Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

F DENGAN CA
SERVIX YANG MENJALANI BRAKHITERAPI DI RUANG
TULIP 6 RSUD Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH
MAULANA ILHAM SAPUTRA

BASIC ONCOLOGY NURSE TRAINING


PELATIHAN KEPERAWATAN KANKER DASAR
RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kanker. Pada tahun 2012,
kanker menjadi penyebab kematian 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan
kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya
(Kemenkes, 2015). Penyakit kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada
serviks uterus, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Purwoastuti, 2015).

Kanker serviks merupakan kanker yang yang paling sering terjadi pada wanita, sebesar
7,5% dari semua kematian disebabkan oleh kanker serviks. Diperkirakan lebih dari 270.000
kematian diakibatkan oleh kanker serviks setiap tahunnya, dan lebih dari 85% terjadi di
negara berkembang (WHO, 2014). Berdasarkan data dari International Agency for Research
on Cancer (IARC), 85% kasus kanker banyak terjadi pada negara berkembang, Indonesia pun
tercatat sebagai salah satu negara berkembang dan menempati urutan nomor 2 penderita
kanker serviks terbanyak setelah Cina (Savitri, 2015).

Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia
tahun 2013 sebesar 1.4% atau diperkirakan sekitar 2 347.792 orang. Penyakit kanker serviks
merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk
kanker payudara memiliki prevalensi sebesar 0,5% (Kemenkes, 2018). Prevalensi kanker
serviks merupakan yang tertinggi di Indonesia yaitu 0,8% atau sekitar 98.692 orang.

Agar kanker serviks dapat ditemukan pada stadium dini serta mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat untuk memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih lama,
maka perlu adanya tindakan pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang meliputi
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap smear. Karena pada umumnya
kanker serviks baru menunjukkan gejala setelah tahap kronis dan sulit untuk disembuhkan.
Beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks antara lain
infeksi virus human papilloma virus (HPV), merokok, hubungan seksual pertama dilakukan
pada usia dibawah 18 tahun, berganti- 3 ganti pasangan seksual, pemakaian DES
(Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran, gangguan sistem
kekebalan, pemakaian pil KB, infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun, dan
golongan ekonomi lemah (Nurarif, 2016).

Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan


permasalahan pasien atau diagnosa yang telah ditetapkan. Perawat melakukan pengkajian
kemudian merumuskan diagnosa dan menentukan intervensi yang sesuai kemudian
memberikan implementasi yang telah direncanakan dengan mengutamakan aspek caring
terhadap pasien. Pada kesempatan pelatihan keperawatan kanker dasar yang dilakukan di
RSUD Dr.Moewardi kali ini penulis berkesempatan mengulas kasus asuhan keperawatan
pada pasien dengan Ca Servix yang menjalani program Brakhiterapi.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Penulis mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Ca Servix di Tulip 6 RSUD Dr. Moewardi

2. Tujuan khusus
a. Mengkaji pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6 RSUD Dr. Moewardi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di Tulip 6
RSUD Dr. Moewardi
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Servix di
Tulip 6 RSUD Dr. Moewardi
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak terkontrol di
sekitar serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim. Kanker serviks dapat berasal
dari sel-sel di leher rahim, mulut rahim, maupun keduanya. Sebagian besar kanker
serviks dimulai pada zona transformasi yang merupakan perpindahan dari tipe sel
skuamosa ke tipe sel silindris. Sel-sel ini tidak langsung berubah menjadi kanker
serviks. Sel normal serviks karena pengaruh zat karsinogen dapat berkembang secara
bertahap menjadi sel pra kanker kemudian menjadi sel kanker (Sari & Syahrul, 2014).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat
jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati,
2015).

B. Etiologi
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut (Darmawati,
2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%
jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui
hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher
rahim.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3
kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu
sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel
leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan
neoplasia sel leher rahim.
4) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan
insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak
langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian
pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada
wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan
megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi
onkoprotein virus.
6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker
serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita
kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki
yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena
hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.

C. Klasifikasi
Penentuan stadium pada kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis
pengobatan dan prospek pemulihan yang akan di lakukan. Stadium kanker serviks
adalah sebagai berikut (Tim Cancer Helps, 2010):
Stadium Keterangan
0 Kanker serviks stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel
abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks
I Kanker hanya di temukan pada leher rahim
II Kanker yang telah menyebar di luar leher Rahim, tetapi tidak
menyebar ke dinding pelvis atau sepertiiga bagian bawah vagina
III Kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah
vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul dan atau
telah menyebar ginjal tidak berfungsi
IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau bagian
tubuh lain seperti paru-paru, tulang dan hati
D. Pathoflow
Virus HPV Faktor-faktor resiko

Penekanan sel
Ca Serviks Ca pada saraf

Psikologi
s Pendarahan MK: Nyeri Kemoterapi

Radioterapi
Kurang Pengoba
Pengetahuan tan Pembedahan
1. Hipovolemi MK: Resiko
Infeksi
2. Anemia
MK: Ansietas
Bau busuk Eksternal Brakhiterapi
radiasi
MK:
Intoleransi
aktifitas MK: Gang. Depresi
Citra tubuh sumsum
tulang

Hb Menurun
Kulit merah, Mulut
kering kering
stomatitis Anemia

MK:
Kerusakan Sel-sel kurang O2
Nafsu makan
integritas kulit
menurun

Mual, muntah

MK: Ketidakseimbangan
nutrisi

MK: Resiko Daya tahan tubuh Kelemahan


infeksi berkurang
E. Tanda dan Gejala
Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan muncul
saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Berikut beberapa
gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer Helps, 2010):
1. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
2. Perdarahan yang biasanya terjadi a
3. Perdarahan setelah bersenggama
4. Perdarahan setelah menopause
5. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi
6. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya
7. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala
umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.
8. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan lender kental,
bewarna kuning atau kecoklatan. Berbau busuk dan gatal.
9. Rasa sakit saat bersenggama

F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks
(Cervical Center , 2017):
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan
perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke kandung
kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi lagi bila
diperlukan.

Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi(Cervical Center , 2017):

1. Sulit untuk buang air kecil


2. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang
terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian paha
3. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan infeksi
4. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka
5. Tidak bisa hamil
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan kanker
serviks sebagai berikut :
1. Schillentest :Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidakmengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinomatidak berwarna.
2. Koloskopi :Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
denganlampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehinggamudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaituporsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi : Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran
sampai 200kali
4. Biopsi : Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi :Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviksdan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasilsitologi meragukan
dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainanyang jelas.
6. Pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat

H. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017) :
1. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium
I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening di
panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuandengan tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil dikemudian hari.
b. Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar
leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium.
Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk
melihatapakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy
total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu berarti penyakit ini
mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
2. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker
apa pun yang masih di daerahtersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagianbagianselain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggiuntuk membunuh
sel-sel kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-seldi daerah yang diobati. Ada dua
jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau jaringan lain
di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di berikan di rumah
sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama
beberapaminggu.Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat radioaktif di
masukkan ke dalam tabung tersebut.Penderitamungkin harus tinggal di rumah
sakit sementara sumberradioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan
tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan panggul dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi.Penderita mungkin
kehilangan rambut di daerahgenital.Selain itu, kulit penderita di daerah yang
dirawat menjadimerah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untukmembersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan denganterapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanyadiberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal pemberianada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.Efek samping yang
terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa
banyak.kemoterapi membunuhsel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga
dapatmembahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah :Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atauberdarah,
dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut :Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok.
Rambutpenderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinanmengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan :Kemoterapi menurunkan nafsu makan,
mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan
dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki
bengkak.

B. Penatalaksanaan Keperawatan (Novelia, 2017)


1. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan
mengurangi kecemasan sertaketakutan pasien.
2. Perawat mendukung kemampuan pasien dalamperawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi.
3. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien danpasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita danmemaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuanreproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri
dan citratubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat
lagimempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap yang
sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
4. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasahidupnya lebih
terancam dan perasan ini jauh lebih pentingdibandingkan kehilangan
kemampuan reprpduksi. Intervensikeperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan
yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas
sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukankekuatan diri untuk
menghadapi masalah.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Data Dasar : pengumpulan data pada pasien dan keluarga di lakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan
penunjang (hasil laboratorium)
2) Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
3) Identitas penanggung jawab : meliputi nama, umur, pekerjaan, dan
hubungan dengan pasien
4) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan
seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau.
2) Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya pada pasien kanker serviks
memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan,
riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).
4) Riwayat kesehatan keluarga :Biasanya riwayat keluarga adalah salah
satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi
oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker
didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obsttetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu di ketahui adalah :
a) Keluhan Haid : Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang
tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah
satu tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan : Jumlah kehamilan dan anak yang
hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus,
semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapatkan karsinoma serviks.
6) Riwayat Psikososial : Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap
penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,
hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan.
Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas dan
ketakutan.
7) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari : Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan
nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
8) Pemeriksaan fisik, meliputi :
 Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks sadar,lemah dan
tanda-tanda vital normal.
 Kepala : tidak ada kelainan.
 Mata : Biasanya mengalami konjungtiva anemis dan skelera
ikterik.
 Leher : tidak ada kelainan
 Thoraks:
Dada : tidak ada kelainan
Jantung : tidak ada kelainan
 Abdomen : tidak ada kelainan
 Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalamisekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada
pasien kanker serviks biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
 Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang
stadiumlanjut mengalami edema dan nyeri.
9) Pemeriksaan Penunjang
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami anemia karna penurunan
Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).
b. Diagosa Keperawatan
1) Nyeri kronis
2) Perfusi perifer tidak efektif
3) Resiko infeksi
4) Resiko gangguan nutrisi
5) Gangguan Integreitas kulit/jaringan
6) Gangguan citra tubuh
7) Intoleransiaktivitas
8) Ansietas

c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri kronis
Luaran
a) Keluhan nyeri menurun
b) Perasaan depresi menurun
c) Meringis menurun
d) Gelisah menurun
e) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Perfusi perifer tidak efektif


Luaran:

1. Kekuatan nadi perifer meningkat


2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik
Observasi

 Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian kapiler,


warna, suhu, ankle-brachial index)
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik

 Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area


keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi

 Anjurkan berhenti merokok


 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis: melembabkan
kulit kering pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskular
 Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).

3) Resiko infeksi
Luaran
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik
Observasi

 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

4) Resiko defisit nutrisi


Luaran

1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat


2. Berat badan membaik
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
Observasi

 Identifikasi status nutrisi


 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Ajarkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri,


antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

5) Gangguan Integreitas kulit/jaringan


Luaran

1. Kerusakan jaringan menurun


2. Kerusakan lapisan kulit menurun
Observasi

 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis: perubahan


sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
Terapeutik

 Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring


 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
 Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi

 Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion, serum)


 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

6) Gangguan citra tubuh


Luaran
1. Melihat bagian tubuh membaik
2. Menyentuh bagian tubuh membaik
3. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh membaik
4. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh membaik
Observasi

 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan


 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
tubuh
 Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik

 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya


 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan, dan penuaan
 Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis: luka,
penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi

 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh


 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri sendiri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu (mis: pakaian, wig, kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis: kelompok sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri (mis: berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok

7) Intoleransi aktivitas
Luaran

1. Keluhan Lelah menurun


2. Dispnea saat aktivitas menurun
3. Dispnea setelah aktivitas menurun
4. Frekuensi nadi membaik

Observasi

 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,


suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan

8) Ansietas
Luaran

1. Verbalisasi kebingungan menurun


2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang menurun
5. Konsentrasi membaik
6. Pola tidur membaik
Observasi

 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu,


stresor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik

 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan


 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu


BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
RM : 0152xxxx
Usia : 38 tahun
Tgl lahir : 12 Februari 1985
Dx Medis : Ca Cervix
Tgl masuk RS : 19 Juni 2023
Pendidikan : SLTA
Tanggal pengkajian : 19 juni 2023

2. Keluhan utama
Lemas, Kepala berkunang-kunang
3. Keluhan penyerta
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri hilang timbul, skala
nyeri 2-3. Pasien tampak meringis dan gelisah saat merasa nyeri. Terdapat
keputihan/lendir yang keluar melalui vagina, terkadang disertai bercak darah.
4. Riwayat Kesehatan saat ini
Pasien mengeluh Lemas, kepala berkunang-kunang, nafsu makan berkurang.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb:8,7 mg/dl, nyeri pada perut bagan
bawah, Terdapat keputihan/lendir yang keluar melalui vagina, terkadang disertai
bercak darah.
5. Riwayat Kesehatan masa lalu
Pasien terdiagnosa Ca servix sejak Februari 2023 melalui Pap Smear dan biopsy
di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro. Pasien menjalani kemoterapi sejak bulan April
2023 sebanyak 3x.
6. Riwayat penyakit keluarga
Dalam riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit kanker / tumor.
7. Pemeliharaan Kesehatan
a. Pola nutrisi/metabolic
Pasien makan 3 kali sehari,jumlah ¼ porsi, nafsu makan menurun.
BB: 55kg, TB: 165 IMT:20,2. Tidak ada penurunan berat badan dalam 3
bulan.
b. Pola eliminasi
BAK : pasien terpasang DC, produk 500cc, jernih
BAB: sehari hari BAB 1x/hari, lunak, tidak ada kelainan
c. Pola aktivitas
Pemenuhan kebutuhan ADL Mandiri.
d. Pola tidur dan istirahat
Sehari tidur 6-8 jam.
e. Pola persepsi diri
Pasien mengatakan semangat menjalani kemoterapi untuk mengahadapi
penyakitnya.
f. System nilai dan kepercayaan
Pasien memandang sakit ini sebagai ujian dari tuhan, dan pasien beribadah
kepada tuhan YME.
g. Pola managemen koping stress
Pasien sudah menerima penyakitnya.
h. Pola Reproduksi dan seksualitas
Pasien memiliki Riwayat berhubungan badan pada usia 17 tahun, menikah
pada usia 19 tahun, dan saat ini memiliki 3 anak. Pasien mengeluhkan hasrat
seksual menurun & aktivitas seksual berubah
Sebelum sakit: hubungan seksual rutin dilakukan dengan suami 1-3x
seminggu
Setelah sakit: pasien tidak berhubungan seksual
8. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : CM GCS 15
TD: 122/70mmHg Nadi: 104x/menit Suhu:36,8C RR: 20x/ menit
BB: 55kg TB 155 cm
9. Pemeriksaan sistemik
a. Kepala dan leher
Rambut warna hitam, Kepala simetris, tidak tampak benjolan. Mata simetris,
konjungtiva pucat. Telinga simetris, Mulut bersih, mukosa lembab.
b. System pernafasan
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk dada, pernafasan 20x/menit, pergerakan
dada simetris, irama pernafasan regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada kelainan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler.
c. Kardiovaskuler
Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula kiri. CRT 4 detik
d. System pencernaan
Inspeksi : tidak ada kelainan
Auskultasi : suara peristaltic terdengar setiap 10-20x/dtk
Peerkusi: dullnes
Palpasi : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan

e. Ekstremitas
Ekstremitas atas: normal ROM aktif, terpasang IV line
Ekstremitas bawah:normal ROM aktif, tidak ada kelainan.
10. Data penunjang

Item pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Hb 8,7 12-15  g/dL
Ht 32 36-44 %
Leukosit 5,0 4,5-10 103/µl
Trombosit 254 150 – 400 103/µl

11. Terapi yang didapat


- Infus NaCl 0,9% 20tpm
- Inj. Ranitidin 50mg/12jam
- Inj. Dexamethasone 1Amp (premed Tranfusi)
- MST continuous 2 x 10mg p.o. K/P
- Tranfusi Darah PRC 2 Kolf
- Dulcolac Supp ( Pre Brakhiterapi)
B. ANALISA DATA

No Data focus Masalah Etiologi


.
1 DS: Lemas, Kepala berkunang-kunang Perfusi perifer tidak Penurunan konsentrasi
Terdapat keputihan/lendir yang keluar efektif gemoglobin
melalui vagina, terkadang disertai
bercak darah.
DO: konjungtiva pucat
Hb:8,7 mg/dl
TD: 122/70mmHg Suhu:36,8C
RR: 20x/ menit Nadi: 104x/menit ,
Nadi teraba lemah
CRT 4 detik
2 DS: Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri kronik Infiltrasi tumor
perut bagian bawah, nyeri hilang
timbul, skala nyeri 2-3
DO: pasien tampak meringis
TD: 122/70mmHg Suhu:36,8C
RR: 20x/ menit Nadi: 104x/menit
3 DS: - Risiko infeksi - Efek prosedur invasi
DO: pasien terpasang IV line, - Kanker
Terpasang DC
Prosedur Brakhiterapi

4 DS: Pasien mengeluhkan hasrat seksual Disfungsi Seksual Perubahan fungsi/struktur


tubuh (proses penyakit kanker
menurun & aktivitas seksual berubah.
& radiasi)
Sebelum sakit: hubungan seksual rutin
dilakukan dengan suami 1-3x seminggu
Setelah sakit: pasien tidak berhubungan
seksual
DO: -
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi perifer tidak efektif bd. Penurunan konsentrasi gemoglobin dibuktikan dengan
Pengisian kapiler >3 detik, Nadi perifer teraba lemah, konjungtiva pucat.
2. Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak meringis dan gelisah.
3. Disfungsi Seksual b.d. Perubahan fungsi/struktur tubuh (proses penyakit kanker &
radiasi) dibuktikan dengan pasien mengeluhkan hasrat seksual menurun & aktivitas
seksual berubah
4. Risiko infeksi b.d. Efek prosedur invasi dan Kanker
D. INTERVENSI

No. Waktu Diagnose Luaran Intervensi


19 juni Perfusi perifer Pencegahan Syok (I.02068)
tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
2023 24 jam, maka perfusi perifer efektif, dengan kriteria frekuensi napas, TD, MAP)
hasil: - Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
08.00 - Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,
1. Kekuatan nadi perifer meningkat 2 4 CRT)
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >
2. Warna kulit pucat menurun 2 4
94%
3. Pengisian kapiler membaik 2 4 - Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
14 juni Nyeri kronis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Observasi
2023 24 jam, maka tingkat nyeri menurun, dengan kriteria  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
08.00  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun 3 4
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis menurun 3 4
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Gelisah menurun 3 4  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

14 juni Disfungsi Konseling Seksualitas (I.07214)


Seksual Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Observasi
2023 24 jam, maka Disfungsi Seksual membaik, dengan  Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem
08.00 kriteria hasil: reproduksi, masalah seksualitas, dan penyakit menular
seksual
1. Verbalisasi aktivitas seksual berubah 2 4  Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan
menurun penyebab
2. Verbalisasi fungsi seksual berubah 2 3  Monitor stres, kecemasan, depresi, dan penyebab
menurun disfungsi seksual
3. Hasrat seksual membaik 2 3 Terapeutik
 Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan
 Berikan kesempatan kepada pasangan untuk
menceritakan permasalahan seksual
 Berikan pujian terhadap perilaku yang benar
 Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan
menggunakan Bahasa yang mudah diterima, dipahami,
dan tidak menghakimi
Edukasi
 Jelaskan efek pengobatan, Kesehatan dan penyakit
terhadap disfungsi seksual
 Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas
seksual

19 Juni Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Pencegahan Infeksi (I.14539)
24 jam, maka infeksitidak terjadi, dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2023
hasil: - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Kebersihan tangan 3 5 - Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Nyeri menurun 3 5 - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kadar sel darah putih normal 4 5 - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

E. IMPLEMENTASI & EVALUASI

No Waktu Implementasi Evaluasi


.
1  Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan S: pasien mengatakan lemas,
08.00 nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
lendir yang keluar melalui vagina, terkadang disertai
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor bercak darah.
kulit, CRT)
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94% hilang timbul, skala nyeri 2-3
10.30
 menidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri serta skala nyeri O: konjungtiva pucat, pasien tampak meringis
 mengidenfitikasi respon nyeri non verbal
TD: 122/70mmHg Suhu:36,8C RR: 20x/ menit
 mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri Nadi: 104x/menit
12.30
 Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem
reproduksi, masalah seksualitas, dan penyakit menular A: perfusi perifertidakefektif belum teratasi
13.00 seksual Nyeri kronis belum teratasi
 Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan
penyebab Disfungsi seksual belum teratasi
Resiko infeksi tidak terjadi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien P: lanjutkan intervensi
2 14.00  Mendemonstrasikasn tenkin distraksi relaksasi S: Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah,
14.30  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik nyeri hilang timbul, skala nyeri 2-3
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
15.00  Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi O: konjungtiva merah muda, pasien tampak meringis
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi TD: 122/70mmHg Suhu:36,8C RR: 20x/ menit
16.00  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Nadi: 104x/menit
 Memonitor skala nyeri
20.00
 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
20.30 nadi, frekuensi napas, TD, MAP) A: perfusi perifertidakefektif teratasi
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) Nyeri kronis belum teratasi
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,
CRT) Disfungsi seksual belum teratasi
Resiko infeksi tidak terjadi

P: lanjutkan intervensi
3 21.00  Memonitor skala nyeri S:
 Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan O: konjungtiva pucat, pasien tampak meringis
menggunakan Bahasa yang mudah diterima, dipahami, dan TD: 122/70mmHg Suhu:36,8C RR: 20x/ menit
tidak menghakimi
23.00 Nadi: 104x/menit
 Jelaskan efek pengobatan, Kesehatan dan penyakit terhadap
06.00 disfungsi seksual
 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
nadi, frekuensi napas, TD, MAP) A: perfusi perifertidakefektif teratasi
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) Nyeri kronis belum teratasi
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,
Disfungsi seksual belum teratasi
CRT)
Resiko infeksi tidak terjadi

P: lanjutkan intervensi (oleh perawat ruangan)


BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pasien Ny.F dengan Ca Sevix menjalani Radioterapi. Pengkajian dilakukan
dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
Secara teori manifestasi klinis dari Ca Servix, terdapat produk lendir melalui
lubang vagina disertai bercak darah sehingga memungkinkan adanya penurunan kadar
Hb. Rasa nyeri pada abdomen bawah atau genital kerap dikeluhkan pasien dengan Ca
servix.
Sesuai dengan teori yang ada, pada kasus ini pasien terdapat produk lendir
melalui lubang vagina disertai bercak darah. Keluhan utama saat pengkajian awal
adalah lemas dan mata berkunang-kunang, dengan di dukung hasi laboratorium Hb
8,7mg/dl, keluhan lain yang dirasakan pasien adalah rasa nyeri yang terkadang timbul,
nyeri dirasakan pada abdomen bagian bawah. Pasien mendapatkan terapi analgetic
dengan MST Continous 10mg K/P, dan program Tranfusi darah PRC sebanyak 2 kolf.
Program Radioterapi dilaksanakan setelah pasien memenuhi syarat kelayakan,
seperti Hn minimal 11,0 mg/dl dan beberapa syarat lain.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil hasil pengkajian dan Analisa data maka ditegakkan beberapa diagnosa
keperawatan pasien yaitu

5.

Menurut teori masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien


9) Nyeri kronis
10) Perfusi perifer tidak efektif
11) Resiko infeksi
12) Resiko gangguan nutrisi
13) Gangguan Integreitas kulit/jaringan
14) Gangguan citra tubuh
15) Intoleransi aktivitas
16) Ansietas

Pada asuhan keperawatan pada Ny. F ini masalah keperawatan penulis


menegakan diagnose Nyeri kronis, Perfusi perifer tidak efektif, Resiko infeksi
karena didukung dari Data subjektif dan Data objektif yang ada.

Sedangkan pada diagnose Resiko gangguan nutrisi Gangguan Integreitas


kulit/jaringan, Gangguan citra tubuh, Intoleransi aktivitas, Ansietas karena tidak ada
data subjektif maupun objektif yang mendukung untuk menegakan diagnose
tersebut.

Penulis juga menegakan diagnose Disfungsi Seksual berhubungan dengan


perubahan fungsi/struktur tubuh (proses penyakit kanker & radiasi) hal ini karena
didukung data subjektif pasien mengeluhkan hasrat seksual menurun & aktivitas
seksual berubah. Dari hal tersebut sehingga penulismenegakan diagnose, menyusun
intervensi dan melakukan implementasi keperawatan.

C. PERENCANAAN
Dalam penyususnan intervensi keperawatan yang direncanakan pada Ny.F
dengan diagnosis medis Ca Servix di Ruang Tulip 6 RSUD Dr.Moewardi, penulis
membuat sesuai dengan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil. Sehingga tujuan
yang telah ditetapkan tercapai. Pada perencanaan ini tidak jauh berbeda antara
tinjauan teori yaitu digunakan SLKI PPNI 2018. Pada kasus Ny.F penetapan tujuan
dan kriteria hasil serta intervensi keperawatan, penulis berpedoman penuh pada SLKI
yang telah direncanakan dan intervensi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi
pasien dan lingkungan.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan oleh penulis dan perawat di ruang rawat inap sudah
sesuai dengan intervensi keperawatan.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari ke-3 adalah:
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Nyeri kronis
3. Disfungsi Seksual
4. Risiko infeksi

E. PERSIAPAN PASIEN PULANG


Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106).
Secara umum discharge planing untuk pasien Ca Servix post Brakhiterapi
adalah sebagai berikut:
1. Obat -obatan
obat anti nyeri bisa diberikan jika pasien terasa nyeri
2. Diet
Makanan dirumah disarankan makan-makanan yang mengandung tinggi protein
seperti: putih telur, ikan gabus, tahu, dll
Makanan yang dihindari: makan yang mengandung zat karsinogenik, seperti:
makanan berpengawet,makanan dan minuman yang mengandung pewarna kimia,
makanan dan minuman kaleng, makanan yg di bakar, dll.
3. Aktivitas di rumah
Pasien dapat beraktivitas ringan seperti biasanya, namun tetap mempertimbangkan
pencegahan infeksi, tetap mengenakan masker bila keluar rumah.
4. Jadwal Kontrol Kembali
Tetap kontrol rutin sesuai jadwal yang ditentukan untuk evaluasi luka post operasi
dan rencana tindak lanjut.

Selain penulis yang menjelaskan discharge planning kepada pasien dan


keluarga, perawat ruangan juga akan menjelaskan kembali dan memberikan buku
kontrol serta memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada Ny.F dengan Ca Servix memberikan pengalaman yang
nyata untuk penulis dengan menerapkan konsep teoritis pada aplikasinya. Maka dari
itu penulis dapat menemukan kesenjangan teori dan praktik di lapangan bahkan
menemukan masalah baru, merupakan satu keunikan pasien dalam merespon terhadap
penyakit yang dialaminya.
1. Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis mendapatkan beberapa


masalah keperawatan dari pasien Ny.F yaitu:. Penurunan konsentrasi gemoglobin
dibuktikan dengan Pengisian kapiler >3 detik, Nadi perifer teraba lemah,
konjungtiva pucat, keluhan nyeri, pasien tampak meringis dan gelisah, pasien
mengeluhkan hasrat seksual menurun & aktivitas seksual berubah, Risiko infeksi
b.d. Efek prosedur invasi dan Kanker

2. Diagnose

Setelah melakukan pengkajian dan didapatkan data maka penulis mengangkat


4 diagnosa keperawatan yaitu: Perfusi perifer tidak efektif bd. Penurunan
konsentrasi gemoglobin dibuktikan dengan Pengisian kapiler >3 detik, Nadi
perifer teraba lemah, konjungtiva pucat, Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor
dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis dan gelisah,
Disfungsi Seksual b.d. Perubahan fungsi/struktur tubuh (proses penyakit kanker
& radiasi) dibuktikan dengan pasien mengeluhkan hasrat seksual menurun &
aktivitas seksual berubah, Risiko infeksi b.d. Efek prosedur invasi dan Kanker

3. Perencanaan
Penulis merencanakan suatu tindakan yang sesuai dengan kondisi, kemampuan
dan sarana prasarana disesuaikan dengan diagnosa yang sudah dirumuskan
sebelumnya yang difokuskan terhadap diagnose keperawatan yang ada sesuai
prioritas.
4. Implementasi
Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari perawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Secara umum penulis dapat melakukan
perencanaan yang telah dibuat berdasarkan kerjasama dengan keluarga yang
kooperatif.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
di tegakkan, maka penulis menganalisa bahwa masalah yang dialami Ny.F dapat
teratasi dengan tindakan keperawatan yang telah diberikan selama 3 hari.

B. SARAN
Dari kesimpulan di atas untuk meningkatkan mutu, kualitas pelayaan kesehatan dan
kesadaran atas peran perawat nya penulis merekomendasikan :

1. Intitusi RS
Ketika akan merencanakan tindakan keperawatan kepada pasien dan keluarga,
hendaknya perawat ruangan mampu memberikan dukungan kepada pasien, serta
melibatkan keluarga agar aspek psikososial pasien dapat teratasi dengan baik.

2. Pasien dan Keluarga


Keluarga merupakan sumber pendukung yang sangat penting untuk kesehatan
pasien. Keluarga dapat mendukung kesehatan pasien dengan selalu memberikan
support (dukungan) dan selalu berada disisi pasien untuk menjalani perawatan.
Dapat mengontrol pola makanan dan kegiatan pasien yang dapat membantu pasien
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pasien harus mau untuk mengontrol
keadaan kesehatannya secara rutin dan selalu mendengarkan berbagai saran dari
petugas kesehatan ataupun keluarga

Anda mungkin juga menyukai