Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY. S DENGAN CA CERVIX DI POLI KLINIK OBGYN RS dr.


SAIFUL ANWAR MALANG

DISUSUN OLEH:
Kelompok 01

Agung Tri Widodo (1930004)


Arista Anggraini (1930010)
Marsis Anasari (1930026)
Yega Laksintia Gista (1930054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2019

LEMBAR PENGESAHAN

Seminar Keperawatan departemen Maternitas di Poli Klinik Obgyn RS dr. Saiful


Anwar Malang yang dilakukan oleh :
Mahasiswa Program Studi Profesi Kelompok 01
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Maternitas yang dilaksanakan pada semester ganjil,
yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Malang, Februari 2020

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)

(.............................................)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi
pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human
papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini terjadi pada
transformasic selepitel serviks, pada mulanya terjadi lesi prekanker kemudian
menjadi frank cancer (Hyacinth et al., 2012). World Health Organization (WHO)
pada tahun 2012 menyatakan bahwa kanker merupakan penyakit tidak menular
yang mengakibatkan kematian terbanyak di dunia. Dalam hal ini kanker
menempati urutan nomor dua penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan
pembuluh darah. Setiap tahunnya terdapat 12 juta penderita kanker serviks dan
7,6 juta jiwa diantaranya meninggal dunia (Depkes, 2012).
Globacan yang merupakan salah satu proyek dari International Agencyfor
Reasearch on Cancer (IARC) yang juga melaporkan pada tahun 2008, bahwa
kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Dengan
kejadian rata-rata 15 per 100.000 wanita, dan sebesar 7,8 % per tahun meninggal
dunia akibat kanker serviks pada seluruh wanita di dunia (Globocan, 2012).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan jumlah
wanita Indonesia yang berusia 30-50 tahun sejumlah 35.950.765 orang. Sampai
dengan tahun 2012 dari 575.503 orang telah melakukan skrining inspeksi visual
asamasetat (IVA), terdapat 25.805 orang dengan hasil IVA positif (Depkes, 2012).
Kanker serviks hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang
terjadi dengan angka kejadian dan kematian yang semakin tinggi di Indonesia.
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut dan keadaan umum yang lemah,
serta lemahnya status sosial ekonomi yang terjadi pada sebagian besar pengidap
kanker serviks mempengaruhi prognosis dari penderita kanker serviks. Tinggi
rendahnya prognosis pada penderita kanker serviks juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks yang sebenarnya
dapat dideteksi secara dini sebagai tindakan preventive bagi wanita yang telah
aktif dalam aktivitas seksual seperti menggunakan Pap Smears dan inspeksi visual
asetat (IVA) (RasjididanSulistiyanto, 2008 ; Rositchet al., 2012).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher Rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.( Diananda, Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
(Sarjadi, 2001)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal
yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
2.2 Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.

2. Jumlah Kehamilan dan Partus


Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
(Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya
radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma.
Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi
masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di
negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina
Mukhtar, 2015).
2.3 Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia
ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner &
Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)
dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan
dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel
endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak
SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita
muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita
berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu
pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan
terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum
karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel


serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar
menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat
pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering
dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu


factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses
karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-
situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo,2010).
2.4 Pathway
2.5 Manifestasi Klinis
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.

b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada


perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:

a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.


Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain

a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)

Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala
Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca
menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia
menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan
utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau
berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco
penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup
berdampingan.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas
(Padila, 2012).
2.7 Penatalaksanaan
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. KombinasiIrradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten
bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan
kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks
(Rubina Mukhtar, 2015).
2.8 Komplikasi
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis,
obstruksi perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia
Anderson Price, 2005).

Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering


dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis
hampir selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh
tumor. Pasien dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki
heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan
oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari
rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina
Mukhtar, 2015).
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat
keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien
atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala
dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri
(meringis), Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah

3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi

b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal

6. Ekstremitas dan Kulit


Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
3 Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.
4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
6 Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan bau.
7 Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
8 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
Tujuan : mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit Hb serta jumlah trombosit.
2. Berikan cairan secara cepat.
3. Pantau dan atur kecepatan infus.
4. Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah.
Tujuan : masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan
tubuh.
Intervensi :
1. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.
3. Pantau masukan makalan oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan
sesuai dengan diet.
5. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree bakteri.
Tujuan : Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda–tanda infeksi.
Intervensi :
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotic.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
Tujuan: Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
Intervensi :
1. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
2. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas.
3. Bantu pasien merencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
4. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
5. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
4. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi pendarahan.
b. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh.
c. Melaporkan nyeri berkurang.
d. Tidak ada tanda-tanda vital infeksi.
e. Pasien bebas dari pendarahan dan hipoksis jaringan.
f. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
BAB IV
ANAMNESIS
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny. S
Med.Rek : 11472370
Umur : 49 tahun
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat :Dsn Bindung RT.002/001 Tunggak Cerme, Wonomerto,
Probolinggo
MRS : - (rawat jalan)
Diagnosa : P2002Ab100 dengan Ca Serviks
2. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x lamanya 30 tahun
3. Riwayat R eproduksi
Menarche 14 tahun, siklus teratur, 28 hari, lama 7 hari, menopause usia 42
tahun.
4. Riwayat Persalinan
a. Anak pertama abortus pada usia kehamilan 3 bulan.
b. 1998, Perempuan, 3100 g, lahir spontan, bidan, sehat
c. 2007, Perempuan, 3400g, lahir spontan, bidan, sehat
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu.
6. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi
Sedang
7. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah.
P : infiltrasi sel tumor ke serabut saraf
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Perut bagian bawah
S : 6 (nyeri sedang)
T : Hilang timbul
Keluhan tambahan : disertai dengan perdarahan
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien merupakan rujukan dari RS Mohamad Saleh Probolinggo dengan Ca
Cervix. Pada bulan oktober 2019 pasien mengeluh keputihan lama
bercampur darah disertai berbau amis dan periksa ke bidan tetapi tetap tak
kunjung sembuh. Pada januari 2020 pasien mengeluh keputihan lama,
berbau, disertai perdarahan banyak kemudian periksa ke RS Mohmad Saleh
Probolinggo dilakukan biopsi dengan hasil ganas dan disarankan untuk
rujuk ke RSSA Malang.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : E4M6V5
Tipe badan : Normal
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5
b. Keadaan khusus
Kepala : Konjungtiva anemis (+/+), sklera tidak ikterik,
simetris, bentuk wajah oval,
Leher : Tekanan vena jugularis (-), KGB tidak teraba
Thoraks : Jantung : Murmur tidak ada, Gallop tidak ada.
Paru-paru : vesikuler normal (+), ronchi (-),
wheezing (-)
Ekstremitas : Edema pretibial -/- 2.
2. Pemeriksaan Obstetri
 Pemeriksaan luar:
Massa (-), nyeri tekan (+),
 Pemeriksaan dalam (VT):
Flux (+), fluor (-)
3. Pola Aktifitas
Kebutuhan Dasar Saat Di Rumah
1. Cairan & Makanan Makan: 3x sehari, 1 porsi habis
Minum ±8 gelas / hari
2. Eliminasi BAB : 1x Sehari
BAK : 5-6 x / hari
3. Istirahat & Tidur Tidur malam : 7-8 jam
Tidur siang 1-2 jam
4. Personal hygiene Mandi 2x sehari
Keramas 2 hari sekali
Gosok Gigi 2 sehari
5. Aktivitas Melakukan pekerjaan rumah
6. Pola Sexualitas -

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (29/01/2020)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin (HGB) 10,10 g/dL 11,4 – 15,1
Eritrosit (RBC) 3,62 106 /µL 4,0 – 5,0
Hematokrit 30,50 % 38 – 42
Trombosit (PLT) 461 103/ µL 142 – 424
PDW 8,4 fL 9 – 13
P-LCR 12,9% 15,0-25,0
PCT 0,40% 0,150-0,400
Limfosit 18,2 % 25-33
Monosit 8,7% 2-5
Faal Ginjal
Ureum 10,4 mg/dL 16,6-48,5

Hasil Pemeriksaan Radiologi


Foto Thorax AP
Cor : Ukuran membesar dengan CRT 56%
Aorta : tidak tampak dilatasi. Tampak kalsifikasi dan elongasi.
Trechea : Ditengah
Pulmo : Corakan vascular normal. Hilus D/S normal. Tidak
tampak infiltrat, cavitas, dan nodul
Sudut costophrenicus D/S : Lancip
Hemidiaphragma D/S : Dome shaped
Skeleton : Intak, tidak tampak lesi litik/blastik/garis fraktur
Soft tissue : Normal
Kesimpulan:
 Tidak tampak proses metastase pada paru dan tulang yang
tervisualisasi
 Cardiomegaly
 Aorta sklerosis dan elongasi aorta

HASIL PEMERIKSAAN BIOPSI


LAPORAN PEMERIKSAAN:
MAKROSKOPIK
Diterima potongan-potongan jaringan berat ± 1 gr, ukuran 1x0,3x0,2 cm –
1,5x1,7x0,3 cm, padat kenyal warna coklat kehitaman. Diproses semua dalam 1
kaset.
MIKROSKOPIK
Menunjukkan potongan jaringan tumor ganas yang membentuk gambaran sarang-
sarang, terdiri dari proliferasi sel anaplasi, inti bulat pleimorfik, hiperkromatin,
nukleoli prominent, tidak tampak keratin pearl. Tumbuh invasive ke dalam
stroma.
KESIMPULAN :
INVASIVE KREATINIZING SQUAMOUS CELL CARCINOMA.
D. Diagnosa Kerja
Ca Cervix
E. Terapi
-
F. Kesimpulan
Ca Cervix
ANALISA DATA
No Tgl/Jam Analisa Data Masalah Etiologi
1 30/01/2020 DS: pasien mengatakan nyeri Ca Cervix Nyeri Akut
pada perut bagian bawah.
P: infiltrasi sel tumor ke serabut Terjadi
saraf penyebaran
Q: seperti ditusuk-tusuk sel
R: Perut bagian bawah
S: 6 (nyeri sedang) Penekanan
T: Hilang timbul syaraf piseral
DO: k/u cukup, kes compos
mentis, GCS 456 Nosiseptor
Px tampak meringis
Komu
TD: 110/80 mmHg
dorsalis
Nadi: 88x/meit
medula
RR: 20x/menit
spinalis
Suhu: 36,5 ºC
Serabut
perifer

Cortex
serebri

Nyeri
dipersepsikan
2 30/01/2020 DS: pasien mengatakan Ca serviks Resiko
mengalami perdarahan sejak 5 Syok
bulan yang lalu perdarahan
DO: k/u cukup, kes compos
mentis, GCS 456 hb turun
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 88x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,5 ºC
Hb: 10,10 g/dL
3 30/01/2020 DS: pasien mengatakan saat ini Ca serviks Resiko
mengalami keputihan lama dan infeksi
berbau amis disertai perdarahan perdarahan
DO: k/u cukup, kes compos
mentis, GCS 456 hb turun
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 88x/menit imunitas
RR: 20x/menit menurun
Suhu: 36,5 ºC
resiko infeksi
Leukosit : 10,81
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d pertumbuhan jaringan abnormal.
2. Resiko syok b.d perdarahan.
3. Resiko Infeksi b.d imunitas menurun
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri 1. Identifikasi faktor yang memperberat
pertumbuhan jaringan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 dan memperingan nyeri
abnormal jam diharapkan keluhan pasien teratasi dengan 2. Ajarkan teknik non farmakologis
kriteria hasil : untuk mengurangi rasa nyeri seperti
1. Keluhan Nyeri 2 4 teknik relaksasi
2. Meringis 2 4 3. Anjurkan untuk mengkompres hangat
3. Gelisah 3 5 pada bagian yang nyeri
4. Identifikasi kemungkinan alergi,
1. Manajemen Nyeri interaksi dan kontraindikasi obat
2. Pemberian obat 5. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian,
3. Terapi Relaksasi tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian obat.
6. Lakukan prinsip enam benar (pasien,
obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
7. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia.
8. Anjurkan mengambil posisi nyaman
9. Gunakan pakaian longgar
10. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam)
2 Resiko syok b.d Tingkat Syok 1. Jelaskan penyebab/faktor risiko
perdarahan. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 syok
jam diharapkan keluhan pasien teratasi dengan 2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
kriteria hasil : 3. Anjurkan melapor jika
1. Pucat 3 4 menemukan/ merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
1. Pencegahan Syok cairan oral
5. Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas, TD, MAP)
6. Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi , AGD)
7. Monitor status cairan (turgor kulit ,
CRT)
3. Resiko Infeksi b.d Tingkat Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
imunitas menurun Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama lokal dan sistemik
1 jam diharapkan keluhan pasien teratasi dengan 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kriteria hasil : 3. Ajarkan cara mencuci tangan yang
1. Demam 3 4 benar
2. Kemerahan 3 4 4. Anjurkan meningkatkan asupan
3. Nyeri 2 3 nutrisi dan cairan
4. Nafsu makan 3 4 5. Identifikasi kemungkinan alergi,
interaksi dan kontraindikasi obat
6. Jelaskan jenis obat, alasan
1. Pencegahan infeksi pemberian, tindakan yang
2. Pemberian obat oral diharapkan, dan efek samping
sebelum pemberian obat.
7. Lakukan prinsip enam benar
(pasien, obat, dosis, rute, waktu,
dokumentasi)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 Nyeri akut b.d. 1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat S = pasien mengatakan nyerinya
pertumbuhan jaringan dan memperingan nyeri seperti aktivitas masih ada
yang abnormal yang berat P: infiltrasi sel tumor ke
2. Mengajarkan teknik non farmakologis serabut saraf
untuk mengurangi rasa nyeri seperti teknik Q: seperti ditusuk-tusuk
relaksasi nafas dalam R: Perut bagian bawah
3. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan S: 6 (nyeri sedang)
jenis relaksasi yang tersedia. T: Hilang timbul
4. Mendemonstrasikan dan melatih teknik O= k/u cukup, kes compos mentis,
relaksasi (mis. napas dalam) GCS 456
5. Menganjurkan mengambil posisi nyaman Px tampak meringis
6. Menganjurkan untuk menggunakan pakaian TD: 110/70 mmHg
longgar Nadi: 85x/meit
7. Menganjurkan untuk mengkompres hangat RR: 20x/menit
pada bagian yang nyeri Suhu: 36,3 ºC
8. Mengidentifikasi kemungkinan adanya A= masalah belum teratasi
alergi, interaksi dan kontraindikasi obat P= Lanjutkan Intervensi
9. Menjelaskan jenis obat, alasan pemberian,
tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian obat.
10. Melakukan prinsip enam benar (pasien,
obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
2 Resiko Syok b.d 1. Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok S: pasien mengatakan perdarahan
perdarahan 2. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok nya masih terus berlangsung
3. Menganjurkan untuk melapor jika O: k/u cukup, kes compos mentis,
menemukan/ merasakan tanda dan gejala GCS 456
awal syok Pasien terlihat pucat
4. Menganjurkan memperbanyak asupan TD: 110/70 mmHg
cairan oral Nadi: 85x/menit
5. Memonitor status kardiopulmonal RR: 20x/menit
(frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi Suhu: 36,3 ºC
nafas, TD, MAP) Hb: 10,10 g/dL
6. Memonitor status oksigenasi (oksimetri A: masalah belum teratasi
nadi , AGD) P : Lanjutkan Intervensi
7. Memonitor status cairan (turgor kulit ,
CRT)
3 Resiko infeksi b.d kanker 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal S: pasien mengatakan darahnya
dan sistemik O: k/u cukup, kes compos mentis,
2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi GCS 456
seperti panas, kemerahan,nyeri, Pasien terlihat pucat
3. Mengajarkan cara mencuci tangan yang TD: 110/70 mmHg
benar Nadi: 85x/menit
4. Menganjurkan meningkatkan asupan RR: 20x/menit
nutrisi dan cairan Suhu: 36,3 ºC
5. Mengidentifikasi kemungkinan alergi, Hb: 10,10 g/dL
interaksi dan kontraindikasi obat A: masalah belum teratasi
6. Menjelaskan jenis obat, alasan pemberian, P : Lanjutkan Intervensi
tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian obat.
7. Melakukan prinsip enam benar (pasien,
obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan.


Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in
DevelopingCountry: Pakistan. US: Global Journal.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing.

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Prawirohardjo, sarwono, 2010. IlmuKandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai