LP MINGGU KETIGA
Oleh :
Kanker serviks merupakan suatu penyakit akibat dari tumor ganas yang dapat
merusak jaringan-jaringan normal yang ada disekitar mulut Rahim sehingga
pertumbuhan jaringan menjadi tidak terjaga (Nurarif, A.H., Kusuma, 2015).
Kanker serviks merupakah salah satu penyakit kronik yang dialami perempuan
dengan berbagai gejala sepanjang hidup pasien yang terjadi pada awal reproduksi
kehidupan seorang perempuan (Singh, R., Shetty N., Naveed M., Pawar S. B., 2016).
Kanker serviks sulit untuk dideteksi sehingga menyebabkan lebih dari 70%
penderita kanker serviks datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut.
Sulitnya mendeteksi kanker serviks diperburuk dengan kurangnya kesadaran untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (Arum, 2015) Data profil Global Burden Of
Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) tercatat total kasus
kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian
sebesar 234.511 kasus (The Global Cancer Observatory, 2020) . Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2020, Kanke payudarah merupakan jumlah kasus tertinggi
di indoneisa dengan jumlah 65.858 atau 16,6% kasus kanker, kemudian kasus kanker
serviks (leher rahim) menempati urutan kedua setelah kanker payudarah dengan jumlah
36.633 kasus atau 9,2% kasus.
Kanker serviks terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti,
human papilloma virus (HPV), melakukan hubungan seksual dibawah usia 18 tahun,
gonta-ganti pasangan, memakai alat pencegah keguguran, dan terlalu lama
mengkonsumsi pil KB (Nurarif, A.H., Kusuma, 2015).
Kondisi yang dapat terjadi pada penderita kanker serviks yaitu gangguan
kondisi fisik seperti, nafsu makan menurun, berat badan menurun, perdarahan
pervagina dan terjadinya nyeri di area panggul, perut bawah dimana rata-rata penderita
kanker serviks sebagaian besar mengalami nyeri, sedangkan psikologis adanya rasa
sakut akan kematian, ketidakmampuan, ketergantungan dan diputuskan dari hubungan
fungsi peran.
Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang bersifat subyektif dan dapat
mengganggu pikiran bagi penderita secara terus-menerus, menganggu aktivitas dan
menumbuhkan rasa untuk terus berusaha mengurangi rasa nyeri. Nyeri pada psien
kanker servik merupakan nyeri kronis yang disebabkan oleh perjalanan penyakit kanker
itu sendiri berbeda dengan yang lainnya, sehingga nyeri ini perlu diberikan terapi lain
selain terapi farmakologi untuk mendukung dan membantu mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan tiba-tiba .
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam yaitu
melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Pengobatan yang paling
banyak digunakan adalah kemoterapi, karena kemoterapi bisa digunakan untuk stadium
lanjut. Kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak
atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk
mengurangi jumlah sel-sel kanker atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi
memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak terhadap fisik
dan psikologis (Ariani, 2015)
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks
menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-
50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun.
Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker
serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual
setelah usia 20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan
ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan
kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial Poltekkes Kemenkes Padang
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini yang
mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan risiko
kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem
kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan
memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra
serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi
genetik dari orang tua ke anaknya.
C. PATHWAYS
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan
kanker serviks sebagai berikut :
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma Poltekkes Kemenkes
Padang yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar
junction dan intra servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.
E. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium
kanker serviks:
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa
dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut :
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II.
2. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil di kemudian hari.
3. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
4. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan
bagian dari vagina.
5. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut
salpingo-ooforektomi.
6. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah
mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal
mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.
7. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker
serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap
awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-
bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a) Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan
lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di
rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari
seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan
waktu beberapa menit.
b) Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat
radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih beradadi
tempatnya (samapai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan
dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut Poltekkes
Kemenkes Padang dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare,
atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah,
kering, dan tender.
8. Kemoterapi Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker
yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel
kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak.
Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.
Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali
sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan
yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel kanker
yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang
membelah dengan cepat, yaitu:
a) Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita
akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan
merasa sangat lemah dan lelah.
b) Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang
hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan
warna dan tekstur.
c) Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau
infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak.
Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:
a) Stadium I Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi
atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
b) Stadium IB dan IIA Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total
dan limfadektomi bilateral.
c) Stadium IIB sampai IVB Pada stadium ini kanker sudah menyebar
melewati daerah serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang
dilakukan biasanya dengan radioterapi.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komplikasi. Perawat perlu
mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya memandang kemampuan
reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat
dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka
sering sekali menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak
dapat memberikan keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya untuk
menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah tersebut serta
menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan,
sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak terlalu
mempengaruhiharga diri dan citra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan
atas peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas
rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan
masalah.
Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih
terancam dan perasan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan
reprpduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya
keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah
(Reeder, dkk, 2013).
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Defisit Nutrisi
3. Resiko Ketidakseimbangan Cairan
4. Gangguan Moblitas Fisik
5. Risiko Perdarahan
6. Risiko Infeksi
7. Hipertemia
8. Gangguan Citra Tubuh
9. Disfungsi Seksual
10. Ansietas
G. FOKUS INTERVENSI
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Defisit Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (1.03119)
Nutrisi Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan • Identifikasi status nutrisi
selama 3x24 jam • Identifikasi alergi dan Intoleransi
diharapkan Status makanan
Nutrisi membaik dengan • Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil : • Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Kriteria Aw Tuju • Identifikasi perlunya penggunaan
Hasil al an selang nasogastric
Porsi 2 5 • Monitor asupan makanan
makanan • Monitor berat badan
yang • Monitor hasil pemeriksaan
dihabisk laboratorium
an Terapeutik
Pengeta 2 5
• Lakukan oral hygiene sebelum
huan
makan, jika perlu
tentang
• Fasilitasi menentukan pedoman diet
pilihan
(mis. Piramida makanan)
makanan
yang • Sajikan makanan secara menarik
sehat dan suhu yang sesuai
Pengeta 2 5 • Berikan makanan tinggi serat untuk
huan mencegah konstipasi
tentang • Berikan makanan tinggi kalori dan
standar protein
asupan • Berikan suplemen makanan, jika
nutrisi perlu
yang • Hentikan pemberian makanan
tepat melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat di toleransi
Keterangan : Edukasi
1 : Menurun • Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2 : Cukup menurun • Ajarkan diet yang diprogramkan
3 : Sedang Kolaborasi
4 : Cukup meningkat • Kolaborasi pemberian medikasi
5 : Meningkat sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan, jika perlu
Singh, R., Shetty N., Naveed M., Pawar S. B., Iska S., & Alugubelli N. R. (2016).
Retrospective analysis of patients with carcinoma cervix in a rural/semi-urban
setting in Western India. Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology :
Official Journal of Indian Society of Medical & Paediatric Oncology. 37(1) :
25–27.