Anda di halaman 1dari 12

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

GEMA SRIKANDI
(GERAKAN MASYARAKAT SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN IVA)

UPTD PUSKESMAS BATEALIT


TAHUN 2019
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
GEMA SRIKANDI

I. Pendahuluan
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin
meningkatnya kasus penyakit tidak menular, PTM adalah penyakit yang bukan
disebabkan oleh infeksi kuman. Termasuk penyakit kronis degeratif, karena itu salah
satu strategi dalam meningkatkan angka kematian akibat PTM (penyakit tidak
menular) dengan memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat dimana
masyarakat diberi fasilitas dan bimbingan untuk wadah berperan dan dibekali
pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenali masalah mengidentifikasi,
merumuskan dan menyelesaikan masalahnya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi
yang ada. karena itu perlu dibentuk Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini
pemantauan dan tindak lanjut factor resiko PTM secara mandiri dan
berkesinambungan, dimana pelaksana kegiatannya adalah anggota masyarakat sendiri
yaitu kader posbindu PTM yang telah dilatih secara khusus dan puskesmas selaku
Pembina posyandu PTM bersama dengan kelompok atau jejaring kerja pengendalian
PTM di Kecamatan dan Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten).
Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah metode deteksi
dini kanker leher rahim secara visual menggunakan asam cuka ataumelihat leher
rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam
asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas
menjadi putih (acetowhite) yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin
memiliki lesi prakanker.
II. Latar Belakang
Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi
teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi
ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan
oleh terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur
penduduk seperti kebiasaan merokok, kurang aktifitas fisik, makanan tinggi lemak
dan kalori serta konsumsi alkohol yang diduga berkontribusi menjadi penyebab dalam
penyakit PTM.
Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan
angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6
perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Data tersebut juga menyatakan 1
dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena kanker.
Kanker serviks menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di
dunia, terutama pada negara bekembang yang mempunyai sumber daya terbatas
seperti di Indonesia. Alasan utama meningkatnya kanker tersebut di negara
berkembang adalah karena kurangnya program skrining yang efektif dengan
tujuan untuk mendeteksi keadaan sebelum kanker maupun kanker pada
stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut.
Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau
serviks uteri. Sekitar 90% atau 270.000 kematian akibat kanker serviks pada tahun
2015 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang
tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan
komprehensif yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, screening yang efektif dan
program pengobatan. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit
kanker leher rahim menempati peringkat kedua di antara berbagai jenis kanker yang
meyebabkan kematian pada perempuan di dunia. (WHO, 2016).
Berdasarkan data WHO, di Indonesia kanker serviks menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. Didapatkan kasus baru kanker serviks sekitar 20.928 dan
kematian akibat kanker serviks dengan persentase 10,3% (WHO, 2014)
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada
pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian
tertinggi di Indonesia untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000
penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Jumlah kasus kanker serviks di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2016
mencapai 348.809 kasus. Sementara menurut laporan Global Cancer Observatory di
tahun 2018, diperkirakan terdapat 32.469 kasus per tahun kanker serviks di Indonesia,
dengan angka kematian mencapai 18.279 orang. Angka ini yang membuat Indonesia
menduduki urutan kedua kasus kanker serviks terbanyak di dunia.
Hampir semua kanker leher rahim (99,7% ) secara langsung berkaitan dengan
infeksi sebelumnya dari virus HPV. Infeksi HPV sering tidak menimbulkan gejala,
tanda – tanda infeksi yang paling umum adalah bintik- bintik kecil merah muda yang
muncul di sekitar kelamin dan terasa gatal atau panas. Setelah seseorang wanita
terinfeksi HPV infeksi bisa stabil lokal, bisa membaik secara spontan atau jika leher
rahim terkena bisa berkembang menjadi lesi derajat rendah/ displasia awal dan akan
berkembang menjadi prakanker leher rahim.Perubahan prakanker ini diamati sering
kali terjadi pada wanita usia 30-40 tahun dan lesi prakanker bisa berkembang menjadi
kanker ganas setelah kurun waktu 10-20 tahun atau bisa secara singkat.
Hasil pemeriksaan IVA di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, dari 18.954 wanita
usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA yang memiliki IVA positif
sebanyak 1.868 WUS atau 9,86%. (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2016).
Kanker servik dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara mencegah
dengan imunisasi kanker servik maupun dengan melakukan pemeriksaan skrining,
artinya melakukan pemeriksaan tanpa menunggu keluhan. Beberapa metode skrining
yang telah dikenal, yaitu PAP SMEAR dan IVA (Inpeksi Visual dengan Asam
Asetat). Wanita yang terkena lesi prekanker diharapkan dapat sembuh hampir 100%,
sedangkan kanker yang ditemukan pada stadium dini memberikan harapan hidup
sebesar 92%, sehingga deteksi dini sangat penting untuk mencegah terjadinya kanker
serviks.
Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel - sel yang diambil dari
servik dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-
perubahan yang terjadi dari sel - sel tersebut. Perubahan sel-sel servik yang terdeteksi
secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-
sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. Metode skrining dengan pap smear
cukup mahal dan memerlukan teknologi yang canggih. Dewasa ini sekarang
dikembangkan metode inspeksi visual dengan menggunakan cuka.
Pemeriksaan IVA (Inpeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah pemeriksaan
servik dengan melihat langsung servik setelah memulas servik dengan larutan asam
asetat 3 - 5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3 - 5 % ada perubahan warna, yaitu
tampak bercak putih yang disebut aceto white epithelium . Frekuensi Penapisan
seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA negatif harus menjalani penapisan
minimal 5 tahun sekali. Mereka yang mempunyai hasil tes IVA positif dan
mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian
(Kementerian Kesehatan RI, 2013), maka kemungkinan ada kelainan tahap pra
kanker. Wanita yang dianjurkan untuk tes IVA yaitu usia 30 – 50 tahun.Metode IVA
dirancang untuk masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan.
Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian
Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan
kanker payudara baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422
Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Puskesmas yang
memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6% (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Kabupaten Jepara terdapat Puskesmas yang melaksanakan IVA
test dari 21 puskesmas yang terdapat di Kabupaten Jepara.
Berdasarkan data tersebut maka, UPTD Puskesmas Batealit berkomitmen untuk
melaksanakan pelayanan IVA test serta kegiatan inovasi Gema Srikandi (Gerakan
Masyarakat Skrinning Kankes Serviks dan IVA Test). Selaras dengan Misi UPTD
Puskesmas Batealit yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau, maka pelayanan IVA test
tersebut gratis bagi yang mempunyai JKN sedangkan yang tidak memiliki JKN
dikenakan tarif Rp 25.000,00. Pelayanan dilaksanakan setiap hari Rabu dan dilakukan
oleh dokter dan bidan terlatih IVA test. Gema srikandi merupakan kegiatan yang
dilaksanakan UPTD Puskesmas Batealit berupa advokasi bagi masyarakat agar
mengerti apa itu kanker serviks, bahaya yang mengancam serta mau melakukan
deteksi dini kanker serviks.
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeteksi secara dini kanker serviks pada wanita usia subur di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Batealit.

2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya deteksi dini kanker leher rahim
b. Terlaksananya monitoring kanker leher rahim
c. Terlaksananya rujukan dengan hasil deteksi dini IVA positif
IV. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN
POKOK
1 Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan IVA adalah berupa penyuluhan tentang deteksi dini
IVA kanker leher rahim,konseling tentang deteksi dini kanker leher
rahim,pelaksanaan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim metode
IVA,melakukan rujukan bila ada hasil yang meragukan kemudian yang terakhir
adalah monitoring dan evaluasi.
PERAN LINTAS SEKTOR
CAMAT PETINGGI PKK PERUSAHAAN
P2PTM 1. Mendukung 1. Ikut berperan aktif Ikut berperan aktif dalam Keluarnya kebijakan bagi
terlaksananya dalam kegiatan kegiatan Gema Srikandi seluruh karyawan untuk
kegiatan Gema pencarian suspek dengan kegiatan IVA mobile melakukan skrining kanker
Srikandi atau kanker serviks serviks dengan pemeriksaan
gerakan melalui bidan desa IVA
masyarakat dan kader
skrining kanker 2. Mendukung
serviks dengan kegiatan
kegiatan IVA IVA mobile di
mobile desa
2. Keluarnya
Surat
Keputusan
tentang
kader IVA
PERAN LINTAS PROGRAM
P2PM KIA PROMKES GIZI KESLING UKP
P2PTM Saling 1. Deteksi dini kanker Penyuluhan di Konseling gizi Konseling 1. Berperan aktif dalam
membantu serviks dengan ruang tunggu pasien dengan kesehatan pencarian suspek
menemukan pemeriksaan IVA tentang kanker suspek kanker lingkungan kanker serviks pada
suspek penyakit setiap hari rabu di serviks dan serviks dengan pasien pasien ranap, rajal,
kanker serviks Puskesmas pemeriksaan suspek kanker UGD ataupun
guna deteksi 2. Pelaksanaan IVA IVA serviks PONED
dini mobile 2. Berperan aktif dalam
pencarian suspek
kanker payudara pada
pasien ranap, rajal,
UGD ataupun
PONED
V. Cara Melaksanakan Kegiatan
Pelaksaan kegiatan Gema Srikandi dilaksanakan dengan :
1. Pasien melakukan pendaftaran di loket
2. Pasien melakukan pemeriksaan IVA di ruang IVA
3. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter dan bidan yang sudah mempunyai sertifikat
pelatihan IVA
4. Menyampaikan hasil pemeriksaan IVA kepada pasien
5. Apabila hasil pemeriksaan IVA positif pasien dirujuk ke rumah sakit
VI. Sasaran
Sasaran kegiatan Gema Srikandi adalah wanita usia subur yang beresiko maupun yang
tidak beresiko.
Rincian Kegiatan, Sasaran, Cara Melaksanakan Kegiatan
N RINCIAN CARA MELAKSANAKAN LOKASI WAKTU PELAKSANA
KEGIATAN SASARAN
O KEGIATAN KEGIATAN
1 Pemeriksaan wanita usia subur Kegiatan pemeriksaan a. Pasien melakukan Desa Juli Pelaksana Upaya
IVA yang memiliki atau IVA adalah berupa pendaftaran di loket Penyakit Tidak
Menular,Dokter
tidak memiliki penyuluhan tentang b. Pasien melakukan
dan Bidan yang
faktor resiko deteksi dini kanker pemeriksaan IVA di ruang sudah
leher rahim,konseling IVA mempunyai
sertifikat
tentang deteksi dini c. Pemeriksaan dilakukan
pelatihan IVA
kanker leher oleh dokter dan bidan yang
rahim,pelaksanaan sudah mempunyai sertifikat
kegiatan deteksi dini pelatihan IVA
kanker leher rahim d. Menyampaikan hasil
metode pemeriksaan IVA kepada
IVA,melakukan pasien
rujukan bila ada hasil e. Apabila hasil pemeriksaan
yang meragukan IVA positif pasien dirujuk
kemudian yang ke rumah sakit
terakhir adalah
monitoring dan
evaluasi.
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
JADWAL Tahun 2019
N
KEGIATAN

Mar
O

Apr

Nov
Okt
Mei

Jun

Ags
Feb
Jan

Sep

Des
Jul

t
1 Gema Srikandi 1x
VIII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara membandingkan jadwal pelaksanaan kegiatan, sasaran kegiatan, lokasi
kegiatan, waktu pelaksanaan kegiatan, pelaksana kegiatan serta cara melaksanakan kegiatan. Hasil pelaksanaan dilaporkan
kepada kepala UPTD Puskesmas Batealit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara berupa laporan cakupan kinerja dan SPJ
Kegiatan.
IX. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi
1. Pencatatan pelaporan kegiatan Gema Srikandi dilakukan langsung dari setelah kegiatan.
2. Pencatatan pelaporan yang berupa peng SPJan dilakukan oleh pelaksana upaya Penyakit Tidak Menular setiap kegiatan
selesai.
3. Monitoring pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh PJ UKM.

Anda mungkin juga menyukai