PROPOSAL
Oleh :
NPM : 1420118091
AMBON 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yaitu kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim yang terletak antara uterus
dengan liang sanggama (vagina). Kanker serviks menjadi suatu permasalahan
kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius (Zuliyanti, 2018).
WHO (World Health Organization) tahun 2018, menjelaskan data terkait kanker
serviks bahwa terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada penduduk wanita
akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 % merupakan jumlah kematian akibat kanker
leher rahim. Selain itu dari data Globocan,Internasional Agency for Research on
Cancer (IARC) pada tahun 2018, insiden kejadian kanker serviks 46,5% dan jumlah
kematian yang disebabkan oleh kanker serviks yaitu 24,3% dari seluruh jumlah
kanker pada seluruh wanita di dunia.
Kanker merupakan penyakit yang memiliki karakterisik pertumbuhan sel yang
abnormal sehingga menyebabkan kerusakan jaringan pada sel yang sehat. Kanker
terjadi ketika sebuah sel mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Pada masalah
kesehatan reproduksi wanita kanker payudara dan kanker serviks merupakan kanker
yang memiliki urutan tertinggi. Kanker serviks salah satu jenis kanker yang
pertumbuhannya sangat pesat dan mengkhawatirkan. Kanker serviks kini menjadi
pembunuh pertama yang menyerang perempuan di Indonesia (Riksani, 2018).
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa angka kejadian kanker tertinggi
pada wanita Indonesia adalah kanker payudara, diikuti oleh kanker serviks. Kanker
payudara diderita oleh 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per
100.000 penduduk. Kanker serviks diderita oleh 23,4 per 100.000 penduduk, dengan
rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Provinsi tertinggi yang menderita
kanker serviks di provinsi jawa tengah sebanyak 25,300 orang, sedangkan provinsi
jawa timur menempati urutan kedua yakni, sebanyak 18,515 orang (kemenkes RI,
2018).
Data kanker serviks Dinas Kesehatan Maluku utara (2018), kanker serviks yang
berada di Maluku penempati urutan ke 28 dengan jumlah 5,10% di perempuan usia
30-50 tahun (Dinkes 2018)
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang pada umumnya tidak
menimbulkan gejala sampai tahap yang lebih parah. Sering kali orang tidak
menyadari kapan mereka telah terinveksi HPV dan banyak orang dapat menularkan
infeksi HPV tanpa menyadarinya. Cara penularan kanker serviks dapat melalui jalur
seksual dan non seksual. Untuk menghindari penularan melalui seksual penting
untuk penting untuk menjaga konsistensi dalam melakukan hubungan seksual pada
satu pasangan sedangkan untuk mencegah penularan melalui jalur non seksual dapat
dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga kebersihan organ
reproduksi wanita secara pribadi terutama saat toilet caring di toilet kantor, pasar dan
tempat umum lainnya.
Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
sosiol demografi yang meliputi usia, status sosial ekonomi, aktivitas seksual usia dini
di bawah umur 20 tahun yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan
seksual, pasangan seksual yang berganti-ganti, pasangan seksual yang tidak
disirkumsisi, paritas, kurang menjaga kebersihan genital, dan merokok. Kisaran usia
20-45 tahun adalah yang keadaan organ reproduksi wanitaberada dalam keadaan
paling baik untuk mempersiapkan kehamilan. Masa ini merupakan saat yang paling
penting untuk selalu menjaga dan merawat kebersihan organ reproduksi serta
diharuskan untuk selalu membersihkannya. Oleh karena itu wanita usia subur
dianjurkan untuk merawat organ reproduksinya agar terhindar dari berbagai macam
penyakit dan infeksi yang dapat mengenai organ reproduksi.
Pencegahan sekunder menurut Depkes RI (2018), berlaku dua cara deteksi dini
berupa pap smear dan juga IVA tes. Penggunaan pemeriksaan sitologi untuk
mendeteksi kanker serviks atau disebut papsmear, dan pemeriksaan ini menjadi
standar dalam pencegahan dini kanker serviks. Tingkat sensitifitas pap smear sebesar
55% dan spesifisitasnya 90%. Berbeda Sedangkan IVA tes merupakan pemeriksan
langsung bukan pemeriksaan sitologi seperti papsmear. Cara yang dilakukan dalam
pemeriksaan ini dengan mengoleskan asam asetat 3-5% di permukaan portio. Hasil
pemeriksaan akan mendeteksi kanker serviks jika terdapat gambaran acetowhite
(bercak putih) yang kasat mata. Dimana angka spesifisitas IVA adalah 99,8% dan
sensivitasnya adalah 90,9%. (Hanafi, dkk, 2018;Wiyono, dkk, 2018; Tilusari, 2018;
Susilowati 2018).
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan organ reproduksi dalam
keadaan baik dan berada pada rentang umur antara 15-49 tahun. Menurut data
kementrian kesehatan repoplik Indonesia tahun 2018, jumlah WUS di Indonesia yaitu
69.195. 283 dan diwilayah jawa barat yaitu 12.749.261.kelompok WUS rentan
terhadap beberpa permasalahan diantaranya anemia gizi besi, obesitas, kanker
payudara, kanker serviks dan masalah-masalah lainnya. Salah satu masalah yang
dapat terjdi pada WUS adalah kanker serviks.
Pengatahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu, dan initerjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek
terjadi melalui panca indra manusia,yakni penglihatan, pendengaran, pencium, rasa
dan raba dengan sendiri.menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh wawan, dan dewi
(2018) mengatakan bahwa pada waktu pengindaraan sampai menghasilkan
pengatahuan tersebut sangat pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.pengatahuan dan atau kognetif meupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan wanita tentang faktor resiko kanker
serviks yang rendah, akan berpengaruh terhadap keinginannya melakukan deteksi
dinikanker serviks. Informasi ataupun pengetahuan tentang deteksi dini kanker servik
bisa didapatkan dengan berbagai cara, misalnya dari penyuluhan atau pendidikan
kesehatan yang diadakan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.
Menurut Sarwono 2019) sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa
senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap
sesuatu. Sesuatu itu biasa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok,
kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap
positif. Sedangkan perasaan tidak senang disebut sikap negatif. Kalau tidak timbul
perasaan apa-apa berarti sikapnya netral.
Berdasarkan data awal yang diperoleh melalui hasil obsevasi dan wawancara,
peneliti menemukan banyaknya wanita yang melakukan hubungan seks sebelum
menikah dan melakukan aborsi di luar nikah kemudian terjadinya pernikahan dini di
usia 14-18 tahun. Dari latar belakang di atas peniliti tertarik untuk melakukan
penilitian “Hubungan pengatahuan dan sikap wanita usia subur di desa kabau kec.
Sulabesi barat.
1.2 Rumusan masalah
Bedasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah penilitian ini adalah :
apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur terhadap deteksi dini
kanker serviks
1. Bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
WHO (World Health Organization) tahun 2018, terdapat lebih dari 92 ribu
kasus kematian pada penduduk wanita akibat penyakit kanker. Beban yang lebih
besar infeksi kanker serviks berada di negara berkembang dan menyumbang sekitar
83% dari semua kasus baru (Wulandari, Bahar, & Ismail, 2018). Faktanya, di dunia
setiap 2 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, di Asia-Pasifik
setiap 4 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, dan di Indonesia
setiap 1 jam seorang wanita meninggal karena kanker serviks (Samadi, 2017).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher Rahim atau
serviks yaitu suatu daerah atau organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke Rahim yang terletak antara uterus dengan liang senggama (vagina)
(Kuntari, 2018). Kanker leher Rahim merupakan masalah kesehatan yang penting
bagi wanita di seluruh dunia.Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling
umum terjadi pada perempuan, di seluruh dunia. Kanker ini disebabkan oleh infeksi
virus HPV (Human Papiloma Virus).Jika kekebalan tubuh berkurang maka infeksi
ini bias mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks.
2.1.2 Etiologi Kanker Serviks
Kanker serviks, atau biasa disebut kanker leher rahim, disebabkan oleh HPV
(human Papilomavirus) khususnya tipe 16 dan 18 dan ditularkan melalui hubungan
seksual (Jawetz, Menick, & Adelberg, 2018). Cara penularan kanker serviks dapat
melalui jalur seksual dan non seksual. Untuk menghindari penularan melalui seksual
penting untuk penting untuk menjaga konsistensi dalam melakukan hubungan
seksual pada satu pasangan sedangkan untuk mencegah penularan melalui jalur non
seksual dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga
kebersihan organ reproduksi wanita secara pribadi terutama saat toilet caring di toilet
kantor, pasar dan tempat umum lainnya.
Dijelaskan dalam buku cegah dan deteksi kanker serviks, Dr. Andrijono, SpOG,
dkk menjelaskan bahwa perjalanan penyakit kanker serviks didahului dengan infeksi
HPV Onkogenik (Virus HPV ganas) yang menyebabkan sel serviks normal menjadi
sel prakanker dan menjadi kanker serviks di butuhkan waktu yang tidak singkat,
setidaknya butuh waktu bertahun-tahun tetapi tidak menutupi kemungkinan bias
berlangsung dalam waktu kurang dari setahun (Riksani 2019).
Sel-sel yang telah terinfeksi akan berubah dari nrmal menjadi prakanker dan
kemudian menjadi kanker, tahap ini termasuk pada fase prakanker. Jika perubahan
pada sel tersebut ditemukan dan ditangani lebih dini, kita dapat mencegah agar tidak
terjadi kanker. Sebelm terjadi kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi
prakanker atau Neoplasia Intraeithelial serviks (NIS) (Safiri, Astrid,Dkk, 2018). Saat
virus HPV bercampur dengan sistem peringatan yang memicu respon imunitas,
seharusnya ia bertugas menghancurkan sel yang tidak normal pada epitel serviks
dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut sebagai Cervical Intraepithelial
Neoplasia (CIN). Fase prakanker sering disebut dengan dysplasia merupakan
perubahan premalignant dari sel-sel rahim ada tiga pla utama pada tahap prakanker.
Dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel abnormal yang dapat
berlanjut menjadi intraepithelial Neoplasia dan pada akhirnya berubah menjadi
kanker serviks.
Infesi HPV biasanya terjadi pada perempuan usia reproduktif. Inspeksi HPV
ini dapat tetap stabil,berkembang menjadi dysplasia, atau sembuh. Dysplasia
ringan biasaya bersifat sementara dan hilang sendiri. Pada kasus lain bias
menjadi dysplasia berat.
Untuk managemen pada tahap infeksi ini belum ada terapi yang dapat
membasmi HPV. Pada dysplasia ringan montoring lesi lebih diutamakan dari
pada terapi, karna sebagian besar lesi dapat sembuh spontan atau menetap.
b. Dysplasia Leher Rahim Sedang dan Berat
c. Kanker Invasif
Fase prakanker sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.namun,
biasa ditemukan gejala-gejala berikut :
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
f. Timbul nyeri panggul (pelvia) atau diperut bagian bawah bila adaradang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang kebawah, kemungkinan terjadi
hifronefrosis. Selain itu, bias juga timbul nyeri tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium lanjut badan menjadi kurus kering karna kurang gizi, adema
kaki, timbul iritasi kandung kemih dan pors bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.`
a. Stadium 0
Stadium terendah ini disebut juga dengan nama karsinoma in situ karna sel-
sel belum menyebar pada jaringan lain. Sel kanker ini masih bertahan di
lapisan leher rahim atau seviks. Ukurannya pun maih sangat kecil. Kanker
ini hanya dapat ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel di jaringan yang
melapisi serviks. Jika penderita sudah mengatahu dari awal, kemungkinan
utuk sembuh 100% dalam lima tahun kedepan.
b. Stadium 1
Stadium 1 ini, sel kaner ini mulai ditemukan pada seviks (leher rahim itu
sendiri). Walaupun pertumbuhan kanker hanya sebatas ada bagian seviks,
akan tetapi infeksinya sudah mulai menyerang leher rahim bagian bawah
lapisan atas dari sel-sel srerviks. Pada stadium ini kemungkinan untuk
sembuh adalah 85% dalam lima tahun kedepan.
c. Stadium II
Stadium II ini sel kanker ini telah melalui serviks dan mengivasi bagian
atas vagina. Namun, sel kanker tidak menyebar kedinding pelvic
(sepertiga bagian bawah vagina) ataupun dinding panggul. Lokasi yang
terserang kanker ada stadium ini adalah serviks dan uterus.
d. Stadium III
Stadium III ini, sel kanker telah menyerang bagian pelvic atau sepertiga
bagian bawah vagina. Bisa jadi sel kanker telah menyerang dinding
panggul. Jika kanker yang ada berukuran besar, membelok saluran urin dan
ginjal sehingga menyebabkan ginjal tidk befungsi dengan baik.
e. Stadium IV
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain. Lesi telah keluar dari
vagina. Kondisi ini tentu sangat parah bias jadi karsinoma telah menyebar
dan menyerang organ lain seperti kandung kemih, rectum, paru-paru,
tulang, bahkan hati.
1) Stadium IV A, pertumbuhan kanker telah menyerang dan organ sekitar
serviks. Keterlibatan mukosa kanduung kemih atau mkosa rektm
2) Stadim IV B, pertuumbuhan kanker telah menyebar dan menyerang
organ tubuh yang lebih jah dari serviks, misalnya paru-paru, hati dan
tuulang, metastase sudah jauh.
Pencegahan sekunder menurut Depkes RI (2019) berlaku dua cara deteksi dini
berupa pap smear dan juga IVA tes. Penggunaan pemerikasaan sitologi untuk
mendeteksi kanker serviks atau disebut pap smear, dan pemeriksaan ini menjadi
standar dalam pencegahan dini kanker serviks. Tingkat sensitifitas pap smear sebesar
55% dan spesifisitasnya 90%. Berbeda Sedangkan IVA tes merupakan pemeriksan
langsung bukan pemeriksaan sitologi seperti pap smear. Cara yang dilakukan dalam
pemeriksaan ini dengan mengoleskan asam asetat 3-5% di permukaan portio. Hasil
pemeriksaan akan mendeteksi kanker serviks jika terdapat gambaran acetowhite
(bercak putih) yang kasat mata. Dimana angka spesifisitas IVA adalah 99,8% dan
sensivitasnya adalah 90,9%. Pencegahan kanker serviks ada dua macam yaitu
pencegahan secara primer dan pencegahan secra sekunder. Pencegahan primer yaitu
mencegah terjadinya infeksi HPV merupakan pencegahan yang sangat efektif. Infeksi
virus hanya memungkinkan dicegah dengan pemerian vaksinasi.
Tes Inspeksi Visual asam asetat (IVA) adalah tes visual yang menggunakan
larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan idium lugol pada serviiks dan
melihat erubahan warna puth yang menjadi setelah dilakukan olesan, tujuannya untk
melihat adanya sel yang mengalam diiisplasia seb aga salah satu metode skrining
aner serviiks. Has tes IVA di interpretesikan positif bila ditemukan adanya area
berwarna putih yang disebut aceto white epithelium dan permukaannya meninggi
dengan batas yang jelas disekitar zona transformasi, sedangkan tes IVA di
interprestasikan negative jika didapatkan warna merah hmgen pada leher rahim.
Pengatahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu, dan initerjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek
terjadi melalui panca indra manusia,yakni penglihatan, pendengaran, pencium, ras[a
dan raba dengan sendiri.menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh wawan, Adan dewi
(2019) mengatakan bahwa pada waktu pengindaraan sampai menghasilkan
pengatahuan tersebut sangat pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.pengatahuan dan atau kognetif meupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
1. Faktor internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
Menurut Thomas pekerjaan merupakan keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunang kehidupan keluarga dan dirinya. Bekerja
umumnya adalah kegiatan atau aktifitas yang menyita waktu. Sedangkan
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Usia
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengatahuan
tentang sesuatu yang bersifat infprmal.
e. Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengatahuan dan sikap-sikap yang dimiliki
seseorang latar belakang terhadap perilakunya.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat pempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang
atau kelompok
b. Budaya
Tingkahlaku manusia atau kelmpk manusia dalam memenuhi kebutuhan
meliputi sikap dan kepercayaan.
c. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber infomasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengatahuan yang luas.
d. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memetuhi kebutuhan hidup akan
dapat menambah tingkat pengatahuan
e. Tingkat pengatahuan
f. Pengatahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku terbuka (Overt behavior). Perilaku yang didasari pengatahuan
umumnya bersifat langgeng dan perilaku manusia dibagi kedalam tiga
domain, yaitu :
a) Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari
b) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui.
c) Analisa
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu bjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut
Judul Desain
penilitian penilitian
N0 variabel Instrument Analisa Hasil
menggunakan pertanyaan
laporan tentang
pribadinya atau
hal-hal yang
responden
ketahui.
yang digunakan
untuk
memperoleh
informasi dari
responden dalam
arti
laporan tentang
pribadinya atau
hal-hal yang
responden
ketahui.
BAB III
KARANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan fisualisai tentang hubungan atau
kaitan antara konsep dan variable-variabel yang akan diamati atau ukur malalui
penilitian yang akan dilakukan (Notoadmojo 2018). Kerangka konsep dalam peneliti
ini bertujuan untuk mendeskriptifkan “Apakah ada hubungan pengatahuan dan sikap
wanita usia subur di wilayah desa kabau kec. Sulabesi barat
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Gabungan
Hipotesa
BAB IV
METODE PENILITIAN
4.1 Penilitian
Metode penilitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah jenis penilitian yang
digunakan pada penilitian ini ada deskriptif kualitatif yaitu penilitian yang bertujuan
untuk mengevaluasi, dengan menggunakan pendekatan penilitian Cross Sectional
yang artinya metode penilitian yang digunakan untuk mencari dan berusaha
menghubungkan antara dua variabel, (Sugiono, 2016).
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan krakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Dengan demikian sampel adalah bagian dari populasi yang
karakteristinya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan populasinya
sehingga jumlah lebih sedikit dari populasi (sugiyono 2016). Sampel dalam
penilitian ini adalah perempuan usia 14-47 berjumlah 40
4.4.4 Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono dan Lalihun
2017). Teknik pengambilan sampel menggunakan kriteria Inklusi.
Kriteria Inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam dalam Lalihun 2017) :
2. Kriteria inklusif
3. Kriteria eksklusi
Cukup : 56-75%
1. Editing
2. Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap
data termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang
dibuat dalam bentuk angka-angka/huruf-huruf yang memberikan
petunjuk atau identitas pasa suatu informasi atau data yang akan
dianalisis.
3. Enty
Dilakukan dengan memasukkan data-data yang ada, pada data yang
telah diberi kode.
4. Tabulating
5. Dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai
dengan variabel yang diteliti.
1. Informent consent
DAFTRA PUSTAKA
Imma Kristy Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020,
Imma K [risty Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020,
Lina Siti Nuryawati ‘Tingkat Pengatahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan
IVA Test Pada Wanita” Stikes YIPB,Jurnal Ilmia Indonesia,Vol 5,
No 12, Desember 2020
Suratin,Susanti “Hubungan pengatahuan danSikap ibu Terhadap Deteksi Dini
Kanker Serfiks Dengan” Unifersitas Batam,Jurnal
Kedkteran,Vol 07, No 03 September2017
Imma Kristy Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020,
Imma Kristy Nathalia ”Hubungan Pengatahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur
[Tentang manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Dipuskesmas Sreang”Universitas Padjadjaran,Jurnal Ilmia
Bidan, Vol,V,NO.2,2020