Anda di halaman 1dari 14

Kanker Payudara Paling Banyak di Indonesia, Kemenkes Targetkan Pemerataan Layanan

Kesehatan

Dipublikasikan Pada : Jumat, 04 Februari 2022 00:00:00, Dibaca : 3.385 Kali


Jakarta, 2 Februari 2022

Menurut WHO (2018) prevalensi kanker payudara sebesar 80.653.000 kasus


dimana kanker ini paling banyak diderita oleh kaum wanita. Terdapat 58.256.000 kasus terjadi
di negara berkembang dan menyebabkan 22.692.000 kematian akibat kanker payudara. Insiden
penyakit ini diperkirakan semakin tinggi di seluruh dunia.
Kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta
menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.
Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%)
dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya
mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
''70% dideteksi sudah di tahap lanjut, kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin
kematiannya bisa kita tanggulangi,'' kata Elvida Sariwati, Plt Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Temu Media Hari Kanker Sedunia, Rabu (2/2.
Padahal sekitar 43% kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan
deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.
Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat
menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak. Pada periode 2019-2020, pengobatan
kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS kurang lebih 7,6 triliun rupiah.
''Karena deteksinya sudah di ujung, sehingga pembiayaan yang dikeluarkan semakin besar,''
katanya. Tingginya angka kanker payudara di Indonesia menjadi prioritas penanganan oleh
pemerintah, namun demikian bukan berarti penanganan kanker jenis lainnya diabaikan. Pada saat
yang sama, Kemenkes tetap melakukan upaya penanggulangan terhadap penyakit kanker lainnya
seperti yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Kanker 2022-2022.
Dalam ketentuan ini, Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia mencakup 3
pilar yakni promosi kesehatan, deteksi dini dan tatalaksana kasus.
Secara rinci ketiga pilar tersebut menargetkan 80% perempuan usia 30-50 tahun dideteksi dini
kanker payudara, 40% kasus didiagnosis pada stage 1 dan 2 dan 90 hari untuk mendapatkan
pengobatan. Untuk mencapai target ini, Kementerian Kesehatan tidak bekerja sendiri, melainkan
turut dibantu oleh berbagai pihak seperti Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Dengan
program unggulan sosialisasi skrinjng dan deteksi dini kanker payudara, YKPI telah berhasil
menjangkau lebih dari 150.000 peserta baik secara daring dan luring pada 2016-2021.
''Sejak tahun 2016-2021, YKPI bekerjasama dengan kabupaten/kota melakukan sosialisasi
skrining dan deteksi dini kanker payudara. Sampai saat ini sudah 150.000 peserta yang kami
anggap sebagai tokoh-tokoh masyarakat yang akan meneruskan ke bawah bahkan beberapa
organisasi perempuan sudah memasukan skrining dan deteksi dini kanker payudara sebagai
program kerjanya,'' kata Linda Agum Gumelar, Ketua YKPI.
Tak hanya itu, YKPI juga membantu menyediakan mobil mammografi serta aktif melakukan
praktek SADARI bagi masyarakat awam dan kader kesehatan.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan semakin kuat dan ditingkatkan, dalam kerangka
penanggulangan kanker payudara di Indonesia, sehingga semakin banyak pasien kanker yang
terselamatkan.
Hari Kanker Sedunia diperingati tanggal 4 Februari setiap tahunnya. Peringatan Hari Kanker
Sedunia 2022 mengangkat tema ''Close the Cure Gap'' yang bertujuan untuk meminimalkan
kesenjangan perawatan pada pasien kanker serta menekankan kesetaraan pasien dalam
mendapatkan layanan medis. Sebab, saat ini masih terdapat kesenjangan kualitas layanan dalam
perawatan pasien sehingga menghambat proses pengobatan.
Sejalan dengan tema ini, pemerintah juga akan memperkuat pelayanan medis untuk pengobatan
kanker payurdara dengan mengatur pemerataan pelayanan kesehatan bagi pasien kanker guna
memudahkan pasien mengakses layanan kesehatan yang memadai.
''Kalau mau kirim untuk dilakukan radio terapi di Indonesia Timur hanya ada di Surabaya
dengan masa tunggu yang lama, ini tentu tidak boleh terjadi lagi, pelayanan kemoterapi,
radioterapi ataupun imunoterapi ini harus merata,'' pungkas Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengandalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu.
PERILAKU SADARI

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya (Notoatmodjo, 2015). Menurut Aziz (2011), teknik skala yang dapat digunakan untuk
mengukur perilaku adalah dengan menggunakan teknik skala Guttman. Skala ini merupakan
skala yang bersifat tegas dari konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban
dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak. Pada perilaku SADARI adalah responden mampu dan
mau melakukan SADARI secara rutin pada 7-10 hari siklus menstruasi setiap bulan.

TANDA DAN GEJALA ADANYA KANKER PAYUDARA

Tanda dan gejala yang khas tidak terlihat pada tahap awal, namun terlihat pada tahap lanjut.
Romauli (2009) menyatakan bahwa tanda gejala tersebut meliputi: terdapat benjolan pada
payudara; borok atau luka yang tidak sembuh pada payudara; pada puting susu keluar cairan
yang tidak normal, seperti nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak
hamil ataupun menyusui; perubahan bentuk dan ukuran payudara; kulit puting susu maupun
areola berkerut; nyeri pada payudara. Selain itu, menurut Depkes (2009) menyatakan bahwa
tanda lain yang harus diwaspadai adalah warna kulit payudara yang lebih kemerahan dan lebih
mengkilat; apabila diraba terdapat bagian payudara yang terasa lebih hangat dibandingkan
dengan daerah sekitarnya.
PENYEBAB KANKER PAYUDARA (CARCINOMA MAMMAE)

Kanker payudara merupakan pembelahan sel secara tidak terkendali yang berasal dari kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang mamae tidak termasuk kulit payudara (Romauli, 2009).
Selain itu menurut Nisman (2011) kanker payudara merupakan kanker yang terjadi pada kelenjar
mamae karena terjadi keganasan sel atau pertumbuhan sel yang tidak terkendali dari sel kelenjar
dan salurannya, secara normal sel akan tumbuh sesuai dengan kebutuhan tubuh, tetapi lain
halnya dengan kanker payudara, sel yang rusak tidak langsung mati, melainkan membangun sel
baru yang jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh.

Penyebab pasti kanker payudara masih belum diketahui. Tetapi terdapat beberapa faktor risiko
terjadinya penyakit tersebut. Depkes (2009) menyatakan bahwa faktor risiko kanker payudara,
meliputi: adanya riwayat kanker payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (ibu atau kakak
atau adik); pernah menjadi penderita kanker payudara; wanita yang tidak mempunyai anak atau
biasa disebut nulipara; hamil pertama pada usia > 30 tahun; mulai haid pertama atau menarche
pada usia dini atau mengalami menopause terlambat; gangguan haid; konsumsi lemak yang
berlebihan; merokok tembakau. Selain itu Andrew (2009) menyatakan bahwa faktor risiko
kanker payudara, yaitu: tidak menyusui (wanita yang tidak menyusui memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker payudara); menggunakan kontrasepsi oral; melakukan terapi sulih hormon;
pemajanan terhadap radiasi; variasi geografi .

Tanda dan gejala yang khas tidak terlihat pada tahap awal, namun terlihat pada tahap lanjut.
Romauli (2009) menyatakan bahwa tanda gejala tersebut meliputi: terdapat benjolan pada
payudara; borok atau luka yang tidak sembuh pada payudara; pada puting susu keluar cairan
yang tidak normal, seperti nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak
hamil ataupun menyusui; perubahan bentuk dan ukuran payudara; kulit puting susu maupun
areola berkerut; nyeri pada payudara.
Selain itu, menurut Depkes (2009) menyatakan bahwa tanda lain yang harus diwaspadai adalah
warna kulit payudara yang lebih kemerahan dan lebih mengkilat; apabila diraba terdapat bagian
payudara yang terasa lebih hangat dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

Adanya perubahan gaya dan pola hidup di masyarakat terutama perubahan pola makan yang
serba praktis (junk food), mengandung banyak pengawet, pewarna, dan zat berbahaya lainnya
akan memberikan efek negative pada tubuh. Salah satu dampak negative tersebut adalah semakin
banyaknya ditemukan kanker di masyarakat seperti kanker payudara akibat pembelahan dan
pertumbuhan sel abnormal yang terjadi secara cepat di payudara (Oemiyati, R, 2011).

Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, tetapi akan meningkat pada perempuan yang
mempunyai faktor risiko seperti keturunan cancer, obesitas, banyak terpapar banyaknya zat
polutan dari lingkungan sekitar, terpapar zat-zat kardiogenik, maka akan mempercepat (Suyatno
& Emir, 2014).

Angka kejadian kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada perempuan sebesar 42,1 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Prevalensi ini meningkat
dari 1,4 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018
(Riskesdas, 2018). Prevalensi tertinggi di DI Yogyakarta sebesar 4,86 per 1000 penduduk.
Kanker payudara di Asia sebesar 674 dapat menyerang usia remaja sampai dewasa.

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan hormon pubertas sebagai tanda awal aktifnya organ
reproduksi. Adanya tanda seks sekunder berupa pertumbuhan sel payudara yang semakin aktif
dan cepat membesar yang baik laki-laki maupun perempuan. Pembesaran payudara terutama
pada perempuan ini harus disikapi dengan baik melalui perawatan secara rutin dan sehat.
Percepatan pertumbuhan sel ini merupakan salah satu pemicu kanker payudara (WHO, 2014).
Upaya Untuk Meningkatkan Perilaku SADARI

- Upaya deteksi dini pada kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri/SADARI
(Saryono, 2009). SADARI merupakan pengamatan payudara bagian depan, sisi kanan dan
kiri terkait bentuk dan kesimetrisan, perubahan warna pada kulit sekitar payudara, bentuk
tampilan putting, areola, pengeluaran cairan abnormal, darah, atau nanah dengan bau khas
busuk. SADARI dapat dilakukan sendiri tanpa harus datang ke petugas kesehatan (Olfah,
2013). Kegiatan ini juga didukung oleh pemerintah melalui program pemeriksaan payudara
Klinis (SADANIS) (Riskesdas, 2018).
- Pengetahuan dan ketrampilan serta praktik SADARI masih rendah (Kemenkes RI (2015),
Thaha (2017)), yang dibuktikan dengan sebagian besar kasus kanker payudara yang berobat
ke RS atau dokter sudah dalam keadaan stadium lanjut (>50%). Oleh karena itu, upaya
preventive dan promotive perlu kita optimalkan melalui sosialisasi di masyarakat dengan
edukasi/pendidikan Kesehatan sebagai upaya pencegahan yang cukup murah, aman, serta
mudah dilakukan (Mulyani, 2013).
- American Cancer Society (2013) menganjurkan remaja awal terutama wanita lebih dari 20
tahun sampai dewasa untuk melakukan screening dengan SADARI secara rutin setiap
bulannya pada hari ke 7 sampai 10 pasca menstruasi, walaupun tidak ada keluhan atau gejala
(Mulyani, 2013). Deteksi Dini melalui Skreening SADARI ini mampu menurunkan 25%-
30% angka kematian akibat kanker payudara (American Cancer Society, 2013), peningkatan
kesadaran dan pengobatan (Widodo, 2014).
- Upaya lain sebagai tindakan promotive dengan pemilihan bahan Bra yang menyerap
keringat, nyaman, tidak terlalu ketat, tidak menggunakan kawat penyangga dan busa yang
keras. Hal ini dapat memicu terjadinya gangguan aliran darah, perfusi oksigen ke payudara.
Akibat hambatan ini maka seseorang berisiko terjadi sumbatan aliran darah, benjolan/tumor
dan berkembang menjadi kanker payudara jika tidak segera dilakukan upaya-upaya
pencegahan. Kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan rendahnya kesadaran untuk
melakukan SADARI menjadikan kasus ini terjadi. peningkatan setiap tahunnya dan diketahui
dalam kondisi sudah parah bahkan metastase/menyebar ke organ sekitarnya. Berdasarkan
fenomena yang berhubungan dengan banyaknya kasus keganasan berupa kanker payudara
akibat terlambatnya deteksi dini kasus tersebut, maka penulis menyadari akan pentingnya
sosialisasi upaya-upaya preventive dan promotive agar prognosis lebih baik (Thaha, 2017).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SADARI

Faktor yang paling mempengaruhi perilaku SADARI adalah tingkat pengetahuan. Tingkat
pengetahuan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku SADARI. Peningkatan
pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan akan berdampak positif pada perilaku SADARI di
kalangan wanita.

BUTUH WAKTU BERAPA LAMA DALAM MELAKUKAN PERUBAHAN PERILAKU

Salah satu asumsi yang paling terkenal berasal dari buku Psycho Cybernetics oleh Maxwell
Maltz. Buku yang dipublikasikan pada 1960 ini menyebutkan bahwa pasien-pasien Maltz
membutuhkan waktu 21 hari untuk terbiasa dengan wajah baru mereka setelah menjalani operasi
plastik. Namun, studi yang dilaksanakan pada tahun 2009 terhadap 96 orang menemukan bahwa
membentuk kebiasaan baru tidak pasti membutuhkan waktu 21 hari. Para peneliti justru
menemukan bahwa waktunya bervariasi, antara 18 hingga 254 hari, tergantung pada masing-
masing individu, walaupun rata-rata memerlukan waktu 66 hari. Hal yang sama juga bisa
dikatakan mengenai upaya untuk menghentikan sebuah kebiasaan. Kepribadian, motivasi,
lingkungan dan kondisi, serta jenis kebiasaan yang ingin diubah turut berpengaruh pada
kecepatan seseorang untuk mengubah sebuah kebiasaan.
KONSEP SADARI

SADARI merupakan pemeriksaan pada payudara sendiri untuk menemukan benjolan yang
abnormal (Mulyani, 2013). Selain itu Romauli (2009) menyatakan bahwa SADARI adalah usaha
atau cara pemeriksaan pada payudara secara rutin dan sistematik yang digunakan sebagai upaya
untuk screening kanker payudara.

Sadari atau pemeriksaan payudara sendiri (Breast Self-Examination/BSE) adalah pilihan cara
pencegahan kanker payudara yang baik dilakukan khususnya mulai usia 20-an. Wanita harus
mengetahui manfaat dan keterbatasan Sadari dan harus segera menceritakan setiap perubahan
payudara yang terjadi kepada dokter ketika dugaan kanker payudara muncul (Savitri,dkk, 2015).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah kegiatan untuk dapat menemukan adanya
benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas
kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. SADARI dilakukan dengan tujuan untuk
mendeteksi sedini mungkin adanya kanker payudara, sehingga bisa dilakukan pengobatan sedini
mungkin dan untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. American Cancer
Society dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan pemeriksaan sadari walaupun
tidak jumpai keluhan apapun. Melakukan deteksi dini dapat menekankan angka kematian sebesar
25- 30% (Mulyani dan Rinawati, 2017).
SADARI merupakan sebuah bentuk perilaku. Berdasarkan teori Lawrence Green (1980)
dalam Fertman dan Allensworth. perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seperti pengetahuan,
sikap, nilai-nilai budaya, persepsi, dan beberapa karakteristik individu seperti umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya suatu perilaku tertentu
atau memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam kelompok faktor
pemungkin tersebut antara lain ketersediaan pelayanan kesehatan, aksesibilitas dan kemudahan
pelayanan kesehatan baik dari segi jarak, biaya, dan sosial, serta adanya peraturanperaturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut. Faktor pemungkin menjadi target
antara intervensi program pada organisasi atau masyarakat. Terdiri dari sumber daya atau
keterampilan baru untuk membuat suatu tindakan kesehatan dan tindakan organisasi yang
dibutuhkan untuk mengubah lingkungan. Sumber daya yang dimaksudkan dalam hal ini berupa
organisasi dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan, petugas, sekolah, klinik penjangkauan
atau sumber daya yang sejenis. Keterampilan dalam pengaruhnya terhadap masyarakat, seperti
melalui perubahan organisasi 6 dan kegiatan sosial, dapat memungkinkan tindakan secara
langsung mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan atau lingkungan fisik.

3. Faktor Penguat
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat (kadang-kadang justru dapat memperlunak)
untuk terjadinya perilaku. Penguatan bersifat positif atau sebaliknya tergantung pada sikap dan
perilaku orang-orang yang terkait. Beberapa diantaranya mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap perilaku. Dukungan masyarakat atau sosial dapat mendorong tindakan individu untuk
bergabung atau bekerja sama dengan kelompok yang membuat perubahan. Dukungan tersebut
dapat berasal dari anggota masyarakat, praktisi promosi kesehatan, dan petugas kesehatan.

Tanda-tanda Awal Dan Gejala Kanker Payudara

Salah satu cara yang dapat membantu mendeteksi tanda tanda kanker payudara sedini mungkin
adalah dengan mengenali gejala gejalanya. Selain itu, melakukan pemeriksaan sendiri pada
payudara setiap 5-7 hari setelah masa menstruasi sangat membantu mengetahui apakah ada
benjolan atau perubahan lain pada payudara (Savitri,dkk 2015). Tanda tanda awal kanker
payudara tidak sama pada setiap wanita. Tanda yang paling umum terjadi adalah perubahan
bentuk payudara dan putting, perubahan yang terasa saat perabaan dan keluarnya cairan dan
putting.

Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas, antara lain
(Savitri,dkk 2015):

1. Munculnya benjolan di payudara


Banyak wanita mungkin merasakan munculnya benjolan pada payudaranya, dalam banyak
kasus, benjolan jangan terlalu dikhawatirkan, jika benjolannya terasa lunak serta terasa di
seluruh payudara dan juga payudara disebelahnya, mungkin hal tersebut hanya jaringan
payudara normal. Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi
seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas. Benjolan yang
berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun
kadang kadang dapat menyebabkan sensai tajam pada beberapa pemderita.

Jika benjolan terasa keras atau tidak terasa di payudara sebelahnya, kemungkinan hal tersebut
adalah tanda dari kenker payudara atau tumor jinak (benign breast condition,misalnya kista atau
fibroadenoma). segera temui dokter apabila :
1. Menemukan benjolan (atau perubahan) yang terasa berbeda dengan bagian di sekitarnya.
2. Menemukan benjolan atau perubahan yang terasa berbeda dengan payudara sebelahnya.
3. Merasakan sesuatu pada payudara yang berbeda dari biasanya Jika tidak yakin apabila
benjolan tersebut harus di periksa atau tidak, sebaiknya tetaplah periksa ke deokter.

Meskpun benjolan atau kelaianan yang terjadi mungkin bukan penyakit yang serius, setidaknya
pikiran kita lebih tenang apabila sudah mengetahui hasilnya (Savitri,dkk 2015).

2. Munculnya benjolan di ketiak (Aksila) Kadang kadang benjolan kecil dank eras muncul di
ketiak dan bisa menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah
bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa menyakitkan
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin
terlihat berubah. Bisa lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga
terlihat turun.
4. Keluarnya cairan dan putting (Nipple Discharge) Jika putting susu ditekan, secara umum
tubuh bereaksi dengan mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan
putting susu, terjadi hanya pad asalah satu payudara, disertai darah atau nanah berwarna
kuning sampai kehijuan, mungkin ini merupakan tanda kanker payudara.
5. Perubahan pada putting susu Putting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang
sulit/ lama sembuh. Selain itu putting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah
bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada putting susu
mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi
(Savitri,dkk 2015).
6. Kulit payudara berkerut Muncul kerutan kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara.
Selain itu kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
7. Tanda tanda kanker telah menyebar Pada stadium lanjut bisa timbul tanda tanda dan gejala
yang menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari
tubuh lainnya. Tanda tanda yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkaaan lengan atau
luka pada kulit, penumpukan cairan di sekitar paru paru (efusi pleura), mual, kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas adan penglihatan kabur
Pengertian Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi dalam teori Vivijayawaty (2014), pengetahuan merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Menurut Joy Anonymous dalam teori Fitriyesta.I.R., (2015) pengetahuan adalah
informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran
dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam masalah / proses
tertentu.

Menurut Notoadmojo dalam teori Fitriyesta.I.R., (2015) pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (over behavior). Berdasarkan pengalaman
bahwa perilaku yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang
tidak dilatarbelakangi oleh pengetahuan.

Tahapan Pengetahuan

Menurut Fitriani, Mubarak dan Notoadmojo dalam teori Pratama (2014) tahapan pengetahuan
sebagai berikut :

1. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Mengingat kembali termasuk (recall) terhadapi suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa seseorang dianggap tahu
tentang apa yang telah di pelajari.
2. Memahami (comprehension) Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (aplication) Adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analisis) Suatu kemepuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitanya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis) Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluai (evaluation) Eveluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi dan obyek.

Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Naila dalam teori Fauziatin (2016), terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu :

1. Pendidikan
Pendidikan berarti hubungan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat
memahami sesuau hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang
dimilki akan semakin banyak.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memeperoleh pengalaman dan
pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
Denagn bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologi
(mental).
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keunginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
6. Kebudayaan
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap.
7. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh
pengetahuan yang baru.

Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoadmojo dalam teori Fitriyesta.I.R. (2015), pengetahuan dapat diukur dengan
pengetahuan dapat dilakukan wawancara atau angket yang menyataan tentang isi materi yang
ingin diukur dari responden. Pengkuran pengetahuan dapat dilakukan melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung maupun tidak langsung berupa pertanyaan tertulis atau
angket. Indikator pengetahuan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau
besarnya presentase kelompok responden . pengetahuan dapat dikategorikan menjadi baik
dengan nilai benar antara 80%-100%, di kategorikan cukup dengan nilai benar 56%-79%, dan di
kategorikan kurang dengan nilai benar <50%.

Anda mungkin juga menyukai