DI SUSUN OLEH :
ALFIN NISRINA RIDHOTUL AMALIA
P17311181014
MAHASISWA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker Leher Rahim (Kanker
Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Kanker leher rahim adalah
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina) (Ahmad, 2020).
HPV (Human Papilloma Virus) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan
dapat menjadi faktor penyebab terjadinya karsinoma (kanker) leher rahim.
Demikian juga sperma yang mengandung komplemen histone yang dapat bereaksi
dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel leher rahim. Sperma yang bersifat
alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim. Kanker leher
rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak
lazim (abnormal) (Ahmad, 2020).
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
dysplasia. Dimulai dari dysplasia ringan, dysplasia sedang, dysplasia berat, dan
akhirnya menjadi KIS (Karsinoma In Situ), kemudian berkembang lagi menjadi
karsinoma invasive. Tingkat dysplasia dan KIS (Karsinoma In Situ) dikenal juga
sebagai tingkat pra-kanker. Dari dysplasia menjadi karsinoma in situ 2 diperlukan
waktu 1-7 tahun sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasive
berkisar 3-20 tahun (Ahmad, 2020). Menurut World Health Organization (2018),
hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi HPV (Human
Papillomaviruses), virus yang sangat umum ditularkan melalui kontak seksual.
Kanker serviks adalah kanker keempat yang paling umum pada wanita. Pada
tahun 2018, diperkirakan 570.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks di
seluruh dunia dan sekitar 311.000 wanita meninggal akibat penyakit tersebut.
Menurut World Health Organization (2018), hampir semua kasus kanker
serviks (99%) terkait dengan infeksi HPV (Human Papillomaviruses), virus yang
sangat umum ditularkan melalui kontak seksual. Kanker serviks adalah kanker
keempat yang paling umum pada wanita. Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000
wanita didiagnosis menderita kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 311.000
wanita meninggal akibat penyakit tersebut.
Data dari GLOBOCAN (Global Cancer Observatory), (2020) menyebutkan
bahwa terdapat 36.633 (9,2%) kasus baru kanker serviks di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021),
disebutkan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia berada pada urutan ke 8 di
Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian kanker leher
rahim/serviks di Indonesia sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di
Puskesmas Banjar I, jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yang melakukan deteksi
3 dini metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) pada tahun 2020 adalah
sebanyak 117 orang (1,6%), jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2019
yaitu sebanyak 240 orang (3,2%). Prevalensi kejadian kanker serviks di
Puskesmas Banjar I sebesar 0,06% atau sebanyak 5 orang. Indonesia saat ini
terkena dampak pandemi virus baru, bahkan bukan hanya di Indonesia tetapi
secara global di berbagai Negara telah terkena dampak yang sangat hebat dari
adanya virus ini. WHO (World Health Organization) memberi nama virus ini
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus Desease 2019 (Covid-19).
Pandemi Covid-19 tidak hanya meresahkan masyarakat saja, tetapi juga
berdampak pada pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak penanganan
Covid-19 ini (Putri, 2020). Apabila seorang wanita telah terinfeksi HPV (Human
Papilloma Virus) dan tidak ditangani segera, maka akan menimbulkan dampak
yang cukup serius, salah satunya dapat menyebabkan pendarahan pervaginam dan
komplikasi. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian kanker yaitu dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim
pada wanita usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat).
Menurut Rasjidi (dalam Pulungan et al., 2020), menjelaskan bahwa deteksi dini
adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara tepat, untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar
sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan. Deteksi dini kanker serviks bertujuan
untuk mengetahui adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal pada leher rahim/serviks.
Menurut Surudani & Welembuntu (2017), dalam jurnal 4 artikelnya, mengatakan
sebanyak 80%-90% kanker serviks cenderung terjadi pada wanita yang berusia 30-55
tahun. Oleh karena itu, deteksi dini kanker serviks sangat dianjurkan untuk kelompok
PUS (Pasangan Usia Subur).
Kementerian Kesehatan RI juga mengembangkan program penemuan dini kanker
pada anak, pelayanan paliatif kanker, deteksi dini faktor risiko kanker paru, dan sistem
registrasi kanker nasional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
02.02/MENKES/389/2014 pada 17 Oktober 2014, dibentuk KPKN (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional). KPKN (Komite Penanggulangan Kanker Nasional)
ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat kanker di
Indonesia dengan mewujudkan penanggulangan kanker yang terintegrasi, melibatkan
semua unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat (Pusat Data dan Informasi, 2015).
1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menambah pengetahuannya mengenai asuhan kebidanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan, mencegah dan memelihara
kesehatan pasangan usia subur
1.1 Pengkajian
1.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah
1.3 Diagnosa Potensial
1.4 Antisipasi Tindakan Segera
1.5 Intervensi
1.6 Implementasi
1.7 Evaluasi
BAB 4 : Pembahasan
BAB 5 : Penutupan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.14 Predisposisi
f. Karakteristik partner
g. Riwayat ginekologi
‐ Merokok
Terapi
Pembedahan
Non bedah
Perdaraha
Nafsu makan ↓
n Turgor kulit buruk
1. Pap Smear
Pedoman :
normal.
yang abnormal.
2. Tes Iva
3. Biopsi Serviks
4. Kolposkopi
6. CT Scanner
gambar detail dari serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul.
b. Krioterapi
Merupakan metode yang digunakan untuk mendestruksi
lapisan epitel serviks dengan metode pembekuan atau freezing
hingga sekurang- kurangnya - 20°C selama 6 menit (teknik
Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2.
c. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau
radiofrekuensi dengan melakukan eksisi Loop diathermy
terhadap jaringan lesi prakanker pada zona transformasi.
d. Diatermi Elektrokoangulasi
Metode ini dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan
efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus
dilakukan dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan
untuk memusnahkan jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm,
tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi
tersebut sangat luas.
e. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation semission of
radiation), suatu muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung
yang berisi campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas CO2
sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai
panjang gelombang 10,6 u. Perubahan patologis yang terdapat
pada serviks dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penguapan dan nekrosis.
2. Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
karsinoma serviks uteri invasif :
- Terapi Operasi
a. IA1 Dengan histerektomi total, bila perlu konservasi fungsi reproduksi,
dapat dengan konisasi.
b. IA2:Dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan
kelenjar limfe kavum pelvis bilateral.
c. IB1-IIA: Dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikal
ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral, pasien usia
muda dapat mempertahankan ovari.1,2
- Radioterapi
a. Radioterapi radikal
b. Radioterapi praoperasi
c. Radioterapi pascaoperasi.1, 2
- Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan lanjut pra-
operasi atau kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor ukuran besar, relatif
sulit diangkat secara operasi, kemoterapi dapat mengecilkan tumor,
meningkatkan keberhasilan operasi, terhadap pasien radioterapi, tambahan
kemoterapi yang sesuai dapat meningkatkan sensitivitas terhadap radiasi,
sedangkan bagi pasien stadium lanjut yang tidak sesuai untuk operasi atau
radioterapi , kemoterapi dapat membawa efek paliatif. Kemoterapi yang
sering digunakan secara klinis adalah DDP, karboplatin, CTX, 5FU, ADR,
BLM, IFO, taksan, CPT11, dll. Selain kemoterapi lewat kateterisasi intra-
arteri, belakangan ini dilakukan kateterisasi arteri femoral perkutan
menginjeksikan kemoterapi intra arteri iliaka interna iliaka bilateral juga
membawa efektivitas serupa
- Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakarsinoma
pada zona transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke
laboratorium patologi anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara
histopatologik untuk menentukan tindakan cukup atau perlu terapi
lanjutan.2
- Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas
dan efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan
dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan
jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat
dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.
2.17 Klasifkasi
Stadium Deskripsi
21
IA Karsinoma invasive yang hanya diidentifikasi secara mikroskopis.
Kedalaman invasi maksimun 5 mm dan tidak lebih lebar dari 7 mm
IA1 Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≤ 7 mm
IA2 Invasi stroma sedalam > 3 mm namun < 5 mm dan seluas > 7 mm
IB Lesi klinis terbatas pada serviks, atau lesi praklinis lebih besar dari
stadium IA.
IB1 Lesi klinis berukuran ≤ 4 cm
2.18 Diagnosis
22
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks,
sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks dan bone scan, CT
scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau
rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan
amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus
pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus
dengan stadium IB2 atau lebih. Stadium kanker serviks didasarkan atas
pemeriksaan klinik oleh karena itu pemeriksaan harus cermat kalau perlu
dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini tidak berubah bila kemudian
ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih
stadium yang lebih rendah.
2.19 Komplikasi
“Kanker Serviks”, (2015) menyatakan, komplikasi kanker serviks bisa
disebabkan oleh karena efek daari pemberian terapi dan akibat dari
stadium lanjut :
a. Komplikasi dari efek pemberian terapi kanker
1. Menopause dini
Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi atau
karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala yang timbul
akibat kondisi ini adalah vagina kering, menstruasi berhenti atau tidak
keluar, menurunnya libido, sensasi rasa panas dan berkeringat berlebihan
meski di malam hari, dan osteoporosis.
2. Penyempitan vaginaPengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks
sering kali menyebabkan penyempitan vagina.
3. Limfedema
penumpukan cairanLimfedema adalah pembengkakan yang umumnya
muncul pada tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang.
23
Sistem limfatik berfungsi untuk membuang cairan berlebihan dari dalam
jaringan tubuh. Gannguan pada sistem ini menyebabkan penimbunan
cairan pada organ tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan
pembengkakan
4. Dampak emosional
Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek samping pengobatan
bisa memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi adalah merasa sedih,
putus harapan, dan tidak menikmati hal-hal yang biasanya disuka
b. Akibat dari kanker serviks stadium lanjut :
24
TINJAUAN KASUS
Ny. S umur 41 tahun datang ke Ruang Melati RSUD Dr. Mohamad Saleh
Post MRS tanggal 5 April 2022 dengan Ca.Serviks hasil Biopsi 7 April 2022
dengan keluhan klemas mengeluh badeluar darah dari kemaluan, badan sakit
semua dan merasa mual TD : 120/90mmHg , N: 92x/menit , RR:22 x/menit ,
S : 37 C SPo% : 95%
Tanggal 11 April 2022, pukul 13.00 wib Ruang Melati RSUD Dr.Mohamad
Saleh
A. Data Subjektif
a. Pengumpulan data
25
Alamat Dsn Pering 04/02 Jatisari – Kuripan.
1) Identitas
B. Keluhan Utama
C. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Umur 9 tahun
b. Siklus : 28 – 30 hari
d. Lamanya : 6 – 7 hari
D. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah sah 1 kali pada umur 16 tahun dengan suami
umur 26 tahun, lama perkawinan 25 tahun.
26
lalu melahirkan anak kedua pada 10 oktober 2011 berjenis kelamin
perempuan persalinan normal penolong bidan beenis kelamin perempuan
berat badan bayi 2600 gram.
F. Riwayat Kb
Ibu mengatakan pernah mengkonsumsi pil kb selama 11 tahun
G. Riwayat Kesehatan
27
f) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing
kepala yang hebat
g) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai
keluarnya busa dari mulut
h) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak terserang penyakit HIV, AIDS
dan penyakit lainnya.
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menurun (DM, asma, hipertensi dan jantung)
dan penyakit menular (TBC, hepatitis, HIV/ AIDS), Ibu
Mengatakan bahwa Ibunya meninggal karena Kanker serviks
d. Riwayat Keturunan Kembar
b) Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang lebih 3-4 kali
sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali sehari, ada keluhan 3 hari
tidak bab
c) Pola aktifitas
28
Sebelum sakit ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, menyapu, mencuci pakaian dan mencuci piring sendiri.
d) Pola istirahat/tidur
a. Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam dan tidak
pernah tidur siang karena ibu bekerja.
29
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Vital Sign :
a) Tekanan darah : 120/ 90 mmHg
b) Nadi : 92x/ menit
c) Respirasi : 22 x/ menit
d) Suhu : 36,3 C
30
Membesar : Normal
Areola : Hyperpigmentasi
b) Axilla
Nyeri : nyeri
d. Ekstremitas
a) Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku panjang, kurang bersih ,
tidak ada kelainan
b) Kaki : Simetris, kuku panjang, kurang bersih, tungkai tidak ada
oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan Obstetri
a. Abdomen
a) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Membesar normal, menonjol bagian kanan
bawah perut
(b) Kelainan : Tidak ada kelainan
b) Palpasi
(a) Nyeri : Ada (+)
b. Anogenital
31
c) PPV : Ada pengeluaran darah berwarna merah
4) Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 mg/dL
Golongan darah : B+
USG :-
Lain-lain : Foto Torax, 5 April Melakukan Biopsi dalam batas
normal hasil keluar pada tanggal 7 april 2022
L. Assesment
Tanggal 11 April 2022 pukul 13.00
a. Interpretasi data/ Diagnosis/ Masalah
32
4. Suhu : 36,7° C
5. Spo2 : 98%
d. Muka pucat, bibir pucat konjungtia pucat
e. Palpasi : Teraba massa di supra sympisis
f. PPV : Ada pengeluaran darah
g. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 mg/dL
Golongan darah : B+
Lain-lain : -foto torax dalam batas normal, pemeriksaan
Biopsi pada tanggal 5 April hasil keluar 7 April
2022
c. Masalah : ibu merasa lemas dan badannya terasa sakit
semua, lengan kiri bagian atas sulit digerakkan
dan ibu mengeluh mual dan keluar darah dari
kemaluan
Kebutuhan : memberikan dukungan terhadap ibu dan
perbaikan kondisi dengan pemebrian trnfusi
darah
33
4. Kolaborasi dengan dokter obgyn
c. Pelaksanaan
Tanggal 11 April 2022 pukul 14.00WIB. Ny. S usia 54
Tahun P2002 Ab000 Dengan Ca.Serviks stadium III B
Dx :
Masalah :
Dx :
a. Vital Sign :
a) Tekanan darah: 120/90 mmHg
b) Respirasi : 22 x/menit
c) Nadi : 92 x/menit
34
d) Suhu : 36,7° C
b. Muka pucat, bibir pucat
c. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 mg/dL%
Golongan darah : B+
USG :-
Lainnya : foto torax dalam batas normal, pemeriksaan
Biopsi pada tanggal 5 April hasil keluar 7 April
2022 diterima dua potong jaringan ukuran
diameter 0,5 cm dan 0,6 cm Kenyal,rapuh , warna
kecoklatan diproses semua dalam satu kaset
mikroskopik
Sediaan serviks terdiri atas kelompok kelompok
sel dengan inti bulat pleomorfik,hilerkromatik
Kromatin kasar nucleoli dengan bro vaskular stop
menginvasi ke dalam stroma jaringan ikat fibrous
sembab,hyperemesis .
dengan bagian neokrosis,bersebukan keras
limfosit histiosit,leukosit PMN. Squamous Cell
Carsinoma, Pappillarry Variant
1. R/ Agar klien mengetahui kondisinya saat ini bahwa klien mengalami
karsinoma serviks dan anemia berat serta memberitahu hasil
pemeriksaan kepada klien akan membina hubungan komunikasi
yang efektif sehingga dapat diajak kerjasama.
E/ Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan dan dapat diajak
bekerjasama
2. Memberikan inform concent kepada ibu dan keluarga terkait Tindakan
yang akan dilakukan
35
R/ agar keluarga memahami tentang keadaan ibu saat ini, dapat
mempersiapkan semua kebutuhan terkait proses Tindakan dan dapat
memberi dukungan yang dapat mengurangi kecemasan ibu.
E/ ibu dan keluarga mengerti kondisinya saat ini, keluarga berusaha
menyiapkan kebutuhan ibu dan memberikan dukungan kepada ibu.
3. Melakukan Restorasi cairan tubuh dengan NaCl cairan 0,9% 14
tetes/menit sebanyak 500 mL
R/ pemberian infus membantu untuk mengganti cairan ibu yang hilang
E/ ibu dan keluarga setuju dengan tiddakan pemeberan infus
pemasangan infus NaCL cairan 0,9% 14 tpm
Masalah :
36
1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya
Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaannya,
bahwa kemungkin
an ibu menderita karsinoma serviks disertai anemia
R/ Agar klien mengetahui kondisinya saat ini bahwa klien menderita
karsinoma serviks disertai anemia berat dan memberitahu hasil
pemeriksaan kepada klien akan membina hubungan komunikasi yang
efektif sehingga dapat diajak kerjasama.
E/ Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan dan dapat diajak
bekerjasama
2. Memberikan support mental kepada ibu
R/ Memberi dukungan kepada ibu agar ibu semangat dan tabah menjalani
pemeriksaan/pengobatan selanjutnya agar kondisi tidak bertambah buruk.
E/ Ibu bersediat untuk menjalani pemeriksaan/pengobatan selanjutnya agar
kondisi tidak bertambah buruk.
3. Memberitahukan akan dilakukan pemasangan trnafusi darah
R/ Kolaborasi dengan BDRS Untuk dilakukan Pemasangan tranfusi darah
bertujuan untuk mengurangi anemia pada ibu agar Kadar Hb ibu mengalami
peningkatan
E/ ibu dan keluarga mengerti dan paham akan Tindakan transfusi darah yang
nantinya akan dilakukan
37
2.3 Catatan Perkembangan
1. Data Perkembangan I
Tanggal 11 April 2022 pukul 20.00 WIB
S : Data Subjektif
Ibu mengatakan masih keluar darah dan masih merasa lemas dan nyeri, dan
ibu mengatakan belum BAB
O : Data Objektif
f. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 6,8 gr%
Golongan darah :B
Pemerikasaaan
Lainnnya : foto torax dalam batas normal, pemeriksaan
Biopsi pada tanggal 5 April hasil keluar 7 April
2022
38
A : Assesment
39
pemebrian tranfusi darah
E/ penandatanganan informed consent
5. Memberikan Terapi obat
E/ Memberikan terapi lewat IV, berupa:
40
2. Data Perkembangan II
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
A : Assesment
P : Penatalaksanaan
41
Tanggal 12 April 2022 pukul 07.30 WIB
42
- SpO2 : 96%
Vital Sign : 11.30
- Tekanan darah: 130/90mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 11.35
- Tekanan darah: 130/110 mmHg
- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : 36, 8 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 11.50
- Tekanan darah: 120/90 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : 36, 7 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 12.05
- Tekanan darah: 120/90 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98% dengan pemasangan oksigen
Vital Sign : 12.30
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
43
- Suhu : 36, 4 °C
- SpO2 : 98% dengan pemasang
oksigen
Vital Sign
- Tekanan darah: 120/70 mmHg
- Respirasi : 26 x/menit
- Nadi : 89 x/menit
- Suhu : 36, 8 ° C
- SpO2 : 99% Tanpa oksigen
5. Data Perkembangan III
44
Pasien mengatakan sudah bisa BAB karena telah dilakukan
pemberian obat melalui rectal, pasien mengatakan setelah
dilakukan tranfusi darah keadaanya mulai membaik
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
A : Assesment
45
P : Pelaksanaan
46
- Respirasi : 23 x/menit
- Nadi : 94 x/menit
- Suhu : 36, 3 °C
- SpO2 : 99%
Vital Sign : 12.20
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Respirasi : 23x/menit
- Nadi : 89 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 99%
Vital Sign : 12.25
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 96 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 12.30
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 24 x/menit
- Nadi : 96 x/menit
- Suhu : 36, 4 °C
- SpO2 : 98%
47
Vital Sign : 13.00
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 20x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 13.15
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 14.00
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Respirasi : 20 x/menit
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36, 6 ° C
- SpO2 : 98%
Vital Sign : 14.15
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
Lainnya : konjungtiva pucat
48
4. Data Perkembangan IV
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
Vital Sign :
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Composmentis
Lainnya : Hb : 9,2 mg/dL
49
Ny. S P2002 Ab000 dengan Ca.Serviks Stadium III B
P : Pelaksanaan
50
4. Mengobservasi produksi urine
E/ Masih terpasang dauer catheter 50 cc dan buang
5. Memberikan konseling perawatan dan jadwal control Kepada pasien
E/bahwa hari ini pasien diperbolehkan pulang sesuai dengan arahan
dokter SpoG dan mengerti harus control sesui dengan jadwal
51
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina).
52
gangguan obstetric kegawatdaruratan , serta memberikan dukungan moril
pada ibu
Berdasarkan Etiologi Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) Proses terjadinya karsinoma serviks sangat
erat hubungannya dengan proses metaplasia. HPV ditularkan melalui
kontak kulit dengan area yang terinfeksi HPV, melalui hubungan seksual.
Berdasarkan Faktor -faktor penyebab dari Karsinoma serviks sebagai
berikut ini :
- Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
- Hubungan seksual yang dilakukan sebelum umur 18 tahun
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Ginekologi melahirkan sebelum berumur 17 tahun
- Wanita yang mengidap autoimun dan harusmengkonsumsi obat dalam
jangka waktu Panjang
- Berganti-ganti pasangan
- Kontrasepsi oral yang terlalu lama
- Penggunaan obat Hormonal DES
- Status Ekonomi
tahun dan juga pasien menikah pada saat usia muda yaitu 18 tahun dengan
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang
tumbuh di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina).Pada kasus peneliti ini mendapatkan
diagnose Ny. S umur 41 tahun, P2002 Ab000 Dengan Ca.Serviks disertai
dengan anemia berat, menurut American Cancer Society (2016); CDC
(2016) Wanita yang mempunyai risiko tinggi terserang kanker serviks,
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
54
b. Sebagai masukan terhadap kemungkinan adanya kekurangan dalam
pembelajaran kepada mahasiswa.
c. Mampu memberikan ketrampilan pentatalaksanaan Asuhan Ginekologi
Karsinoma serviks dengan anemia sesuai dengan mutu standar pelayanan
kesehatan.
3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai acuan atau perbandingan yang harus dipelajari dan diteliti
kembali.
b. Diharapkan dengan adanya Asuhan Kebidanan ini Mahasiswa mampu
merealisasikan dalam praktek dilapangan.
4. Bagi orang tua
a.Mampu menjaga aspan gizi
b.Mampu mejaga personal hygne
c. Melakukan terapi sesuai arahan tenaga medis
55
DAFTAR PUSTAKA
56