
selama pertengahan tahun2011 dimana 100 orang telah terdiagnosa tumor jinak
melakukan perilaku hidup yang sehat untuk mengurangi risiko kanker serta
stadium lanjut dan sulit untuk ditanggulangi, sehingga memberikan beban yang
besar bagi pasien kanker dan keluarganya (Yayasan Kanker Indonesia, 2011).
Haji Adam Malik Medan, terdapat 312 kasus kanker payudara termasuk
dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh Rumah Sakit di
Indonesia (16,85%).
Berdasarkan data kesakitan dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung bulan
Inap Kedaton memiliki angka kasus kanker payudara tertinggi yaitu 16 kasus
lama dan 8 kasus baru pada rentang usia 20-69 tahun dibanding puskesmas lain
tahunnya. Kurva insidensi berdasarkan usia bergerak naik terus dari usia 30
tahun. Kanker payudara jarang ditemukan pada wanita dibawah usia 20 tahun.
tetapi kematian karena penyakit ini terus meningkat (Narti & Budiyani,
mual, muntah, lemas, rambut rontok, mudah mengalami infeksi, dan ada juga
sampai depresi. Efek samping ini akan menghilang setelah selesai kemotrapi.
Semua efek samping tersebut dapat berpengaruh pada kualitas hidup pasien
keseluruhan, dan mortalitas kanker payudara pada pasien dengan LNs positif
terapi lainnya sebagai terapi penting dalam manajemen kanker payudara. Prinsip
pemulihan luka bekas operasi, menjaga bentuk rongga dada pasien, mencegah
6
disfungsi lengan atas dan kondusif untuk pemulihan fungsi motorik lengan atas
adalah terapi yang aman dan efektif, terapi ini tetap mempunyai efek
dari pergelangan tangan dan akhirnya mencapai bahu pada lengan yang terlibat,
secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium
lanjut, local maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar
dengan cara pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif
dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut local (Desen, 2008).
Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat
membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang
normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut,
lapisan mukosa usus dan sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi
pada kemoterapi, gangguan mual dan muntah adalah efek samping frekuensi
hidup. Morbiditas sekunder berasal dari domain fisik dan psikologis berupa
infeksi, perubahan warna kulit, nyeri dan lainnya (Ahmed et al., 2008).
Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sulit dan hasilnya kurang
mengenai kualitas hidup penderita pasca kemotrapi pada 200 pasien kanker
didapatkan 22 (11%) pasien kualitas hidupnya baik 132 (66%) kualitas hidupnya
sedang, dan 46 (23%) kualitas hidupnya buruk, oleh sebab itu kebutuhan pasien
bukan hanya pada pemenuhan pengobatan gejala fisik saja, namun juga
bahwa penyakit kanker berhubungan dengan kualitas hidup yang terdiri dari
Data dari RSUP Dr. Sardjito jumlah penderita baru kanker payudara
Tulip Terpadu menyatakan bahwa penilaian kualitas hidup bagi penderita kanker
Umum Daerah Curup dilaporkan bahwa tahun 2007 terdapat 32 kasus tumor
payudara, 6 kasus (18,75%) terjadi pada usia 15-24 tahun, 19 kasus (59,37%)
terjadi pada usia 25-44 tahun, dan 7 kasus (21,87%) terjadi pada usia 45-59
(37,5%) diantaranya terjadi pada usia 15-24 tahun, 2 kasus (25%) terjadi pada
usia 25-44 tahun dan 3 kasus (37,5%) terjadi pada usia 45-59 tahun dan empat
orang diantaranya meninggal. Sedangkan pada tahun 2012 sampai dengan bulan
terjadi pada usia 15-44 tahun, 2 kasus (25%) terjadi pada usia 15-44 tahun, 2
kasus (25%) terjadi pada usia 25-44 tahun dan 3 kasus (37,5%) terjadi pada usia
45-59 tahun, dan empat orang diantaranya meninggal karena kanker payudara
(RSUD Curup, 2012). Tingginya angka prevalensi kanker payudara pada wanita
wanita yang telah menopause juga berpengaruh terhadap kualitas hidup dan
Kanker Payudara pasca mastektomi dan kemotrapi di RSUD Hj. Abdul Moelok
dilakukan mastektomi dan kemotrapi di RSUD Dr.H Abdul Moelok tahun 2018.
1. Bagi Peneliti :
2. Bagi Masyarakat :
Subjek penelitian ini adalah semua pasien kanker payudara yang telah
Bandar Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kepuasan dalam kehidupan. Tapi sebenarnya, tidak ada definisi tentang kualitas
biasanya meliputi evaluasi subjektif dari kedua aspek positif dan negatif
kehidupan (Prastiwi, 2012). Kualitas hidup memiliki makna yang berbeda untuk
setiap orang dan setiap disiplin akademik, individu dan kelompok (Division of
Population Health of National Center for Chronic Disease Prevention and Health
Promotion, 2016).
dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan minat. Definisi ini
12
13
luang.
lemah, lelah, mual, muntah, nyeri, sesak nafas, sulit tidur, kehilangan
seseorang adalah:
tingkah laku.
2010).
kanker berasal dari bahasa Latin yang artinya kepiting karena kanker sering
organ lain) dan bahkan menyebabkan kematian jika tidak ditangani (Johns
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya dan kemudian
tetapi tidak semua tipe kanker payudara bermanifestasi demikian. Ini penting
yang tidak menyebar ke area sekitarnya dan tidak mengancam kehidupan, tetapi
ada beberapa yang beresiko menjadi ganas (American Cancer Society, 2017).
terkena kanker payudara lebih tinggi 2-3 kali dibanding wanita tanpa riwayat
keluarga. Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan
2. Reproduksi: Usia menarke, masa henti haid dan siklus haid merupakan
faktor risiko kanker payudara. Selain itu, wanita yang tidak menikah, partus
pertama berusia lebih dari 30 tahun dan setelah partus belum menyusui,
berat berinsiden lebih tinggi. Jika satu payudara sudah terkena kanker,
6. Diet dan gizi: Berbagai studi kasus-kelola menunjukkan diet tinggi lemak
laporan, bahwa minum bir dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh,
wanita yang setiap hari minum bir lebih dari 3 gelas berisiko peningkatan
Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yaitu alfa (α) dan beta (β) (masing
masing Erα dan Erβ). Erα terdapat di payudara, ovarium dan endometrium,
sedangkan Erβ terdapat di ginjal, otak, paru-paru dan beberapa organ tubuh
transkripsi protein yang merangsang perubahan dalam sel. Oleh karena sifat
18
Payudara
tumorigenik estrogen:
(inisiator).
premalignan (promotor).
Chaudhry, 2016).
a. Adanya massa (keras, irreguler dan tidak nyeri tekan) atau penebalan
encer.
3. Gejala Metastatis
1. Anamnesa
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
2. Pemeriksaan Fisik
dan ukuran.
orange, ulserasi.
b) Bentuk.
3. Pemeriksaan Penunjang
lesi mamae yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat
2) USG. Transducer frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mamae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup mahal, sulit digunakan
secara luas sehingga hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding
terhadap mikrotumor.
akurasi mencapai lebih dari 90%. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum
kelebihan karena lebih sederhana dan aman. Pemeriksaan ini luas dipakai di
7) Pemeriksaan biopsi. Biopsi dapat dilakukan biopsi eksisi atau insisi, tapi
sentral.
23
In Situ(LCIS).
skleroderma.
1. Grade III
2. TNBC
3. Ki 67 bertambah kuat
4. Usia muda
6. KGB > 3
b) Radiasi bila :
3. Tumor sentral/medial
10 Gy.
a) Operable(III A)
b) Inoperable(III B)
hormonal.
terapi target.
10 Gy.
hormonal).
mengangkat seluruh payudara melalui operasi. Terapi ini sering dilakukan pada
Mastektomi radikal pada tahun 1890 oleh Halsted pertama kali dirancang
subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi (Gulli dan Mallory, 2017).
mayor dan minor sedangkan kelenjar getah bening aksila tetap didiseksi
minor (model Patey) dapat menjaga bentuk dan fungsi rongga dada dan
26
kerusakan saraf yang lebih minimal daripada model Patey. Dewasa ini,modified
cm, tumor multisenter, masih ada sisa tumor setelah lumpektomi dan tumor
yang sulit dibedakan. Tiga struktur organ yang harus dipertahankan pada terapi
ini adalah axillary vein, long thoracic nerve dan cephalic vein (Harahap, 2015).
2.4 kemotrapi
sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang diinfuskan ke pembuluh
darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh jaringan tubuh, dapat membasmi sel-
sel kanker yang sudah menyebar luas di seluruh tubuh.Karena penyebaran obat
kemoterapi luas, maka daya bunuhnya luas, efek sampingnya biasanya lebih berat
membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif
membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel
darah, sel selaput lendir mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena
efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan,
dll.Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal)
harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek
samping yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera diatasi/diobati.
maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu
a. Intravena
Pemberian Intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung
dan hati baru sampai ke tumor primer.Cara intavena ini yang paling banyak
ekstravasasi obat.
b. Intra Arteri
Pemberian Intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah
dan pompa arteri. Infuse intra arteri itu untuk memberikan obat selama beberapa
jam atau hari. Setelah melalui tumor obat keluar melalui vena ke sirkulasi
umum.
c. Perfusi Regional
Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi
d. Intra Tumoral
Obat langsung disuntikan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena
dapat melepaskan sel kanker dari tumor induknya dan ada cara lain yang lebih
e. Intracavitair
Obat disuntikkan atau diinstalisasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
f. Topikal
kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau
Dua atau lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi. Alasan
pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel, sehingga akan
efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat dengan
efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih
rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri.
30
mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit (Nafrialdi dan
Sulistia, 2007).
toksisitas yang spesifik terhadap organ, seperti ginjal (cisplatin) dan saraf
Penyakit sistemik banyak yang disertai mual dan muntah. Pada penderita
kanker, mual dan muntah merupakan keluhan yang sering dijumpai, baik itu
dari kankernya
Muntah atau vomite atau emesis adalah keadaan akibat kontraksi otot
perut yang kuat sehingga menyebabkan isi perut menjadi terdorong untuk keluar
melalui mulut baik dengan maupun tanpa disertai mual terlebih dahulu.Mual dan
muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi, termasuk menjadi efek
31
samping yang umum terjadi pada penggunaan obat anti neoplastik.Mual dan
(Pazdur,2003).
Demikian pula pada penderita kanker dapat disertai mual dan muntah
yang pada umumnya disebabkan efek samping dari pengobatan yang diberikan,
yang terjadi pada penderita yang mendapt sitostatika umumnya terjadi 1-2 jam
Keadaan ini disebut reaksi akut, namun demikian dapat juga terjadi
reaksi lambat, yaitu mual dan muntah terjadi beberapa hari setelah pemberian
sitostatika dan akan berlangsung beberapa hari. Penderita yang mual tidak selalu
Mual dan muntah adalah efek samping yang seringkali dialami oleh
menimbulkan efek samping seperti ini. Ada beberapa obat antimual (antiemetik)
yang sudah tersedia untuk membantu mengurangi gejala ini, namun demikian
efek samping semacam ini adalah masalah yang harus dicarikan solusinya agar
32
proses kemoterapi dapat dijalani dengan lebih lancar bagi para pasien. Orang
yang mengalami gejala ini tentu saja harus berusaha untuk tetap makan dan
kemoterapi yang dilakukan dalam siklus 21 hari, muntah dan mual akan terjadi
selama beberapa hari setelah menerima obat, tapi biasanya gejala itu akan hilang
Mual dan muntah adalah manifestasi dini yang sering ditemukan dari
toksisitas obat kemoterapi.Etiologi mual dan muntah dari banyak masalah yang
berbeda, oleh karena itu pengatasannya juga berbeda, bisa sederhana atau bisa
sulit pada rongga perut dan otot-otot di rongga dada. Muntah adalah pengeluaran
paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh gerakan
menurunkan tekanan dan dilatasi esophageal (DiPiro dan Taylor, 2005). Selain
disebabkan oleh kemoterapi kanker, mual dan muntah dapat disebabkan oleh
reseptor pada CNS dan atau gastrointestinal.Area reseptor ini mengirim pesan 14
pada pusat muntah pada medulla, yang kemudian berkoordinasi dengan aksi
muntah (Pazdur, 2001).Muntah yang diinduksi oleh berbagai zat kimia, obat
trigger zone (CTZ) juga berlokasi di medulla, berperan sebagai chemosensor dan
diarahkan pada darah dan CSF. Area ini kaya akan berbagai reseptor
emetik lain menyebabkan proses muntah melalui salah satu atau lebih dari
reseptor tersebut. (DiPiro dan Taylor, 2005). Mual dan muntah terjadi akibat
kimia sel kanker yang mati oleh obat kemoterapui atau radiasi tidak dapat
Tipe mual dan muntah: 1) Mual muntah akut, biasanya terjadi saat
sitostatika cisplatin. Terjadi 2-6 hari setelah terapi. 3) Mual muntah yang
menyebabkan mual muntah selama 2-3 hari. 4) Antisipator mual muntah, terjadi
34
pada pasien yang merasa mual atau rasa tidak enak diperut dan cemas, padahal
tinggi.
padapasien dalam usia lanjut. Pada pasien yang lebih muda biasanya ada
d. Jenis kelaminLebih sulit untuk mengontrol emesis pada wanita dari pada laki–
laki yang diberikan kemoterapi yang sama termasuk dalam dosis dan frekuensi
pemberiannya.
e. Motion sickness
Pasien yang mengalami motion sickness biasanya lebih mudah mengalami mual
a. Subjektif
Mengukur hasil subjektif/hasil terapi kanker sukar tetapi sebagai pegangan dapat
dipakai parameter:
1) Berat badan
2) Status penampilan
b. Objektif
Hasil objektif ada yang dapat dan yang tidak dapat diukur serta dapat diperiksa
Semua tumor mengecil sedikitnya 50% dan tidak ada tumor baru yang
Tumor mengicil kurang dari 50% atau membesar kurang dari 25%
Tumor membesar 25% atau lebih atau timbul tumor baru yang dulu tidak
memiliki efek samping, kemoterapi jangka pendek seperti mual, muntah, lemas,
rambut rontok, mudah mengalami infeksi, ada juga pasien yang mengalami efek
mental, gangguan konsenterasi dan memori sampai depresi. Efek samping ini
2007).
Pengobatan kanker pada stadium lanut sangat sulit dan hasilnya kurang
mengenai kualitas hidup penderita pasca kemoterapi pada 200 pasien kanker
hidupnya sedang, dan 46 (23%) kualitas hidupnya buruk, oleh sebab itu
kebutuhan pasien bukan hanya pada pemenuhan pangobatan gejala fisik saja,
kecemasan dan depresi yang mengganggu fisik, kualitas kesehatan dan kualitas
Data dari RSUP Dr. Sardjito jumlah penderita baru kanker payudara
Tulip Terpadu menyatakan bahwa penilaian kualitas hidup bagi penderita kanker
Umum Daerah Curup dilaporkan bahwa tahun 2007 terdapat 32 kasus tumor
payudara, 6 kasus (18,75%) terjadi pada usia 15-24 tahun, 19 kasus (59,37%)
terjadi pada usia 25-44 tahun, dan 7 kasus (21,87%) terjadi pada usia 45-59
(37,5%) diantaranya terjadi pada usia 15-24 tahun, 2 kasus (25%) terjadi pada
usia 25-44 tahun dan 3 kasus (37,5%) terjadi pada usia 45-59 tahun dan empat
orang diantaranya meninggal. Sedangkan pada tahun 2012 sampai dengan bulan
terjadi pada usia 15-44 tahun, 2 kasus (25%) terjadi pada usia 15-44 tahun, 2
kasus (25%) terjadi pada usia 25-44 tahun dan 3 kasus (37,5%) terjadi pada usia
45-59 tahun, dan empat orang diantaranya meninggal karena kanker payudara
(RSUD Curup, 2012). Tingginya angka prevalensi kanker payudara pada wanita
wanita yang telah menopause juga berpengaruh terhadap kualitas hidup dan
Keterangan :
= Tidak Diteliti
= Diteliti
Kemotrapi
Kualitas Hidup
Mastektomi
METODE PENELITIAN
hidup pasien kanker payudara yang telah dilakukan operasi mastektomi dan
poli bedah RSUD Dr.H Abdul Moelok Bandar Lampung dan dengan teknik total
sampling dengan Pengambilan data dengan menggunakan data primer dan data
sekunder yaitu wawancara dan rekam medis di RSUD DR. H. Abdoel Moelok
Penelitian ini dilakukan pada bulan november 2019 sampai dengan selesai.
Tempat dan lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di RSUD
40
41
3.3.1 Populasi
bedah onkologi dan ruang raflesia RSUD Dr.H Abdul Moelok Bandar Lampung
3.3.2 Sampel
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan di
ini adalah wanita yang terkena kanker payudara yang telah dilakukan operasi
Kriteria Inklusi
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep
Definisi Operasional
Instrumen Penelitian
a. Data primer
diRSUD Dr.H Abdul Moelok Bandar Lampung selama bulan Januari sampai
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari catatan medik RSUD Dr.H Abdul Moelok
Bandar Lampung.
apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata
lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid
apabila instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa
yang akan diukur. Uji validitas instrumen ini tidak dilakukan karena instrumen
yang akan digunakan oleh peneliti adalah instrumen baku dari European
Indonesia serta pernah di gunakan di Indonesia dengan hasil validitas > 0.70
derajat atau kemampuan alat ukur untuk dapat digunakan atau tidak.Pada
orang dari dari data aktual, sehingga jumlah responden untuk uji realibilitas
dikatakan sudah reliabel bila koefisiennya lebih dari 0,7. Hasil realibilitas yang
berikut:
1. Editing
2. Coding
3. Processing
Setelah data dikumpulkan dalam master tabel atau data base komputer
4. Cleaning
untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentase pada setiap variabel.
(dua) variabel, yaitu pasien kanker payudara yang telah dilakukan Operasi
pertanyaan yang berupa formulir. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
fungsi peran sebanyak 2 buah (no. 6 dan 7), pertanyaan fungsi emosional
dan 25), pertanyaan fungsi sosial sebanyak 2 buah (no. 26-27), pertanyaan
kelelahan sebanyak 3 buah (no. 10, 12 dan 18), pertanyaan mual dan muntah
sebanyak 2 buah (no. 14-15), pertanyaan nyeri sebanyak 2 buah (no. 9 dan 19),
pertanyaan sesak nafas sebanyak 1 buah (no.8), pertanyaan sulit tidur sebanyak
1 buah (no.11), pertanyaan kehilangan nafsu makan sebanyak 1 buah (no, 13),
“Tidak, Sedikit, Sering dan Sangat Sering”. Untuk jawaban “Tidak” nilainya 4,
untuk jawaban “Sangat sering” nilainya 1. Nilai terendah yang mungkin dicapai
adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 120. Rentang kelas pada kuesioner ini adalah
12030 ( nilai tertinggi – nilai terendah ) = 90. Banyak kelas akan dikategorikan
menjadi 3 sehingga panjang kelas diperoleh 30. Dengan nilai terendah 30 dan
Setiap ukuran skala dan single-item diubah ke dalam bentuk angka dengan
rentang berkisar dari 0 sampai 100. Skala dengan skor tinggi menggambarkan
Prinsip untuk menilai skala ini adalah sama dalam semua kasus:
sehingga skor berkisar dari 0 sampai 100; Sebuah skor yang lebih tinggi
Secara praktis, jika item-item I1, I2, I3, I4, I5 ...In termasuk ke dalam suatu skala,
Skor Mentah
skor S,
Range adalah perbedaan antara nilai maksimum dan minimum SM. QLQ-C30
telah dirancang sedemikian rupa sehingga semua item dalam skala apapun mempunyai
kisaran nilai yang sama. Oleh karena itu, range SM sama dengan range dari nilai-nilai
item. Secara keseluruhan item diberi skor 1 sampai 4, sehingga range = 3 (Aaronson et
al., 1993).
menggunakan data kelompok pasien yang diterbitkan dalam nilai referensi EORTC
QLQ-C30 untuk dibandingkan (FAYERS et al., 1998). Pada nilai referensi manual, data
yang ditampilkan untuk bagian kanker utama dibagi sesuai stadium penyakit. Data
populasi umum berdasarkan pada sampel yang dipilih secara acak dari populasi umum
Tabel 3.2 Skoring QLQ-C30 versi 3.0 EORTC-C30 (Aaronson et al., 1993).
Skala Fungsional
Fungsi Fisik PF2 5 3 1-5 F
Fungsi Peran RF2 2 3 6,7 F
Fungsi Emosi EF 4 3 21-24 F
Fungsi Kognitif CF 2 3 20,25 F
Fungsi Sosial SF 2 3 26,27 F
Item/Skala gejala
Lelah FA 3 3 10,12,18
Mual dan Muntah NV 2 3 14,15
Nyeri PA 2 3 9,19
Dipsnea DY 1 3 8
Insomnia SL 1 3 11
Hilang nafsu makan AP 1 3 13
Sembelit CO 1 3 16
Diare DI 1 3 17
Kesulitan keuangan FI 1 3 28
50
Tabel 3.3 Nilai Referensi QLQ-C30, Breast Cancer: All Stages EORTC-C30 (Scott et
al., 2008).
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan laporan
sebanyak 58 sampel, merupakan pasien rawat jalan ataupun rawat inap yang
Bandar Lampung. Data diperoleh dari data rekam medik dan pengisian kuisioner
demografi dan kualitas hidup (fisik, peran, emosi, kognitif, sosial, status
kesehatan secara keseluruhan dan domain gejala) pasien kanker payudara yang
Bandar Lampung.
Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung yang didirikan sejak tahun
52
53
tenaga seluruhnya sebanyak 1.257 orang, dengan jumlah terbesar adalah tenaga
paramedic perawatan sebanyak 555 orang dan tenaga medis sebanyak 133
orang. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dipimpin oleh seorang Direktur Rumah
Sakit yang bertanggung jawab sesuai peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2009
SDM serta Direktur Umum dan Keuangan beserta sub bagiannya masing-
mayoritas responden yaitu 57 orang (98,3%). Suku terbanyak adalah Jawa yaitu
37 orang (63,8%). Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas jika
orang (51,7%). Ibu rumah tangga pada penelitian ini merupakan pekerjaan
Agama
Islam 57 (98.3%)
Protestan 1 (1,7%)
Suku Bangsa
Lampung 17 (29,3%)
Jawa 37 (63,8%)
Sunda 3 (5,2%)
Batak 1 (1,7%)
Pendidikan Terakhir
SD 24 (41,4%)
SMP 14 (24,1%)
SMA 16 (27,6%)
Sarjana 2 (3,4%)
Lainnya 2 (3,4%)
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Pedagang / Wiraswasta 38 (65,5%)
Pegawai swasta 4 (6,9%)
Petani 3 (5,2%)
PNS 5 (8,6%)
Lainnya 3 (5,2%)
5 (8,6%)
Penghasilan Perbulan
(Rp)
<500.000 29 (50%)
500.000 - 1.000.000 16 (27,6%)
1.000.000-2.000.000 7 (12,1%)
>2.000.000 6 (10,3%)
55
kelompok usia 39 - 55 tahun sebanyak 42 orang (72,4%). Hal ini didukung oleh
data dari WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% kanker
kurang dari 40 tahun. Usia merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
dan berusia lebih dari 50 tahun dapat meningkatkan risiko mengalami kanker
diagnosis yaitu >50 tahun dengan hasil (p = 0,001) Kualitas hidup dipengaruhi
oleh usia menurut hasil penelitian Isa & Baiyewu (2006) bahwa sosial demografi
oleh Naviri tahun 2016 bahwa ditemukan penyakit kanker payudara usia 18
tahun namun kenyataan nya pada penelitian ini di dapatkan bahwa ada 1
responden yang berusia 16 tahun terkena kanker paudara. Namun satu faktor
resiko tidak hanya membuat seseorang pasti menderita suatu penyakit. Memiliki
satu atau beberapa faktor resiko tidak berarti kita akan mendapatkan penyakit
tersebut.
rentang usia responden yang dominan adalah 35 – 54 tahun dan pada rentang ini
56
lebih berisiko terkena kanker payudara dibanding usia < 35 Tahun. Jika dulu
penderita kanker payudara rata-rata berada di usia 50 tahun ke atas, akan tetapi
usia 35 – 50 tahun, pergeseran ini dikarenakan salah pola makan, gaya hidup
Data penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
urutan berikutnya.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan data yang ditemukan di bagian bedah
ditemukan pada usia sebelum 50 tahun. Penelitian yang juga pernah dilakukan
oleh Nourman (2010) di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 – 2008
didapatkan hasil usia penderita kanker payudara terbanyak yaitu > 40 tahun
(76,4%). Penelitian lain oleh Atira (2011) di RSUP H. Adam Malik Medan
didapatkan hasil dari 65 sampel penelitian, 29 penderita (44,6%) pada usia diatas
gaya hidup yang tak sehat serta malas berolahraga dan konsumsi makanan yang
57
tak sehat (Savitri, 2015). Seperti yang telah disebutkan oleh para ahli perubahan
gaya hidup yang menjadi faktor terjadinya kanker payudara misalnya menunda
perkawinan dan kehamilan sampai diatas usia 35 tahun, tidak menyusui bayinya,
payudara. Faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit ini antara lain
memiliki ibu atau keluarga dekat yang menderita kanker payudara, mutasi yang
diwariskan dalam gen BRCA1 atau BRCA2. Pubertas awal dan tidak memiliki
ibu rumah tangga (65,5%) dengan jumlah responden sebanyak 38 orang. Hasil
penelitian ini sesuaian dengan pasien kanker payudara di Rumah Sakit Kanker
wanita yang telah menikah (93,9%) dan mayoritas ibu rumah tangga (61,1%).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safaee (2008)
ini bisa terIihat melalui karakteristik responden pada penelitian ini dengan status
58
salah satu faktor dari beberapa faktor yang mampu mempengaruhi kuaIitas
hidup indvidu.
agama Islam dengan persentase (98,3%), Jawa adalah suku sebagian dari
responden pada penelitian ini. Tabel 4.1 menjelaskan bahwa RSUD Dr.H Abdul
Moeloek sebagai rumah sakit rujukan memiliki tingkat keragaman yang tinggi
dari sisi sosial didasari karena keragaman agama dan suku karena pasien datang
Tabel 4.1 menunjukkan jika pendidikan SMP dan SMA menjadi kategori
gabungan maka pasien kanker payudara yang berpendidikan terakhir SMP dan
Sarjana (3,4%) dan Lainnya (3,4%). Hal tersebut mungkin menjadi salah satu
wanita tidak melakukan deteksi dini. Oleh karena itu perlu adanya peran kerja
(2000) diketahui ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stadium kanker
dan cukup, dan tidak ada yang kurang. Sedangkan wanita dengan tingkat
pendidikan dasar masih ada yang tingkat pengetahuannya kurang yaitu sebanyak
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Ratna
(2010) bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan
Nurhasanah, dkk (2009) menemukan hasil yang sama bahwa hubungan antara
faktor pendidikan memiliki hubungan yang sangat lemah (r=0,003) dan kurang
baik dalam menjelaskan kualitas hidup (R2 =0,000). Hasil uji statistik yang
dilakukan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan
yang hanya lulus SD sebesar 22,7% (27 orang), tamat SMP sebesar 16,8% (20
orang) dan yang tidak lulus SD sebanyak 7 orang (5,9%). Pada stadium awal
kanker yang kebanyakan menyerang pada wanita ini memiliki tanda dan gejala,
akan tetapi sering kali tidak dihiraukan karena kurangnya faktor pengetahuan
terhadap tanda gejala tersebut sehingga ketika kondisi fisik sudah mulai
yang datang berobat ke RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung paling
ketahui. Ini sejalan dengan teori yang di kemukan oleh Notoatmodjo tahun 2010
responden tentang deteksi awal, gejala dan ciri – ciri terjadinya kanker payudara
membuat sebagian pasien datang ke RSUD Dr. H. Abdul Moeloek sedah berada
adalah ibu rumah tangga (65,5%), Petani adalah pekerjaan kedua terbanyak
untuk wiraswasta atau pedagang, 5,2% untuk Pegawai Swasta dan PNS.
adalah Ibu Rumah Tangga 11 kasus (32,4%), PNS 10 kasus (29,4%), buruh 3
kasus (8,8%), swasta 2 kasus (5,9%), pensiunan 2 kasus (5,9%), petani 1 kasus
status sosial ekonomi menengah ke atas merupakan salah satu faktor resiko
untuk terjadi nya insiden kanker payudara (Price, 2006). Angka kejadian kanker
payudara di negara – negara maju memang jauh lebih tinggi dari pada di negara
hidup dan kondisi sosial ekonomi di negara – negara maju ada hubungannya
dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar juga
mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan
faktor penting bagi kualitas dan kuantitas. Antara penghasilan dan resiko
yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal
(2010) Dari hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh bahwa dari 50
orang (38 %), sedangkan responden yang tidak beresiko pada penelitian ini
berjumlah 31 orang (62 %) yang berarti bahwa hubungan yang dibentuk antara
63
pendapatan terhadap kejadian kanker payudara cukup kuat, hal ini secara teoritik
(Yulianti, 2010).
500.000 dengan mayoritas pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, Penelitian ini
sama seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (BeiYan, 2013) dengan
kualitas hidup. Pekerjaan akan membuat seseorang mendapatkan upah atau gaji
oleh (BeiYan, 2013) yaitu status ekonomi yang lebih tinggi mempengaruhi
kualitas hidup penderita kanker payudara banyak aspek perawatan pasien yang
pengobatannya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Desy
penghasilan 0-1 juta 62 orang (66%) untuk responden berpenghasilan 1-2 juta 28
orang (30%) dan responden yang berpenghasilan >2 juta berjumlah 4 orang
pendapatan memiliki hubungan yang sangat lemah (r=0,092) dan kurang baik
dalam menjelaskan kualitas hidup (R2 =0,008). Hasil uji statistik yang dilakukan
adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dengan
sehingga konsumsi pangan yang bernilai gizi tinggi juga akan meningkat.
pengobatan yang dijalannkan untuk aspek keperawatannya juga lebih baik untuk
4.3 Kualitas hidup pasien kanker payudara di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
Bandar Lampung
Kualitas hidup saat ini telah menjadi suatu parameter yang sama
subjektif dan hanya dapat diukur oleh pasien. Studi terhadap 163 pasien kanker
klinisi dan pasien menemukan hanya 54% dari penilaian dokter berhubungan
dengan penilaian pasien. Karena itu penggunaan kuisioner laporan pasien telah
Dharmayuda dan Rena., 2010). Salah satu alat yang banyak digunakan untuk
menilai kualitas hidup pasien kanker adalah kuisioner yang dikeluarkan oleh
EORTC. Kuisioner ini telah digunakan secara luas pada uji klinik kanker oleh
studi-studi non uji klinik. Hasil penelitian pada tabel 4.2 dari 58 orang pasien
kemoterapi di Ruang Raflesia dan badah onkologi RSUD Dr.H Abdul Moeloek
kualitas hidup kurang sebanyak 34 responden (58,6 %), kualitas hidup cukup
(3,4%).
kualitas hidup pasien kanker payudara yang telah menjalani operasi mastektomi
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hasi penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
waktu penelitian yang terlampau lama, dan penambahan variable yang telah
mempengaruhi hasil akhir dari kualitas hidup responden pada pasien kanker
karena hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya
jawaban yang diberikan pasien pada subvariabel gejala atau simtom, dimana
dan nyeri setelah menjalani kemoterapi dengan kata lain bahwa efek kemoterapi
pada domain gejala atau simtom (23%), dimana pasien mengalami penurunan
Sedangkan subvariabel lain seperti fungsi fisik, fungsi peran, fungsi kognitif,
fungsi emosi, fungsi sosial dan kesehatan secara keseluruhan memiliki jawaban
yang tinggi. Tingginya jawaban pada subvariabel tersebut, sesuai dengan data
2009).
itu individu tersebut harus menjaga kesehatan fisik, pikiran serta jiwa untuk
2011)
yang luas yang dapat dikelompokkan menjadi satu dari empat area yang berbeda
yakni keadaan fisik, fungsional, emosional dan sosial. Jadi, kualitas hidup
(Saatci et al., 2007). Karakteristik item kuisioner EORTC QLQ-C30 (Tabel 4.3)
menunjukkan bahwa fungsi fisik mempunyai nilai rerata tertinggi. Dipsnea dan
sembelit adalah sub item domain gejala dengan nilai rerata terendah. Fungsi
fisik, kognitif, sosial dan status kesehatan secara global mempunyai prediket
baik sedangkan Fungsi peran, emosi, sosial mempunyai prediket buruk. Subitem
dari domain gejala yang dominan pada pasien kanker payudara adalah mual dan
muntah, nyeri, dipsnea, insomnia, hilang nafsu makan, sembelit dan diare.
Fungsi fisik memiliki simpangan deviasi terbesar dan memiliki interpretasi baik
pada pasien kanker payudara yang telah dilakukan mastektomi dan telah
terjadi pada pasien kanker payudara yang telah dilakukan mastektomi dan
ᵃNilai Minimal skor per item. ᵇNilai Maksimal skor per item. ͨHasil perhitungansetiap
jawaban di kuisioner EORTC QLQ-C30 berupa skor yang didapatkan dari setiap item
dibandingkan dengan skor dari nilai referensi QLQ-C30 subbagian breast cancer:all
stages.
4.4 Kualitas hidup pasien kanker payudara yang telah dilakukan mastektomi
dilakukan bilateral.
70
pada teori jika operasi mastektomi ini mempunyai satu kelemahan yaitu pasien-
kronik ditemukan pada 25% sampai 53% pada wanita-wanita yang dilakukan
radikal mastektomi dan ini jelas mengurangi kualitas hidup dari pasien. Suatu
kelemahan lain dari radikal mastektomi adalah gagalnya operasi ini untuk
setelah diikuti selama 30 tahun dari 1.458 wanita yang dilakukan radikal
mastektomi ternyata hanya 13% yang bebas dari gejala-gejala penyakit. Hal ini
bening dari payudara keluar melalui kelenjar getah bening mamaria interna.
Oleh karena itu Urban mengusulkan operasi radikal mastektomi yang diperluas
yang diperluas hasilnya lebih baik dari radikal mastektomi standard. Sejak itu
radikal mastektomi yang diperluas tidak lagi dilakukan dan selanjutnya menjadi
71
pertanyaan apakah benar suatu operasi yang lebih radikal dapat memperbaiki
diambil dan kelenjar getah bening aksila hanya diambil sampai setinggi
prosesus korakoideus.
dan radikal mastektomi yang dimodifikasi. Alabama breast cancer project juga
lebih mempengaruhi kualitas hidup dari pasien kanker payudara tersebut, karna
kelemahan yaitu dari efek estetika dan gagalnya untuk memperpanjang hidup
penderita kanker, maka kualitas hidup dari mastektomi bilateral lebih memiliki
unilateral.
72
samping hasil akhir didapatkan derajat kualitas hidup pasien kanker secara
umum, kita juga dapat melihat dan membandingkan beberapa aspek yang
oleh faktor yang beranekaragam, seperti gejala, jenis perawatan yang diperoleh
Tabel 4.4 menunjukkan item fungsi fisik pasien kanker payudara baik
dominan memiliki kualitas hidup cukup. Hal demikian juga terdapat pada item
fungsi peran, emosi, dan kesehatan secara keseluruhan, sedangkan item fungsi
kognitif dan sosial pada pasien kanker payudara baik dominan memiliki kualitas
hidup kurang. Domain gejala seperti mual dan muntah, nyeri, insomnia, hilang
nafsu makan dan diare yang lebih dominan dialami pasien kanker payudara
dengan kualitas hidup cukup. Domain gejala dipsnea dan sembelit yang juga
Sedangkan lelah dan kesulitan keuangan yang lebih sedikit dialami oleh pasien
(mual dan muntah, nyeri, dipsnea, insomnia, kehilangan nafsu makan, sembelit
dan diare) yang dominan pada responden terhadap item lainnya yang
dan beberapa skala fungsional seperti fungsi fisik, dan kognitif. Dominasi
beberapa subitem gejala pada pasien kanker payudara yang telah menjalani
pasien tidak terlalu mengingat hal yang buruk terhadap kesehatannya saat
hidup pasien.
antara kualitas hidup pasien kanker payudara dengan fungsi fisik (p = 0,000; r =
= 0,001; r = 0,413).
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi item kualitas hidup pasien kanker payudara di Instalasi
Onkologi dan ruang raflesia di RSUD Dr.H Abdul Moeloek Bandar Lampung
dengan fungsi fisik p = 0,000 < 0,05 adanya korelasi yang mempunyai arti ada
hubungan yang signifikan antara fungsi fisik dengan kualitas hidup penderita
kanker payudara dengan koefisien korelasi (r) 0,468 dengan arah hubungan
positif dan kekuatan korelasi cukup, yang artinya semakin baik fungsi fisik pada
semakin baik. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian (Waltrin, 2017)
dengan hasil p = 0,347 dan koefisien korelasi (r) -0,210 yang artinya korelasi
negatif terhadap kualitas hidup dimana makin tergolong baik fungsi fisik
mungkin karena jumlah responden dan uji yang digunakan berbeda yaitu
Namun hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
asumsi peneliti berbeda mungkin karena jumlah responden dan uji yang
digunakan berbeda yaitu menggunkan uji korelasi pearson atau data berdistribusi
normal.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Rina dan Ade di medan yang
psikologis, serta hubungan dengan lingkungan bagi para wanita dewasa awal
Uji korelasi antara kualitas hidup pasien kanker payudara dengan fungsi
peran p = 0,084 > 0,05 tidak adanya korelasi yang mempunyai arti tidak ada
hubungan yang signifikan antara fungsi peran dengan kualitas hidup penderita
kanker payudara dengan koefisien korelasi (r) 0,229 dengan arah hubungan
positif dan kekuatan korelasi cukup, hasil ini sejalan dengan teori yang
hari.
dengan fungsi Emosi p = 0,020 < 0,05 adanya korelasi yang mempunyai arti ada
hubungan yang signifikan antara fungsi emosi dengan kualitas hidup penderita
kanker payudara dengan koefisien korelasi (r) 0,305 dengan arah hubungan
positif dan kekuatan korelasi cukup, yang artinya semakin baik fungsi emosi
maka kualitas hidup penderita kanker payudara semakin baik. Dimana menurut
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Donald (dalam Urifah,
dengan fungsi kognitif p = 0,342 > 0,05 tidak adanya korelasi, yang mempunyai
77
arti tidak adanya hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan
kualitas hidup penderita kanker payudara, dengan koefisien korelasi (r) 0,127
dengan arah hubungan positif dan kekuatan korelasi lemah. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Donald (dalam Urifah, 2012) menyatakan
dengan fungsi sosial p = 0,228 < 0,05 tidak adanya korelasi yang mempunyai
arti tidak ada hubungan yang signifikan antara fungsi sosial dengan kualitas
hidup penderita kanker payudara dengan koefisien korelasi (r) 0,161 dengan
arah hubungan positif dan kekuatan korelasi lemah. Hasil ini tidak sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Donald (dalam Urifah, 2012) menyatakan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
payudara, tidak bahagia, merasa tidak menarik lagi, perasaan kurang diterima
memiliki tuntutan peran sosial yang tinggi. Jika pada masa tersebut seseorang
dengan kesehatan secara keseluruhan p = 0,028 < 0,05 adanya korelasi yang
korelasi (r) 0,289 dengan arah hubungan positif dan kekuatan korelasi cukup,
yang artinya semakin baik kesehatan pada penderita kanker payudara maka
kualitas hidup penderita kanker payudara semakin baik. Hasil tersebut tidak
sejalan dengan penelitian (Waltrin, 2017) di medan yakni hasil analisa data
dalam penelitian ini diperoleh dengan hasil p = 0,013 dan koefisien korelasi (r)
negatif yang artinya dimana makin tergolong sehat secara keseluruhan pasiennya
makin rendah kualitas hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Donald (dalam Urifah, 2012) menyatakan kualitas hidup merupakan suatu
dengan sub Item gejala lelah, mual dan muntah, nyeri, insomnia, hilang nafsu
79
makan, sembelit dan diare memiliki korelasi yang mempunyai arti ada hubungan
yang signifikan antara subitem gejala lelah, mual dan muntah, nyeri, insomnia,
hilang nafsu makan, sembelit dan diare dengan kualitas hidup penderita kanker
payudara dengan koefisien korelasi arah hubungan positif dan kekuatan korelasi
cukup.
Sedangkan untuk uji korelasi spearmen antara kualitas hidup dengan sub
item gejala dipsnea dan kesulitan keuangan tidak adanya korelasi yang artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara sub item gejala dengan kualitas
hidup, dengan koefisien korelasi arah positif dan kekuatan korelasi lemah.
penurunan kualitas hidup pasien kanker disebabkan karena adanya keluhan rasa
nyeri, sesak, insomnia, kehilangan nafsu makan dan mengalami diare yang
Dharmayuda dan Rena tentang Kalitas hidup yang menurun ketika dilakukannya
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Payudara yang telah dilakukan Operasi Mastektomi dan Kemoterapi di RSUD Dr.
berikut :
80
berada pada rentang usia 39-55 tahun, status perkawinan responden mayoritas
hidup cukup sebanyak 22 responden (37,9%) dan kualitas hidup baik sebanyak 2
responden (3,4).
kehilangan nafsu makan, sembelit, dan diare) yang dominan pada responden.
Fungsi fisik, kognitif, dan status kesehatan global adalah baik, Sedangkan fungsi
peran, emosi, dan social adalah buruk. Kejadian beberapa subitem gejala yang
lain seperti lelah dan kesulitan keuangan tidak mendominasi pada responden
korelasi antara kualitas hidup dengan item kesehatan secara keseluruhan, fungsi
81
fisik, fungsi emosi dan subitem gejala yaitu lelah, mual dan muntah, nyeri,
5.2 SARAN
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tim pelayanan
2. Bagi Masyarakat
selain intervensi medis yang diberikan kepada pasien kanker payudara yang
sampel yang jumlahnya lebih banyak, metode yang lebih kuat (kohort) dan
adanya interval pengumpulan data dan jadwal kemoterapi terakhir untuk melihat
4. Bagi Universitas
82