Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWAT DARURATAN

DENGAN DIAGNOSIS CA SERVIKS


DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

DISUSUN OLEH:

NOVIYANTI IKE SYAFITRI


21.04.017

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWATAN SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROFESI NERS

T.A 2021/2022
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya. (FKUI, 2010). Kanker serviks
adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina
(Diananda Rama, 2009 ) .
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan
epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir
yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah
suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini
terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang
tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak
berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan
fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang (Sarjadi,
2011) .
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata)yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16,18,45,56
b. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan
seksual pertama kali pada usia dini (umur < 17 tahun).
c. Infeksi virus
Infeksi herpes genetalia atau infeksi klamidia menahun dan penyakit
seksual (ISK) lainnya.
d. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
e. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
f. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
g. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin
banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi.Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH
yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya
perubahan kearah dysplasia.

C. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi
displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada
aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau
kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon.
Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN
1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan
insitu).
Dalam jangka waktu 7  –10 tahun, perkembangan tersebut menjadi
bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam
waktu 10  – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para
metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan
cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor,
jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis,
hipertensi dan adanya demam.
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel sel neoplastik
terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut dysplasia, dysplasia merupakam
neoplasia serviks intrapitheliai (CNI). CNI terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu
timglat 1 ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik
untuk kanker serviks perdarahan merupkan satu satunya gejala yang nyata.
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel
yangmengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila
selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul
masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggukerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran
infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi
keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil
masalah keperawatan gangguan pola seksual.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia
hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul
masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Pada
pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuhyang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selaludihubungkan
dengan kematian (Price, 2015).
D. Manifestasi Klinik
a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan
gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
1. Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks,
tetapi tidak selalu ada.
2. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
3. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
4. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah
muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut
1. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan
2. Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3. Dari vagina keluar air kemih atau fese
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75 – 80%)
d. Perdarahan yang terjadi diluar senggama
e. Perdarahan spontan saat defekasi
f. Perdarahan diantara haid
g. Perdarahan sesudah menapous
h. Perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul bila kanker sudah
dalam stadium lanjut
i. Rasa berat dibawah dan rasa kering di vagina
j. Anemia akibat perdarahan berulang
k. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf (Dr. Rama
Diananda,  2009)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1. Sitologi
Keuntungan :
a. Murah.
b. Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.
c. Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
a. Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Sciller Test
Dasarnya : Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat
mengikat jodium. Kalau portio diberi  jodium, maka epitel yang normal
akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak berwarna, sayangnya
bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
3. Pap Smear 
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik
terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap
smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang
terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan
sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel
serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan
dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani
Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina,
tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi
perubahan prekanker pada serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
4. Kolposkopi
Kolposkop :Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10  –
40 kali. Serviks mula -mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan
acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :
a. Benigna
1) Epitel gepeng yang normal
2) Ectodi
3) Zone transforman
4) Perubahan peradangan
b. Suspek
1) Lekoplakia
2) Punctation : Daerah bertitik merah
3) Papillary punctation
4) Mozaik
5) Transformasi yang atypis
Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah melakukan biopsi
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak
terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu
dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel
atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer.
d. Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi,
berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan
multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat
ditentukan jenis Ca  – nya.
e. Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan -kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan
konisasi dengan pisau (Cold Conization).
F. Komplikasi
1. Mengalami menopause dini
Menopause adalah kondisi ketika ovarium berhenti memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Kondisi ini biasanya terjadi pada
wanita sekitar umur 50 tahun. Menopause dini bisa terjadi jika ovarium
diangkat melalui operasi atau bisa juga karena ovarium rusak akibat efek
samping radioterapi. Beberapa gejala yang bisa muncul akibat kondisi ini
adalah:
a. Vagina kering.
b. Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
c. Kehilangan selera seksual.
d. Sensasi rasa panas dan berkeringat (hot flushes).
e. Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
f. Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan
buang air kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini
dikenal sebagai inkontinensia urine.
g. Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang
rapuh.
Ada beberapa obat-obatan yang bisa mengatasi gejala ini dengan efek
merangsang produksi estrogen dan progesteron. Pengobatan ini disebut
sebagai terapi penggantian hormon.
2. Terjadinya penyempitan vagina
Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali
menyebabkan penyempitan vagina. Hubungan seks bisa terasa sangat
menyakitkan dan sulit. Terdapat dua pilihan pengobatan untuk ini.
Pertama, mengoleskan krim hormon pada vagina untuk meningkatkan
kelembapan pada vagina. Dan akhirnya,  hubungan seks bisa menjadi
lebih mudah.
Yang kedua adalah dengan memakai vaginal dilator. Vaginal
dilator bisa terbuat dari plastik, karet, atau kaca yang halus. Bentuknya
seperti tabung dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Alat ini
berfungsi untuk mengembalikan fleksibilitas vagina. Alat ini akan
membuat jaringan vagina menjadi elastis dan hubungan seks akan terasa
lebih nyaman. Disarankan memakai vaginal dilator selama lima sampai
10 menit secara teratur selama enam bulan sampai satu tahun.
Banyak wanita yang merasa malu membicarakan tentang alat ini. Tapi
metode penanganan ini cukup dikenal untuk masalah penyempitan vagina.
Anda bisa menanyakan kepada dokter tentang kelebihan dan kekurangan
alat ini.
3. Munculnya limfedema atau penumpukan cairan tubuh
Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada
tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik
adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh.
Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi dengan normal jika nodus
limfa diangkat dari panggul Anda. Salah satu fungsi sistem limfatik
adalah membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh. Gangguan
pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh.
Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita kanker serviks, limfedema biasanya terjadi pada
bagian kaki. Untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi, Anda bisa
melakukan latihan dan teknik pemijatan khusus. Perban atau kain
pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasinya.
Secara emosional, didiagnosis mengidap kanker serviks atau
merasakan efek samping pengobatannya bisa sangat melelahkan. Bahkan,
pengidapnya bisa mengalami depresi. Konsultasikan dengan dokter
tentang cara menangani dampak emosional tersebut. Anda juga bisa
mencari informasi tentang kelompok dukungan kanker serviks baik di
rumah sakit maupun di Yayasan Kanker Indonesia.
G. Penatalaksanaan
Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi
karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim. Disamping terapi
karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan
mempertahankan fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0
dapat dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat
juga terapeutik. Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat
diangkat, agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana
(simple vagina hysterectomy).
Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara
radikal, bila tidak ingin punya anak lagi dilakukan histerektomi total. Stadium
IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB
sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah
sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor
berikut:
1. Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
2. Rencana penderita untuk hamil lagi · Usia dan keadaan umum penderita.
3. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi.
Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan
panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa: ·
1. Kriosurgeri  (pembekuan)
2. Kauterisasi  (pembakaran, juga disebut diatermi )
3. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi 
5. Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram
atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi.
6. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan
untuk menjalani histerektomi.
a. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur
di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal ) serta kelenjar
getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal
dan masih berfungsi tidak diangkat
b. Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi ) efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul.
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-
sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi:
1) Radiasi eksternal  : sinar berasar dari sebuah mesin besar .
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
2) Radiasi internal  : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek
samping dari terapi penyinaran adalah: · Iritasi rektum dan vagina ·
Kerusakan kandung kemih dan rektum · Ovarium berhenti
berfungsi.
c. Kemoterapi Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang
dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan
obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa
diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi
diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan,
diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri
selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
1. Antalgin injeksi.
2. Dipenhydramine injeksi.
3. Dexamethason injeksi.
4. Metochlorpropamide injeksi.
5. Furosemide injeksi.
Sitostatika :
1. Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).
2. Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).
3. Bleomisin (30 mg) per infus hari II.
4. Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).
d. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan
pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang
paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi.
Efek Samping Pengobatan
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Demografi
a. Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18
tahun.
b. Lingkungan
Sosial ekonomi rendah dan personal higine kurang.
c. Kebiasaan
Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan ).
c. Riwayat Penyakit Dahulu.
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunannya.
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi
Personal hygine yang kurang pada daerah genitalia.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia, BB menurun.
c. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengalami kelelahan.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Kelemahan dan atau keletihan Perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi Ada
gangguan tidur.
e. Persepsi diri dan Konsep diri
Harga diri rendah.
f. Pola reproduksi dan Seksual
Nyeri dan perdarahan saat koitus.
g. Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja Kebiasaan :Perubahan
pada TD
h. Integritas Ego
Faktor stress (keuangan,pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual) Masalah tentang perubahan
dalam penampilan mis: alopecia, lesi cacat, pembedahan Menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda :Menyangkal, menarik diri, marah
i. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi mis: darah pada feses, nyeri pada
defekasi Perubahan eliminasi urinarius mis: nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih Tanda :Perubahan
pada bising usus, distensi abdomen
j. Makanan/Cairan
Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet) Anoreksia, mual/muntah Intoleransi makanan Perubahan
pada berat badan: penurunan berat badan hebat, kakeksia,
berkurangnya massa otot Perubahan pada kelembaban/turgor kulit,
edema
k. Neurosensori
Gejala :Pusing, sinkope
l. Nyeri/Kenyamanan
Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri yang berat
m. Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok) Pemajanan abses
n. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen Pemajanan matahari
lama/berlebihan Tanda :Demam Ruam kulit, ulserasi
o. Seksualitas
Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan  Nuligravida lebih besar dari 30 tahun Multigravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genitalia
p. Interaksi Sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan)
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
4. Pengkajian Fisik
a. Rambut
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah.
Pucat
d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan
kental
f. Serviks
Ada nodul
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Kerusakan integritas kulit
3. Deficit nutrisi
4. Gangguan Mobilitas Fisik
5. Resiko infeksi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Keperawatan

1. Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri :


Nyeri akut
keperawatan 3 × 24 jam diharapkan Observasi
berhubungan
pasien dapat menunjukkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan
nyeri menurun dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri
infiltrasi
1. Keluhan nyeri dari cukup meningkat 2. Identifikasi factor yang memperberat dan meringkan nyeri
tumor
menjadi menurun Terapeutik
2. Gelisah dari meningkat menjadi 1. Berikan teknik nonfarmakologi napas dalam untuk
menurun mengurangi nyeri
Edukasi
1. Ajarkan teknik norfarmakalogi napas dalam pada pasien
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas kulit :
integritas kulit selama 3 x24 jam diharapkan integritas Observasi
ber hubungan kulit dan jaringan meningkat dengan 1. identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
dengan neuropati kriteria hasil: Perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi, perubahan
perifer 1. Kerusakan jaringan dan lapisan lingkungan dll)
kulit dari sedang (3) menjadi
cukup menurun (4) Terapeutik
2. Nyeri dari sedang (skala 5) 1. Gunakan produk berbahan gel pada kulit kering
menjadi cukup menurun (2) 2. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
3. kemerahan dari sedang (3) menjadi Edukasi
cukup menurun (4) 1. Anjurkan minum air yang cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nutrisi:
berhubungan keperawatan 1 × 6 jam diharapkan Observasi
dengan factor status nutrisi meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
psikologis hasil : 2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan dari 3. Monitor berat badan
menurun menjadi meningkat Terapeutik
2. Berat badan (IMT) dari memburuk 1. Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
menjadi membaik Edukasi
3. Nafsu makan dari memburuk 1. Anjurkan makan sedikit tapi sering
menjadi mebaik 2. Anjurkan posisi duduk
4. Frekuensi makan dari memburuk
menjadi meningkat
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan asuhan tindakan :
mobilitas fisik keperawatan 3 × 24 jam diharapkan Observasi
mobilitas fisik membaik dengan kriteria 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
hasil : Terapeutik
1. Pergerakan ektremitas dari 1. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
menurun menjadi meningkat meningkatkan ambulasi
2. Kekuatan otot dari menurun
menjadi meningkat Edukasi
3. Rentang gerak (ROM) dari 1. Anjurkan melakukan ambulasi dini
menurun menjadi meningkat 1. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
4. Gerakan tidak terkoordinasi dari Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
meningkat menjadi menurun tempat tidur ke kamar mandi)
5. Gerakan terbatas dari meningkat
menjadi menurun
6. Kelemahan fisik dari meningkat
menjadi menurun .
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi
3x24 jam maka di harapkan tingkat Observasi
Infeksi menurun di tandai dengan : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
1. Nyeri menurun Terapeutik
2. Kultur area luka Membaik 1. Batasi Jumlah Pengunjung
2. Berikan Perawatan kulit dan edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala Infeksi
2. Anjurkan untuk meningkatkan asupan Nutrisi dan Cairan
D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perawat melaksanakan
atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan
tersebut (Kozier, 2010)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam
konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika
pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, ova, dkk, 2010. Bebas ancaman kanker serviks. Yogyakarta:MedPress.

Novelia Dita. (2017) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks
Post Kemoterapi Diruangan Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP
DR. M. Djamil Padang. Padang : Poltekkes Kemenkes Padang.

Nurwijaya, Hartati, Dkk 2010. Cegah Dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai