Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

KARSINOMA SERVIKS NY.”S” USIA 41 TAHUN DI


RUANG MELATI RSUD Dr. MOHAMAD SALEH

DI SUSUN OLEH :
ALFIN NISRINA RIDHOTUL AMALIA
P17311181014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
KARSINOMA SERVIKS PADANY.”S” USIA 54
TAHUN DENGAN ANEMIADI RUANG MELATI
RSUD Dr. MOHAMAD SALEH

MAHASISWA

ALFIN NISRINA RIDHOTUL AMALIA


NIM. P17310184114

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker Leher Rahim (Kanker
Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Kanker leher rahim adalah
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina) (Ahmad, 2020).
HPV (Human Papilloma Virus) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan
dapat menjadi faktor penyebab terjadinya karsinoma (kanker) leher rahim.
Demikian juga sperma yang mengandung komplemen histone yang dapat bereaksi
dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel leher rahim. Sperma yang bersifat
alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim. Kanker leher
rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak
lazim (abnormal) (Ahmad, 2020).
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
dysplasia. Dimulai dari dysplasia ringan, dysplasia sedang, dysplasia berat, dan
akhirnya menjadi KIS (Karsinoma In Situ), kemudian berkembang lagi menjadi
karsinoma invasive. Tingkat dysplasia dan KIS (Karsinoma In Situ) dikenal juga
sebagai tingkat pra-kanker. Dari dysplasia menjadi karsinoma in situ 2 diperlukan
waktu 1-7 tahun sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasive
berkisar 3-20 tahun (Ahmad, 2020). Menurut World Health Organization (2018),
hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi HPV (Human
Papillomaviruses), virus yang sangat umum ditularkan melalui kontak seksual.
Kanker serviks adalah kanker keempat yang paling umum pada wanita. Pada
tahun 2018, diperkirakan 570.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks di
seluruh dunia dan sekitar 311.000 wanita meninggal akibat penyakit tersebut.
Menurut World Health Organization (2018), hampir semua kasus kanker
serviks (99%) terkait dengan infeksi HPV (Human Papillomaviruses), virus yang
sangat umum ditularkan melalui kontak seksual. Kanker serviks adalah kanker
keempat yang paling umum pada wanita. Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000
wanita didiagnosis menderita kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 311.000
wanita meninggal akibat penyakit tersebut.
Data dari GLOBOCAN (Global Cancer Observatory), (2020) menyebutkan
bahwa terdapat 36.633 (9,2%) kasus baru kanker serviks di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021),
disebutkan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia berada pada urutan ke 8 di
Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian kanker leher
rahim/serviks di Indonesia sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di
Puskesmas Banjar I, jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yang melakukan deteksi
3 dini metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) pada tahun 2020 adalah
sebanyak 117 orang (1,6%), jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2019
yaitu sebanyak 240 orang (3,2%). Prevalensi kejadian kanker serviks di
Puskesmas Banjar I sebesar 0,06% atau sebanyak 5 orang. Indonesia saat ini
terkena dampak pandemi virus baru, bahkan bukan hanya di Indonesia tetapi
secara global di berbagai Negara telah terkena dampak yang sangat hebat dari
adanya virus ini. WHO (World Health Organization) memberi nama virus ini
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus Desease 2019 (Covid-19).
Pandemi Covid-19 tidak hanya meresahkan masyarakat saja, tetapi juga
berdampak pada pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak penanganan
Covid-19 ini (Putri, 2020). Apabila seorang wanita telah terinfeksi HPV (Human
Papilloma Virus) dan tidak ditangani segera, maka akan menimbulkan dampak
yang cukup serius, salah satunya dapat menyebabkan pendarahan pervaginam dan
komplikasi. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian kanker yaitu dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim
pada wanita usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat).
Menurut Rasjidi (dalam Pulungan et al., 2020), menjelaskan bahwa deteksi dini
adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara tepat, untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar
sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan. Deteksi dini kanker serviks bertujuan
untuk mengetahui adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal pada leher rahim/serviks.
Menurut Surudani & Welembuntu (2017), dalam jurnal 4 artikelnya, mengatakan
sebanyak 80%-90% kanker serviks cenderung terjadi pada wanita yang berusia 30-55
tahun. Oleh karena itu, deteksi dini kanker serviks sangat dianjurkan untuk kelompok
PUS (Pasangan Usia Subur).
Kementerian Kesehatan RI juga mengembangkan program penemuan dini kanker
pada anak, pelayanan paliatif kanker, deteksi dini faktor risiko kanker paru, dan sistem
registrasi kanker nasional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02/MENKES/389/2014 pada 17 Oktober 2014, dibentuk KPKN (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional). KPKN (Komite Penanggulangan Kanker Nasional)
ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker di
Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker yang terintegrasi, melibatkan
semua unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat (Pusat Data dan Informasi, 2015).
1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menambah pengetahuannya mengenai asuhan kebidanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan, mencegah dan memelihara
kesehatan pasangan usia subur

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat mengetahui kasus ginekologi karsinoma serviks
2. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai predoposisi karsinoma serviks
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi karsinoma serviks
4. Mahasiswa dapat mengetahui penangan karsinoma serviks
5. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai terapi untuk karsinoma serviks
6. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan karsinoma serviks

1.2 Metode Pengumpulan


1. Anamnesa
a. Bahan yang digunakan berdasarkan tanya jawab dengan pasien dan catatan rekam
medis pasien
2. Pengamatan
a. Bahan yang digunakan berdasarkan pengamatan saat bertemu
3. Studi Kasus
a. Bahan yang digunakan berdasarkan kasus yang benar-benar ada dan terjadi
1.3 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan

BAB 2 : Tinjauan Teori

2.1 Konsep Teori


2.2 Konsep Managemen Kebidanan

BAB 3 : Tinjauan Kasus

1.1 Pengkajian
1.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah
1.3 Diagnosa Potensial
1.4 Antisipasi Tindakan Segera
1.5 Intervensi
1.6 Implementasi
1.7 Evaluasi

BAB 4 : Pembahasan

BAB 5 : Penutupan

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Karsinoma Serviks

2.1.1 Definisi

Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor


ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks
(bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina).

2.1.2 Etiologi

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human


Papilloma Virus (HPV) Proses terjadinya karsinoma serviks
sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia.
Perubahan biasanya terjadi pada daerah sambungan
skuamous kolumnar atau daerah transformasi). HPV
ditularkan melalui kontak kulit dengan area yang terinfeksi
HPV, melalui hubungan seksual.
HPV mempunyai lebih dari 150 jenis, 13 diantaranya
adalah penyebab kanker yang dikenal sebagai tipe risiko
tinggi. HPV yang mempunyai risiko tinggi penyebab
kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. HPV tipe ini
ditularkan melalui kontak seksual dan kebanyakan orang
terinfeksi HPV sesaat setelah onset aktivitas seksual, namun
untuk menjadi kanker).
Kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita
yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk.
HPV merupakan faktor inisiator kanker serviks.
Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan
penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6
akan mengikat p53 sehingga TSG (Tumor Supressor Gene)
p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7
akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi
sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol.
2.1.3 Manifestasi klinis
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan

mengalami gejala. Gejala akan muncul setelah kanker

menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker serviks

yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :

a. Perdarahan pervagina abnormal Perdarahan dapat terjadi


setelah berhubungan seks, perdarahan setelah menopause,
perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan
periode menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari
biasanya serta perdarahan setelah douching atau setelah
pemeriksaan panggul.
b. Keputihan Cairan yang keluar mungkin mengandung darah,
berbau busuk dan mungkin terjadi antara periode menstruasi
atau setelah menopause.
c. Nyeri panggul Nyeri panggul saat berhubungan seks atau
saat pemeriksaan panggul.
d. Trias Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal
merupakan tanda kanker serviks tahap lanjut dengan
keterlibatan dinding panggul yang luas

2.14 Predisposisi

Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker


serviks menurut American Cancer Society (2016); CDC
(2016) adalah :
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel di
permukaan kulit, dan mereka yang melapisi alat kelamin,
anus, mulut, dan tenggorokan. HPV dapat menyebar dari
satu orang ke orang lain melalui kontak kulit ke kulit. Salah
satu cara HPV menyebar adalah melaui hubungan seks,
termasuk seks vaginal, anal, dan bahkan oral. Infeksi HPV
pada wanita tidak semua bisa menyebabkan kanker serviks.
Virus ini akan hilang dengan sendirinya apabila wanita yang
terinfeksi virus HPV memiliki sistem kekebalan tubuh yang
baik.
Ada 150 jenis HPV yang dikelompokan menjadi jenis
HPV berisiko rendah dan HPV beririko tinggi. Jenis HPV
berisiko rendah merupakan penyebab kutil pada bibir atau
lidah, sekitar organ. Kelamin wanita dan laki-laki dan di
daerah anus. HPV tipe berisiko rendah jarang menyebabkan
kanker.
Jenis HPV lainnya disebut tipe risiko tinggi karena
sangat terkait dengan kanker.Tipe HPV yang mempunyai
risiko tertinggi terjadinya kanker serviks adalah tipe HPV
16 dan HPV 18. Waktu yang dibutuhkan dari infeksi HPV
risiko-tinggi sampai terjadinya kanker adalah 15 tahun.
b. Merokok

Wanita yang merokok mempunyai risiko dua kali lipat


lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan dengan
yang tidak merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari
tembakau dapat dijumpai pada lendir serviks wanita yang
merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini dapat merusak
DNA sel serviks dan dapat berkontribusi pada
perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat
system kekebalan tubuh kurang efektif dalam melawan
infeksi HPV.
c. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah virus
yang menyebabkan AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh
sehingga wanita penderita AIDS memiliki risiko lebih tinggi
terinfeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker
serviks.Wanita dengan penyakit autoimun yang
menkonsumsi obat untuk menekan respon kekebalan tubuh
juga berisiko terserang kanker serviks.
d. Infeksi chlamidia

Chlamidia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi


sistem reproduksi, menyebar melalui kontak seksual. Infeksi
chlamidia dapat menyebabkan peradangan panggul dan
infertilitas.
e. Hubungan seksual
Berdasarkan etiologi infeksinya, wanita dengan
pasangan seksual lebih dari satu dan wanita yang memulai
berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun mempunyai
risiko lima kali lipat terkena kanker serviks. Hal ini
disebabkan karena sel-sel mukosa pada serviks belum
matang. Sel-sel mukosa wanita baru matang pada usia 20
tahun ke atas. Sehingga jika wanita melakukan hubungan
seksual pada usia dibawah 18 tahun sel-sel serviks masih
rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima
rangsangan dari luar yang bisa menyebabkan sel-sel mukosa
bisa berubah sifat menjadi sel kanker.

f. Karakteristik partner

Wanita yang memiliki pasangan tidak disirkumsisi


memiliki risiko tinggi terserang kanker serviks. Laki-laki
yang melakukan sirkumsisi memiliki kemungkinan lebih
kecil terjangkit virus HPV. Hal ini menurut Pradipta (2007
dalam Syatriani, 2011) disebabkan karena laki-laki yang
tidak disirkumsisi smegma pada preposiumnya akan
menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan virus yang akan
menularkan ke pasangan seksualnya ketika berhubungan
seksual

g. Riwayat ginekologi

Hamil di usia kurang dari 17 tahun dan melahirkan


anak lebih dari tiga juga merupakan risiko tinggi terkena
kanker serviks, apalagi dengan jarak kelahiran yang terlalu
pendek. Hal ini diperkirakan karena terlalu sering
melahirkan akan menimbulkan perlukaan di jalan lahir,
sehingga berisiko tinggi terinfeksi HPV.
h. Diethylstilbesterol (DES)

DES merupakan obat hormonal yang diberikan untuk


wanita hamil sekitar tahun 1940-1971 bertujuan untuk
mencegah keguguran. Obat ini telah terbukti dapat memicu
kanker serviks.
B. Kontrasepsi oral

Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama


meningkatkan risiko kanker serviks. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin lama wanita memakai
kontrasepsi oral, risiko kanker serviks semakin meningkat.
Risiko ini akan turun lagi setelah kontrasepsi oral
berhenti, dan kembali normal sekitar 10 tahun setelah
berhenti. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan
risiko kanker serviks karena jaringan serviks merupakan
salah satu sasaran yang disukai hormon steroid perempuan.
a. Status ekonomi

Wanita dengan kelas ekonomi paling rendah memiliki


faktor risiko lima kali lebih besar daripada wanita di kelas
ekonomi paling tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan wanita
dengan kelas ekonomi paling rendah tidak memiliki akses
yang mudah ke pelayanan Kesehatan
2.15 Patofisiologi

Perjalanan secara singkat kanker serviks dapat dilihat pada


gambar berikut.

Perkembangan kanker serviks dimulai dari neoplasia intraepitel


serviks (NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS)
pada lapisan epitel serviks dan setelah menembus membran
basalis akan menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasif
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016
b. Pathway
‐ Infeksi virus HPV Terjadi lesi pada serviks,inflamasi, Perluasan epitel kolumnar
timbul nodul (ekstroserviks dan endoserviks)
‐ Genetik

‐ Hygiene yang tidak bersih di organ vital


Proses metaplastik (erosive)
‐ Hubungan seksual <16 tahun

‐ Merokok

Dysplasia Penyebaran tumor


Tumor

Karsinoma invasive serviks Ke arah


Pelvis
Eksolistik Endolitik parametrium

Ke arah lumen Perubahan epitel displastik Menekan saraf


Ke stroma serviks Metastase ke
vagina serviks lumbosakrali
vagina
Infiltrasi
Massa proliferasi Perdarahan
Menginfiltrasi
Stimulus septum rektovagina
Ulkus
Anemia dan kandung kemih
Nekrosis jaringan Ditangkap
Gangguan integritas
reseptop nyeri
kulit
Imunitas ↓ Curah jantung ↓
Obstruksi kandung
Keputihan, bau kemih
busuk Resiko Sirkulasi ke Nyeri Kronis
infeksi jaringan ↓
Gangguan pola
Perubahan pola seksual eliminasi
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Harga diri rendah

Terapi

Pembedahan
Non bedah

Pre operasi Histerektomi


Kemoterapi Radioterapi

Kurang pengetahuan ttg Luka operasi


prosedur operasi Mual & muntah Kerusakan jaringan

Perdaraha
Nafsu makan ↓
n Turgor kulit buruk

Proteksi kurang Metabolisme & energy ↓


Berat badan ↓ Kerusakan integritas
jaringan

Kelemahan fisik Defisit nutrisi


Invasi bakteri
2.16 Pemeriksaan Kanker Serviks

Deteksi dini kanker serviks sangat diperlukan. Menurut

Arumaniez (2010) dalam buku Asuhan Ibu Dengan Kanker

Serviks (Rahayu, 2015) ada beberapa tes yang dapat dilakukan

untuk deteksi dini kanker serviks yaitu :

1. Pap Smear

Tes Papanicolou smear atau disebut tes Pap Smear

merupakan pemeriksaan sitologi untuk sel diarea serviks.

Sampel sel – sel diambil dari serviks wanita untuk memeriksa

tanda – tanda perubahan pada sel. Tes Pap Smear dapat

mendeteksi displasia serviks atau kanker serviks.

Pedoman :

a. Umur 21 – 30 tahun : tes ini dilakukan pada wanita yang

berusia 21 tahun ke atas sampai usia 30 tahunan, menggunakan

metode – kaca slide, atau yang telah melakukan hubungan

badan secara aktif dianjurkan untuk memeriksakan diri. Aturan

umumnya adalah tes ini dilakukan pertama kali 3 tahun, lalu

anjuran melakukan pap smear 1 tahun sekali kini telah

dikoreksi menjadi 2 tahun sekali untuk efektivitas.

b. Umur 30 – 70 setiap 2 – 3 tahun jika 3 pap smear terakhir

normal.

c. Umur di atas 70 : dapat menghentikan jika 3 pap smear normal


terakhir atau tidak ada Paps dalam 10 tahun terakhir terakhir

yang abnormal.

2. Tes Iva

Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah

pemeriksaan skrining alternatif Pap smear karena biaya murah,

praktis, sangat mudah untuk dilakukan dengan peralatan

sederhana dan murah, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

selain dokter ginekologi.

Tes IVA merupakan salah satu deteksi dini kanker serviks

dengan menggunakan asam asetat 3 - 5 % pada inspekulo dan

dilihat dengan pengamatan langsung (mata telanjang). Serviks

(epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3 – 5 % akan

berwarna putih (epitel putih). (epitel) abnormal jika diolesi

dengan asam asetat 3 – 5 % akan berwarna putih (epitel putih).

3. Biopsi Serviks

Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil sampel

jaringan, biopsi dari serviks untuk memeriksa kanker

serviks atau kondisi lainnya. Biopsi serviks sering

dilakukan selama kolposkopi.

4. Kolposkopi

Sebuah tes tindak lanjut untuk tes Pap abnormal.

Serviks dilihat dengan kaca pembesar , yang dikenal sebagai

kolposkopi, dan dapat mengambil biopsi dari setiap daerah

yang tidak terlihat sehat.


5. Biopsi Kerucut (Cone Biopsy)

Biopsi serviks di mana irisan berbentuk kerucut jaringan

akan dihapus dari serviks dan diperiksa di bawah mikroskop

disebut biopsi kerucut. Biopsi kerucut dilakukan setelah tes

Pap abnormal, baik untuk mengidentifikasi dan

menghilangkan sel – sel berbahaya dalam serviks.

6. CT Scanner

CT Scanner membutuhkan beberapa sinar – X, dan kompuer menciptakan

gambar detail dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul.

CT scan sering digunakan.untuk menentukan apakah kanker serviks telah

menyebar, dan jika demikian, seberapa jauh.

7. Magnetic Resonance Imaging (MRI scan)

Sebuah scanner MRI menggunakan magnet bertenaga

tinggi dan komputer untuk membuat gambar resolusi tinggi

dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul.

Seperti CT scan, MRI scan dapat digunakan untuk mencari

penyebarab kanker serviks.

8. Test DNA HPV

Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari

Human papillomavirus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat

mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan

kanker serviks yang hadir.


2.1.1. Tatalaksana Kanker Serviks
1. Tatalaksana Lesi Prakanker
Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks dalam Panduan
Penatalaksanaan Kanker Serviks (Kementerian Kesehatan RI, 2016):
a. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain krioterapi dengan
N2O dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Tujuannya adalah
untuk mendestruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker
yang selanjutnya pada fase penyembuhan akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru

b. Krioterapi
Merupakan metode yang digunakan untuk mendestruksi
lapisan epitel serviks dengan metode pembekuan atau freezing
hingga sekurang- kurangnya - 20°C selama 6 menit (teknik
Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2.

c. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau
radiofrekuensi dengan melakukan eksisi Loop diathermy
terhadap jaringan lesi prakanker pada zona transformasi.
d. Diatermi Elektrokoangulasi
Metode ini dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan
efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus
dilakukan dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan
untuk memusnahkan jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm,
tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi
tersebut sangat luas.
e. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation semission of
radiation), suatu muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung
yang berisi campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas CO2
sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai
panjang gelombang 10,6 u. Perubahan patologis yang terdapat
pada serviks dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penguapan dan nekrosis.
2. Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
karsinoma serviks uteri invasif :
- Terapi Operasi
a. IA1 Dengan histerektomi total, bila perlu konservasi fungsi reproduksi,
dapat dengan konisasi.
b. IA2:Dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan
kelenjar limfe kavum pelvis bilateral.
c. IB1-IIA: Dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikal
ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral, pasien usia
muda dapat mempertahankan ovari.1,2
- Radioterapi
a. Radioterapi radikal
b. Radioterapi praoperasi
c. Radioterapi pascaoperasi.1, 2
- Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan lanjut pra-
operasi atau kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor ukuran besar, relatif
sulit diangkat secara operasi, kemoterapi dapat mengecilkan tumor,
meningkatkan keberhasilan operasi, terhadap pasien radioterapi, tambahan
kemoterapi yang sesuai dapat meningkatkan sensitivitas terhadap radiasi,
sedangkan bagi pasien stadium lanjut yang tidak sesuai untuk operasi atau
radioterapi , kemoterapi dapat membawa efek paliatif. Kemoterapi yang
sering digunakan secara klinis adalah DDP, karboplatin, CTX, 5FU, ADR,
BLM, IFO, taksan, CPT11, dll. Selain kemoterapi lewat kateterisasi intra-
arteri, belakangan ini dilakukan kateterisasi arteri femoral perkutan
menginjeksikan kemoterapi intra arteri iliaka interna iliaka bilateral juga
membawa efektivitas serupa
- Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakarsinoma
pada zona transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke
laboratorium patologi anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara
histopatologik untuk menentukan tindakan cukup atau perlu terapi
lanjutan.2

- Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas
dan efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan
dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan
jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat
dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.
2.17 Klasifkasi

Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic,


jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan
serviks untuk stadium kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena,
(dapat digantikan dengan foto CT-scan). Untuk kasus stadium lanjut
diperlukan pemeriksaan sistoskopi, protoskopi dan barium enema
(Prawirohardjo, 2011).

Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel


Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS
terdiri dari : 1) NIS 1, untuk displasia ringan; 2) NIS 2, untuk displasia
sedang; 3) NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang
dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2),
displasia berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa peneliti menemukan
bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari
NIS 1/NIS 2.Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua
tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus
ditatalaksanai sebagaimana mestinya.
Stadium kanker serviks yang digunakan adalah menurut The
International Federation Of Gynecology and Obstetrics (FIGO)
(Malehere, 2019) dapat dilihat pada berikut

Stadium Deskripsi

I Karsinoma benar-benar terbatas pada serviks (tanpa bisa mengenali


ekstensi ke korpus uteri).

21
IA Karsinoma invasive yang hanya diidentifikasi secara mikroskopis.
Kedalaman invasi maksimun 5 mm dan tidak lebih lebar dari 7 mm
IA1 Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≤ 7 mm

IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm namun < 5 mm dan seluas > 7 mm

IB Lesi klinis terbatas pada serviks, atau lesi praklinis lebih besar dari
stadium IA.
IB1 Lesi klinis berukuran ≤ 4 cm

IB2 Lesi klinis berukuran > 4 cm

II Karsinoma meluas di luar Rahim, tetapi tidak meluas ke dinding


panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
IIA Keterlibatan hingga 2/3 bagian atas vagina. tidak ada keterlibatan
parametrium
IIA1 Lesi yang terlihat secara klinis ≤ 4 cm

IIA2 Lesi klinis terlihat > 4 cm

IIB Nampak invasi ke parametrium

III Tumor meluas ke dinding samping pelvis. Pada pemeriksaan dubur,


tidak ada ruang bebas antara tumor dan dinding samping pelvis.
III A Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding
samping pelvis
III B Perluasan ke dinding samping pelvis atau hidronefrosis atau ginjal
yang tidak berfungsi
IV Karsinoma telah meluas ke pelvis yang sebenarnya atau secara klinis
melibatkan mukosa kandung kemih dan atau rectum
IVA Menyebar ke organ panggul yang berdekatan
IV B Menyebar ke organ yang jauh

2.18 Diagnosis

22
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks,
sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks dan bone scan, CT
scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau
rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan
amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus
pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus
dengan stadium IB2 atau lebih. Stadium kanker serviks didasarkan atas
pemeriksaan klinik oleh karena itu pemeriksaan harus cermat kalau perlu
dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini tidak berubah bila kemudian
ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih
stadium yang lebih rendah.
2.19 Komplikasi
“Kanker Serviks”, (2015) menyatakan, komplikasi kanker serviks bisa
disebabkan oleh karena efek daari pemberian terapi dan akibat dari
stadium lanjut :
a. Komplikasi dari efek pemberian terapi kanker
1. Menopause dini
Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi atau
karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala yang timbul
akibat kondisi ini adalah vagina kering, menstruasi berhenti atau tidak
keluar, menurunnya libido, sensasi rasa panas dan berkeringat berlebihan
meski di malam hari, dan osteoporosis.
2. Penyempitan vaginaPengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks
sering kali menyebabkan penyempitan vagina.
3. Limfedema
penumpukan cairanLimfedema adalah pembengkakan yang umumnya
muncul pada tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang.

23
Sistem limfatik berfungsi untuk membuang cairan berlebihan dari dalam
jaringan tubuh. Gannguan pada sistem ini menyebabkan penimbunan
cairan pada organ tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan
pembengkakan
4. Dampak emosional
Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek samping pengobatan
bisa memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi adalah merasa sedih,
putus harapan, dan tidak menikmati hal-hal yang biasanya disuka
b. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut :

1. Nyeri akibat penyebaran kanker


Nyeri akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau
otot.
2. Pendarahan berlebihan
Pendarahan berlebihan terjadi jika kanker menyebar hingga ke vagina,
usus, atau kandung kemih.
3. Penggumpalan darah setelah pengobatan
4. Kanker bisa membuat darah menjadi lebih kental dan cenderung
membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah meningkat setelah
menjalani kemoteapi dan istirahat pasca operasi.
5. Produksi cairan vagina yang tidak normal
Cairan vagina bisa berbau tidak sedap akibat kanker serviks stadium lanjut
6. Gagal ginjal
Kanker serviks pada stadium lanjut akan menekan ureter, menyebabkan
terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal sehingga urin terkumpul
di ginjal (hidronefrosis).

24
TINJAUAN KASUS

2.1 Kasus Semu :

Ny. S umur 41 tahun datang ke Ruang Melati RSUD Dr. Mohamad Saleh
Post MRS tanggal 5 April 2022 dengan Ca.Serviks hasil Biopsi 7 April 2022
dengan keluhan klemas mengeluh badeluar darah dari kemaluan, badan sakit
semua dan merasa mual TD : 120/90mmHg , N: 92x/menit , RR:22 x/menit ,
S : 37 C SPo% : 95%

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan

Tanggal 11 April 2022, pukul 13.00 wib Ruang Melati RSUD Dr.Mohamad
Saleh

A. Data Subjektif
a. Pengumpulan data

Nama Ny. S Nama Tn. E


suami
Umur 41 tahun Umur 55 tahun
Agama Islam Agama Islam
Suku b Madura Suku Madura
Indonesia bangsa Indonesia
Pendidikan Sd Pendidikan Sd
Pekerjaan IRT Pekerjaan Pedagang

25
Alamat Dsn Pering 04/02 Jatisari – Kuripan.

1) Identitas
B. Keluhan Utama

Ibu mengatakan bahwa mengeluarkan darah dari kemaluan merasa


pusing badannya lemas merasakan sakit diseluruh badannya dan
mengeluh merasa gerah dan rasa mual dan ibu juga mengatakan belum
BAB

C. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Umur 9 tahun

b. Siklus : 28 – 30 hari

c. Banyaknya : 2 – 3 x ganti pembalut

d. Lamanya : 6 – 7 hari

e. Sifat darah : Encer, warna merah

f. Teratur/Tidak teratur : Teratur

g. Dismenorhea : Tidak dismenorhea

D. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah sah 1 kali pada umur 16 tahun dengan suami
umur 26 tahun, lama perkawinan 25 tahun.

E. Riwayat Kehamilan Lalu


Ibu mengatakan melahirkan anak pertama pada 5 juli 2000 berjenis kelamin
laki-laki persalianan normal penolong dukun berat badan bayi 2800 gram,

26
lalu melahirkan anak kedua pada 10 oktober 2011 berjenis kelamin
perempuan persalinan normal penolong bidan beenis kelamin perempuan
berat badan bayi 2600 gram.

F. Riwayat Kb
Ibu mengatakan pernah mengkonsumsi pil kb selama 11 tahun
G. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan Post MRS 4 april 2022 dan melakukan biopsi pada
tanggal 5 April 2022 dan hasil keluar 7 april 2022 mengeluarkan
darah dari kemaluan dan mengatakan bahwa badanya terasa sakit
semua, lengan bagian kirinya susah digerakkan, ibu juga mengatakan
sakit dibagian perut kanan bagian atas, ibu merasa sesak beberapa saat
dan ibu merasa mual.
b. Riwayat Kesehatan Sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak terasa
berdebar-debar disaat melakukan aktivitas
b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada
bagian pinggang
c) Asma/ TBC : Ibu mengatakan merasa sesak pernah empunyai
Riwayat penyakit efusi pleura
d) Hepatitis : Ibu mengatakan kuku dan kulitnya tidak berwarna
kuning
e) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan haus dan
lapar di saat malam hari

27
f) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing
kepala yang hebat
g) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai
keluarnya busa dari mulut
h) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak terserang penyakit HIV, AIDS
dan penyakit lainnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menurun (DM, asma, hipertensi dan jantung)
dan penyakit menular (TBC, hepatitis, HIV/ AIDS), Ibu
Mengatakan bahwa Ibunya meninggal karena Kanker serviks
d. Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari


pihak suami maupun dari pihak keluarga ibu.
H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur, lauk pauk sehari 3 kali
dengan porsi sedang, ibu minum 3-4 gelas sehari dengan air putih,
ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan.

b) Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang lebih 3-4 kali
sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali sehari, ada keluhan 3 hari
tidak bab

c) Pola aktifitas

28
Sebelum sakit ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, menyapu, mencuci pakaian dan mencuci piring sendiri.

d) Pola istirahat/tidur
a. Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam dan tidak
pernah tidur siang karena ibu bekerja.

e) Pola Personal Hygiene

Ibu mengatakanIbu mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali dalam 1


minggu, gosok gigi 1 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari dan tidak
ada keluhan.
f) Pola Seksual

Ibu mengatakan sebelum sakit melakukan hubungan seksual 1


minggu 1 kali. Setelah sakit ibu jarang melakukan hubungan
seksual

I. Riwayat Psikososial Budaya


a. Ibu mengatakan perasaannya cemas dengan sakit yang dideritanya
b. Ibu mengatakan bahwa takut tidak bisa beraktifitas karena lengan kiri
susah digerakkan dan keluarnya darah melalui kemaluan
c. Ibu mengatakan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan
suami.
J. Penggunaan Obat-obatan/Rokok

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi pil kb selama kurang lebih 11


tahun
K. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum

29
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Vital Sign :
a) Tekanan darah : 120/ 90 mmHg
b) Nadi : 92x/ menit
c) Respirasi : 22 x/ menit
d) Suhu : 36,3 C

d. Tinggi badan : 158 cm


e. BB sekarang : 54 kg
f. LLA : 29 CC
2) Pemeriksaan Sistematis/ Fisik
a. Kepala dan muka
a) Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah rontok,kurang
bersih tidak ada ketombe.
b) Muka : Tidak ada, pucat, tidak oedema, ekspresi wajah tegang
dan cemas.
c) Mata : Simetris, conjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada
kelainan bentuk pada mata.
d) Hidung : Bersih tidak ada polip, bentuk normal, tidak ada
kelainan.
e) Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada
kelainan.
f) Mulut : Bibir pucat, lidah pucat,caries dentis tidak ada,

b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.


c. Dada dan axilla :
a) Mammae

30
Membesar : Normal

Benjolan : Tidak ada

Simetris : Simetris kanan kiri

Areola : Hyperpigmentasi

Puting susu : Datar

b) Axilla

Benjolan : Tidak ada

Nyeri : nyeri

d. Ekstremitas
a) Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku panjang, kurang bersih ,
tidak ada kelainan
b) Kaki : Simetris, kuku panjang, kurang bersih, tungkai tidak ada
oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan Obstetri
a. Abdomen
a) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Membesar normal, menonjol bagian kanan
bawah perut
(b) Kelainan : Tidak ada kelainan
b) Palpasi
(a) Nyeri : Ada (+)
b. Anogenital

a) Vulva vagina : Tidak ada varices dan penonjolan pada vulva.

31
c) PPV : Ada pengeluaran darah berwarna merah

d) Anus : Tidak ada hemoroid

4) Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 mg/dL
Golongan darah : B+
USG :-
Lain-lain : Foto Torax, 5 April Melakukan Biopsi dalam batas
normal hasil keluar pada tanggal 7 april 2022
L. Assesment
Tanggal 11 April 2022 pukul 13.00
a. Interpretasi data/ Diagnosis/ Masalah

Ny. S P2002 Ab000 dengan Ca. Serviks Stadium III B


a. Data dasar
a) Data subjektif
1. Ibu mengatakan keluar darah pada kemaluan
2. Ibu mengatakan badannya lemas dan sakit pada seluruh tubuh
3. Ibu mengtakan bahwa merasa pusing
4. Ibu mengatakan merasa mual ingin muntah
5. Ibu mengatakan bahwa sebelumnya pernah drawat dirumah sakit
pada tanggal 04 April 2022
b) Data objektif
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Vital Sign :
1. Tekanan darah : 120/90 mmHg
2. Respirasi : 22 x/menit
3. Nadi : 92 x/menit

32
4. Suhu : 36,7° C
5. Spo2 : 98%
d. Muka pucat, bibir pucat konjungtia pucat
e. Palpasi : Teraba massa di supra sympisis
f. PPV : Ada pengeluaran darah
g. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 mg/dL
Golongan darah : B+
Lain-lain : -foto torax dalam batas normal, pemeriksaan
Biopsi pada tanggal 5 April hasil keluar 7 April
2022
c. Masalah : ibu merasa lemas dan badannya terasa sakit
semua, lengan kiri bagian atas sulit digerakkan
dan ibu mengeluh mual dan keluar darah dari
kemaluan
Kebutuhan : memberikan dukungan terhadap ibu dan
perbaikan kondisi dengan pemebrian trnfusi
darah

a.Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial

- Kanker serviks III B


- Anemia berat
- Kematian pada Ibu

b. Kebutuhan/ Tindakan segera

1. Restorasi cairan tubuh dengan cairan infus Nacl 0,9% 14 tpm


2. Pemasangan kateter
3. Kolaborasi dengan BDRS ntuk tranfusi darah

33
4. Kolaborasi dengan dokter obgyn
c. Pelaksanaan
Tanggal 11 April 2022 pukul 14.00WIB. Ny. S usia 54
Tahun P2002 Ab000 Dengan Ca.Serviks stadium III B

Dx :

1. Melakukan Pemeriksaan TTV


2. Informasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya
3. Berikan inform concent kepada ibu dan keluarga terkait
kondisi ibu
4. Restorasi cairan tubuh dengan cairan NaCl 0,9% 14 tpm.
5. Kolaborasi dengan bagian BDRS
6. Kolaborasi Dengan Dokter Obgyn

Masalah :

1. Informasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya


2. Memberikan support mental kepada ibu
d. Penatalaksanaan
Pemeriksaan Sore

Tanggal 11 April 2022 pukul 15.00 WIB. Ny. S usia 41


Tahun P2002 Ab000 Dengan Ca.Serviks Stadium IIIB

Dx :

1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya

a. Vital Sign :
a) Tekanan darah: 120/90 mmHg
b) Respirasi : 22 x/menit
c) Nadi : 92 x/menit

34
d) Suhu : 36,7° C
b. Muka pucat, bibir pucat
c. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 mg/dL%
Golongan darah : B+
USG :-
Lainnya : foto torax dalam batas normal, pemeriksaan
Biopsi pada tanggal 5 April hasil keluar 7 April
2022 diterima dua potong jaringan ukuran
diameter 0,5 cm dan 0,6 cm Kenyal,rapuh , warna
kecoklatan diproses semua dalam satu kaset
mikroskopik
Sediaan serviks terdiri atas kelompok kelompok
sel dengan inti bulat pleomorfik,hilerkromatik
Kromatin kasar nucleoli dengan bro vaskular stop
menginvasi ke dalam stroma jaringan ikat fibrous
sembab,hyperemesis .
dengan bagian neokrosis,bersebukan keras
limfosit histiosit,leukosit PMN. Squamous Cell
Carsinoma, Pappillarry Variant
1. R/ Agar klien mengetahui kondisinya saat ini bahwa klien mengalami
karsinoma serviks dan anemia berat serta memberitahu hasil
pemeriksaan kepada klien akan membina hubungan komunikasi
yang efektif sehingga dapat diajak kerjasama.
E/ Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan dan dapat diajak
bekerjasama
2. Memberikan inform concent kepada ibu dan keluarga terkait Tindakan
yang akan dilakukan

35
R/ agar keluarga memahami tentang keadaan ibu saat ini, dapat
mempersiapkan semua kebutuhan terkait proses Tindakan dan dapat
memberi dukungan yang dapat mengurangi kecemasan ibu.
E/ ibu dan keluarga mengerti kondisinya saat ini, keluarga berusaha
menyiapkan kebutuhan ibu dan memberikan dukungan kepada ibu.
3. Melakukan Restorasi cairan tubuh dengan NaCl cairan 0,9% 14
tetes/menit sebanyak 500 mL
R/ pemberian infus membantu untuk mengganti cairan ibu yang hilang
E/ ibu dan keluarga setuju dengan tiddakan pemeberan infus
pemasangan infus NaCL cairan 0,9% 14 tpm

4. Melakukan kolaborasi dengan BDRS untuk pemeberian tranfusi darah


R/ menejelaskankan kepada keluarga agar mengerti bahwa ibu akan
diberikan Tindakan pemeberian tranfusi darah pemberian tranfusi
darah bertujuan untuk mengatasi anaemia yang diderita oleh ibu
E/ ibu dan keluaraga dengan Tindakan pemberian tranfusi darah
bertujuan untumengatasi anaemia yang diderita oleh ibu
5. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Obgyn untuk dilakukannnya
pemeriksaan Biopsi dan pemebrian terapi obat
R/ menejelaskankan kepada keluarga agar mengerti bahwa ibu akan
diberikan Tindakan pemriksaan biopsy yang merupakan sebuah
prosedur medis yang dilakukan untuk mengabil sampel jaringan dan
pemberian obat dilakukan dengan resep dari dokter
E/ ibu dan keluaraga mmerupakan post MRS dan telah melakukan
pmeriksaan biopsy. Ibu dan keluraga paham atas prosedur prmberian
terpai obat

Masalah :

36
1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya
Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaannya,
bahwa kemungkin
an ibu menderita karsinoma serviks disertai anemia
R/ Agar klien mengetahui kondisinya saat ini bahwa klien menderita
karsinoma serviks disertai anemia berat dan memberitahu hasil
pemeriksaan kepada klien akan membina hubungan komunikasi yang
efektif sehingga dapat diajak kerjasama.
E/ Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan dan dapat diajak
bekerjasama
2. Memberikan support mental kepada ibu
R/ Memberi dukungan kepada ibu agar ibu semangat dan tabah menjalani
pemeriksaan/pengobatan selanjutnya agar kondisi tidak bertambah buruk.
E/ Ibu bersediat untuk menjalani pemeriksaan/pengobatan selanjutnya agar
kondisi tidak bertambah buruk.
3. Memberitahukan akan dilakukan pemasangan trnafusi darah
R/ Kolaborasi dengan BDRS Untuk dilakukan Pemasangan tranfusi darah
bertujuan untuk mengurangi anemia pada ibu agar Kadar Hb ibu mengalami
peningkatan
E/ ibu dan keluarga mengerti dan paham akan Tindakan transfusi darah yang
nantinya akan dilakukan

37
2.3 Catatan Perkembangan

1. Data Perkembangan I
Tanggal 11 April 2022 pukul 20.00 WIB
S : Data Subjektif
Ibu mengatakan masih keluar darah dan masih merasa lemas dan nyeri, dan
ibu mengatakan belum BAB

O : Data Objektif

a. Keadaan umum : cukup


b. Kesadaran : composmentis
c. Vital Sign :
e) Tekanan darah: 130/80 mmHg
f) Respirasi : 20 x/menit
g) Nadi : 100 x/menit
h) Suhu : 37° C
d. Muka pucat, bibir pucat
e. PPV : Ada pengeluaran darah

f. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 gr%
Golongan darah :B
Pemerikasaaan
Lainnnya : foto torax dalam batas normal, pemeriksaan
Biopsi pada tanggal 5 April hasil keluar 7 April
2022

38
A : Assesment

Ny. S P2002 Ab000 dengan Ca. Serviks stadium III B


P : PenatalaksManaan

Tanggal 11 April 2022 pukul 20.00WIB

a. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu


Hasil :

a) Keadaan umum : cukup


b) Kesadaran : composmentis
c) Vital Sign :
i) Tekanan darah: 130/80 mmHg
j) Respirasi : 20 x/menit
k) Nadi : 100 x/menit
l) Suhu : 37° C
b. 1. Mengobservasi Keluhan Pasien,
E/ Pasien mengatakan keluhannya berkurang dan pasien
merasa nyaman
2. Mengobservasi tingak nyeri
E/ Tingak nyeri mulai berkurang, skor nyeri berkurang 2
3. Melakukan Observasi dengan Dokter SpoG
E/ Sesuai dengan advis Dokter SpoG akan dilakukan
transfuse PRC 2 kolf/hari sampai dengan Hb kurang lebh 9
g/Dl, Pemberian terapi obat
- Injeksi asam traxenamat 3 x 250 mg
- Injeksi Omeprazole 2x 1 gr
- Ondamtrenton 3x1 4mg
4. Memotivasi pasien dan keluarga untuk Tindakan tranfusi dan
melakuan infrom consent dan tanda tangan persetujuan

39
pemebrian tranfusi darah
E/ penandatanganan informed consent
5. Memberikan Terapi obat
E/ Memberikan terapi lewat IV, berupa:

a. Omeprazole : 1 vial oplos pz 100 (16.30 wib)

Untuk mengatasi asam lambung


b. Asam ranexamat : 250 mg (19.30 wib)
Untuk menghentikan perdarahan
6. Mengobservasi dan pemeriksaan ttv pasien
E/ Vital Sign :
a. Tekanan darah: 130/80 mmHg
b. Respirasi : 20 x/menit
c. Nadi : 100 x/menit
d. Suhu : 37° C
e. Spo2 : 98%

40
2. Data Perkembangan II

Tanggal 12 April 2022 pukul 07.30 WIB


Pasien Post tranfusi I kolf PRC golongan darah B telah dilakukan pada pukul
21.05 wib dan telah habis pada Pukul 23.15 Wib

S : Data Subjektif

1. Keluarga pasien mengatakan bahwa ibu sudah merasa nyaman


2. Masih terasa mual namun sudah berkurang
3. Masih terasa nyeri berkurang
4. Keluarga pasien mengatakan bahwa ibu belum BAB

O : Data Objektif

1. Keadaan umum : Cukup


Kesadaran : composmentis
Vital Sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,8 C
SpO2 : 98% tanpa nassal
2. Terpasang NaCl 0.9% 16 tpm
3. Perut membesar dan nyeri tekan
4. Terpasang dauer catheter 50 cc (buang)
5. Pervag fluxus ekstremitas bawah oedema

A : Assesment

Ny. S P2002 Ab000 dengan Ca.Serviks Stadium III B

P : Penatalaksanaan

41
Tanggal 12 April 2022 pukul 07.30 WIB

a. Mengobservasi keadaan umum

E/ Melakukan Pemeriksaan TTV pukul 07.30


Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : composmentis
Vital Sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,8 C
SpO2 : 98% tanpa nassal
b. Melanjutkan pemberian cairan lewat infus Sodium Chloride 0,9% 16
tpm
E/ Mengganti cairan infus yang sudah habis pukul 10.00 wib
c. Melakukan observasi jumlah produksi urine setiap 6 jam
E/ membuang cairan urine 50 cc (buang)
d. Memberikan terapi lewat IV
E/ Memberikan terapi obat melalui injeksi intravena :
1) santagesik 2 mL untuk mengatasi nyeri pada pukul 09.00 wib
2) dexametason 5mg sebagai anti alergi pada pukul 11.05 wib
e. Pemberian tranfusi lanjutan
E/ melakukan pemebrian jenis darah PRC Golongan darah B
merupakan Bag ke 2 pada pukul 11.20 wib.
f. melakukan observasi pemeriksaan tranfusi darah
Vital Sign : 11.25
- Tekanan darah: 120/90 mmHg
- Respirasi : 22 x/menit
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36, 7 ° C

42
- SpO2 : 96%
Vital Sign : 11.30
- Tekanan darah: 130/90mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 11.35
- Tekanan darah: 130/110 mmHg
- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : 36, 8 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 11.50
- Tekanan darah: 120/90 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : 36, 7 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 12.05
- Tekanan darah: 120/90 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 12.30
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 86 x/menit

43
- Suhu : 36, 4 °C
- SpO2 : 98% dengan pemasang
oksigen

Vital Sign : 12.45

- Tekanan darah: 120/80 mmHg


- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36, 9 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan
oksigen

Vital Sign : 13.45

- Tekanan darah: 100/80 mmHg


- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36, 8 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan
oksigen

Vital Sign
- Tekanan darah: 120/70 mmHg
- Respirasi : 26 x/menit
- Nadi : 89 x/menit
- Suhu : 36, 8 ° C
- SpO2 : 99% Tanpa oksigen
5. Data Perkembangan III

Tanggal 13 April 2022 pukul 07.30 WIB

44
Pasien mengatakan sudah bisa BAB karena telah dilakukan
pemberian obat melalui rectal, pasien mengatakan setelah
dilakukan tranfusi darah keadaanya mulai membaik

S : Data Subjektif

1. Keluarga pasien mengatakan bahwa ibu sudah


merasa nyaman
2. Masih terasa mual namun sudah berkurang
3. Masih terasa nyeri berkurang

O : Data Objektif

1. Keadaan umum : lemas


Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : Tekanan darah : 120/80
mmHg
Respirasi : 22
x/menit
Nadi : 89
x/menit
Suhu : 36,2 C
Spo2 : 98%
2. Terpasang infus pdiu Chloride 0,9% 7 tpm
3. Terpasang dauer catheter 50 cc (pertahankan)

A : Assesment

Ny. S P2002 Ab000 dengan Ca.Serviks stadium


III B

45
P : Pelaksanaan

Tanggal 13 April 2022 pukul 07.30 WIB

1. Mengobservasi keluhan pasien dan tingkat nyeri pasien


E/Tingkat nyeri mulai membaik score nyeri berkurang 2
2. Mengobservasi keadaan umum dan TTV
E/ Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
 Tekanan darah : 120/80mmHg
 Respirasi : 22 x/menit
 Nadi : 89 x/menit
 Suhu : 36,2 C
 Spo2 : 99%
3. Melanjutkan infus NaCl 0,9% 7 tpm
E/ pemberian diperlambat karena ibu tiba-tiba merasa sesak
4. Observasi Produksi urine
E/ keluaran cairan pada dauer catheter 50 cc (pertahankan)
5. Memberikan terapi obat Injeksi
- Ondancentron 4mg/Iv untuk mengurangi mual (09.00 wib)
- Asam tranexanemat 250 mg/Iv Untuk menghentikan perdarahan
(11.30 wib)
6. Dilakukan pemberian transfuse darah dan Melakukan observasi
pemeriksaan Ketika diberikan tranfusi Darah PRC golongan darah B
masuk bag ke 3 200 cc

Vital Sign : 12.15


- Tekanan darah: 120/80 mmHg

46
- Respirasi : 23 x/menit
- Nadi : 94 x/menit
- Suhu : 36, 3 °C
- SpO2 : 99%
Vital Sign : 12.20
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Respirasi : 23x/menit
- Nadi : 89 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 99%
Vital Sign : 12.25
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 96 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 12.30
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 96 x/menit
- Suhu : 36, 4 °C
- SpO2 : 98%

Vital Sign : 12.45


- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 22 x/menit
- Nadi : 94 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%

47
Vital Sign : 13.00
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 20x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 13.15
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 14.00
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 14.15
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
Lainnya : konjungtiva pucat

- Tekanan darah: 120/80 mmHg


- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 96 x/menit
- Suhu : 36, 8 ° C
- SpO2 : 97%

48
4. Data Perkembangan IV

Tanggal 14 April 2022 pukul 07.30 WIB

Pasien telah dilakukan pengambilan darah untuk tes Hb ke


laboratorium,hasil Hb menunjukkan 9,2 g/Dl, Hasil Advis Dokter
SpoG pasien diperbolehkan Pulang.

S : Data Subjektif

1. Ibu mengatakan sudah merasa nyaman


2. Ibu mengatakan sudah BAB dengan lancar
3. Ibu mengatakan nyerinya sedikit berkurang
4. Ibu mengatakan mualnya juga sudah berkurang

O : Data Objektif

Vital Sign :
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
Lainnya : Hb : 9,2 mg/dL

- Tekanan darah: 120/80 mmHg


- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36, 5 °C
- SpO2 : 97%
c. Masih terpasang infus Nacl 7 tpm
d. Masih terpasang dauer catheter.
A : Assesment

49
Ny. S P2002 Ab000 dengan Ca.Serviks Stadium III B

P : Pelaksanaan

Tanggal 14 April 2022 pukul 08.00 WIB

1. Mengobservasi TTV pasien


E/ Vital Signs :
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
Lainnya : Hb : 9,2 mg/Dl

- Tekanan darah: 120/80 mmHg


- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36, 5 °C
- SpO2 : 97%
7. Pemberian cairan infus lanjutan
E/ Masih terpasang infus Nacl 7 tpm akan dilakukan Up infus
Ketika pasien sudah diperbolehkan pulang
8. Melanjutkan Pemberian Terapi obat
E/ Pemberian Obat Melalui injeksi IV
- Calcium Glukonase Diberikan untuk mengatasi kekurangan
kalsium (08.00 wib)
- Ondancentrin 4mg untuk mengatasi mual (09.00 wib)

50
4. Mengobservasi produksi urine
E/ Masih terpasang dauer catheter 50 cc dan buang
5. Memberikan konseling perawatan dan jadwal control Kepada pasien
E/bahwa hari ini pasien diperbolehkan pulang sesuai dengan arahan
dokter SpoG dan mengerti harus control sesui dengan jadwal

51
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina).

Pada kasus peneliti ini mendapatkan diagnose Ny. S umur 54 tahun,


P2002 Ab000 Dengan Ca.Serviks Stadium III B , menurut American
Cancer Society (2016); CDC (2016) Wanita yang mempunyai risiko tinggi
terserang kanker serviks, Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun. Menurut World Health Organization (2018), hampir
semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi HPV (Human
Papillomaviruses), virus yang sangat umum ditularkan melalui kontak
seksual. Kanker serviks adalah kanker keempat yang paling umum pada
wanita. Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000 wanita didiagnosis
menderita kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 311.000 wanita
meninggal akibat penyakit tersebut.
Dalam menentukan diagnosa kebidanan tersebut didasari dengan
adanya data subyektif dan data obyektif. Penegakan diagnosis pada kasus
kanker karsinoma disertai anemia sulit ditegakkan, sehingga memerlukan
pemeriksaan penunjang lebih dalam untuk mendiagnosis, yaitu USG,
laparoskopi, Foto Torax dan Laboratorium.
Dalam kasus ini ditemukan masalah, yaitu ibu mengalami pendarahan
pervaginam dan ibu merasa badannya sakit semua, ibu merasakan nyeri
pada bagian perut bawah (11/4/22) pukul 13.00 WIB dan ibu sudah
menjalani foto torax. Kebutuhan yang dibutuhkan ibu dalam kasus ini
adalah dengan memberikan informasi tentang adanya tanda dan gejala

52
gangguan obstetric kegawatdaruratan , serta memberikan dukungan moril
pada ibu
Berdasarkan Etiologi Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) Proses terjadinya karsinoma serviks sangat
erat hubungannya dengan proses metaplasia. HPV ditularkan melalui
kontak kulit dengan area yang terinfeksi HPV, melalui hubungan seksual.
Berdasarkan Faktor -faktor penyebab dari Karsinoma serviks sebagai
berikut ini :
- Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
- Hubungan seksual yang dilakukan sebelum umur 18 tahun
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Ginekologi melahirkan sebelum berumur 17 tahun
- Wanita yang mengidap autoimun dan harusmengkonsumsi obat dalam
jangka waktu Panjang
- Berganti-ganti pasangan
- Kontrasepsi oral yang terlalu lama
- Penggunaan obat Hormonal DES
- Status Ekonomi

Pada kasus Ny.S P2002 Ab000 dengan Ca.Serviks dengan anemia

ini ditemukan bahwa pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral selama 11

tahun dan juga pasien menikah pada saat usia muda yaitu 18 tahun dengan

kasus ini membuktikan sesuai teori dan jelaskan seperti faktor.

53
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina).Pada kasus peneliti ini mendapatkan
diagnose Ny. S umur 41 tahun, P2002 Ab000 Dengan Ca.Serviks disertai
dengan anemia berat, menurut American Cancer Society (2016); CDC
(2016) Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks,
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.

Pada Tinjauan kasus dapat ditarik kesimpulan bahwa asuhan


kebidanan dengan diagnose Ny.S P2002 Abooo usia 41 tahun dengan
Ca.Servik disertai dengan anemia berat, dalam kasus ini telah diuraikan
tanda gejala,faktor penyebab , penatalaksanaan dan asuhan kebidan yang
telah dilakukan sesuai dengan teori dimana kasus Ny.S adalah pasien
mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri diseluruh tubuh merupakan
salah satu tanda gelaja. Salah satu fator Dari Ny.S adalah pemakaian
kontasepsi oral dalam jangka waktu yang lama dan pernikahan diusia
muda, kemudian penatalaksanaan pada kasus Ny.S adalah pemebrian
tranfusi darah untuk mengurangi anemia, dan pemerisaan torax dan
laboratorium sebagai salah satu untuk mendeteksi karsinoma serviks
5.2 Saran
1. Petugas Kesehatan (Bidan)
a. Bidan yang profesional harus mampu mengambil tindakan cepat jika
ada masalah yang muncul.
b. Mampu memberikan nasehat-nasehat apa yang harus dilakukan pasien
dalam menghadapi masalah kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai acuan dalam memberikan materi/mata ajar untuk mahasiswa.

54
b. Sebagai masukan terhadap kemungkinan adanya kekurangan dalam
pembelajaran kepada mahasiswa.
c. Mampu memberikan ketrampilan pentatalaksanaan Asuhan Ginekologi
Karsinoma serviks dengan anemia sesuai dengan mutu standar pelayanan
kesehatan.
3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai acuan atau perbandingan yang harus dipelajari dan diteliti
kembali.
b. Diharapkan dengan adanya Asuhan Kebidanan ini Mahasiswa mampu
merealisasikan dalam praktek dilapangan.
4. Bagi orang tua
a.Mampu menjaga aspan gizi
b.Mampu mejaga personal hygne
c. Melakukan terapi sesuai arahan tenaga medis

55
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2016). What Is Cervical Cancer.


http://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/about/what-is-cervical
cancer.html. (Desember, 2016)..
Fathonah, Siti, 2016, Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Hamil Kajian Teori dan
Aplikasinya. Jakarta : Erlangga.
Kementrian Kesehatan. Cegah Kanker Serviks, Kenali Lebih Dalam Pembunuh
Nomor Satu Kaum Hawa. Available from : http://www.depkes.go.id
diakses 2 juni 2018
Malehere, J. 2019. Analisis Perilaku Pencegahan Kanker Serviks pada Wanita
Pasangan Usia Subur Berdasarkan Teori Health Promotion Model.
Skripsi. Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. Surabaya
World Health Organization (WHO). (2016). Human Papillomavirus (HPV) And
Cervical Cancer. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/.
(November 2016).

56

Anda mungkin juga menyukai