F DENGAN CA
SERVIX YANG MENJALANI BRAKHITERAPI DI RUANG
TULIP 6 RSUD Dr. MOEWARDI
DISUSUN OLEH
MAULANA ILHAM SAPUTRA
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kanker. Pada tahun 2012,
kanker menjadi penyebab kematian 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan
kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya
(Kemenkes, 2015). Penyakit kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada
serviks uterus, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Purwoastuti, 2015).
Kanker serviks merupakan kanker yang yang paling sering terjadi pada wanita, sebesar
7,5% dari semua kematian disebabkan oleh kanker serviks. Diperkirakan lebih dari 270.000
kematian diakibatkan oleh kanker serviks setiap tahunnya, dan lebih dari 85% terjadi di
negara berkembang (WHO, 2014). Berdasarkan data dari International Agency for Research
on Cancer (IARC), 85% kasus kanker banyak terjadi pada negara berkembang, Indonesia pun
tercatat sebagai salah satu negara berkembang dan menempati urutan nomor 2 penderita
kanker serviks terbanyak setelah Cina (Savitri, 2015).
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia
tahun 2013 sebesar 1.4% atau diperkirakan sekitar 2 347.792 orang. Penyakit kanker serviks
merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk
kanker payudara memiliki prevalensi sebesar 0,5% (Kemenkes, 2018). Prevalensi kanker
serviks merupakan yang tertinggi di Indonesia yaitu 0,8% atau sekitar 98.692 orang.
Agar kanker serviks dapat ditemukan pada stadium dini serta mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat untuk memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih lama,
maka perlu adanya tindakan pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang meliputi
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap smear. Karena pada umumnya
kanker serviks baru menunjukkan gejala setelah tahap kronis dan sulit untuk disembuhkan.
Beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks antara lain
infeksi virus human papilloma virus (HPV), merokok, hubungan seksual pertama dilakukan
pada usia dibawah 18 tahun, berganti- 3 ganti pasangan seksual, pemakaian DES
(Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran, gangguan sistem
kekebalan, pemakaian pil KB, infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun, dan
golongan ekonomi lemah (Nurarif, 2016).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Penulis mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Ca Servix di Tulip 6 RSUD Dr. Moewardi
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6 RSUD Dr. Moewardi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di
Tulip 6 RSUD Dr. Moewardi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak terkontrol di
sekitar serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim. Kanker serviks dapat berasal
dari sel-sel di leher rahim, mulut rahim, maupun keduanya. Sebagian besar kanker
serviks dimulai pada zona transformasi yang merupakan perpindahan dari tipe sel
skuamosa ke tipe sel silindris. Sel-sel ini tidak langsung berubah menjadi kanker
serviks. Sel normal serviks karena pengaruh zat karsinogen dapat berkembang secara
bertahap menjadi sel pra kanker kemudian menjadi sel kanker (Sari & Syahrul, 2014).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat
jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati,
2015).
B. Etiologi
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut (Darmawati,
2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%
jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui
hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher
rahim.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3
kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu
sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel
leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan
neoplasia sel leher rahim.
4) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan
insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak
langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian
pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada
wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan
megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi
onkoprotein virus.
6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker
serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita
kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki
yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena
hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.
C. Klasifikasi
Penentuan stadium pada kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis
pengobatan dan prospek pemulihan yang akan di lakukan. Stadium kanker serviks
adalah sebagai berikut (Tim Cancer Helps, 2010):
Stadium Keterangan
0 Kanker serviks stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel
abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks
I Kanker hanya di temukan pada leher rahim
II Kanker yang telah menyebar di luar leher Rahim, tetapi tidak
menyebar ke dinding pelvis atau sepertiiga bagian bawah vagina
III Kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah
vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul dan atau
telah menyebar ginjal tidak berfungsi
IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau bagian
tubuh lain seperti paru-paru, tulang dan hati
D. Pathoflow
Virus HPV Faktor-faktor resiko
Penekanan sel
Ca Serviks Ca pada saraf
Psikologi
s Pendarahan MK: Nyeri Kemoterapi
Radioterapi
Kurang Pengoba
Pengetahuan tan Pembedahan
1. Hipovolemi MK: Resiko
Infeksi
2. Anemia
MK: Ansietas
Bau busuk Eksternal Brakhiterapi
radiasi
MK:
Intoleransi
aktifitas MK: Gang. Depresi
Citra tubuh sumsum
tulang
Hb Menurun
Kulit merah, Mulut
kering kering
stomatitis Anemia
MK:
Kerusakan Sel-sel kurang O2
Nafsu makan
integritas kulit
menurun
Mual, muntah
MK: Ketidakseimbangan
nutrisi
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks
(Cervical Center , 2017):
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan
perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke kandung
kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi lagi bila
diperlukan.
H. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017) :
1. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium
I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening di
panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuandengan tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil dikemudian hari.
b. Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar
leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium.
Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk
melihatapakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy
total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu berarti penyakit ini
mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
2. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker
apa pun yang masih di daerahtersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagianbagianselain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggiuntuk membunuh
sel-sel kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-seldi daerah yang diobati. Ada dua
jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau jaringan lain
di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di berikan di rumah
sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama
beberapaminggu.Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat radioaktif di
masukkan ke dalam tabung tersebut.Penderitamungkin harus tinggal di rumah
sakit sementara sumberradioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan
tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan panggul dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi.Penderita mungkin
kehilangan rambut di daerahgenital.Selain itu, kulit penderita di daerah yang
dirawat menjadimerah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untukmembersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan denganterapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanyadiberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal pemberianada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.Efek samping yang
terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa
banyak.kemoterapi membunuhsel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga
dapatmembahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah :Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atauberdarah,
dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut :Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok.
Rambutpenderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinanmengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan :Kemoterapi menurunkan nafsu makan,
mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan
dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki
bengkak.
c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri kronis
Luaran
a) Keluhan nyeri menurun
b) Perasaan depresi menurun
c) Meringis menurun
d) Gelisah menurun
e) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Terapeutik
3) Resiko infeksi
Luaran
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik
Observasi
7) Intoleransi aktivitas
Luaran
Observasi
8) Ansietas
Luaran
2. Keluhan utama
Lemas, Kepala berkunang-kunang
3. Keluhan penyerta
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri hilang timbul, skala
nyeri 2-3. Pasien tampak meringis dan gelisah saat merasa nyeri. Terdapat
keputihan/lendir yang keluar melalui vagina, terkadang disertai bercak darah.
4. Riwayat Kesehatan saat ini
Pasien mengeluh Lemas, kepala berkunang-kunang, nafsu makan berkurang.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb:8,7 mg/dl, nyeri pada perut bagan
bawah, Terdapat keputihan/lendir yang keluar melalui vagina, terkadang disertai
bercak darah.
5. Riwayat Kesehatan masa lalu
Pasien terdiagnosa Ca servix sejak Februari 2023 melalui Pap Smear dan biopsy
di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro. Pasien menjalani kemoterapi sejak bulan April
2023 sebanyak 3x.
6. Riwayat penyakit keluarga
Dalam riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit kanker / tumor.
7. Pemeliharaan Kesehatan
a. Pola nutrisi/metabolic
Pasien makan 3 kali sehari,jumlah ¼ porsi, nafsu makan menurun.
BB: 55kg, TB: 165 IMT:20,2. Tidak ada penurunan berat badan dalam 3
bulan.
b. Pola eliminasi
BAK : pasien terpasang DC, produk 500cc, jernih
BAB: sehari hari BAB 1x/hari, lunak, tidak ada kelainan
c. Pola aktivitas
Pemenuhan kebutuhan ADL Mandiri.
d. Pola tidur dan istirahat
Sehari tidur 6-8 jam.
e. Pola persepsi diri
Pasien mengatakan semangat menjalani kemoterapi untuk mengahadapi
penyakitnya.
f. System nilai dan kepercayaan
Pasien memandang sakit ini sebagai ujian dari tuhan, dan pasien beribadah
kepada tuhan YME.
g. Pola managemen koping stress
Pasien sudah menerima penyakitnya.
h. Pola Reproduksi dan seksualitas
Pasien memiliki Riwayat berhubungan badan pada usia 17 tahun, menikah
pada usia 19 tahun, dan saat ini memiliki 3 anak. Pasien mengeluhkan hasrat
seksual menurun & aktivitas seksual berubah
Sebelum sakit: hubungan seksual rutin dilakukan dengan suami 1-3x
seminggu
Setelah sakit: pasien tidak berhubungan seksual
8. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : CM GCS 15
TD: 122/70mmHg Nadi: 104x/menit Suhu:36,8C RR: 20x/ menit
BB: 55kg TB 155 cm
9. Pemeriksaan sistemik
a. Kepala dan leher
Rambut warna hitam, Kepala simetris, tidak tampak benjolan. Mata simetris,
konjungtiva pucat. Telinga simetris, Mulut bersih, mukosa lembab.
b. System pernafasan
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk dada, pernafasan 20x/menit, pergerakan
dada simetris, irama pernafasan regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada kelainan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler.
c. Kardiovaskuler
Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula kiri. CRT 4 detik
d. System pencernaan
Inspeksi : tidak ada kelainan
Auskultasi : suara peristaltic terdengar setiap 10-20x/dtk
Peerkusi: dullnes
Palpasi : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan
e. Ekstremitas
Ekstremitas atas: normal ROM aktif, terpasang IV line
Ekstremitas bawah:normal ROM aktif, tidak ada kelainan.
10. Data penunjang
1. Perfusi perifer tidak efektif bd. Penurunan konsentrasi gemoglobin dibuktikan dengan
Pengisian kapiler >3 detik, Nadi perifer teraba lemah, konjungtiva pucat.
2. Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak meringis dan gelisah.
3. Disfungsi Seksual b.d. Perubahan fungsi/struktur tubuh (proses penyakit kanker &
radiasi) dibuktikan dengan pasien mengeluhkan hasrat seksual menurun & aktivitas
seksual berubah
4. Risiko infeksi b.d. Efek prosedur invasi dan Kanker
D. INTERVENSI
19 Juni Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Pencegahan Infeksi (I.14539)
24 jam, maka infeksitidak terjadi, dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2023
hasil: - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Kebersihan tangan 3 5 - Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Nyeri menurun 3 5 - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kadar sel darah putih normal 4 5 - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
P: lanjutkan intervensi
3 21.00 Memonitor skala nyeri S:
Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan O: konjungtiva pucat, pasien tampak meringis
menggunakan Bahasa yang mudah diterima, dipahami, dan TD: 122/70mmHg Suhu:36,8C RR: 20x/ menit
tidak menghakimi
23.00 Nadi: 104x/menit
Jelaskan efek pengobatan, Kesehatan dan penyakit terhadap
06.00 disfungsi seksual
Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
nadi, frekuensi napas, TD, MAP) A: perfusi perifertidakefektif teratasi
Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) Nyeri kronis belum teratasi
Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,
Disfungsi seksual belum teratasi
CRT)
Resiko infeksi tidak terjadi
A. PENGKAJIAN
Pasien Ny.F dengan Ca Sevix menjalani Radioterapi. Pengkajian dilakukan
dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
Secara teori manifestasi klinis dari Ca Servix, terdapat produk lendir melalui
lubang vagina disertai bercak darah sehingga memungkinkan adanya penurunan kadar
Hb. Rasa nyeri pada abdomen bawah atau genital kerap dikeluhkan pasien dengan Ca
servix.
Sesuai dengan teori yang ada, pada kasus ini pasien terdapat produk lendir
melalui lubang vagina disertai bercak darah. Keluhan utama saat pengkajian awal
adalah lemas dan mata berkunang-kunang, dengan di dukung hasi laboratorium Hb
8,7mg/dl, keluhan lain yang dirasakan pasien adalah rasa nyeri yang terkadang timbul,
nyeri dirasakan pada abdomen bagian bawah. Pasien mendapatkan terapi analgetic
dengan MST Continous 10mg K/P, dan program Tranfusi darah PRC sebanyak 2 kolf.
Program Radioterapi dilaksanakan setelah pasien memenuhi syarat kelayakan,
seperti Hn minimal 11,0 mg/dl dan beberapa syarat lain.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil hasil pengkajian dan Analisa data maka ditegakkan beberapa diagnosa
keperawatan pasien yaitu
5.
C. PERENCANAAN
Dalam penyususnan intervensi keperawatan yang direncanakan pada Ny.F
dengan diagnosis medis Ca Servix di Ruang Tulip 6 RSUD Dr.Moewardi, penulis
membuat sesuai dengan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil. Sehingga tujuan
yang telah ditetapkan tercapai. Pada perencanaan ini tidak jauh berbeda antara
tinjauan teori yaitu digunakan SLKI PPNI 2018. Pada kasus Ny.F penetapan tujuan
dan kriteria hasil serta intervensi keperawatan, penulis berpedoman penuh pada SLKI
yang telah direncanakan dan intervensi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi
pasien dan lingkungan.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan oleh penulis dan perawat di ruang rawat inap sudah
sesuai dengan intervensi keperawatan.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari ke-3 adalah:
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Nyeri kronis
3. Disfungsi Seksual
4. Risiko infeksi
2. Diagnose
3. Perencanaan
Penulis merencanakan suatu tindakan yang sesuai dengan kondisi, kemampuan
dan sarana prasarana disesuaikan dengan diagnosa yang sudah dirumuskan
sebelumnya yang difokuskan terhadap diagnose keperawatan yang ada sesuai
prioritas.
4. Implementasi
Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari perawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Secara umum penulis dapat melakukan
perencanaan yang telah dibuat berdasarkan kerjasama dengan keluarga yang
kooperatif.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
di tegakkan, maka penulis menganalisa bahwa masalah yang dialami Ny.F dapat
teratasi dengan tindakan keperawatan yang telah diberikan selama 3 hari.
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas untuk meningkatkan mutu, kualitas pelayaan kesehatan dan
kesadaran atas peran perawat nya penulis merekomendasikan :
1. Intitusi RS
Ketika akan merencanakan tindakan keperawatan kepada pasien dan keluarga,
hendaknya perawat ruangan mampu memberikan dukungan kepada pasien, serta
melibatkan keluarga agar aspek psikososial pasien dapat teratasi dengan baik.