Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN PENGATAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR

TERHADAP DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

DI WILAYAH DESA KABAU

KEC. SULABESI BARAT

PROPOSAL

Oleh :

SITI SARKIA FATARUBA

NPM : 1420118091

PROGRAM STUDI ILMU KEPARAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STikes) MALUKU HUSADA

AMBON 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yaitu kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim yang terletak antara uterus
dengan liang sanggama (vagina). Kanker serviks menjadi suatu permasalahan
kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius (Zuliyanti, 2018).
WHO (World Health Organization) tahun 2018, menjelaskan data terkait kanker
serviks bahwa terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada penduduk wanita
akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 % merupakan jumlah kematian akibat kanker
leher rahim. Selain itu dari data Globocan,Internasional Agency for Research on
Cancer (IARC) pada tahun 2018, insiden kejadian kanker serviks 46,5% dan jumlah
kematian yang disebabkan oleh kanker serviks yaitu 24,3% dari seluruh jumlah
kanker pada seluruh wanita di dunia.
Kanker merupakan penyakit yang memiliki karakterisik pertumbuhan sel yang
abnormal sehingga menyebabkan kerusakan jaringan pada sel yang sehat. Kanker
terjadi ketika sebuah sel mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Pada masalah
kesehatan reproduksi wanita kanker payudara dan kanker serviks merupakan kanker
yang memiliki urutan tertinggi. Kanker serviks salah satu jenis kanker yang
pertumbuhannya sangat pesat dan mengkhawatirkan. Kanker serviks kini menjadi
pembunuh pertama yang menyerang perempuan di Indonesia (Riksani, 2018).
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa angka kejadian kanker tertinggi
pada wanita Indonesia adalah kanker payudara, diikuti oleh kanker serviks. Kanker
payudara diderita oleh 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per
100.000 penduduk. Kanker serviks diderita oleh 23,4 per 100.000 penduduk, dengan
rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Provinsi tertinggi yang menderita
kanker serviks di provinsi jawa tengah sebanyak 25,300 orang, sedangkan provinsi
jawa timur menempati urutan kedua yakni, sebanyak 18,515 orang (kemenkes RI,
2018).
Data kanker serviks Dinas Kesehatan Maluku utara (2018), kanker serviks yang
berada di Maluku penempati urutan ke 28 dengan jumlah 5,10% di perempuan usia
30-50 tahun (Dinkes 2018)
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang pada umumnya tidak
menimbulkan gejala sampai tahap yang lebih parah. Sering kali orang tidak
menyadari kapan mereka telah terinveksi HPV dan banyak orang dapat menularkan
infeksi HPV tanpa menyadarinya. Cara penularan kanker serviks dapat melalui jalur
seksual dan non seksual. Untuk menghindari penularan melalui seksual penting
untuk penting untuk menjaga konsistensi dalam melakukan hubungan seksual pada
satu pasangan sedangkan untuk mencegah penularan melalui jalur non seksual dapat
dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga kebersihan organ
reproduksi wanita secara pribadi terutama saat toilet caring di toilet kantor, pasar dan
tempat umum lainnya.

Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
sosiol demografi yang meliputi usia, status sosial ekonomi, aktivitas seksual usia dini
di bawah umur 20 tahun yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan
seksual, pasangan seksual yang berganti-ganti, pasangan seksual yang tidak
disirkumsisi, paritas, kurang menjaga kebersihan genital, dan merokok. Kisaran usia
20-45 tahun adalah yang keadaan organ reproduksi wanitaberada dalam keadaan
paling baik untuk mempersiapkan kehamilan. Masa ini merupakan saat yang paling
penting untuk selalu menjaga dan merawat kebersihan organ reproduksi serta
diharuskan untuk selalu membersihkannya. Oleh karena itu wanita usia subur
dianjurkan untuk merawat organ reproduksinya agar terhindar dari berbagai macam
penyakit dan infeksi yang dapat mengenai organ reproduksi.
Pencegahan sekunder menurut Depkes RI (2018), berlaku dua cara deteksi dini
berupa pap smear dan juga IVA tes. Penggunaan pemeriksaan sitologi untuk
mendeteksi kanker serviks atau disebut papsmear, dan pemeriksaan ini menjadi
standar dalam pencegahan dini kanker serviks. Tingkat sensitifitas pap smear sebesar
55% dan spesifisitasnya 90%. Berbeda Sedangkan IVA tes merupakan pemeriksan
langsung bukan pemeriksaan sitologi seperti papsmear. Cara yang dilakukan dalam
pemeriksaan ini dengan mengoleskan asam asetat 3-5% di permukaan portio. Hasil
pemeriksaan akan mendeteksi kanker serviks jika terdapat gambaran acetowhite
(bercak putih) yang kasat mata. Dimana angka spesifisitas IVA adalah 99,8% dan
sensivitasnya adalah 90,9%. (Hanafi, dkk, 2018;Wiyono, dkk, 2018; Tilusari, 2018;
Susilowati 2018).

Upaya penanganan kanker serviks juga dapat di lakukan melalui pemberian


vaksin Human PapillomaVirus (HPV) dalam mengatasi kanker serviks yang di
sebabkan oleh HPV, menjalankan pola hidup sehat, dan diharapkan setiap
perempuan juga mampu untuk melakukan pemeriksaan organ reproduksinya sendiri
yang dalam hal ini di sebut Reproductive Organ Self Examinaton ( ROSE). Metode
ROSE akan dapat membantu untuk mengatahui apakan seorang perempuan
mengalami kondisi abnormal yang perlu di waspadai terhadap masalah keputihan
yag di alami (Radji, 2019).

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan organ reproduksi dalam
keadaan baik dan berada pada rentang umur antara 15-49 tahun. Menurut data
kementrian kesehatan repoplik Indonesia tahun 2018, jumlah WUS di Indonesia yaitu
69.195. 283 dan diwilayah jawa barat yaitu 12.749.261.kelompok WUS rentan
terhadap beberpa permasalahan diantaranya anemia gizi besi, obesitas, kanker
payudara, kanker serviks dan masalah-masalah lainnya. Salah satu masalah yang
dapat terjdi pada WUS adalah kanker serviks.
Pengatahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu, dan initerjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek
terjadi melalui panca indra manusia,yakni penglihatan, pendengaran, pencium, rasa
dan raba dengan sendiri.menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh wawan, dan dewi
(2018) mengatakan bahwa pada waktu pengindaraan sampai menghasilkan
pengatahuan tersebut sangat pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.pengatahuan dan atau kognetif meupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan wanita tentang faktor resiko kanker
serviks yang rendah, akan berpengaruh terhadap keinginannya melakukan deteksi
dinikanker serviks. Informasi ataupun pengetahuan tentang deteksi dini kanker servik
bisa didapatkan dengan berbagai cara, misalnya dari penyuluhan atau pendidikan
kesehatan yang diadakan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.
Menurut Sarwono 2019) sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa
senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap
sesuatu. Sesuatu itu biasa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok,
kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap
positif. Sedangkan perasaan tidak senang disebut sikap negatif. Kalau tidak timbul
perasaan apa-apa berarti sikapnya netral.

Berdasarkan data awal yang diperoleh melalui hasil obsevasi dan wawancara,
peneliti menemukan banyaknya wanita yang melakukan hubungan seks sebelum
menikah dan melakukan aborsi di luar nikah kemudian terjadinya pernikahan dini di
usia 14-18 tahun. Dari latar belakang di atas peniliti tertarik untuk melakukan
penilitian “Hubungan pengatahuan dan sikap wanita usia subur di desa kabau kec.
Sulabesi barat.
1.2 Rumusan masalah

Bedasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah penilitian ini adalah :
apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur terhadap deteksi dini
kanker serviks

1.3 Tujuan penilitian

1.3.1 Tujuan umum

Penilitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan pengatahuan wanita


usia subur terhadap deteksi dini kanker serviks

1.3.2 Tujuan khusus

1 Mengidentifikasi pengatahuan wanita usia subur terhadap deteksi dini


kanker seviks

2 Untuk mengidentifikasi deteksi dini kanker

3 Menganalisa hubungan pengatahuan wanita usia subur terhadap deteksi


dini kancer serviks.

1.3.2 Manfaat penilitian


1.3.3 Manfaat teoritis
Penilitian ini dapat dijadikan refrensi bagi masyarakat tentang pentingnya
pengatahuan kanker serviks pada wanita usia subur agar tidak terjadinya
kanker serviks di kalangan masyarakat.

1.3.3 Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat

Penilitian ini dapat dijadikan masukan bagi masyarakat dalam menangani


pencegahan kanker serviks.
2. Bagi wanita

Bisa menambah pengatahuan dan memahami tentang deteksi dini kanker


serviks

3. Bagi peniltian selanjutnya

Hasil penilitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman uuntk


melakukan penilitian lebih lanjut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kanker serviks

2.1.1 Definisi Kanker Seviks

Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah


kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi,
fungsi serta prosesnya. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang menjadi
perhatian dunia khususnya kaum wanita adalah kanker serviks. Hal ini karena
kanker serviks merupakan penyebab utama kedua kematian terkait kanker pada
wanita di seluruh dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

WHO (World Health Organization) tahun 2018, terdapat lebih dari 92 ribu
kasus kematian pada penduduk wanita akibat penyakit kanker. Beban yang lebih
besar infeksi kanker serviks berada di negara berkembang dan menyumbang sekitar
83% dari semua kasus baru (Wulandari, Bahar, & Ismail, 2018). Faktanya, di dunia
setiap 2 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, di Asia-Pasifik
setiap 4 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, dan di Indonesia
setiap 1 jam seorang wanita meninggal karena kanker serviks (Samadi, 2017).

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher Rahim atau
serviks yaitu suatu daerah atau organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke Rahim yang terletak antara uterus dengan liang senggama (vagina)
(Kuntari, 2018). Kanker leher Rahim merupakan masalah kesehatan yang penting
bagi wanita di seluruh dunia.Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling
umum terjadi pada perempuan, di seluruh dunia. Kanker ini disebabkan oleh infeksi
virus HPV (Human Papiloma Virus).Jika kekebalan tubuh berkurang maka infeksi
ini bias mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks.
2.1.2 Etiologi Kanker Serviks

Kanker serviks, atau biasa disebut kanker leher rahim, disebabkan oleh HPV
(human Papilomavirus) khususnya tipe 16 dan 18 dan ditularkan melalui hubungan
seksual (Jawetz, Menick, & Adelberg, 2018). Cara penularan kanker serviks dapat
melalui jalur seksual dan non seksual. Untuk menghindari penularan melalui seksual
penting untuk penting untuk menjaga konsistensi dalam melakukan hubungan
seksual pada satu pasangan sedangkan untuk mencegah penularan melalui jalur non
seksual dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga
kebersihan organ reproduksi wanita secara pribadi terutama saat toilet caring di toilet
kantor, pasar dan tempat umum lainnya.

2.1.3 Patogenesis dan perjalanan kanker serviks

Menurut Depkes RI (2018), mengatakan bahwa kanker leher rahim pertama


kali dikembang dari lesi pra-kanker (secara luas dikenal sebagai displasi, yang
berkembang pasti dari displasi ringan, menengah sampai parah kemudian menjadi
kanker dini (CIS/Carsinma In lansitu) sebelum menjadi kanker yang bersifat
invasive. Penyebab awal (prekusor) lansung terjadinya kanker leher rahim adalah
desplasia tingkat tinggi (CIN/Cervical Igkntraepitelial Neplasia II atau III), yang
dapat berkembang menjadi kanker leher rahim dalam waktu 10 tahun atau lebih,
sebagian besar desplasia tingkat rendah (CIN I) dapat hilang tanpa di obati atau tidak
berkembang, terutama perubahan-perubahan yang terlibat pada perempuan remaja.

Dijelaskan dalam buku cegah dan deteksi kanker serviks, Dr. Andrijono, SpOG,
dkk menjelaskan bahwa perjalanan penyakit kanker serviks didahului dengan infeksi
HPV Onkogenik (Virus HPV ganas) yang menyebabkan sel serviks normal menjadi
sel prakanker dan menjadi kanker serviks di butuhkan waktu yang tidak singkat,
setidaknya butuh waktu bertahun-tahun tetapi tidak menutupi kemungkinan bias
berlangsung dalam waktu kurang dari setahun (Riksani 2019).
Sel-sel yang telah terinfeksi akan berubah dari nrmal menjadi prakanker dan
kemudian menjadi kanker, tahap ini termasuk pada fase prakanker. Jika perubahan
pada sel tersebut ditemukan dan ditangani lebih dini, kita dapat mencegah agar tidak
terjadi kanker. Sebelm terjadi kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi
prakanker atau Neoplasia Intraeithelial serviks (NIS) (Safiri, Astrid,Dkk, 2018). Saat
virus HPV bercampur dengan sistem peringatan yang memicu respon imunitas,
seharusnya ia bertugas menghancurkan sel yang tidak normal pada epitel serviks
dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut sebagai Cervical Intraepithelial
Neoplasia (CIN). Fase prakanker sering disebut dengan dysplasia merupakan
perubahan premalignant dari sel-sel rahim ada tiga pla utama pada tahap prakanker.
Dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel abnormal yang dapat
berlanjut menjadi intraepithelial Neoplasia dan pada akhirnya berubah menjadi
kanker serviks.

Dalam Kemenkes RI tahun 2018 menjelaskan tentang perjalanan kanker leher


rahim dan manejemennya

a. Insfeksi HPV dan dysplasia leher rahim

Infesi HPV biasanya terjadi pada perempuan usia reproduktif. Inspeksi HPV
ini dapat tetap stabil,berkembang menjadi dysplasia, atau sembuh. Dysplasia
ringan biasaya bersifat sementara dan hilang sendiri. Pada kasus lain bias
menjadi dysplasia berat.

Untuk managemen pada tahap infeksi ini belum ada terapi yang dapat
membasmi HPV. Pada dysplasia ringan montoring lesi lebih diutamakan dari
pada terapi, karna sebagian besar lesi dapat sembuh spontan atau menetap.
b. Dysplasia Leher Rahim Sedang dan Berat

Dysplasia sedang dan berat merupakaan keadaan yang berptensi menjadi


kanker leher rahim, keadaan ini sangat jarang atau lansung dari infeksi HPV
dan harus segera mendapatkan terapi, karna sangat berptensi menjadi kanker

c. Kanker Invasif

Perempuan dengan dysplasia berat beresiko untuk menjadi kanker inpasif :


yang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun

2.1.4 Menifestasi Klinis

Fase prakanker sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.namun,
biasa ditemukan gejala-gejala berikut :

a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

b. Perdarahan setelah senggama (Post Coital bleeding) yang kemudian berlanjut


menjadi perdarahan yang abnormal.

c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

d. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,berbau


dan dapat bercampur dengan darah.

e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

f. Timbul nyeri panggul (pelvia) atau diperut bagian bawah bila adaradang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang kebawah, kemungkinan terjadi
hifronefrosis. Selain itu, bias juga timbul nyeri tempat-tempat lainnya.

g. Pada stadium lanjut badan menjadi kurus kering karna kurang gizi, adema
kaki, timbul iritasi kandung kemih dan pors bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.`

2.1.5 Stadium Kanker Serviks

Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks


adalah sistem yang diperkenalkan oleh International Federation Of Gynecology and
Obstetrics (FIGO). Pada sistem ini, angka romawi 0 sampai IV menggambarkan
stadium kanker. Subsidi dari setiap stadium dapat dilihat dari tabel berikut :

a. Stadium 0
Stadium terendah ini disebut juga dengan nama karsinoma in situ karna sel-
sel belum menyebar pada jaringan lain. Sel kanker ini masih bertahan di
lapisan leher rahim atau seviks. Ukurannya pun maih sangat kecil. Kanker
ini hanya dapat ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel di jaringan yang
melapisi serviks. Jika penderita sudah mengatahu dari awal, kemungkinan
utuk sembuh 100% dalam lima tahun kedepan.
b. Stadium 1
Stadium 1 ini, sel kaner ini mulai ditemukan pada seviks (leher rahim itu
sendiri). Walaupun pertumbuhan kanker hanya sebatas ada bagian seviks,
akan tetapi infeksinya sudah mulai menyerang leher rahim bagian bawah
lapisan atas dari sel-sel srerviks. Pada stadium ini kemungkinan untuk
sembuh adalah 85% dalam lima tahun kedepan.

c. Stadium II
Stadium II ini sel kanker ini telah melalui serviks dan mengivasi bagian
atas vagina. Namun, sel kanker tidak menyebar kedinding pelvic
(sepertiga bagian bawah vagina) ataupun dinding panggul. Lokasi yang
terserang kanker ada stadium ini adalah serviks dan uterus.
d. Stadium III
Stadium III ini, sel kanker telah menyerang bagian pelvic atau sepertiga
bagian bawah vagina. Bisa jadi sel kanker telah menyerang dinding
panggul. Jika kanker yang ada berukuran besar, membelok saluran urin dan
ginjal sehingga menyebabkan ginjal tidk befungsi dengan baik.
e. Stadium IV
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain. Lesi telah keluar dari
vagina. Kondisi ini tentu sangat parah bias jadi karsinoma telah menyebar
dan menyerang organ lain seperti kandung kemih, rectum, paru-paru,
tulang, bahkan hati.
1) Stadium IV A, pertumbuhan kanker telah menyerang dan organ sekitar
serviks. Keterlibatan mukosa kanduung kemih atau mkosa rektm
2) Stadim IV B, pertuumbuhan kanker telah menyebar dan menyerang
organ tubuh yang lebih jah dari serviks, misalnya paru-paru, hati dan
tuulang, metastase sudah jauh.

2.1.6 Pencegahan dan deteksi dini kanker

Pencegahan sekunder menurut Depkes RI (2019) berlaku dua cara deteksi dini
berupa pap smear dan juga IVA tes. Penggunaan pemerikasaan sitologi untuk
mendeteksi kanker serviks atau disebut pap smear, dan pemeriksaan ini menjadi
standar dalam pencegahan dini kanker serviks. Tingkat sensitifitas pap smear sebesar
55% dan spesifisitasnya 90%. Berbeda Sedangkan IVA tes merupakan pemeriksan
langsung bukan pemeriksaan sitologi seperti pap smear. Cara yang dilakukan dalam
pemeriksaan ini dengan mengoleskan asam asetat 3-5% di permukaan portio. Hasil
pemeriksaan akan mendeteksi kanker serviks jika terdapat gambaran acetowhite
(bercak putih) yang kasat mata. Dimana angka spesifisitas IVA adalah 99,8% dan
sensivitasnya adalah 90,9%. Pencegahan kanker serviks ada dua macam yaitu
pencegahan secara primer dan pencegahan secra sekunder. Pencegahan primer yaitu
mencegah terjadinya infeksi HPV merupakan pencegahan yang sangat efektif. Infeksi
virus hanya memungkinkan dicegah dengan pemerian vaksinasi.

Tes Inspeksi Visual asam asetat (IVA) adalah tes visual yang menggunakan
larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan idium lugol pada serviiks dan
melihat erubahan warna puth yang menjadi setelah dilakukan olesan, tujuannya untk
melihat adanya sel yang mengalam diiisplasia seb aga salah satu metode skrining
aner serviiks. Has tes IVA di interpretesikan positif bila ditemukan adanya area
berwarna putih yang disebut aceto white epithelium dan permukaannya meninggi
dengan batas yang jelas disekitar zona transformasi, sedangkan tes IVA di
interprestasikan negative jika didapatkan warna merah hmgen pada leher rahim.

1.2 Konsep Pengatahuan

1.2.2 Definisi pengatahuan

Pengatahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu, dan initerjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek
terjadi melalui panca indra manusia,yakni penglihatan, pendengaran, pencium, ras[a
dan raba dengan sendiri.menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh wawan, Adan dewi
(2019) mengatakan bahwa pada waktu pengindaraan sampai menghasilkan
pengatahuan tersebut sangat pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.pengatahuan dan atau kognetif meupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.

1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengatahuan

1. Faktor internal

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap


perkembangan orang untuk menggapai cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan ,kehidupan diperlukan
mendapatkan infrmasi

b. Pekerjaan
Menurut Thomas pekerjaan merupakan keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunang kehidupan keluarga dan dirinya. Bekerja
umumnya adalah kegiatan atau aktifitas yang menyita waktu. Sedangkan
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Usia

Usia merupakan individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai


berulang tahun, menurut Hurlock (2004) tingkat kematangan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dengan semakin
cukup umur

d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengatahuan
tentang sesuatu yang bersifat infprmal.
e. Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengatahuan dan sikap-sikap yang dimiliki
seseorang latar belakang terhadap perilakunya.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat pempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang
atau kelompok
b. Budaya
Tingkahlaku manusia atau kelmpk manusia dalam memenuhi kebutuhan
meliputi sikap dan kepercayaan.
c. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber infomasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengatahuan yang luas.
d. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memetuhi kebutuhan hidup akan
dapat menambah tingkat pengatahuan
e. Tingkat pengatahuan
f. Pengatahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku terbuka (Overt behavior). Perilaku yang didasari pengatahuan
umumnya bersifat langgeng dan perilaku manusia dibagi kedalam tiga
domain, yaitu :

1. Cognitivi domain, diukur dari knowledge (pengatahuan)

2. Affective domain, diukur dari attitude (sikap)

3. Psychomotor domain, diukur dari (Keterampilan)

Pengatahuan dalam domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan


yaitu :

a) Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari
b) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui.
c) Analisa
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu bjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut

1.3 Konsep Sikap

1.3.1 Definisi Sikap


Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek Sikap, secara umum didefinisikan sebagai
pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atautidak suka, atau kepositifan atau
kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis. Menurut Sarwono (2019) sikap
(attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasasenang, tidak senang, atau
perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu
biasa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok, kalau yang timbul
terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif.
Sedangkan perasaan tidak senang disebut sikap negative, kalau tidak timbul
perasaan apa-apa berarti sikapnya netral.
1.3.2 Tingkat Sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu
1) Menerima (Receiving)
Menerima di artikan bahwa (subjek) mau dan memperhatikan stimulus dan
yang di berikan (objek).
2) Merespon (Responding).
Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan merupakan indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valueing)
Mengajak orang lain untuk mengejarkan mendiskusikan
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling baik. Pengukuran sikap dapat
dilakukan secara lansung. Secara lansung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat responden terhadap suatu objek.
5) Praktek atau tindakan (proactive)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari
pihak lain.
1.3.3 Komponen Sikap
Sikap terbentuk dari bermacam-macam komponen yang membentuk struktur
sikap. Pada umumnya, sikap mengandung 3komponen dasar, antara lain :
1) Komponen kognetif atau komponen perseptual
Komponen tersebut berkaitan dengan pengatahuan, pandangan, keyakinan
(terkait dengan perihal bagaiman orang mempersepsi objek sifat).
2) Komponen konatif
Komponen tersebut berkaitan dengan perilaku berperilaku terhadap objek
sifat. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar
kecilnya kecenderungannya.
1.3.4 Faktor-faktor mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah sebagai berikut :
1) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
2) Orang lain yang dianggap penting dan lebih senior
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang dapat mempengaruhi sikap kita.
3) Kebudayaan
Kebudayaan menanamkan garis pengarah sikap seseorang terhadap
berbagai masalah. kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
karna kebudayaan pulalah memberi corak pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
1.3.5 Cara mengubah sikap
Metode yang digunakan untuk mengubah sikap, antara lain :
1) Dengan mengubah komponen kognetif dari sikap yang bersangkutan. Cara
dengan memberi informasi-informasi baru mengenai objek sikap,
sehingga komponen kognitif menjadi luas
2) Dengan cara mengadakan kontak lansung dengan objek sikap.
Dalam cara ini paling sedikit akan meransang orang-orang yang bersikap
anti untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikapyang tidak mereka
senangi itu.
3) Dengan memaksa orang menampilkan tingkah lakubaru yabg tidak
konsisten dengan sikap yang sudah ada. Kadang-kadang ini dapat
dilakukan dengan kekuatan hukum.

1.4 Konsep Wanita Usia subur

1.4.1 Definisi Wanita Usia subur


Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan organ reproduksi dalam
keadaan baik dan berada pada rentang umur antara 15-49 tahun. Menurut data
kementrian kesehatan repoplik Indonesia tahun 2019, jumlah WUS di
Indonesia yaitu 69.195. 283 dan diwilayah jawa barat yaitu
12.749.261.kelompok WUS rentan terhadap beberpa permasalahan
diantaranya anemia gizi besi, obesitas, kanker payudara, kanker serviks dan
masalah-masalah lainnya. Salah satu masalah yang dapat terjdi pada WUS
adalah kanker serviks.

2.4 Keaslian Penilitian

Judul Desain
penilitian penilitian
N0 variabel Instrument Analisa Hasil

Hubungan Penilitian ini Pengatahuan Instrumen Analisa Berdasarkan


pengatahuan telah dilakukan WUS penelitian univariat hasil penilitian
1
dengan sikap pada bulan juni tentang merupakan alat dan sebagian
wanita usia 2018 sampai manfaat IVA yang digunakan bivariat respnden
subur tentang dengan juli test untuk untuk (57,9%)
manfaat IVA 2018 deteksi dini memiliki
pengumpulan
Test untuk dikebupaten kanker pemgatahuan
data. Instrumen
deteksi dini serang serviks yang cukup
pengumpulan
kanker seviks bandung. tentang manfaa
data yang
di puskesmas Ppulasi yang pemeriksaan
digunakan dalam
sreang digunakan IVA test
dalam penilitian penelitian ini

ini adalah adalah

wanita usia kuesioner.

subur. Kuesioner adalah

Penilitian ini sejumlah

menggunakan pertanyaan

metede analitik tertulis

dengan yang digunakan


pendekatan untuk
ptng silang.
memperoleh
informasi dari
responden dalam
arti

laporan tentang
pribadinya atau
hal-hal yang
responden
ketahui.

Hubungan Penilitian Pengatahuan Instrumen Analisa Berdasarkan


pengatahuan inidilakukan wanita usia penelitian univariat hasil penilitian
dan sikap jenis penilitian subur merupakan alat dan ini dilakukan
2 wanita usia deskriptif tentang yang digunakan bivariat bahwa ada
subur dalam analitik dengan deteksi dini untuk hubungan
melakukan pendekatan kanker pengatahuan
pengumpulan
deteksi dini Crss sectional. dan sikap WUS
data. Instrumen
kanker serviks dengan deteks
pengumpulan
dini kanker
data yang
dimana dengan
digunakan dalam
baiknya
penelitian ini pengatahuan.
adalah
kuesioner.
Kuesioner adalah
sejumlah
pertanyaan
tertulis

yang digunakan
untuk
memperoleh
informasi dari
responden dalam
arti

laporan tentang
pribadinya atau
hal-hal yang
responden
ketahui.

BAB III
KARANGKA KONSEP

3.1 Karangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan fisualisai tentang hubungan atau
kaitan antara konsep dan variable-variabel yang akan diamati atau ukur malalui
penilitian yang akan dilakukan (Notoadmojo 2018). Kerangka konsep dalam peneliti
ini bertujuan untuk mendeskriptifkan “Apakah ada hubungan pengatahuan dan sikap
wanita usia subur di wilayah desa kabau kec. Sulabesi barat

Variable Independen Variabel Dependen

Deteksi Dini Kanker serviks


Pengatahuan wanita usia
subur

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Gabungan

Hipotesa

Hipotesa dalam penilitin ini dapat dirumuskan sebagai berikut


H0 : TidakAda hubungan pengatahuan wanita usia subur tentang deteksi dini
kanker serviks diwilayah desa kabau kecamatan sulabesi barat

H1 : Ada hubungan pengatahuan wanita usia subur terhadap deteksi dini


kanker diwilayah desa kabau kecamatan sulabesi barat

BAB IV

METODE PENILITIAN
4.1 Penilitian

Metode penilitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah jenis penilitian yang
digunakan pada penilitian ini ada deskriptif kualitatif yaitu penilitian yang bertujuan
untuk mengevaluasi, dengan menggunakan pendekatan penilitian Cross Sectional
yang artinya metode penilitian yang digunakan untuk mencari dan berusaha
menghubungkan antara dua variabel, (Sugiono, 2016).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
Penilitin ini di rencanakan di wilayah desa kabau kec. Sulabesi barat
4.2.2 Waktu penilitian
Waktu Penelitian ini di rencanakan pada bulan mei-juli 2022

4.3 Populasi,Sampel, Dan Sampling

4.3.1 Populasi

Sugiyono (2016) menjelaskan “populasi ialah wilayah generalisasi yang


terdiri atas obyek atau subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik yang
ditetapkan oleh peneliti bertujuan untuk dipelajari yang dimana selanjutnya
akan ditarik kesimpulannya.”Populasi dalam penelitian ini adalah.seluruh
perempuan di usia 14-47 yang berjumlah 80

4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan krakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Dengan demikian sampel adalah bagian dari populasi yang
karakteristinya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan populasinya
sehingga jumlah lebih sedikit dari populasi (sugiyono 2016). Sampel dalam
penilitian ini adalah perempuan usia 14-47 berjumlah 40

4.4.4 Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono dan Lalihun
2017). Teknik pengambilan sampel menggunakan kriteria Inklusi.
Kriteria Inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam dalam Lalihun 2017) :
2. Kriteria inklusif

a. Wanita yang bersedia untuk di teliti

3. Kriteria eksklusi

a. Wanita yang tidak bersedia untuk diteliti

4.5 Variabel Penilitian

Menurut Notoadmojo (2018), variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri


dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dengan yang dimili
oleh anggota suatu kelompok yang dimili oleh kelompok lain.

4.5.4 Variabel Dependen (Bebas)


Menurut Sugiyono (2016) “Variabel ini merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel ini
sering disebut variabel terikat. Jadi dapat disimpulkan variabel dependen ini
variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah : Pengatahuan Wanita Usia subur”

4.4.2 Variabel Independen (Terikat)

Menurut Sugiyono (2016) “Variabel ini sering disebut sebagai variabel


stimulus, prediktor, antecedent, atau sering disebut variabel bebas. Variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Jadi dapat
disimpulkan variabel independen merupakan yang mempengaruhi variabel
terikat. Yang menjadi variabel Independen dalam penelitian ini adalah
“Deteksi Dini Kanker Serviks”

4.4.3 Definisi Operasional

Defenisi Operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang


diamati dari sesuatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) yang merupakan kunci defenisi operasional.

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Kriteria hasil

N0 Variabel Definisi Alat Ukur Skala


Operasinal

Independen Kanker serviks Skor jawaban


adalah tumor
1 Kanker Kuesioner Oridinal Ya = 1
ganas yang
serviks
tumbuh di dalam Tidak =0

leher rahim Kriteri baik :: 76-


100%

Cukup : 56-75%

Cukup : < 55%

Dependen : Wanita Usia Skor jawaban


Subur (WUS)
Pengatahuan Ya = 1
adalah wanita
wanita usia
2 dengan organ Kuesioner Oridinal Tidak = 0
subur
reproduksi dalam Katagori
keadaan baik dan kepatuhan : patah
berada pada = >50 %
rentang umur
Tidak patuh =
antara 15-49
<50%
tahun

4.6 Instrumen Penilitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2003). Instrumen yang dilakukan digunakan
adalah Kuesioner. Kuesioner penelitian yang digunakan telah diadopsi dari
kuesioner yang telah dikembangkan oleh Ayu (2018). Penelitian ini menggunakan
instrument penelitian berupa kuesioner untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

4.7 Prosedur Pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut


4.7.1 Tahap persiapan

1. Setelah menentukan judul penilitian disetujui oleh pembimbing 1,


pembimbing 2 dan kemudian di laprkan kebagian perpustakaan judul
proposal
2. Mengajukan surat studi pendahuluan kebagian STikes Maluku Husada
3. Setelah mendapat surat studi pendahuluan dari STikes Maluku Husada,
Peneliti mengajukan surat Studi pendahuluan ke kepala desa Sebelumnya
peneliti akan memperkenalkan diri terlebih dahulu,kemudian peneliti
memberi tau maksud dan tujuan pengumpulan data.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan

1. Identifikasi subjek peniliti “ Wanita usia subur”


2. Peneliti melakukan pertemuan dengan responden, memperkenalkan diri
terlebih dahulu, kemudian peneliti memberi tau maksud dari penilitian,
memberi lembar persetujuan responden kepada siswi MAN Ambon,
bagaimana mengisi kesioner dan kesepakatan waktu untuk pengambilan
kesioner
3. Pengumpulan hasil data lembar kesioner yang telah di isi oleh wanita
usia subur
4.7.2 Pengelola data
Pengolahan data adalah kegiatan meringkas dan menyajikan data yang
didapat dari instrumen penelitian. Pengolahan data ini meliputi tiga
kegiatan berikut ini (Hasan dalam Susila dan Suyanto, 2015),
mengemukakan bahwa dalam pengolahan data terdiri dari :

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah


dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau
data yang dikumpulkan tidak logisdan merugikan. Pada tahap ini,
kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki
baik dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan interpolasi.

2. Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap
data termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang
dibuat dalam bentuk angka-angka/huruf-huruf yang memberikan
petunjuk atau identitas pasa suatu informasi atau data yang akan
dianalisis.
3. Enty
Dilakukan dengan memasukkan data-data yang ada, pada data yang
telah diberi kode.
4. Tabulating
5. Dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai
dengan variabel yang diteliti.

1.8 Analisa data

1.8.1 Analisa Univarat

Analisa univariat adalah analisa secara deskriptif yang bertujuan untuk


menjelaskan atau mendeskriptif kerakteristik setiap variable yang diteliti
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, penyakit kronis yang dialami. Dalam
penilitian ini yang akan dilakukan analisa univariat adalah krakteristik
responden, wanita usia subur tentang pengatahuan kanker serviks.

1.8.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariate dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan
atau berkolerasi dari data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan
teknik statestik yaitu chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (a=0,05).
Uji ini digunakan untuk menguji hubungan antar variable independen dengan
variable dependen yang mempunyai skala variabelnya normal dan ordinal.
Dikatakan ada hubungan yang bermakna jika nilai p>0,5 dan tidak ada
hubungan yang bermakna antara dua variable p>0,05

1.9 Etika penilitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari


pihak institusi denga mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat peneliti
dalam hal ini di ajukan kepada kepala desa kabau kec, sulabesi barat. Setelah
mendapatkan mendapatkan persetujuan barulah dilakukan peneliti dengan
menentukan masalah etika peneliti meliputi :

1. Informent consent

Lembaran persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti


menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang
mungkin terjadi selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,
maka merekan harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut

2. Anonymity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden
tetapi lembaran tersebut diberikan kode atau inisial
3. Confidential (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan hasil peneliti.

DAFTRA PUSTAKA
Imma Kristy Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020,

Elisa,Yuliana,Wahyuni ’’Pengaruh Pendikan Kesehatan Tentang Deteksi Dini


Kanker Serviks terhadap Mtivasi Dalam Melakukan
pemeriksaan IVA Dipuskesmas Pal III Pontianak” Akademik
Kebidanan Panca Bhakti Pontianak,Jurnal Kebidanan,Vol
10,N0 1,Tahun 2020

Ikada Septi Arimurti,Nurfitri Kusumawati,Sri Haryanto “Hubungan pendidikan


Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks pada Wanita
dikelurahan Kebon kelapa Bogr” Stikes Widya Dharma
Husada Tangerang, Jurnal Edu Dharms, Vol 4, (1),Maret 2020

Ryta lumbanbatu,yovieta Novelarani Tarigan Dkk “Hubungan PengatahuaDan Sikap


Wanta usia subur DalamMelakuan Deteksi Dini Kanker
Serviks” Universitas Stikes Mumi Teguh,V 3, No.2,November

Imma K [risty Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020,

Lina Siti Nuryawati ‘Tingkat Pengatahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan
IVA Test Pada Wanita” Stikes YIPB,Jurnal Ilmia Indonesia,Vol 5,
No 12, Desember 2020
Suratin,Susanti “Hubungan pengatahuan danSikap ibu Terhadap Deteksi Dini
Kanker Serfiks Dengan” Unifersitas Batam,Jurnal
Kedkteran,Vol 07, No 03 September2017

Imma Kristy Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020,

Ryta lumbanbatu,yovieta Novelarani Tarigan Dkk “Hubungan PengatahuaDan Sikap


Wanta usia subur DalamMelakuan Deteksi Dini Kanker
Serviks” Universitas Stikes Mumi Teguh,V 3, No.2,November

Imma Kristy Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
[Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020

Anda mungkin juga menyukai