Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CA. SERVIKS + ANEMIA + SUSP METASTASE PARU


A. DEFINISI
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim
dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel
tersebut untuk menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi)atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis. Wuto, 2008
dalam Padila, 2015).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim,
merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi
pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila,2016).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2016).
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya
akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan
aktivitas secara optimal. Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu
pendek maupun panjang, dengan tingkat keparahan ringan sampai
berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen
secara rutin atau prosedur pengobatan khusus.
Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas
adanya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan paru-
paru. Bila tidak dirawat, pertumbuhan sel ini dapat menyebar ke luar
dari paru-paru melalui suatu proses yang disebut metastasis ke
jaringan yang terdekat atau bagian tubuh yang lainnya. Sebagian
besar kanker yang mulai di paru-paru, yang dikenal sebagai kanker
paru primer, adalah karsinoma yang berasal dari sel epitelium. Jenis
kanker paru yang utama adalah SCLC (kanker paru sel kecil), atau
disebut juga kanker sel gandum, dan NSCLC (kanker paru non-sel-
kecil). Gejala paling umum adalah batuk (termasuk batuk darah),
berat badan turun dan sesak napas (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam
Padila, 2016).
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap
kanker serviks ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV)
atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab
kanker servik

5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkinfaktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitasmakanan
kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi.
Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDRakan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang
berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun
2015:a.
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-
sembuh. Terkadang bercampur darah.
2. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik
70-85%.
3. Perdarahan spontan : perdarahan yang timbul akibat
terbukanya pembuluh darah dan semakin lama semakin sering
terjadi.
4. Perdarahan pada wanita menopausee.
5. Anemia
6. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke
ureter yang menyebabkan obstruksi total
7. Nyeri
 Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri
dalam berkemih, nyeridi daerah di sekitar panggul.
 Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan
terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti
betis, paha, dan sebagainya.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat
lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
dapat mengikat yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat
jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan
biopsy. Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat
saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar
junction dan intraservikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smear dengan pembesaran sampai 200
kali.
5. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan
bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Irradiasi
 Dapat dipakai untuk semua stadium
 Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
 Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
3. Komplikasi irradiasi1.
 Kerentanan kandungan kencing
 Diarrhea
 Perdarahan rectal
 Fistula vesico atau rectovaginasis
4. Operasi
 Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
 Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal.
5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi
menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga
tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan
sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap
radioterapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi
keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).

7. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi
peningkatan kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat
kanker serviks (Rubina Mukhtar, 2015).

F. KOMPLIKASI
1. Komplikasinya mencakup infark miokardium
2. Hemoragi
3. Sepsis
4. Obstruksi perkemihan
5. Pielonefritis
6. CVA
7. Pembentukan fistula
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang,dan riwayat penyakit terdahulu.
2. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat Penyakit Sekarang.
Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan
terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu
ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakanyang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat
memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien
pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga
apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi
5. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi
di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit
kanker serviks.
7. Pemeriksaan Fisik Fokus
a) Kepala
 Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
 Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan
nyeri (meringis),Raut wajah pucat.
 Mata : konjunctiva tidak anemis
 Hidung : simetris, tidak ada sputum
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
 Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, tidak terdapat lesi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak
ada pembesaran kelenjer getah bening.
b) Dada
 Inspeksi : simetris
 Perkusi : sonor seluruh lap paru
 Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
 Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah.
c) Cardiac
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba, Perubahan denyut nadi
 Perkusi : peka
 Auskultasi : tidak ada bising
d) Abdomena)
 Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan
rasa nyeri di daerah abdomen.
 Palapasi : ada nyeri tekan
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : bising usus normal
e) Genetalia
Inspeksi :
 Ada lesi.
 Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
 Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
 Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi :
 Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
 Ekstremitas dan KulitTidak oedema, Kelemahan pada pasien,
Keringat dingin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia
trombositopenia
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreks
ia, mual danmuntah
3. Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan post de
entrée bakteri
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska
anastesi
6. Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan
bau.
7. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
8. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada
vagina.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia
trombositopeni
Tujuan : mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan
terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit Hb serta jumlah
trombosit.
2. Berikan cairan secara cepat.
3. Pantau dan atur kecepatan infus.
4. Kolaborasi dalam pemberian infus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
Tujuan : masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi
kebutuhan tubuh.
Intervensi :
1. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan
tertentu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang
sesuai dengan diet yang ditentukan.
3. Pantau masukan makalan oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan
dan sesuai dengan diet
5. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de


entree bakteri.
Tujuan :Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda – tanda
infeksi.
Intervensi :
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila
diperlukan.
2. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian
antibiotic.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska


anastesi.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang
optimal.
Intervensi :
1. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
2. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat
atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas.
3. Bantu pasien merencanakan aktivitas berdasarkan pola
istirahat atau keletihan yang dialami.
4. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
5. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta,KimberlyA.J.2011.Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Kepera
watan. Jakarta:EGC.

Brunner & Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi


8. Jakarta: EGC.

Mukhtar, Rubina., et al. 2015.


Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country: Pakistan.
US: Global Journal.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013.


Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.

Padila. 2016. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Nuha Media.

Prawirohardjo, sarwono, 2010.Ilmu Kandungan Jakarta: Yayasan bina


pustaka.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker


Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai