Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA SERVIKS


DI RUANG WIJAYAKUSUMA
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

LP MINGGU KETIGA

Oleh :

BANGKIT ISNA NABILA


230104007

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DEWASA PROFESI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2023/2024
A. PENGERTIAN

Kanker serviks merupakan suatu penyakit akibat dari tumor ganas yang dapat
merusak jaringan-jaringan normal yang ada disekitar mulut Rahim sehingga
pertumbuhan jaringan menjadi tidak terjaga (Nurarif, A.H., Kusuma, 2015).
Kanker serviks merupakah salah satu penyakit kronik yang dialami perempuan
dengan berbagai gejala sepanjang hidup pasien yang terjadi pada awal reproduksi
kehidupan seorang perempuan (Singh, R., Shetty N., Naveed M., Pawar S. B., 2016).
Kanker serviks sulit untuk dideteksi sehingga menyebabkan lebih dari 70%
penderita kanker serviks datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut.
Sulitnya mendeteksi kanker serviks diperburuk dengan kurangnya kesadaran untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (Arum, 2015) Data profil Global Burden Of
Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) tercatat total kasus
kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian
sebesar 234.511 kasus (The Global Cancer Observatory, 2020) . Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2020, Kanke payudarah merupakan jumlah kasus tertinggi
di indoneisa dengan jumlah 65.858 atau 16,6% kasus kanker, kemudian kasus kanker
serviks (leher rahim) menempati urutan kedua setelah kanker payudarah dengan jumlah
36.633 kasus atau 9,2% kasus.
Kanker serviks terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti,
human papilloma virus (HPV), melakukan hubungan seksual dibawah usia 18 tahun,
gonta-ganti pasangan, memakai alat pencegah keguguran, dan terlalu lama
mengkonsumsi pil KB (Nurarif, A.H., Kusuma, 2015).
Kondisi yang dapat terjadi pada penderita kanker serviks yaitu gangguan
kondisi fisik seperti, nafsu makan menurun, berat badan menurun, perdarahan
pervagina dan terjadinya nyeri di area panggul, perut bawah dimana rata-rata penderita
kanker serviks sebagaian besar mengalami nyeri, sedangkan psikologis adanya rasa
sakut akan kematian, ketidakmampuan, ketergantungan dan diputuskan dari hubungan
fungsi peran.
Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang bersifat subyektif dan dapat
mengganggu pikiran bagi penderita secara terus-menerus, menganggu aktivitas dan
menumbuhkan rasa untuk terus berusaha mengurangi rasa nyeri. Nyeri pada psien
kanker servik merupakan nyeri kronis yang disebabkan oleh perjalanan penyakit kanker
itu sendiri berbeda dengan yang lainnya, sehingga nyeri ini perlu diberikan terapi lain
selain terapi farmakologi untuk mendukung dan membantu mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan tiba-tiba .
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam yaitu
melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Pengobatan yang paling
banyak digunakan adalah kemoterapi, karena kemoterapi bisa digunakan untuk stadium
lanjut. Kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak
atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk
mengurangi jumlah sel-sel kanker atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi
memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak terhadap fisik
dan psikologis (Ariani, 2015)

B. ETIOLOGI

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks
menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-
50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun.
Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker
serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual
setelah usia 20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan
ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan
kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial Poltekkes Kemenkes Padang
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini yang
mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan risiko
kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem
kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan
memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra
serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi
genetik dari orang tua ke anaknya.
C. PATHWAYS

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan
kanker serviks sebagai berikut :
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma Poltekkes Kemenkes
Padang yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar
junction dan intra servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

E. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium
kanker serviks:
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa
dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut :
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II.
2. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil di kemudian hari.
3. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
4. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan
bagian dari vagina.
5. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut
salpingo-ooforektomi.
6. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah
mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal
mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.
7. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker
serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap
awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-
bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a) Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan
lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di
rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari
seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan
waktu beberapa menit.
b) Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat
radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih beradadi
tempatnya (samapai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan
dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut Poltekkes
Kemenkes Padang dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare,
atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah,
kering, dan tender.
8. Kemoterapi Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker
yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel
kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak.
Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.
Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali
sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan
yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel kanker
yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang
membelah dengan cepat, yaitu:
a) Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita
akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan
merasa sangat lemah dan lelah.
b) Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang
hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan
warna dan tekstur.
c) Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau
infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak.
Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:
a) Stadium I Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi
atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
b) Stadium IB dan IIA Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total
dan limfadektomi bilateral.
c) Stadium IIB sampai IVB Pada stadium ini kanker sudah menyebar
melewati daerah serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang
dilakukan biasanya dengan radioterapi.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komplikasi. Perawat perlu
mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya memandang kemampuan
reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra tubuh yang berat
dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak. Pasangan mereka
sering sekali menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak
dapat memberikan keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya untuk
menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah tersebut serta
menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan,
sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak terlalu
mempengaruhiharga diri dan citra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan
atas peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas
rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan
masalah.
Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih
terancam dan perasan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan
reprpduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya
keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah
(Reeder, dkk, 2013).

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Defisit Nutrisi
3. Resiko Ketidakseimbangan Cairan
4. Gangguan Moblitas Fisik
5. Risiko Perdarahan
6. Risiko Infeksi
7. Hipertemia
8. Gangguan Citra Tubuh
9. Disfungsi Seksual
10. Ansietas

G. FOKUS INTERVENSI

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawata
n
Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan • Identifikasi
selama 3x24 jam lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,k
diharapkan tingkat nyeri ualitas,intensitas nyeri
menurun dengan kriteria • Identifikasi skala nyeri
hasil : • Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang
Kriteri Aw Tujua memperberat/memperingan nyeri
a Hasil al n • Monitor efek samping penggunaan
Keluha 2 5 analgetik
n
Nyeri Terapeutik
Mering 2 5 • Berikan teknik nonfarmakologi
is untuk mengurangi rasa nyeri
Gelisa 2 5 • Fasilitasi istirahat dan tidur
h • Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
Keterangan : meredakan nyeri
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat Edukasi
3 : Sedang • Jelaskan penyebab,periode dan
4 : Cukup Menurun pemicu nyeri
5 : Menurun • Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
• Anjurkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Defisit Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (1.03119)
Nutrisi Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan • Identifikasi status nutrisi
selama 3x24 jam • Identifikasi alergi dan Intoleransi
diharapkan Status makanan
Nutrisi membaik dengan • Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil : • Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Kriteria Aw Tuju • Identifikasi perlunya penggunaan
Hasil al an selang nasogastric
Porsi 2 5 • Monitor asupan makanan
makanan • Monitor berat badan
yang • Monitor hasil pemeriksaan
dihabisk laboratorium
an Terapeutik
Pengeta 2 5
• Lakukan oral hygiene sebelum
huan
makan, jika perlu
tentang
• Fasilitasi menentukan pedoman diet
pilihan
(mis. Piramida makanan)
makanan
yang • Sajikan makanan secara menarik
sehat dan suhu yang sesuai
Pengeta 2 5 • Berikan makanan tinggi serat untuk
huan mencegah konstipasi
tentang • Berikan makanan tinggi kalori dan
standar protein
asupan • Berikan suplemen makanan, jika
nutrisi perlu
yang • Hentikan pemberian makanan
tepat melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat di toleransi
Keterangan : Edukasi
1 : Menurun • Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2 : Cukup menurun • Ajarkan diet yang diprogramkan
3 : Sedang Kolaborasi
4 : Cukup meningkat • Kolaborasi pemberian medikasi
5 : Meningkat sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan, jika perlu

Resiko Keseimbangan Cairan Manajemen cairan (I.03098)


Ketidakseimb (L.05020) Observasi
angan Cairan Setelah dilakukan • Monitor status hidrasi (mis.
tindakan keperawatan Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
selama 3x24 jam akral, pengisian kapiler,
diharapkan kelembapan mukosa, turgor kulit,
Keseimbangan Cairan tekanan darah)
meningkat dengan • Monitor berat badan harian
kriteria hasil : • Monitor berat badan sebelum dan
sesudah dialysis
Kriteria Aw Tuju • Monitor hasil pemeriksaan
Hasil al an laboratorium (mis. Hematokrit, Na,
Asupan 2 5 K, CI, berat jenis urine, BUN)
cairan • Monitor status homodinamik (mis.
Keluara 2 5 MAP, CVP, PAP, PCWP jika
n urin tersedia)
Kelemba 2 5 Terapeutik
ban • Catat intake-output dan hitung
membra balans cairan 24 jam
n • Berikan asupan cairan sesuai
mukosa kebutuhan
• Berikan cairan intravena, jika perlu
Keterangan : Kolaborasi
1 : Menurun • Kolaborasi pemberian diuretik, jika
2 : Cukup menurun perlu
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat

Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi (I.06171)


Moblitas (L.05042) Observasi
Fisik Setelah dilakukan • Identifikasi adanya nyeri atau
tindakan keperawatan keluhan fisik lainnya
selama 3x24 jam • Identifikasi toleransi fisik
diharapkan Mobilitas melakukan ambulasi
Fisik meningkat dengan • Monitor frekuensi jantung dan
kriteria hasil : tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
Kriteria Aw Tuju • Monitor kondisi umum selama
Hasil al an melakukan ambulasi
Pergera 2 5 Terapeutik
kan
ekstrem • Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
itas alat bantu
Kekuata 2 5 • Fasilitasi melakukan mobilisasi
n otot fisik, jika perlu
Rentang 2 5 • Libatkan keluarga untuk membantu
gerak pasien dalam meningkatkan
(ROM) ambulasi
Edukasi
Keterangan : • Jelaskan tujuan dan prosedur
1 : Menurun ambulasi
2 : Cukup menurun • Anjurkan melakukan ambulasi dini
3 : Sedang • Ajarkan ambulasi sederhana
4 : Cukup meningkat yangharus dilakukan
5 : Meningkat

Risiko Tingkat Perdarahan Pecegahan Perdarahan (I.02067)


Perdarahan (L.02017) Observasi
Setelah dilakukan • Monitor tanda dan gejala
tindakan keperawatan perdarahan
selama 3x24 jam • Monitor nilai
diharapkan Tingkat hematokrit/hemoglobin sebelum dan
Perdarahan menurun setelah kehilangan darah
dengan kriteria hasil : • Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Terapeutik
Kriteria Aw Tuju • Pertahankan bed rest selama
Hasil al an perdarahan
Hematu 2 5 • Batasi Tindakan invasive, jika perlu
ria • Gunakan kasur pencegah decubitus
Distensi 2 5 • Hindari pengukuran suhu rektal
abdome Edukasi
n • Jelaskan tanda dan gejala
Perdara 2 5 perdarahan
han • Anjurkan menggunakan kaus kaki
vagina saat ambulasi
• Anjurkan meningkatkan asupan
Keterangan :
cairan untuk menghindari konstipasi
1 : Meningkat
• Anjurkan menghindari aspirin atau
2 : Cukup Meningkat
antikoagulan
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun • Anjurkan meningkatkan asupan
5 : Menurun makanan dan vitamin K
• Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
• Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu
• Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
(L.14137) Observasi
Setelah dilakukan • Monitor tanda dan gejala infeksi
tindakan keperawatan lokal dan sistemik
selama 3x24 jam Terapeutik
diharapkan Tingkat • Batasi jumlah pengunjung
Infeksi menurun dengan • Berikan perawatan kulit pada area
kriteria hasil : edema
• Cuci tangan sebelum dan sesudah
Kriteria Aw Tuju kontak dengan pasien dan
Hasil al an lingkungan pasien
Demam 2 5 • Pertahankan Teknik aseptik pada
Kemera 2 5 pasien beresiko tinggi
han Edukasi
Bengka 2 5 • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
k • Ajarkan cara mencaci tangan
dengan benar
Keterangan : • Ajarkan etika batuk
1 : Meningkat • Ajarkan cara memeriksa kondisi
2 : Cukup Meningkat luka atau luka operasi
3 : Sedang
• Anjurkan meningkatkan asupan
4 : Cukup Menurun
nutrisi
5 : Menurun
• Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
Hipertemia Termoregulasi Manajemen Hepertemia (1.15506)
(L.14134) Observasi
Setelah dilakukan • Identifikasi penyebab hipertemia (
tindakan keperawatan Mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
selama 3x24 jam panas, penggunaan inkubator )
diharapkan • Monitor suhu tubuh
Termoregulasi membaik • Monitor kadar elektrolit
dengan kriteria hasil : • Monitor haluaran urine
• Monitor komplikasi akibat hitermia
Kriteri Awa Tujua Terapeutik
a l n • Sediakan lingkungan yang dingin
Hasil • Longkgarkan atau lepaskan pakaian
Suhu 2 5 • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
tubuh
• Berikan cairan oral
Suhu 2 5
• Ganti linen setiap hari atau lebih
kulit
sering jika mengalami hyperhidrosis
Kadar 2 5
(keringat berlebih)
glukos
• Lakukan pendinginan eksternal
a
(mis. Selimut hipotermia atau
darah
kompres dingin pada dahi, leher,
Keterangan : dada, abdomen, eksila)
1 : Memburuk • Hindari pemberian antipiretik atau
2 : Cukup memburuk aspirin)
3 : Sedang • Berikan oksigen, jika perlu
4 : Cukup membaik Edukasi
5 : Membaik • Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

Gangguan Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra Tubuh (I.09305)


Citra Tubuh Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan • Identifikasi harapan citra tubuh
selama 3x24 jam berdasarkan tahap perkembangan
diharapkan Citra Tubuh • Identifikasi budaya, agama, jenis
meningkat dengan kelamin, dan umur terkait citra
kriteria hasil : tubuh
• Identifikasi perubahan citra tubuh
Kriteria Aw Tuju yang mengakibatkan isolasi sosial
Hasil al an • Monitor frekuensi pernyataan kritik
Melihat 2 5 terhadap diri sendiri
bagian • Monitor apakah pasien bisa
tubuh melihatbagian tubuh yang berubah
Menyen 2 5 Terapeutik
tuh • Diskusikan perubbahan tubuh dan
bagian fungsinya
tubuh • Diskusikan perbedaan penampilan
Verbalis 2 5 fisik terhadap harga diri
asi • Diskusikan perubahan akibat
kecacat pubertas, kehamilan dan penuaan
an • Diskusikan kondisi stress yang
bagian mempengaruhi citra tubuh
tubuh
• Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
Keterangan :
• Diskusikan persepsi pasien dan
1 : Menurun
keluarga tentang perubahan citra
2 : Cukup menurun
tubuh
3 : Sedang
Edukasi
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat • Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
• Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
• Anjurkan menggunakan alat bantu
• Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung
• Latih fungsi tubuh yang dimiliki
• Latih peningkatan penampilan diri
• Latih pengungkapan kemampuan
diri

Disfungsi Fungsi Seksual Konseling seksualitas (1.07214)


Seksual (L.07055) Observasi
Setelah dilakukan • Identifikasi tingkat pengetahuan,
tindakan keperawatan masalah system reproduksi, masalah
selama 3x24 jam seksualitas dan penyakit menular
diharapkan Fungsi seksual
Seksual membaik • Identifikasi aktu disfungsi seksual
dengan kriteria hasil : dan kemungkinan penyebab
• Monitor stress, kecemasan, depresi
Kriteria Aw Tuju dan penyebab disfungsi seksual
Hasil al an Terapeutik
Hasrat 2 5 • Fasilitasi komunikasi antara pasien
seksual dan pasangan
Oritenta 2 5 • Berikan kesempatan kepada
si pasangan untuk menceritakan
seksual permasalahan seksual
Ketertari 2 5 • Berikan pujian terhadap perilaku
kan pada yang benar
pasanga • Berikan saran yang sesuai
n kebutuhan pasangan dengan
menggunakan Bahasa yang mudah
Keterangan : diterima, di[ahami dan tidak
1 : Memburuk menghakimi
2 : Cukup memburuk Edukasi
3 : Sedang • Jelaskan efek pengobatan,
4 : Cukup membaik Kesehatan dan penyakit terhadap
5 : Membaik disfungsi seksual
• Informasikan pentingnya modifikasi
pada aktifitas seksual
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan spesialis
seksologi, jika perlu

Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)


(L.09093) Observasi
Setelah dilakukan • Identifikasi saat tingkat ansietas
tindakan keperawatan berubah
selama 3x24 jam • Identifikasi kemampuan mengambil
diharapkan tingkat keputusan
ansietas menurun • Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kriteria hasil :
Terapeutik
Kriteria Aw Tuju • Ciptakan suasana terapeutik untuk
Hasil al an menumbuhkan kepercayaan
Verbalis 2 5 • Pahami situasi yang membuat
asi ansietas
khawati • Dengarkan dengan penuh perhatian
r akibat • Motivasi mengidentifikasi situasi
kondisi yang memicu kecemasan
yang
dihadap Edukasi
i • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
Perilaku 2 5 yang mungkin dialami
gelisah • Informasikan secara faktual
Perilaku 2 5 mengenai diagnosis, pengobatan,
tegang dan prognosis
• Anjurkan keluarga tetap bersama
Keterangan : pasien, jika perlu
1 : Meningkat • Latih teknik relaksasi
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang Kolaboorasi
4 : Cukup Menurun • Kolaborasi pemberian obat
5 : Menurun antiansietas, jika perlu
H. DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing

Ariani, S., (2015). STOP! KANKER. Yogyakarta. Istana Media

Arum, Sheria Puspita. (2015). Kanker Serviks. Yogyakarta: Note Book

Diananda, Rama. (2008). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati.

International Agency for Research on Cancer. GLOBOCAN 2020. Indonesia - Global


Cancer Observatory. (diakses 11 Februari 2021). Tersedia dari :
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-
factsheets.pdf.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Reeder, Martin, & Koniak-Griffin. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,


Bayi & Keluarga Edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.

Singh, R., Shetty N., Naveed M., Pawar S. B., Iska S., & Alugubelli N. R. (2016).
Retrospective analysis of patients with carcinoma cervix in a rural/semi-urban
setting in Western India. Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology :
Official Journal of Indian Society of Medical & Paediatric Oncology. 37(1) :
25–27.

Anda mungkin juga menyukai